HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GIZI IBU DAN TINGKAT ...eprints.ums.ac.id/70425/13/NASKAH...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GIZI IBU DAN TINGKAT ...eprints.ums.ac.id/70425/13/NASKAH...
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GIZI IBU DAN TINGKAT
PARTISIPASI IBU KE POSYANDU DENGAN STATUS GIZI
MENURUT TB/U PADA ANAK BALITA DI DESA KEMASAN
KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Progam Studi Strata I pada
Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
ANISA ISTIQOMAH
J 310 100 093
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
1
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GIZI IBU DAN TINGKAT PARTISIPASI
IBU KE POSYANDU DENGAN STATUS GIZI MENURUT TB/U PADA ANAK
BALITA DI DESA KEMASAN KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI
Abstrak
Pengetahuan gizi ibu yang kurang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian stunting pada balita. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang kurang
memiliki kecenderungan untuk memberikan makanan kepada anaknya tanpa
memandang kandungan gizi, mutu dan keanekaragaman makanan. Tingginya tingkat
partisipasi ibu pada kegiatan posyandu meningkatan status gizi anak balita, karena
posyandu dapat diasumsikan sebagai salah satu pendekatan tepat untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian serta dapat meningkatkan status gizi anak balita.
Penelitian bertujuan untuk menemukan hubungan antara pengetahuan gizi ibu dan
tingkat partisipasi ibu ke posyandu dengan status gizi menurut TB/U pada anak
balita. Jenis penelitian menggunakan cross sectional dengan pengambilan sampel
menggunakan metode proporsional random sampling dan jumlah sampel 48
responden di Desa Kemasan. Pengambilan data pengetahuan gizi ibu menggunakan
kuesioner, pengambilan data tingkat partisipasi ibu ke posyandu menggunakan KMS,
sedangkan pengambilan data status gizi stunting menggunakan TB/U. Analisis
statistik dilakukan menggunakan uji chi-square. Pengetahuan gizi ibu sebagian besar
dalam kategori baik sebesar 85,42% dan tingkat partisipasi ibu ke posyandu sebagian
besar dalam kategori aktif sebesar 56,25%. Hasil uji chi-square antara pengetahuan
gizi ibu dengan status gizi menurut TB/U menyatakan bahwa tidak ada hubungan
(p=1,000), dan juga tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi ibu ke
posyandu dengan status gizi menurut TB/U (p=0,875). Berdasarkan penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan
status gizi menurut TB/U pada anak balita begitu pula tingkat partisipasi ibu ke
posyandu tidak memiliki hubungan dengan status gizi menurut TB/U pada anak
balita.
Kata kunci : Pengetahuan Gizi, Tingkat Partisipasi, Anak Balita, Stunting
Abstract
Knowledge of maternal nutrition that is lacking is one of the factors that influence
the incidence of stunting in infants. Mothers who have nutritional knowledge that
lack the tendency to provide food to their children regardless of the nutritional
content, quality and diversity of food. The high level of maternal participation in
posyandu activities increases the nutritional status of children under five, because
posyandu can be assumed as one of the right approaches to reduce morbidity and
mortality and can improve the nutritional status of children under five. The study
aimed to find out the relationship between maternal nutrition knowledge and the
level of maternal participation in posyandu with nutritional status according to TB /
U in children under five. This type of research uses cross-sectional sampling using
proportional random sampling and a sample of 48 respondents in the Kemasan
2
village. Retrieving data on maternal nutritional knowledge using a questionnaire,
taking data on the level of participation of mothers to posyandu using KMS, while
retrieving data on stunting nutritional status using TB/U. Statistical analysis was
performed using the chi-square test. The knowledge of maternal nutrition is mostly in
the good category of 85.42% and the participation rate of mothers to posyandu is
mostly in the active category at 56.25%. The results of the chi-square test between
the nutritional knowledge of mothers with nutritional status according to TB / U
states that there is no relationship (p = 1,000), and also there is no relationship
between the level of participation of mothers to posyandu with nutritional status
according to TB / U (p = 0,875). Based on this study it can be concluded that there is
no relationship between the nutritional knowledge of mothers with nutritional status
according to TB / U in children under five as well as the level of participation of
mothers to posyandu has no relationship with nutritional status according to TB / U
in children under five.
