HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN STRES DENGAN …
Transcript of HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN STRES DENGAN …
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN STRES DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PASCA ERUPSI MERAPI PENDUDUK
DI DUSUN WONOKERSO CANGKRINGAN SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Jenderal A.Yani Yogyakarta
Disusun oleh:
RR WAHYU NINGROOM
3207043
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL AHMAD YANI
YOGYAKARTA 2014
i
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN STRES DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASCA ERUPSI MERAPI PENDUDUK DI DUSUN WONOKERSO CANGKRINGAN SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan oleh:
RR WAHYU NINGROOM 3207043
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Salah
Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta Tanggal:……………………..
Menyetujui :
Penguji,
(Dewi Retno P,S,Kep,Ns.MNg)
Pembimbing I,
(Ns.Sutejo,M.Kep.Sp.Kep.J)
Pembimbing II,
(Puji Sutarjo, S Kep, Ns)
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta
(Dewi Retno P,S,Kep,Ns.MNg
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN STRES DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASCA ERUPSI MERAPI PENDUDUK DI DUSUN WONOKERSO CANGKRINGAN SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Rr. Wahyu Ningroom(1), Sutejo(2), Puji Sutarjo(3)
INTISARI
Latar belakang masalah: Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, dan keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya pengelolaan kecemasan melalui manajemen stres dari berbagai kejadian termasuk bencana alam erupsi gunung berapi yang terjadi di Dusun Wonokerso. Tujuan: Mengetahui adanya hubungan antara manajemen stres dengan tingkat kecemasan pasca erupsi merapi di Dusun Wonokerso Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Metode: Penelitian ini meenggunakan metode survey analitik deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua warga Dusun Wonokerso Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman sejumlah 256 jiwa dengan sampel penelitian sebanyak 71 orang. Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara manajemen stres dengan tingkat kecemasan pasca erupsi merapi di Dusun Wonokerso Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat kecemasan yang baik dari keseluruhan responden. 24 responden dari seluruh responden memiliki tingkat manajemen stres kurang. Analisis data dilakukan dengan uji statistik menggunakan uji kendall’s tau.dan perhitungan yang dilakukan, pada p value didapatkan angka sebesar 0.007 maka hasil p value lebih kecil dari 0.05. Saran: Hendaknya masyarakat aktif dalam melakukan pengelolaan stres melalui manajemen stres yang baik sehingga kecemasan dalam hal menghadapi dan bencana alam seperti gunung meletus dapat diatasi Kata kunci: Kecemasan, Manajemen stres, Hubungan
(1) Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta (2) Dosen Poltekes Kemnkes Yogyakarta (3) Rumah Sakit Grhasia yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
THE RELATIONSHIP BETWEEN STRESS MANAGEMENT WITH THE ANXIETY LEVEL OF RESIDENTS IN THE VILLAGE OF WONOKERSO
CANGKRINGAN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA AFTER MERAPI ERUPTION
Rr. Wahyu Ningroom,(1) , Sutejo(2) , Puji Sutarjo(3)
ABSTRACT
Problem Background: Anxiety is a concern that is not obvious and spreading, related with feelings of uncertainty and helplessness, and this emotional state does not have a specific object. It can be caused by anxiety management through stress management of various events including natural disasters of volcanic eruptions that occurred in the village of Wonokerso. Purpose: Knowing the relationship between stress management and anxiety level after the eruption of Merapi in the village of Wonokerso Cangkringan in Sleman District. Method: This research using quantitative descriptive analytical survey method with cross sectional approach. the population in this study were all residents of Wonokerso village in Cangkringan Sleman district as much as 256 people with sample as many as 71 people. Conclusion: There is a significant relationship between level of anxiety wit stress management after the eruption of Merapi in the village of Wonokerso Cangkringan in Sleman District. Suggestion: Public should be active in managing stress through good stress management so anxiety in face natural disasters such as volcanic eruptions can be overcome. Keyword: Stress Management, Anxiety, Relationship 1. Student of Nursing Science of STIKES A. Yani Yogyakarta 2. Lecture of Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 3. Ghrasia Hospitol Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan
judul:
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN STRES DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PENDUDUK PASCA ERUPSI MERAPI DIDUSUN
WONOKERSO CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA
Yang dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari
skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta maupun di Perguruan Tinggi atau instasi lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Yogyakarta, Agustus 2014
RR WAHYUNINGROOM NPM: 3207043
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah -Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Manajemen Stres dengan Tingkat Kecemasan Penduduk Pasca Erupsi Merapi di Dusun Wonokerso Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ahmad Yani Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. I Edy Puwoko, Sp. B, selaku ketua STIKES Jendral Ahmad Yani Yogyakarta. 2. Dewi Retno Pamungkas,S.Kep.,Ns.MNg. selaku ketua Prodi Ilmu Keperawatan
STIKES Ahmad Yani Yogyakarta. 3. Sutejo, M.Kep,Sp. Kep.J dan Puji Sutarjo, S Kep, Ns selaku pembimbing
penyusunan skripsi yang banyak memberikan arahan, bimbingan dalam pembuatan Skripsi ini.
4. Kepala Dukuh Dusun Wonokerso Cangkringan Sleman Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
5. Kepada orang tuaku dan adikku yang tercinta yang tak henti-hentinya memberikan semangat do’a serta dukungan moral maupun material kepada penulis.
6. Semua teman-teman mahasiswa STIKES Ahmad Yani Yogyakarta yang telah membantu selesainya Skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan Skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat.
Yogyakarta 12 Agustus 2014
Penulis
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii INTISARI ....................................................................................................... iii ABSTRACT ................................................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................... v HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................. ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4 E. Keaslian Penelitian ................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Toritis ........................................................................ 8 B. Kerangka Teori ......................................................................... 27 C. Kerangka Konsep ..................................................................... 28 D. Hipotesis ................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...................................................................... 29 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 29 C. Variabel Penelitian.................................................................... 29 D. Definisi Operasional ................................................................. 30 E. Populasi dan Sampel ................................................................. 31 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ......................................... 32 G. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................... 34 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 36 I. Jalanya Penelitian ..................................................................... 39 J. Etika Penelitian ......................................................................... 40
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Singkat Lokasi Penelitian ......................................... 41 B. Hasil dan Pembahasan Penelitian .............................................. 42 C. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian .................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 52 B. Saran ........................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 30
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Penilaian Variabel Manajemen Stres .............. 33
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Penilaian Kecemasan ..................................... 33
Tabel 3.4 Karakteristik Responden berdasarkan Umur................................... 42
Tabel 3.5 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan .......................... 42
Tabel 3.6 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 43
Tabel 3.7 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ............. 43
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Manajemen Stres Responden ......................... 44
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Kecemasan Pasca Erupsi Merapi …………… 44
Tabel 4.1 Hubungan antara Manajemen Stres dengan Tingkat Kecemasan
Pasca Erupsi Merapi ……………………………………………… 45
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Rentang Respon Cemas .............................................................. 21 Gambar 2.2 Kerangka Teori .......................................................................... 27 Gambar 2.3 Kerangka Konsep ....................................................................... 28
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat ijin Penelitian Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Pernyataan Menjadi Responden Lampiran 4. Pernyataan Persetujuan sebagai Asisten Penelitian Lampiran 5. Karakteristik Responden di Dusun Wonokerso Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Penelitian di Dusun Wonokerso Lampiran 7. Distribusi Frekuensi Responden di Dusun Wonokerso Lampiran 8. Uji Kuisioner Manajemen Stres di Padukuhan Bronggang Lampiran 9. Uji Kuisioner Tingkat Kecemasan di Padukuhan Bronggang
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Salah satu bencana yang sering terjadi di
dunia adalah bencana alam. Bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor (Bappenas, 2008).
Berbagai bencana alam telah menimbulkan korban harta dan jiwa. Korban
yang selamat akan mengalami dampak psikologis akibat bencana, misalnya
ketakutan, kecemasan, dan kesedihan yang mendalam (Kharismawan dkk, 2012).
Trauma akibat bencana alam adalah sesuatu yang katastropik yaitu di luar rentang
pengalaman trauma yang umum dialami manusia dalam kejadian sehari-hari
sehingga dapat menyebabkan kecemasan yang luar biasa. Hal ini akan membuat
mereka dalam keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak
mengalami stres (Sunardi, 2007).
Stres merupakan suatu respon fisiologik ataupun perilaku terhadap sesuatu
hal yang dipandang menyebabkan ketakutan karena kecemasan yang berlebihan,
gangguan keseimbangan (homeostasis), baik internal maupun eksternal (stressor)
(Gunarya, 2008). Stres bersifat subjektif sesuai persepsi orang yang
memandangnya, dengan perkataan lain apa yang mencekam bagi seseorang belum
tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain dan stres juga dapat diartikan sebagai
tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek
dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
karena stres akan timbul dari suatu tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang (Gunarya, 2008).
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, dan keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik (Hawari, 2004). Kecemasan ini mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional, jika berlangsung terus
dalam waktu yang lama, individu tersebut dapat mengalami kelelahan dan
kematian (Stuart, 2006).
Manusia sebenarnya mempunyai kemampuan penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mengatasi gangguan mental dan emosional seperti stres dan
kecemasan yang muncul melalui manajemen stres. Manajemen stres merupakan
kecakapan menghadapi tantangan dengan cara mengendalikan tanggapan secara
proporsional/ mengontrol, mengelola dan mengurangi ketegangan yang terjadi
dalam situasi stress dengan kemampuan sumber daya (Hawari, 2004).
Gunung Merapi meletus pada hari Jumat, 26 November 2010 khususnya di
Kecamatan Cangkringan, Sleman mengakibatkan korban 382 jiwa dan kerugian
harta benda total keseluruhan mencapai 33 milyar, 29 orang korban luka bakar
dan 74 orang yang menjalani perawatan non luka bakar (Dinas Sosial Sleman,
2010). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan
Geologi menetapkan wilayah aman letusan menjadi 20 km dari puncak Merapi.
Sebelumnya, wilayah aman ini 15 km. Hal ini menimbulkan banyak problem
sosial, diantaranya problem kecemasan dan emosional bagi korban yang selamat.
Salah satu wilayah yang mengalami dampak erupsi Merapi tahun 2010
yaitu Dusun Wonokerso, Desa Argomulyo. Berdasarkan data kependudukan Desa
Argomulyo Tahun 2013 jumlah penduduk di Dusun Wonokerso adalah 400
orang, dengan rincian neonatus lahir-14 hari sebanyak 10 bayi, bayi 2 minggu - 2
tahun sebanyak 20 bayi, kanak- kanak umur 2-6 tahun sebanyak 34 anak, remaja
12-18 tahun sebanyak 98 orang, dewasa 18-35 tahun sebanyak 100 orang, Dewasa
pertengahan umur 36-64 sebanyak 62 dan lansia 65-70 tahun sebanyak 71 orang.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
Letak Desa Argomulyo bersebelahan langsung dengan sungai Gendol yang
sewaktu-waktu dapat dialiri lahar panas maupun dingin ketika terjadi erupsi
Merapi dan pasca erupsi Merapi. Hasil wawancara dengan penduduk didapatkan,
bahwa terdapat satu orang meninggal dunia pada Tanggal 26 Oktober 2010, dua
orang mengalami trauma karena setiap mendengar suara pesawat terbang individu
seperti mendengar suara gempa, mengira akan terjadi letusan susulan kembali dan
empat warga mengalami kecemasan jika akan terjadi letusan susulan kembali
dalam beberapa jam setelah kejadian erupsi Merapi.
Tanggal 27 April 2012 Kepala Pukesmas mengatakan sebanyak tiga
warga menyatakan merasakan cemas sampai tiga hari, dan mulai menyadarkan
diri bahwa hal ini adalah kehendak Tuhan, sedangkan empat warga mengalami
kecemasan sampai berbulan-bulan karena merasa takut menghadapi hidup
selanjutnya akibat hilangnya harta benda yang dimiliki. Pada tanggal 5 Februari
2013 Bapak Lurah Cangkringan mengatakan masih tampak adanya dampak dari
erupsi merapi khususnya di kawasan Bebeng telah didapatkan satu korban
meninggal dunia karena terkena sisa lahar dingin yang mengalir saat hujan tiba.
Pada tanggal 22 Agustus 2013 Bapak Camat Cangkringan mengatakan terjadi lagi
letusan vulkanik kecil yang tidak menyebabkan korban namun penduduk tetap
merasakan ketakutan.
Uraian di atas menunjukkan masih terlihat dampak dari adanya
kecemasan penduduk pasca erupsi Merapi dan penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan manajemen stres dengan tingkat kecemasan pasca
erupsi Merapi di Dusun Wonokerso, Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan.
Pada tanggal 18 November 2013 Kepala Pukesmas mengatakan terjadi letusan
Merapi, warga sempat mengungsi tetapi tidak ada korban jiwa, warga masih
merasakan cemas jika ada letusan susulan kembali.
Pada tanggal 9 Maret 2014 Kepala Pukesmas mengatakan Merapi
kembali meletus warga sempat merasakan getaran gempa sesaat, tidak ada korban
jiwa, tetapi warga cemas jika akan terjadi letusan susulan. Pada tanggal 27 Maret
2014 Kepala Pukesmas mengatakan terjadi letusan kecil warga sempat cemas dan
akan mengungsi, tidak ada korban jiwa.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan BNPB
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mengatakan pada Tanggal 20 April
2014 Gunung Merapi meletus disertai hujan krikil dan abu pukul 04.00 pagi,
warga mengalami kecemasan dan akan mengungsi, tidak ada korban jiwa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Antara manajemen stres
dengan tingkat kecemasan Penduduk Pasca Erupsi Merapi di Dusun Wonokerso
Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui adanya hubungan antara manajemen stres dengan tingkat
kecemasan pasca erupsi merapi penduduk di Dusun Wonokerso Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui manajemen stres penduduk pasca erupsi Merapi di Dusun
Wonokerso Kecamatan Cangkringan Kebupaten Sleman.
b. Mengetahui tingkat kecemasan Pasca Erupsi Merapi Penduduk di Dusun
Wonokerso Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis :
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang manajemen stres dan tingkat kecemasan.
b. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
keperawatan jiwa untuk menangani kecemasan penduduk pasca bencana
merapi dan dapat digunakan sebagai upaya preventif bagi pemberian
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
pelayanan keperawatan pada masyarakat melalui promosi kesehatan
khususnya manajemen stres, sehingga kecemasan pada masyarakat yang
menjadi korban bencana dapat diminimalkan.
c. Bagi Mahasiswa Keperawatan STIKES A.Yani
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan
menambah wawasan bagi mahasiswa Keperawatan STIKES A. Yani
terutama tentang manajemen stress dan tingkat kecemasan dalam
mengahdapi bencana alam.
d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi ilmu pengetahuan bagi
peneliti khususnya ilmu keperawatan dalam bidang manajemen stres.
e. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan tambahan referensi
bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian yang berhubungan
dengan manajemen stres dan tingkat kecemasan.
E. Keaslian Penelitian
1. Limasari (2010) dengan judul “Pengaruh Manajemen Stres Terhadap
Regulasi Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Primer”. Jenis penelitian
ini merupakan penelitian pra-eksperimental dengan pre-post test desain
dengan besar sampel sebanyak 15 responden di desa Wonoplintahan, Sidoarjo
yang diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan observasi. Analisis data dengan uji wilcoxon. Hasil
penelitian ini menyimpulkan manajemen stres dengan teknik meditasi,
relaksasi pernapasan, dan aromaterapi memiliki pengaruh pada pengaturan
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi primer di desa Wonoplintahan,
Sidoarjo. Penelitian ini juga menyatakan manajemen stres dapat membantu
mengurangi tingkat stres pada pasien dengan hipertensi primer. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama
meneliti manajemen stres sebagai variabel bebas. Perbedaannya adalah pada
variabel terikat yang diteliti adalah regulasi tekanan darah, sedangkan yang
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
6
penulis lakukan adalah kecemasan. Penelitian Limasari (2010) dilakukan di
Desa Wonoplintahan, Sidorejo sedangkan penulis pada penelitian ini
mengambil tempat di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan. Analisis
data juga ada perbedaan, Limasari (2010) dengan uji statistik wilcoxon
sedangkan pada penelitian penulis menggunakan analisis Kendall’s Tau ().
2. Dewi (2010) dengan judul “Pengaruh Manajemen Stres (Meditasi Benson)
terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre - Operatif di Ruang Mawar
Kuning RSUD Sidoarjo”. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen
semu. Populasi adalah 25 orang pasien pra operasi di ruang Mawar Kuning
RSUD Sidoarjo. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling sebanyak
20 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Analisis data
dengan uji Wilcoxon Signed Peringkat Test dan Mann Whitney U-Test. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa meditasi Benson berpengaruh pada
tingkat pengurangan kecemasan. Hal ini berarti meditasi Benson efektif
mengurangi tingkat kecemasan pada pasien pra operasi di ruang Mawar
Kuning RSUD Sidoarjo. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang
penulis lakukan adalah sama-sama ingin mengetahui faktor yang
berhubungan dengan kecemasan. Perbedaanya adalah pada variabel bebas
yang diteliti adalah Meditasi Benson, sedangkan yang penulis lakukan adalah
menejemen stres secara umum. Penelitian Dewi (2010) dilakukan pada
sampel pasien pre - operatif di Ruang Mawar Kuning RSUD Sidoarjo
sedangkan penulis pada penelitian ini mengambil sampel di Dusun
Wonokerso, Kecamatan Cangkringan. Analisis data juga ada perbedaan,
Dewi (2010) dengan uji statistik wilcoxon dan Mann Whitney U-Test
sedangkan pada penelitian ini menggunakan analisis Kendall’s Tau ().
3. Afandi (2007) dengan judul “Efektifitas Pelatihan Meditasi Mindfulnes
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Survivor Gempa Bumi di Bantul”.
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu. Populasi dan
sampel adalah 15 siswa di SMA 1 Pleret Bantul. Pengumpulan data dilakukan
dengan kuesioner. Analisis data dengan uji Mann Whitney U-Test. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa pelatihan meditasi mindfulnes terbukti
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
7
menurunkan tingkat kecemasan. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian
yang penulis lakukan adalah sama-sama ingin mengetahui faktor yang
berhubungan dengan kecemasan. Perbedaannya adalah penulis menggunakan
variabel manajemen stres sebagai variabel bebas, sedangkan pada penelitian
Afandi (2007) sebagai variabel bebasnya adalah pelatihan meditasi
mindfulness. Penelitian Afandi (2007) dilakukan di Kecamatan Pleret Bantul,
sedangkan penulis pada penelitian ini mengambil sampel di Dusun
Wonokerso, Kecamatan Cangkringan. Analisis data juga berbeda, Afandi
(2007) dengan uji statistik Mann Whitney U-Test sedangkan pada penelitian
ini menggunakan analisis Kendall’s Tau ().
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. GambaranUmumTempatPenelitian
Cangkringan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Cangkringan berada disebelah Timur laut dari
Ibukota Kabupaten Sleman. jarak Ibukota Kecamatan ke pusat Pemerintah (Ibukota)
Kabupaten Sleman adalah 25 kilometer. lokasi ibukota Kecamatan Cangkringan
berada di 7.66406’LS dan 110.46143’ BT, Kecamatan Cangkringan mempunyai luas
wilayah 4.799 Ha.
Wilayah Cangkringan terletak dekat dengan Gunung Merapi khususnya di
Dusun Wonokerso yang berjarak antara 15 kilometer dari puncak Merapi, dusun
Wonokerso dekat dengan sungai gendol. Gunung Merapi adalah Gunung berapi paling
aktif di Indonesia dan termasuk dalam 16 gunung paling berbahaya di Dunia menurut
IAVCEI (Internasional Association of Volcanology and Chemistry of the Earth’s
Interior). Erupsi Merapi terjadi dengan siklus 4 tahunan artinya setiap 4 tahun aktivitas
gunung ini akan meningkat mencapai status berbahaya, kadang disertai letusan besar.
dari keadaan yang demikian maka pemerintah, para masyarakat desa, perangkat
kelurahan relawan, TNI, PMI bekerja sama membantu penduduk yang terkena letusan
Merapi seperti mendirikan shelter untuk berteduh dan hunian sementara, bagi korban
yang terkena erupsi Merapi, yang kehilangan harta benda. Keadaan pasca erupsi
Merapi pada tanggal 26 November 2010 mengakibatkan korban 382 jiwa dan kerugian
harta benda total keseluruhan mencapai 33 milyar, 29 jiwa korban luka bakar dan 74
jiwa yang menjalani perawatan non luka bakar Wonokerso banyak rumah- rumah
tertibun abu vulkanik, banyak rumah yang rusak dan roboh, pohon – pohon banyak
yang tumbang dan hangus terkana lahar panas saat erupsi. binatang ternak mati dan
tumbuhan dipersawahan mati dan kering.
Data kependudukan Dusun Wonokerso, Desa Argomulyo Tahun 2013
sejumlah 256 jiwa yang terdiri dari 156 orang perempuan dan 100 orang laki – laki
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
42
yang berumur 20 tahun sampai 60 tahun, sebagian besar pekerjaan penduduk Dusun
Wonokerso adalah Ibu rumah tangga yaitu sebanyak 31 orang.
B. Penyajian Data Karateristik Responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, umur responden
dapat didiskripsikan sebagai berikut:
Tabel 3.4 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Dusun Wonokerso, Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Sleman
Yogyakarta Bulan Juli Tahun 2014 Umur Frekuensi (f) Persentase (%) < 21 7 9,9
21-30 15 21,1 31-40 12 16,9 41-50 27 38 > 50 10 14,1
Jumlah 71 100 Sumber: Data Primer, 2014
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden
adalah berkisar 41-50 tahun yaitu sebanyak 27 responden atau 38% dari
keseluruhan responden.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pekerjaan
responden dapat didiskripsikan sebagai berikut:
Tabel 3.5 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Dusun Wonokerso, Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta
Bulan Juli Tahun 2014 Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
Buruh 8 11,3 Ibu Rumah Tangga 31 43,7 Pegawai Negeri Sipil 6 8,5 Petani 19 26,8 Wiraswasta 7 9,9
Jumlah 71 100 Sumber: Data Primer, 2014
Tabel 3.5 menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan responden
adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 31 atau 43,7%.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
43
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jenis kelamin
pada responden dapat didiskripsikan sebagai berikut:
Tabel 3.6 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Wonokerso, Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Sleman
Yogyakarta Bulan Juli Tahun 2014 JenisKelamin Frekuensi (f) Presentase (%)
Laki-laki 33 46,5 Perempuan 38 53,5
Jumlah 71 100 Sumber: Data Primer, 2014
Tabel 3.6 menunjukkan sebagian besar jenis kelamin responden
adalah perempuan yaitu 38 responden atau 53,5%.
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tingkat
pendidikan responden dapat didiskripsikan sebagai berikut:
Tabel 3.7 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Dusun Wonokerso, Desa Argomulyo Kecamatan
Cangkringan Sleman Yogyakarta Bulan Juli Tahun 2014 Tingkat Pendidikan Frekuensi(f) Presentase (%)
SD 13 18,3 SMP 16 22,5 SMA 36 50,7 PT 6 8,5
Jumlah 71 100 Sumber: Data Primer, 2014
Tabel 3.7 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan
responden adalah SMA yaitu sebanyak 36 atau 50,7%.
C. Penyajian Data Variabel Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan manajemen stres dan
kecemasan responden dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Manajemen Stres di Dusun Wonokerso Kecamatan Cangkringan
Kabupaten Sleman
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
44
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, manajemen stres
pada responden dapat didiskripsikan sebagai berikut:
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Manajemen Stres Responden di Dusun
Wonokerso, Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta
Tahun 2014
Manajemen stres Frekuensi (f) Presentase (%) Baik 43 60,6 Cukup 24 33,8 Kurang 4 5,6
Jumlah 71 100 Sumber: Data Primer, 2014
Tabel 3.8 menunjukkan bahwa sebagian besar manajemen stres
responden adalah baik yaitu sebanyak 43 responden atau 60,6%.
b. Kecemasan Pasca Erupsi Merapi di Dusun Wonokerso Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman
Berdasarkan hasil penelitian yang telah, kecemasan pada
responden dapat didiskripsikan sebagai berikut:
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Kecemasan Pasca Erupsi Merapi di Dusun Wonokerso, Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta
Bulan Juli Tahun 2014
Tingkat Kecemasan Frekuensi (f) Presentase (%) Ringan 11 15,5 Sedang 42 59,1 Berat 18 25,4
Jumlah 71 100 Sumber: Data Primer, 2014
Tabel 3.9 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat kecemasan
responden adalah sedang yaitu sebanyak 42 atau 59,1%.
c. Hubungan antara Manajemen Stres dengan Tingkat Kecemasan Pasca
Erupsi Merapi di Dusun Wonokerso Kecamatan Cangkringan
Kabupaten Sleman
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kecemasan
pada responden dapat didiskripsikan sebagai berikut:
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
45
Tabel 4.0 Hubungan antara Manajemen Stres dengan Tingkat Kecemasan Pasca Erupsi Merapi di Dusun Wonokerso Kecamatan Cangkringan
Kabupaten Sleman Tahun 2014 Manajemen
Stres Kecemasan p
Value Ringan Sedang Berat Jumlah f % f % f % f %
Baik 6 8,5 27 38 10 14,1 43 60,6 0,007 Cukup 4 5,6 13 18,3 7 9,9 24 33,8 Kurang 1 1,4 2 2,8 1 1,4 4 5,6 Jumlah 11 15,5 42 59,1 18 25,4 71 100 Sumber: Data Primer, 2014
Tabel 4.0 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat menajemen stress baik dengan kecemasan sedang yaitu sebanyak
dua puluh tujuh responden (38%). Untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara manajemen stres dengan tingkat kecemasan pasca erupsi merapi di
Dusun Wonokerso Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman telah
dilakukan uji statistik menggunakan uji Kendall’s-tau dengan bantuan system
komputerisasi. Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan, pada p value
didapatkan angka sebesar 0,007, maka hasil p value lebih kecil dari 0.05
sehingga dapat dinyatakan ada hubungan antara manajemen stres dengan
tingkat kecemasan pasca erupsi merapi di Dusun Wonokerso Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman.
D. Pembahasan
1. Manajemen Stres Pasca Erupsi Merapi di Dusun Wonokerso, Desa
Argomulyo Kecamatan Cangkringan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar reponden memiliki
tingkat manajemen stres yang baik dari keseleruhan responden. Dua puluh
empat responden dari seluruh responden memiliki tingkat manajemen stres
cukup, dan sebanyak empat responden memiliki tingkat manajemen stres
kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan warga di Dusun Wonokerso,
Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan telah memiliki cara yang baik dalam
memenejemen stres yang mereka alami. Terbukti dari tujuh puluh satu
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
46
responden yang dijadikan subyek penelitian, sebanyak empat puluh tiga
responden diantaranya memiliki tingkat manajemen stres yang baik.
Cara yang paling banyak digunakan responden dalam menangani
stres adalah dengan cara istirahat sejenak dari aktifitas ketika mengalami
stres, melakukan olahraga, melakukan terapi tertawa serta berusaha menekan
konflik permasalahan yang dihadapi. Cara lain yang cukup banyak
digunakan responden dalam memanajemen stres adalah dengan cara
membasuh muka dengan air dingin, meminta nasehat dengan teman atau
tetangga, serta menjalin hubungan baik dengan masyarakat.
Hasil penelitian yang membuktikan manajemen stres di Dusun
Wonokerso ini menunjukkan bahwa sebagian besar warga telah memiliki
manajemen yang baik dalam mengantisipasi permasalahan yang ditimbulkan
oleh bencana alam gunung meletus. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi ( PVMG) dapat dipengaruhi seringnya kejadian gunung meletus yang
terjadi di daerah ini sehingga masyarakat telah berusaha belajar untuk
meminimalisir permasalahan termasuk dalam mengatasi stres dengan
manajemen stres yang baik.
Manajemen stres merupakan kecakapan menghadapi tantangan
dengan cara mengendalikan tanggapan secara proporsional/mengontrol,
mengelola, dan mengurangi ketegangan yang terjadi dalam situasi stres. Stres
harus dikelola dengan baik dan dimanfaatkan sisi positifnya demi kemajuan dan
kebaikan tubuh. Bila hal ini dapat dilakukan, resiko yang dihadapai setelah
bencana berlangsung dapat ditekan dengan maksimal (mumpuni & wulndari,
2010).
(.
Kesiapan warga dalam menangani stres pasca erupsi merapi ini
merupakan langkah keberhasilan dalam penanganan mitigasi bencana. Menurut
Ramli (2010), manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang
dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman. Menurut peraturan
pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2008, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
47
untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Cara mengatur dan mengelola stres yang dilakukan warga di Dusun
Wonokerso merupakan jenis penanganan stres yang positif, yaitu dengan
tindakan langsung (direct action), berbuat yang nyata secara khusus dan
langsung, seperti olah raga, terapi dan meminta nasehat, serta mempelajari ilmu
atau kecakapan baru.
Achidiat (2003), menyatakan bahwa dalam manajemen stres diperlukan
pendekatan yang tepat dalam mengelola stres. Ada dua pendekatan yang perlu
dilakukan untuk mengatasi stres yang disebabkan sesuatu hal yang sulit diterima
seperti bencana alam, yaitu pendekatan individu dan pendekatan dukungan
sosial. Mengingat Dusun Wonokerso merupakan daerah rawan bencana maka
perlu kesiapan yang lebih baik dalam menanganai masalah stres akibat bencana
alam.
Untuk meningkatkan kesiapan dalam mengelola stres dapat dilakukan
dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima
sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu
untukmengurangi stres perlu dilakukan kegiatan-kegiatansantai. Hal lain yang
perlu dilakukan dengan melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan
reaksikognitif. Artinya, jika seseorang dirinya ada kecemasan ketegangan
pikiran dapat melakukan berbagai macam cara untuk mengurangi ketegangan
pikiran atau kecemasan dengan istirahat membasuh muka dengan air dingin atau
berwudlu bagi orang Islam
Cara lain untuk megelola stress dapat dilakukan dengan melakukan
relaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi dan meditasi ini bisa dilakukan di
rumah pada malam hari menjelang akan tidur malam atau pada waktu senggang
sehingga dapat membangkitkan perasaan rileks dan nyaman. Adanya relaksasi
diharapkan dapat mentransfer kemampuan dalam membangkitkan perasaan
rileks ke dalam segala situasi. Beberapa cara meditasi yang biasadilakukan
adalah dengan menutup atau memejamkan mata,menghilangkan pikiran yang
mengganggu.Olah raga fisik perlu dilakukan diet dan fitnes. Beberapa cara yang
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
48
bisa ditempuh adalah mengurangi masukan atau konsumsi garam dan makanan
mengandung lemak, memperbanyak konsumsi makanan yang bervitamin seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran,danbanyak melakukan olahraga.
Strategi untuk mengurangi stres dengan pendekatan dukungan sosial
dapat dilakukan dengan berkumpul dengan sahabat, kolega, keluarga yang dapat
memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya atau setldaknya ada tempat
mengadu atas keluh kesahnya. Lingkungan perlu menciptakan suasana harmonis
untuk dapat mengurangi ketegangan suasana.
2. Kecemasan Pasca Erupsi Merapi di Dusun Wonokerso Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar reponden memiliki tingkat
kecemasan sedang dari keseleruhan responden. Delapan belas responden dari
seluruh responden memiliki tingkat kecemasan berat, sedangkan sebanyak
sebelas responden memiliki tingkat kecemasan ringan. Hal ini menunjukkan
bahwa kebanyakan warga di Dusun Wonokerso, Desa Argomulyo Kecamatan
Cangkringan setelah pasca erupsi Merapi memiliki memiliki kecemasan sedang.
Terbukti dari tujuh puluh satu responden yang dijadikan subyek penelitian,
sebanyak empat puluh dua responden diantaranya memiliki tingkat kecemasan
sedang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar warga telah
mampu mengatasi stres akibat erupsi merapi. Hal ini terbukti responden yang
mengalami kecemasan berat hanya sebanyak delapan belas responden dari
seluruh responden. Responden yang lain hanya mengalami stres ringan dan stres
sedang.
Menurut Hawari (2007), kecemasan ringan hanya berhubungan dengan
ketegangan dan waspada seseorang. Hal ini masih sangat bisa diatasi dan sering
terjadi pada setiap orang. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dengan mengesampingkan yang lain
perhatian selektif dan mampu melakukan sesuatu yang lebih terarah. Sedangkan
pada kecemasan berat, seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
49
yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tantang hal lain. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
Keberhasilan warga Dusun Wonokerso pasca erupsi merapi dalam
menangani kecemasan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
kemampuan dalam mengatasi penyebab atau respon yang dapat menyebabkan
stres. Menurut Suliswati (2005) respon ini berguna dalam memelihara
keseimbangan tubuh dalam mengatasi stres.
Dalam hal ini warga Dusun Wonokerso kemungkinan telah mampu
mengatasi berbagai ancaman-ancaman yang timbul setelah adanya gunung
meletus. Ancaman-ancaman itu meliputi ancaman integritas biologi, ancaman
terhadap keselamataan diri sendiri, dan ancaman terhadap integritas fisik.
Contoh ancaman integritas biologi meliputi gangguan terhadap
kebutuhan dasar makan, minum, kehangatan, seks. Ancaman terhadap
keselamatan diri seperti tidak menemukan integritas diri, tidak menemukan
status prestise, tidak memperoleh pengakuan dari orang lain, dan
ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata.Ancaman terhadap
integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan
kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan Jenis kecemasan yang paling
banyak dirasakan reponden pasca erupsi merapi adalah memiliki firasat saya
buruk dan mudah tersinggung. Kecemasan lain yang risaukan responden yang
paling banyak adalah badan merasa lesu dan sering terbangun serta rasa kepala
pusing dan terasa berat. Menurut Stuart (2006), gejala stres yang muncul ini
dapat disebabkan oleh keadaan kesehatan fisik dan biologis seseorang.Kajian
biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis
yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan
riwayat kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi
kecemasan, kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
50
3. Hubungan antara Manajemen Stres dengan Tingkat Kecemasan Pasca
Erupsi Merapi di Dusun Wonokerso Kecamatan Cangkringan Kabupaten
Sleman
Berdasarkan tabel silang 3.6, responden dengan tingkat manajemen baik
cenderung memiliki tingkat kecemasan sedang, sedangkan responden dengan
tingkat manajemen stres cukup cenderung memiliki tingkat kecemasan sedang
dan berat. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan tingkat manajemen stres
berhubungan dengan tingkat kecemasan pasca erupsi merapi. Kecenderungan
dan hubungan ini telah dibuktikan dengan uji statistik korelasi Kendall’s-tau dan
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara manajemen stres dengan
tingkat kecemasan pasca erupsi merapi di Dusun Wonokerso Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat menajemen stress baik dengan kecemasan sedang yaitu sebanyak dua
puluh tujuh responden (38%). Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
manajemen stres dengan tingkat kecemasan pasca erupsi merapi di Dusun
Wonokerso Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman telah dilakukan uji
statistik menggunakan uji Kendalls-Tau dengan bantuan system komputerisasi.
Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan, pada p value didapatkan angka
sebesar 0,007, maka hasil p value lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat
dinyatakan ada hubungan antara manajemen stres dengan tingkat kecemasan
pasca erupsi merapi di Dusun Wonokerso Kecamatan Cangkringan Kabupaten
Sleman.
Hasil penelitian yang dilakukan Limasari (2010) dengan judul
” Pengaruh Manajemen Stres Terhadap Regulasi Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi Primer”, juga menunjukkan hasil yang hampir sama dengan hasil
penelitian ini. Limasari (2010) ini juga menunjukkan adanya pengaruh
Manajemen Stres Terhadap Regulasi Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi
Primer.
Tingkat manajemen stres yang cukup baik akan cenderung mampu
mengatasi kecemasan yang muncul akibat erupsi merapi. Sedangkan tingkat
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
51
manajemen yang kurang baik akan cenderung berhubungan dengan tingkat
kecemasan yang berat.
Menurut Achidiat (2003), salah satu gejala stres adalah adanya gejala
psikologis, salah satunya munculnya kecemasan, ketegangan, kebingungan dan
mudah tersinggung. Stres perlu ditangani dengan benar agar tidak menimbulkan
penyakit dan akibat yang lebih buruk, salah satunya dengan cara melakukan
manajemen stres yang baik sehingga gejala seperti kecemasan dapat diatasi.
E. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah:
1. Instrumen penelitian hanya berupa kuesioner tertutup, sehingga diperlukan
pengambilan data dengan menggunakan instrumen yang lebih kuat dan lebih
baik seperti kuesioner terbuka, wawancara dan observasi untuk mendapatkan
data yang lebih akurat.
2. penelitian tentang manajemen stres pasca erupsi merapi ini hanya bisa
diambil setelah bencana terjadi atau erupsi merapi terjadi.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara manajemen stres dengan
tingkat kecemasan pasca erupsi merapi di Dusun Wonokerso Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman. Adapun hasil penelitian tingkat manajemen stres
penduduk pasca erupsi Merapi Kecemasan di Dusun Wonokerso Kecamatan
CangkringanKebupatenSleman adalah kategori baik, sedangkan tingkat
kecemasan Pasca Erupsi Merapi adalah kategori sedang. Penduduk di
DidusunWonokerso dapat mengetahui bagaimana memanajemen stres penduduk
pasca erupsi Merapi dan dapat mengetahui tingkat kecemasan pasca erupsi Merapi
penduduk di Dusun Wonokerso Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat harus aktif dalam melakukan pengelolaan stres melalui
manajemen stres yang baik sehingga dalam menghadapi kecemasan dalam
menghadapi bencana alam seperti gunung meletus dapat diatasi..
2. Bagi Instansi Kesehatan
Sebaiknya instansi kesehatan memberikan pendidikan kesahatandan
memberikan informasi atau penyuluhan tentang manajemen stres yang benar
melalui petugas-petugas kesehatan agar masyarakat dapat mengatasi berbagai
gejala kecemasan yang disebabkan oleh bencana alam..
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebaiknya melakukan penelitian dengan menggunakan variabel-
variabel lain misalnya ketersediaan pelayanan kesehatan, atau lingkungan
budaya yang berhubungan dengan kecemasan dalam menghadapi bencana
alam.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
C. Manfaat Penelitian
1) Dapat mengetahui kecemasan Penduduk pasca erupsi Merapi di Dusun
Wonokerso kecamatan cangkringan kabupaten sleman yogyakarta
2) dapat mengetahui Cara memanajemen stres pasca erupsi Merapi di Dusun
Wonokerso.
53
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Penelitian
Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Asisten Peneliti
Lampiran 4. Lembar Informed Consent
Lampiran 5. Pengantar Kuesioner
Lampiran 6. Kuesioner Kecemasan Penduduk Pasca Erupsi Merapi Dusun Wonokerso Cangkringan
Lampiran 7. Kuesioner Manajemen Stres Pasca Erupsi Merapi Dusun Wonokerso Cangkringan
Lampiran 8. Surat Ijin Studi Pendahuluan
vii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR PUSTAKA
Achidiat. A. (2003). Teori Dan Manajemen Stres. Malang: Taroda.
Arikunto. S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.
Afandi. (2007). Efektifitas Pelatihan Meditasi Mindfulnes Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Survivor Gempa Bumi di Bantul. Kediri: STIKES Surya Mitra Husada.
Bappenas. (2008). Macam – Macam Bencana dalam Kehidupan Masyarakat. Diakses 7 Oktober 2012
Dewi.W. (2010). Pengaruh Manajemen Stres (Meditasi Benson) Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre-Operatif di Ruang Mawar Kuning RSUD Sidoarjo. http://alumni.unair.ac.id. Diakses 23 September 2012.
Dinas Sosial Sleman.(2010). Dampak Meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta. Www Dinas Sosial Sleman.Com .Diakses 14 Oktober 2013.
Gunarya. (2008). Manajemen Stres. Makasar: Pusat Bimbingan & Konseling UNHAS.
Hawari, D. (2004). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hawari. D. (2007). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa, Skizofrenia. Jakarta : FKUI.
Kharismawan, Kuriake. Panduan Program Psikososial Paska Bencana. Diakses tanggal 30 April 2012 dari http://www.sintak.unika.ac.id/
Keliat.BA (2011). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Limasari. (2010). Pengaruh Manajemen Stres Terhadap Regulasi Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer. http://alumni.unair.ac.id. Diakses 23 September 2012.
Mumpuni .Y & Wulandari. A (2010). Mengelola Stres Dengan Manajemen Stres. Yogyakarta Penerbit Andi.
Notoatmodjo.S. (2005). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo.S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2008. http: //www.menkokesra.90.Id/Node/442.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Ramli. (2010). United Nation Development Program (UNDP). http://Kesehatan.
Kompasiana.Com. Diakses 7 September 2012.
Rasmun. (2004). Stres, Koping, Adaptasi Teori dan pohon masalah keperawatan. Jakarta:
Sugeng Seto
Stuart. GW. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Sunaryo. ( 2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sunardi. (2007). Gangguan Stres Pasca Trauma (Post Traumatic Stres Disorder) Dalam
Perspektif Konseling. http://file.upi.edu/direktori. Diakses 22 Agustus 2012.
Sunartono. (2013). Pemerintah Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. http://www
Pemerintah Kabupaten Sleman.DIY.Com. Dakses 8 Maret 2014
Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suparyanto. (2011). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep. I. (2007). Konsep dan Adaptasi Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama