HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU...

19
HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP N 1 SELO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh: AYU PERMATASARI F 100 100 129 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Transcript of HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU...

HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU

MENYONTEK PADA SISWA SMP N 1 SELO BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh:

AYU PERMATASARI

F 100 100 129

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

ii

HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU

MENYONTEK PADA SISWA SMP N 1 SELO BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh:

AYU PERMATASARI

F 100 100 129

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

v

HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU

MENYONTEK PADA SISWA SMP N 1 SELO BOYOLALI

Ayu Permatasari

Dra. Partini, M.Si

Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Menyontek merupakan kata yang telah dikenal oleh sebagian besar siswa

di sekolah dan ditemukan dalam setiap ujian. Guna memperlancar proses belajar

mengajar dalam dunia pendidikan, setiap siswa dibekali ilmu pengetahuan dan

juga mereka diwajibkan membekali dirinya sendiri dengan ilmu pengetahuan

yang untuk menembus persaingan yang semakin ketat dan memotivasi diri untuk

lebih berkembang dan mendapatkan prestasi yang gemilang. Persaingan yang

semakin ketat membuat siswa melakukan banyak cara untuk mendapatkan hasil

maksimal, baik cara positif dan negatif. Pengawasan menjadi salah satu penyebab

yang dapat mempengaruhi perilaku menyontek. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan antara pengawasan dengan perilaku menyontek pada

siswa SMPN 1 Selo Boyolali. Hipotesis yang diajukan ada hubungan negatif

antara pengawasan dengan perilaku menyontek.

Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMP N 1 Selo Boyolali sebanyak

103 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling.

Alat pengumpulan data menggunakan skala pengawasan dan skala perilaku

menyontek. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi Pearson.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi = -0,421; p

untuk satu arah sebesar 0,000; (p<0,01). Sumbangan efektif pengawasan terhadap

perilaku menyontek sebesar 17,7%. Pengawasan mempunyai rerata empirik

106,12 dan rerata hipotetik sebesar 85 yang berarti pengawasan pada subjek

tergolong tinggi. Variabel perilaku menyontek mempunyai rerata empirik 50,10

dan rerata hipotetik sebesar 57,5 yang berarti perilaku menyontek pada siswa

tergolong sedang. Kesimpulan penelitian ada hubungan negatif yang sangat

signifikan antara pengawasan dengan sikap perilaku menyontek pada siswa-siswi

SMP Negeri 1 Selo Boyolali.

Kata kuci: Pengawasan, perilaku menyontek.

1

PENDAHULUAN

Menyontek merupakan kata

yang telah dikenal oleh sebagian

besar siswa di sekolah. Dikenal

karena ada yang melakukan atau

hanya sebatas mengetahui perilaku

itu dari teman-temannya. Perilaku

yang sudah dianggap lazim oleh

banyak pihak tersebut sebenarnya

sudah ada sejak tiga dekade yang

lalu. (Hartanto, 2012)

Ditemukan dalam setiap

ujian, diri sendiri mungkin sudah

pernah melakukan hal ini. Jika ada

yang tidak pernah menyontek

setidaknya pernah melihat temannya

menyontek. Seseorang yang pernah

melihat teman menyontek pasti akan

merasa jengkel dan kecewa.

Guna memperlancar proses

belajar mengajar dalam dunia

pendidikan, setiap siswa dibekali

ilmu pengetahuan dan juga mereka

diwajibkan membekali dirinya

sendiri dengan ilmu pengetahuan

yang untuk menembus persaingan

yang semakin ketat dan memotivasi

diri untuk lebih berkembang dan

mendapatkan prestasi yang gemilang.

Persaingan yang semakin

ketat membuat siswa melakukan

banyak cara untuk mendapatkan hasil

maksimal, baik cara positif seperti

belajar dengan giat dan cara negatif,

membuat catatan kecil dan melihat

hasil pekerjaan teman yang lain. Cara

negatif inilah yang saat ini sering

muncul dalam dunia pendidikan.

Siswa sudah tidak takut lagi dengan

apa yang mereka lakukan. Semakin

lama, hal ini menjadi suatu

kebiasaan, sehingga banyak

ditemukan individu tidak mau belajar

dengan giat dikarenakan dengan

tidak belajarpun individu dapat

mengerjakan soal-soal yang

2

diberikan bapak atau ibu guru di

sekolah dengan melihat catatan kecil

atau melihat hasil jawaban teman

yang lain

Peneliti kemudian tertarik

untuk meneliti masalah tersebut.

Peneliti melakukan survei dengan

berkunjung ke SMPN 1 Selo,

Boyolali. Para siswa menyontek

dikarenakan mereka ingin

mendapatkan nilai bagus. Hampir

seluruh siswa di kelas 8 membuat

catatan kecil, yaitu sekitar 80% siswa

dan melihat catatan dilakukan oleh

hampir seluruh siswa, yaitu sekitar

95,8 %.

Kurangnya rasa percaya diri

dan pengawasan yang longgar

menjadi penyebab individu

menyontek. Meskipun hal ini

termasuk hal negatif, namun para

siswa tidak menghiraukan hal

tersebut. Individu termotivasi untuk

mendapatkan nilai bagus. Individu

melakukan segala cara, entah itu

merugikan atau tidak tetapi mereka

tetap melakukan hal tersebut. Hal ini

sesuai dengan pendapat Peterson dan

Seligman (2004) bahwa perilaku

menyontek pada siswa terjadi karena

guru membiarkan siswa dan tidak

mengawasi dengan lebih baik.

Survei nasional yang

dilakukan oleh Josephon Institute of

Ethics di Amerika pada tahun 2006

(Trom dan Strom, 2007) dengan

responden 36.000 siswa Sekolah

Menengah Pertama menemukan 60%

siswa menerima dan mengakui

pernah menyontek pada saat ujian

dan pengerjaan tugas. Terjadi

peningkatan sebesar 10% dalam

kurun waktu 20 tahun. 95 %

diantaranya mengaku bahwa tidak

pernah ketahuan ketika menyontek.

3

Menyontek, secara sederhana

dapat dimaknai sebagai penipuan

atau melakukan perbuatan tidak jujur

(Carpenter, 2006). Menyontek dapat

dimaknai sebagai perilaku

ketidakjujuran akademik (Carpenter,

2006). Menyontek atau ngepek

menurut Kamus Bahasa Undonesia

karangan Purwadarminta (2001)

adalah mencontoh, meniru, atau

mengutip tulisan, pekerjaan orang

lain sebagaimana aslinya

Definisi tentang menyontek

karya akademis (academic cheating)

sering dikaitkan dengan plagiarism.

Menurut Taylor (2003) menyontek

didefinisikan sebagai mengikuti ujian

dengan melalui jalan yang tidak

jujur, menjawab pertanyaan dengan

cara yang tidak semestinya.

Melanggar aturan dalam ujian ujian

dan kesepakatan. Sementara itu

plagiarism dapat dimaknai sebagai

mengambil atau menggunakan kata

atau ide dari pekerjaan orang lain.

Menurut Carol 2002 (dalam Abbi

Flint , 2006) plagiarism merupakan

bagian dari perilaku menyontek

adalah plagiat (plagiat merupakan

salah satu perilaku menyontek).

McCabe dkk 2001( dalam

Anderman dan Murdock, 2007)

mendokumentasikan perilaku

menyontek sebagai perilaku yang

secara serius harus ditangani. Lebih

lanjut McCabe mendefinisikan

penyontek sebagai seseorang yang

dapat menerima atau melakukan

kegiatan mengcopi atau menyalin

(menjiplak) pekerjaan orang lain

pada saat tes atau menggunakan

catatan yang tidak diperbolehkan

atau membantu seseorang dalam

menyontek ketika tes atau ujian

sedang berlangsung. Perilaku

menyontek yang serius meliputi:

4

plagiat, membuat atau memalsukan

karya yang telah dikerjakan atau

dilakukan orang lain, dan/atau

menyalin beberapa kalimat atau

materi tanpa izin dari yang

bersangkutan.

Aspek-aspek perilaku

menyontek dapat diperoleh dari

aspek perilaku itu sendiri dengan

mengambil teori perilaku terencana

(Theory of Planned Behavior) yang

dikemukakan oleh Ajzen (2005),

yaitu :

a. Sikap terhadap perilaku, yaitu

keyakinan-keyakinan bahwa

perilaku akan membawa kepada

hasil yang diinginkan atau tidak

diinginkan.

b. Norma subjektif, yaitu keyakinan

mengenai perilaku apa yang

bersifat normative (yang

diharapkan oleh orang lain) dan

motivasi untuk bertindak sesuai

dengan harapan normatif.

c. Perilaku kontrol, yaitu

pengalaman masa lalu dan

perkiraan individu mengenai

seberapa sulit atau mudahnya

untuk melakukan perilaku yang

bersangkutan.

Dari uraian di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa aspek-

aspek perilaku menyontek adalah

sikap terhadap perilaku, norma

subjektif, dan perilaku kontrol.

Siagian (2000) mengatakan

pengawasan adalah : “proses

pengamatan dari pelaksanaan seluruh

kegiatan organisasi untuk menjamin

agar supaya semua pekerjaan yang

sedang dilakukan berjalan sesuai

dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya.

Menurut Situmorang (2001)

pengawasan adalah : “setiap usaha

dan tindakan dalam rangka untuk

5

mengetahui sejauh mana pelaksanaan

tugas yang dilaksanakan menurut

ketentuan dan sasaran yang hendak

dicapai”.

Marullang (2002) menjelaskan

bahwa pengawasan adalah suatu

proses untuk menetapkan pekerjaan

apa yang sudah dilaksanakan,

member penilaian terhadap hasil

pekerjaan tersebut, dan memberikan

koreksi apabila terjadi kesalahan atau

penyimpangan terhadap hasil dari

pekerjaan. Hal ini dimaksudkan

supaya pelaksanaan perkerjaan dapat

diselesaikan sesuai target dengan

rencana dan target yang telah

ditetapkan.

Situmorang dan Juhir (1998)

mendefinisikan pengawasan sebagai

usaha atau tindakan untuk

mengetahui sejauh mana pelaksanaan

tugas dilaksanakan menurut

ketentuan dan sasaran yang hendak

dicapai.

Gitosudarmo (1986) juga

mendefinisikan pengawasan adalah

usaha untuk mengetahui kondisi dari

kegiatan yang sedang dilakukan

apakah telah mencapai sasaran yang

ditentukan.

Sujamto (1989) aspek

pengawasan memegang peran

penting dalam menegakkan peraturan

perusahaan dan meningkatkan

kinerja operasional perusahaan. Tak

jarang, karena pengaruh budaya

“pekewuh”, sungkan, hutang budi di

masa lalu, seniorioritas, maka

pengawasan jadi berjalan tidak

efektif. Sujamto menyatakan bahwa

setidaknya perlu diperhatikan 7

aspek penting dalam meningkatkan

kinerja pengawasan :

a. Petugas pengawas yang

dikualifikasi atau diupgrade

6

pengetahuan dan

keterampilannya setiap tahun

dengan berbagai pelatihan yang

mendukung.

b. Pembaharuan Pelatihan

(peraturan perusahaan, code of

conduct, kode etik) secara

perodek. Jauh lebih baik bila di-

review dua tahun sekali.

c. Struktur laporan yang

independen. Antara lain langsung

melaporkan segala temuan ke

pimpinan tertinggi organisasi.

d. Mutasi/rolling pada petugas

pemeriksa (semisal Petugas

Internal Audit Cabang, Pengawas

Internal Cabang, Loss Prevention

Regional) maksimal 4 tahun

sekali. Dengan tujuan agar

pengawas tidak menjadi bersikap

otoriter dan semena-mena

terhadap pegawai.

e. Mekanisme pelaporan yang apik,

efisien, dan efektif, antara lain

dengan melakukan teknologi

informasi yang dapat diakses

oleh bagian Internal Audit, Risk

Management, Hubungan

Industrial, Direktur Risk

Management, dan Audit Comitee.

f. Adanya perencanaan pengawasan

per bulan secara spesifik dan

pelaporan per 3 bulan kepada

komisaris perusahaan.

g. Perfomance appraisal, yang

mana aspeknya harus relevan

sebagai bagian organisasi yang

berfungsi pencegah, mengawasi,

dan memberikan solusi pada

setiap masalah. Antara lain, tidak

membobotkan aspek penilaian

kerja pengawas hanya pada aspek

kecilnya nilai kerugian, tapi

harus juga pada aspek berapa

banyak aspek pencegahan yang

7

dapat dideteksi, seberapa cepat

masalah diselesaikan, dan service

level pengawasan

operasionalnya.

Berdasarkan pendapat dan

ulasan yang telah dikemukakan para

ahli sebelumnya, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu “Ada hubungan negatif antara

pengawasan dengan perilaku

menyontek. Semakin ketat

pengawasan maka semakin rendah

munculnya perilaku menyontek.

Begitu pula sebaliknya, semakin

longgar pengawasan maka semakin

tinggi perilaku menyontek yang

dimiliki seseorang”.

METODE

Subjek dalam penelitian ini

adalah siswa-siswi kelas IX SMP N 1

Selo Boyolali yang berjumlah 103

siswa. Teknik pengambilan sampel

menggunakan stratified cluster

random sampling. Alat pengumpulan

data menggunakan skala pengawasan

dan skala perilaku menyontek.

Metode analisis data menggunakan

teknik korelasi product moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil

perhitungan analisis Parametrik

menggunakan Product Moment dari

Pearson diperoleh nilai koefisien

korelasi sebesar sebesar -0,421

dengan p = 0,000 (p<0,01) artinya

ada hubungan negatif yang sangat

signifikan antara pengawasan dengan

perilaku menyontek. Semakin tinggi

pengawasan maka semakin rendah

perilaku menyontek, sebaliknya

semakin rendah pengawasan maka

semakin tinggi perilaku menyontek.

Hal tersebut berarti hipotesis yang

diajukan diterima.

8

Hasil ini sesuai dengan

pendapat Mujahidah (2009) bahwa

salah satu faktor yang berperan

terhadap perilaku menyontek

yaitupengawasan selama ujian.Jika

susana pengawasan ketat, maka

kecenderungan menyontek kecil,

sebaliknya jika pengawasan longgar,

maka kecenderungan untuk

menyontek akan lebih besar. Para

pelajar berfikir bahwa pengawasan

yang longgar dan kemungkinan kecil

akan diketahui oleh pengawas akan

berpengaruh besar terhadap

keputusan untuk menyontek.

Menurut Carolli (2004) bahwa siswa

menyontek karena perbuatannya

tidak diketahui oleh pengawas.

Menurut Haryono (2001), bahwa

aspek perilaku menyontek antara lain

adanya peluang karena adanya

pengawasan yang kurang ketat.

Ajzen (2005) menyatakan

bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku menyontek

antara lain adalah terpaksa membuka

buku karena pertanyaan ujian terlalu

membuku, sehingga memebuat siswa

harus menghafal kata demi kata dari

buku teks, Merasa dosen atau guru

kurang adil dan diskriminatif dalam

pemberian nilai, Adanya peluang

karena pengawasan yang tidak ketat,

Takut gagal, siswa tidak siap

menghadapi ujian tetapi tidak mau

menundanya dan tidak mau gagal,

Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi

tidak bersedia mengimbangi dengan

belajar keras atau serius, Tidak

percaya diri, siswa sudah belajar

teratur tetapi ada kekhawatiran akan

lupa lalu akan menimbulkan

kefatalan, sehingga perlu diantisipasi

dengan membawa catatan kecil,

Terlalu cemas menghadapi ujian,

9

sehingga membuat siswa kurang

konsentrasi dan kemudian

melakukan tindakan menyontek,

Merasa sudah sulit menghafal atau

mengingat karena faktor usia,

sementara soal yang dibuat penguji

sangat menekankan kepada

kemampuan mengingat, Mencari

jalan pintas, Menganggap sistem

penilaian tidak objektif, sehingga

pendekatan pribadi kepada guru atau

dosen lebih efektif daripada belajar

serius, Penugasan guru atau dosen

yang tidak rasional yang

mengakibatkan siswa atau

mahasiswa terdesak sehingga

terpaksa menempuh segala macam

cara, yakin bahwa guru atau dosen

tidak akan memeriksa tugas yang

diberikan berdasarkan pengalaman

sebelumnya sehingga bermaksud

membalas dengan mengelabuhi

dosen atau guru.

Penelitian ini dilakukan

sebanyak dua kali. Yang pertama

dilakukan pada hari Senin, 1

September 2014 sebanyak 110

responden seluruh responden adalah

siswa kelas XI A,XI B,XI D,XI E.

Pada penelitian ini dari 29 aitem

perilaku menyontek gugur 19 aitem,

dari 30 aitem pengawasan gugur 17

aitem. Peneliti mengkolaborasi skala

yang digunakan, dilakukan kembali

penelitian yang kedua 29 aitem

perilaku menyontek gugur 7 aitem,

dari 29 aitem pada skala pengawasan

gugur 8 aitem dari 42 aitem. Pada

skala ini peneliti mengadopsi skala

yang sudah ada. Penelitian ini

menggunakan try out terpakai

dengan alasan sekolah tidak

mengijinkan untuk diadakan

pengambilan data kembali.

Hasil penelitian ini

menunjukkan ada hubungan negatif

10

antara pengawasan dengan perilaku

menyontek yang sangat signifikan.

Namun, penelitian ini tidak luput dari

keterbatasan, antara lain :

1. Generalisasi dari hasil-hasil

penelitian ini terbatas pada

populasi tempat penelitian

dilakukan, sehingga penerapan

pada ruang lingkup yang lebih

luas dengan karakteristik yang

berbeda kiranya perlu dilakukan

penelitian lagi dengan

menggunakan atau menambah

variabel-variabel lain yang belum

disertakan dalam penelitian ini

ataupun dengan menambah dan

memperluas ruang lingkup

penelitian.

2. Alat ukur yang digunakan tidak

memenuhi syarat sehingga harus

melakukan try out ulang dan

memperbaiki skala.

3. Alat ukur yang digunakan hanya

angket atau skala sehingga

kurang dapat mengungkap secara

mendalam gejala psikologis yang

tidak nampak dalam diri

individu, oleh karena itu

penelitian selanjutnya perlu

melengkapi dengan teknik

pengumpulan data yang lain,

misalnya dengan teknik

wawancara, observasi, psikotest

sehingga akan lebih dapat

mengungkap secara mendalam

kondisi psikologis subjek

penelitian khususnya berkaitan

dengan pengawasan dan perilaku

menyontek.

11

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis

data penelitian dan pembahasan yang

telah diuraikan sebelumnya, dapat

diambil kesimpulan bahwa:

1. Ada hubungan negatif yang

sangat signifikan antara

pengawasan dengan sikap

perilaku menyontek pada siswa-

siswi SMP Negeri 1 Selo

Boyolali. Semakin tinggi

pengawasan maka semakin tinggi

pulaperilaku menyontek,

sebaliknya semakin rendah

pengawasan maka semakin

rendah pulaperilaku menyontek.

2. Tingkat pengawasan pada siswa-

siswi SMP Negeri 1 Selo

Boyolali tergolong tinggi.

3. Tingkat perilaku menyontek

tergolong sedang.

4. Sumbangan efektif pengawasan

terhadap perilaku menyontek

sebesar 17,7%. Hal ini berarti

masih terdapat 82,3% variabel-

variabel lain yang dapat

mempengaruhi perilaku

menyontek diluar variabel

pengawasan.

Berdasarkan hasil penelitian

dan kesimpulan yang diperoleh,

maka penulis memberikan saran

yang diharapkan dapat

bermanfaat, yaitu :

1. Bagi Kepala Sekolah SMP N

1 Selo Boyolali diharapkan

supaya memberi kebijakan

yaitu peraturan pengawasan

tetap dilaksanakan dengan

tertib sehingga perilaku

menyontek dapat ditekan.

Usaha yang dilakukan

sekolah untuk mengurangi

perilaku menyontek tetap

dipertahankan dan

ditingkatkan.

12

2. Bagi siswa-siswi SMP N 1 Selo

Boyolali diharapkan untuk lebih

tegas mengingatkan bila ada

teman yang menyontek dan

supaya lebih giat lagi dalam

belajar, sehingga apabila merasa

diawasi ketika pengawasan ketat

maupun longgar bisa

mengerjakan soal-soal sendiri

tanpa harus menyontek.

3. Bagi guru Bimbingan Konseling

dan Wali Kelas diharapkan untuk

terus melakukan tugasnya, yaitu

memberikan informasi,

mengarahkan siswanya pada

budaya belajar, memotivasi

siswa-siswanya, serta

memberikan bimbingan dan

konseling, dan sebagai pengawas

dengan menjunjung tinggi

peraturan pengawasan agar

perilaku menyontek tetap bisa

ditekan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

selanjutnya yang tertarik untuk

melakukan penelitian dengan

tema yang sama diharapkan

memperhatikan faktor-faktor lain

yang yang mempengaruhi

perilaku menyontek selain

pengawasan, yaitu konformitas,

kepercayaan diri, kompetisi,

intelegensi, kurikulum,

ketidaksiapan mengikuti ujian,

soal tes yang sulit, iklim

akademis sekolah, dan moralitas.

Selain itu supaya penelitian lebih

mendalam peneliti selanjutnya

dapat melengkapi alat ukur

dengan observasi dan interview

langsung kepada siswa maupun

kepada guru.

13

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. (2005). Attitudes,

personality, and behavior.

England: Open University

Press.

Alhadza, A.(2004). Masalah

Menyontek (Cheating) di

Dunia

Pendidikan.http://www.depdik

nas.go.id/Jurnal/38/MASALA

H_MENYONTEK_DI_DUNI

A_%20 PENDIDIKAN.htm.

Arikunto, S. (2006). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S.(2010). Penyusunan Skala

Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

_______.(2013). Reliabilitas dan

Validitas. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Eko, M. 2008. Hubungan Antara

Pengawasan Kerja Dengan

Motivasi Kerja Pada Karyawan

PT. Pos Indonesia Persero

Surakarta. Skripsi. (Tidak

Diterbitkan). Surakarta:

Fakultas Psikologi UMS.

Eric M. Anderman and Tamerra B

Murdock. (2007). Psychology

of Academic Cheating. USA.

Alfie Kohn All rights of

reproduction in any form

reserved www.scribd.com.

Gitosudarmo, M. 1986. Pelaksanaan

Pengawasan Kerja Pada

Perusahaan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Hadi, (2000), Statistik, Jilid I.

Yogyakarta: Andi Offset

Hadi, S. (2007). Analisis Regresi.

Yogyakarta: Ansi Offset

Irawati, I. (2008). Budaya Menyontek

dikalangan Pelajar. [online].

Tersedia:

http://www.Kabarindonesia.co

m/berita

Kelley R Taylor (Nov 2003).

Bracing for cheating and

plagiarism. The Education

Digest; 69, 3; ProQuest

Education Journals volume 3

pg. 54

Kristin Voelkl Finn; Michael R

Frone. (2004). Academic

Performance and Cheating:

Moderating Role of School

Identification and Self Efficacy.

The Journal of Educational

Research; ProQuest Education

Journals volume 4 pg. 115

Lauster, Peter. 2002. Tes

Kepribadian. Jakarta: Gaya

Media Pratama

Manullang, M. 2002. Dasar-Dasar

Manajemen. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Mujahidah (2009). Budaya

Menyontek di Dunia

pendidikan (dalam

http://syariffathuIhamdi.Blogsp

ot.com/, diakses 13 Desember

2012).

Paris S. Strom; Robert D. Strom.

Winter 2007. Cheating in

Middle School and High S

14

chool. The Educational

Forum; Winter; ProQuest

Education Journals volume 2

pg. 6

Putri, Pangestu P. (2014). Hubungan

Antara Percaya Diri Dengan

Intensitas Menyontek. Tesis.

(Tidak Diterbitkan). Surakarta:

Universitas Muhammadiyah

Surakarata.

Rajesh Iyer; Jacqueline K. Eastman

(2006). Academic Dishonesty:

Are Business Students Different

From Other College Students.

Journal of Education for

Business; ProQuest Educaton

Journals volume 8 pg. 101

Situmorang, Victor Mdan Juhir,

Jusuf. 1998. Aspek Hukum

Pengawasan Melekat. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sujamto. 1989. Aspek-Aspek

Pengawasan Di Indonesia.

Jakarta: Sinar Grafika