Keywords : Nutrition Knowledge, Participation Level, Toddler Children, Stunting
1. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan pada empat program
prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan prevalensi balita pendek
(stunting), pengendalian penyakit menular dan pengendalian penyakit tidak menular.
Penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional
(KEMENKES, 2016). Prevalensi balita stunting secara nasional menurut laporan Riskesdas
tahun 2013 masih diatas 20% yaitu sebesar 37,2%. Provinsi Jawa Tengah memiliki prevalensi
balita stunting dan severely stunting sebesar 28,5%.
Pengetahuan gizi ibu yang kurang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian stunting pada balita. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang kurang memiliki
kecenderungan untuk memberikan makanan kepada anaknya tanpa memandang kandungan
gizi, mutu dan keanekaragaman makanan. Hal ini menyebabkan asupan gizi anak kurang
terpenuhi, sehingga dapat menghambat tumbuh kembang anak yang dapat menjadi
manifestasi kejadian stunting (Suhardjo, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nasikhah tahun 2012 pada balita usia 24-36 bulan di Kecamatan Semarang Timur
menunjukkan pengetahuan ibu tentang gizi merupakan faktor risiko kejadian stunting yang
bermakna.
Penimbangan di posyandu penting untuk memantau status gizi anak balita karena
kejadian kekurangan gizi umumnya terjadi pada kelompok umur tersebut (Notoatmodjo S.
2007). Tingginya tingkat partisipasi ibu pada setiap kegiatan posyandu dapat mempengaruhi
pada peningkatan status gizi anak balita, hal ini karena posyandu dapat diasumsikan sebagai
3
salah satu pendekatan tepat untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta dapat
meningkatkan status gizi anak balita (Sulistyorini, 2010). Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kenney, et all tahun 2012 yang menjelaskan bahwa partisipasi ibu dan balita
ke pelayanan kesehatan memiliki hubungan yang berbanding lurus.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Sawit II, Kecamatan Sawit,
Kabupaten Boyolali bahwa pada tahun 2016 mengalami peningkatan prevalensi anak balita
stunting dan anak balita severely stunting dari tahun 2015 yaitu anak balita stunting dari
8,42% menjadi 12,79% dan anak balita severely stunting dari 2,23% menjadi 10,23%.
Wilayah kerja Puskesmas Sawit II mencakupi 5 desa dengan Desa Kemasan sebagai desa
yang memiliki angka balita stunting paling tinggi pada tahun 2016 yaitu 9,5% anak balita
stunting dan 10,5% anak balita severely stunting, dengan tingkat partisipasi ke posyandu
(D/S) sebesar 62,37% yang masih dibawah target Indonesia sehat 2010 yaitu 80%. Oleh
karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian yang bertemakan hubungan antara
pengetahuan gizi ibu dan tingkat partisipasi ibu ke posyandu dengan kejadian stunting pada
anak balita di Desa Kemasan Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan tingkat
partisipasi ibu ke posyandu dengan kejadian stunting pada anak balita di Desa Kemasan
Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali.
2. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2018 di Desa Kemasan, Kecamatan Sawit,
Kabupaten Boyolali dengan sampel yang diambil balita usia 12-59 bulan. Pengambilan
sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel adalah 48
responden. Kriteria inklusi yaitu balita yang diasuh ibunya, balita usia 12-59 bulan yang
memiliki KMS, ibu balita bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi yaitu responden
menyatakan mengundurkan diri.
Data pengetahuan gizi ibu diperoleh dengan kuesioner yang dikategorikan
pengetahuan kurang <80% dan pengetahuan baik ≥80%. Data tingkat partisipasi ibu ke
posyandu diperoleh dari catatan kader dan KMS balita yang dikategorikan tidak aktif apabila
<8 kali kunjungan per tahun dan aktif apabila ≥8 kali kunjungan per tahun (Depkes, 2004).
Data status gizi (TB/U) diambil dengan melakukan pengukuran tinggi badan anak balita,
yang dikategorikan stunting apabila z-skore <-2 SD dan non stunting apabila z-skore ≥-2 SD
(Kemenkes, 2011).
4
Pengolahan data analisis data menggunakan program computer yaitu software SPSS
17 for windows. Mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan kejadian stunting
pada anak balita menggunakan uji fisher exact, sedangkan untuk hubungan antara tingkat
partisipasi ibu ke posyandu dengan kejadian stunting pada anak balita menggunakan uji chi-
square.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Distribusi Karakteristik Ibu Balita
Karakteristik ibu balita meliputi tingkat pendidikan ibu dan pekerjaan ibu. Distribusi
dari karakteristik ibu balita ditampilkan dalam Tabel 1
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Ibu Balita
Variable Frekuensi Persentase (%)
Pendidikan Ibu
SD 4 8,33
SLTP 10 20,83
SLTA 30 62,50
Tamat PT 4 8,33
Pekerjaan Ibu
Karyawan Swasta/Pabrik 13 27,08
Pedagang 6 12,50
Ibu Rumah Tangga 29 60,42
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan terakhir ibu adalah SLTA
yaitu sebesar 62,50%. Menurut Notoatmojo (2007), tingkat pendidikan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi ibu.
Data pekerjaan ibu menunjukkan bahwa sebagian responden adalah ibu rumah tangga
sebesar 60,42%. Menurut Suhendri (2009), banyaknya waktu yang digunakan untuk mengasuh
anak balita merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita.
3.2 Distribusi Karakteristik Anak Balita
Karakteristik anak balita meliputi umur dan jenis kelamin. Distribusi dari karakteristik
anak balita ditampilkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Anak Balita
Variable Frekuensi Persentase (%)
Umur Balita
≤36 Bulan 20 41,67
≥37 Bulan 28 58,33
Jenis Kelamin
Laki-laki 26 54,20
5
Variable Frekuensi Persentase (%)
Perempuan 22 45,80
Tabel 2, menunjukkan bahwa jumlah balita yang berumur ≥37 bulan lebih besar yaitu
58,33% dengan jumlah balita laki-laki lebih besar yaitu 54,20% dibandingkan jumlah
balita perempuan yaitu sebesar 45,80%. Umur balita dibedakan menjadi dua, yaitu anak
usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “batita” dan anak usia
lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “prasekolah”
(Proverawati dan Erna, 2010).
3.3 Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, dengan cara perhitungannya yaitu jumlah
jawaban benar dibagi jumlah pertanyaan dikalikan 100%. Skala pengukurannya adalah
ordinal dengan parameter dan kategori sebagai berikut; kurang <80% dan baik ≥80%
(Arikunto, 2006). Hasil penelitian distribusi pengetahuan gizi ibu dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan Gizi Ibu
Jumlah
(n) Persentase (%)
Kurang 7 14,58
Baik 41 85,42
Tabel 3. menunjukkan bahwa jumlah responden dengan pengetahuan gizi ibu baik
(85,42%) lebih besar dibandingan dengan jumlah responden dengan pengetahuan gizi ibu
kurang. Menurut Sediaoetama (2000) semakin banyak pengetahuan gizinya semakin
diperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya, sedangkan
untuk yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling
menarik panca indera dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan.
Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih banyak
mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan
tersebut.
6
Tabel 4. Distribusi Jawaban Kuesioner Pengetahuan Gizi Ibu
Indikator Benar Salah
No. Pertanyaan Jumlah (%) Jumlah (%)
ASI
1 ASI eksklusif adalah pemberian
hanya ASI saja pada bayi, tanpa
susu/makanan yang lain
46 95,83 2 4,17
2 ASI eksklusif diberikan sampai 6
bulan 45 93,75 3 6,25
3 ASI yang pertama kali keluar
dinamakan kolostrum 45 93,75 3 6,25
4 Pada anak diatas 12 bulan, ASI
tidak perlu lagi diberikan 39 81,25 9 18,75
Rata-rata 91,14 8,86
Gizi Seimbang
5 Yang dimaksud gizi seimbang
adalah makanan yang mengandung
zat tenaga, pembangun dan
pengatur
39 81,25 9 18,75
6 Anak balita perlu diberikan
makanan yang beraneka ragam
sesuai pedoman gizi seimbang agar
tercukupi kebutuhan gizinya
45 93,75 3 6,25
Rata-rata 87,50 12,50
KMS
8 Manfaat KMS adalah untuk
mengetahui pertumbuhan anak
balita
48 100 0 0
19 Balita gizi buruk bila berat
badannya pada KMS dibawah garis
merah
48 100 0 0
21 Bila berat badan anak berada di
bawah garis merah artinya anak
balita gizinya baik
43 89,58 5 10,42
Rata-rata 96,53 3,47
Asupan Gizi
7 Disamping makan tiga kali sehari
anak balita diatas 9 bulan perlu
diberi makanan selingan
44 91,67 4 8,33
9 Cara memperbaikai nafsu makan
anak adalah dengan mengganti-
ganti hidangan anak
48 100 0 0
10 Tujuan pemberian makanan pada
anak balita gizi buruk agar kenyang
dan dapat tidur nyenyak
38 79,17 10 20,83
11 Bila anak balita diberi makan telur akan menyebabkan bisul
40 83,33 8 16,67
12 Telur dan tempe merupakan sumber
zat pembangun 44 91,67 4 8,33
13 Buah-buahan tidak baik untuk anak
balita karena dapat menyebabkan
diare
44 91,67 4 8,33
14 Dalam pengolahan makanan anak
balita perlu memakai garam
beryodium
39 81,25 9 18,75
7
Indikator Benar Salah
No. Pertanyaan Jumlah (%) Jumlah (%)
15 Cara memasak sayur yang baik
adalah merebus makanan anak
balita sampai lembek
32 66,67 16 33,33
16 Buah-buahan dapat juga diberikan
pada anak balita sebagai makanan
selingan
48 100 0 0
17 Makanan yang bervariasi baik
untuk pertumbuhan anak balita 46 95,83 2 4,17
18 Manfaat KMS adalah untuk
mengetahui pertumbuhan anak balita
48 100 0 0
Rata-rata 89,21 10,79
Pertumbuhan
20 Sebaiknya anak balita ditimbang
sebulan sekali di posyandu untuk
mengetahui pertumbuhannya
48 100 0 0
22 Jika berat badan anak balita bulan
ini naik dibandingkan bulan lalu
berarti pertumbuhan anak balita
baik
45 93,75 3 6,25
23 Pertumbuhan anak balita yang
terlambat karena faktor keturunan 35 72,92 13 27,08
24 Penyebab anak balita kekukarangan
gizi adalah karena kurang minum
susu formula/susu buatan
43 89,58 5 10,42
Rata-rata 89,06 10,94
Tabel 4, menunjukan bahwa jawaban benar paling banyak pada indikator KMS
(96,53%) dan jawaban salah paling banyak pada indikator gizi seimbang ( 12,50%).
Indikator gizi seimbang terdapat 2 pertanyaan (soal nomor 5 dan 6), dengan soal nomor 5
paling banyak yang menjawab salah yaitu yang dimaksud gizi seimbang adalah makanan
yang mengandung zat tenaga, pembangun dan pengatur. Pertanyaan yang paling banyak
salah terdapat pada soal nomor 15 (33,33%) yaitu cara memasak sayur yang baik adalah
merebus makanan anak balita sampai lembek. Kurangnya memperoleh informasi gizi dari
penyuluhan petugas kesehatan dapat menjadi salah satu penyebab kurangnya pengetahuan
gizi ibu. Selain itu, tingkat pengetahuan gizi ibu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya tingkat pendidikan (Notoatmodjo, 2007).
3.4 Distribusi Tingkat Partisipasi Ibu ke Posyandu
Alat ukur yang digunakan adalah KMS, dengan parameter dan kategori sebagai
berikut; <8 kali kunjungan per tahun (tidak aktif) dan ≥8 kali kunjungan per tahun (aktif).
Hasil penelitian distribusi tingkat partisipasi ibu ke posyandu dapat dilihat pada Tabel. 5.
8
Tabel 5. Distribusi Tingkat Partisipasi Ibu ke Posyandu
Tingkat Partisipasi Ibu ke Posyandu Jumlah
(n) Persentase (%)
Tidak Aktif 20 41,67
Aktif 28 58,33
Tabel. 12 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi ibu ke posyandu yang aktif lebih
besar dari yang tidak aktif yaitu sebesar 58,33%, namun belum mencapai target SPM Jawa
Tengah (<80%). Masih rendahnya partisipasi ibu ke Posyandu diduga karena ibu
menganggap tidak perlu membawa balita ke Posyandu dengan melihat kondisi fisik yang
sehat. Selain itu juga sebagian balita sudah masuk Pendidikan Usia Dini (PAUD).
3.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi (TB/U)
Distribusi responden dalam penelitian berdasarkan TB/U yang terdiri dari anak balita
dengan stunting dan non stunting, karakteristik responden berdasarkan TB/U dapat dilihat
pada Tabel. 6.
Tabel 6. Distribusi Status Gizi Berdasarkan TB/U
Status Gizi (TB/U) Jumlah
(n) Persentase (%)
Stunting 15 31,25
Non Stunting 33 68,75
Hasil distribusi responden berdasarkan TB/U yaitu, anak balita yang non stunting
sebesar 68,75% atau separuh lebih dari jumlah responden. Data tersebut menunjukkan
prevalensi anak balita stunting (31,25%) lebih rendah dari prevalensi anak balita stunting
menurut Riskesdas (2013) yaitu 37,2%.
3.6 Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi menurut
TB/U Pada Anak Balita
Analisis hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi menurut TB/U
dengan menggunakan tabulasi silang dengan uji statistic Chi-Square. Hasil analisis
hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan kejadian stunting dapat dilihat pada Tabel. 7
9
Tabel 7. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi menurut TB/U pada
Anak Balita
Pengetahuan
Gizi Ibu
Status Gizi
p* Stunting Non Stunting TOTAL
N % N % N %
Kurang 2 28,60 5 71,40 7 100
1,000 Baik 13 31,70 28 68,30 41 100
JUMLAH 15 33 48
* uji Fisher Exact
Berdasarkan Tabel 14, balita stunting yang ibunya berpengetahuan kurang sebesar
28,60%, sedangkan balita stunting yang ibunya berpengetahuan baik sebesar 31,70%.
Balita stunting yang ibunya berpengetahuan kurang memiliki kecenderungan sama dengan
balita stunting yang ibunya berpengetahuan baik. Hasil analisa statistic didapatkan nilai p
sebesar 1,000 (>0,05), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi
ibu dengan status gizi menurut TB/U pada anak balita di Desa Kemasan Kecamatan Sawit
Kabupaten Boyolali. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Cholifatun et all (2015) yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan stunting
pada balita. Sulastri (2012) menyebutkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan
ibu dengan kejadian stunting pada balita.
Pengetahuan ibu tentang gizi kemungkinan sebatas tahu, sehingga tidak diterapkan
atau diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik
diharapkan mampu memahami dan mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam
kehidupan sehari-hari. Memahami adalah kemampuan untuk menyebutkan, menjelaskan,
menginterpretasikan dan menyimpulkan secara benar tentang objek yang telah diketahui
sebelumnya (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan gizi termasuk faktor tidak langsung yang
mempengaruhi stunting, faktor langsung yang mempengaruhi stunted yaitu asupan makan
dan penyakit infeksi (Supariasa et all, 2002).
3.7 Analisis Hubungan Antara Tingkat Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan Status
Gizi menurut TB/U Pada Anak Balita
Analisis hubungan antara tingkat partisipasi ibu ke posyandu dengan status gizi
menurut TB/U dengan menggunakan tabulasi silang dengan uji statistik Chi-Square. Hasil
analisis hubungan antara tingkat partisipasi ibu ke posyandu dengan kejadian stunting
dapat dilihat pada Tabel. 8.
10
Tabel 8. Hubungan Tingkat Partisipasi Ibu Ke Posyandu dengan Status Gizi menurut
TB/U pada Anak Balita
Tingkat
Partisipasi Ibu
ke Posyandu
Status Gizi
p* Stunting Non
Stunting TOTAL
N % N % N %
Tidak Aktif 7 35,0 13 65,0 20 100
0,875 Aktif 8 28,6 20 71,4 28 100
JUMLAH 15 33 48
* uji Chi-Square
Berdasarkan Tabel. 8, balita stunting yang ibunya berpartisipasi tidak aktif sebesar
35%, sedangkan yang ibunya berpartisipasi aktif sebesar 28,6%. Hasil analisa statistika
nilai p sebesar 0,875 (>0,05) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
partisipasi ibu ke posyandu dengan status gizi menurut TB/U pada anak balita di Desa
Kemasan Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Penelitian ini sejalan dengan Asdhany
(2012) bahwa tidak terdapat hubungan tingkat partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu
dengan status gizi anak balita berdasarkan TB/U. Tingkat partisipasi ibu yang aktif sebesar
56,25%, menunjukkan belum mencapai target SPM Jawa Tengah tahun 2011 (<80%).
Salah satu penyebabnya kurangnya kesadaran ibu akan arti penting dari Posyandu, hal ini
didukung oleh belum maksimalnya pojok kegiatan Posyandu yaitu penyuluhan gizi.
Berdasarkan penelitian dilapang, dimana responden menyatakan jarangnya pelaksanan
penyuluhan gizi di Posyandu. Penyuluhan gizi hanya dilaksanakan oleh bidan desa atau
petugas Puskesmas yang hadir saat kegiatan Posyandu.
Menurut Maharsi (2007) mengatakan keterampilan kader merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam sistem pelayanan di posyandu, karena dengan kader yang terampil
akan mendapat respon yang positif dari ibu-ibu yang mempunyai balita. Hal ini mendorong
ibu balita rajin berkunjung ke posyandu. Ibu balita yang mendapat pembinaan atau
penyuluhan dari kader akan berpartisipasi ke posyandu dengan baik, karena merasa diakui
dan diperhatikan keberadaannya oleh kader posyandu sehingga rutin datang ke posyandu
(Sambas, 2012). Partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu memberikan kontribusi yag besar
terhadap peningkatan status kesehatan balita. Posyandu merupakan salah satu pendekatan
yang tepat untuk meningkatkan status kesehatan balita itu sendiri (Adisasmito, 2009).
11
4. PENUTUP
Hasil penelitian diperoleh kesimpulan tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan
status gizi menurut TB/U pada anak balita dengan nilai p-value sebesar 1,000 (p-value ≥
0,05), begitu pula tingkat partisipasi ibu ke posyandu dengan status gizi menurut TB/U pada
anak balita tidak ada hubungan dengan nilai p-value sebesar 0,875 (p-value ≥ 0,05).
Perlu kerja sama antara kader dan petugas puskesmas dalam meningkatkan partisipasi
ke posyandu, baik dengan metode partisipasi persuasi dan edukasi misalnya dapat dilakukan
petugas puskesmas atau kader dalam kegiatan arisan, pengajian, PKK dan lain sebagainya
maupun pada saat jadwal kegiatan posyandu, sehingga dapat menjangkau masyarakat yang
lebih banyak untuk berpartisipasi dalam kegiatan posyandu.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito. (2009). Sistem Kesehatan. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Reneke Cipta : Jakarta.
Asdhany. (2012). Hubungan Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status
Gizi Anak Balita. FK UNDIP : Semarang.
Cholifatun, et all. (2015). Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita Keluarga
Miskin di Daerah Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Bojonegoro (Skripsi tidak
terpublikasi). Universitas Airlangga : Surabaya.
Kementerian Kesehatan. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar antropometri peilaian status gizi anak.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
(2016). Situasi Balita Pendek. Kemenkes RI. Jakarta : http://www.depkes.go.id.
Kenney, et all. (2012). Medicaid / CHIP Participation Among Children and Parents. Timely
Analysis of Immediate Health Policy Issues. Urban Institute. Robert Wood Johnson
Foundation diakses pada tanggal 20 Mei 2016 dari 412719-Medicaid-CHIP-
Participation-Among-Children-and-Parents.pdf
Nasikhah. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-36 Bulan di
Kecamatan Semarang Timur. Artikel Penelitian FK UNDIP : Semarang.
Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
(2007). Kesehatan Masyarakat; Ilmu dan Seni. Rineka Cipta : Jakarta.
Proverawati, et all. (2010). Ilmu gizi untuk keperawatan dan gizi kesehatan. Nuha Media :
Jakarta.
Riskesdas. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Badan Penelitian
dan pengembangan kesehatan : Jakarta.
12
Sediaoetama. (2006). Ilmu Gizi. Dian Rakyat : Jakarta.
Suhardjo. (2003). Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara : Jakarta.
Sulastri. (2012). Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada Anak Sekolah di Kecamatan
Lubuk Kilang Kota Padang. Majalah Kedokteran Andalas, 29(1), 39-50.
Sulistyorini, et all. (2010). Posyandu dan Desa Siaga; Panduan untuk Bidan dan Kader. Nuha
Medika : Yogyakarta.
Supariasa. (2001). Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta.
(2002). Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta.