HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN …eprints.ums.ac.id/36544/3/02. Naskah Publikasi.pdf ·...
-
Upload
truongkiet -
Category
Documents
-
view
230 -
download
1
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN …eprints.ums.ac.id/36544/3/02. Naskah Publikasi.pdf ·...
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA
Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Sebagian Syaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
Diajukan oleh :
GALUH PRATIDINA
F 100114028
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA
Naskah Publikasi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Untuk memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Disusun oleh :
GALUH PRATIDINA
F100114028
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
iii
iv
v
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA
Galuh Pratidina
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Drs. Soleh Amini, M.Si
ABSTRAKSI
Remaja mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dan keinginan untuk
memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun hubungan
dengan orang lain tidak mudah. Berhubungan dengan orang lain memerlukan
kemampuan berkomunikasi yang baik. Konsep diri merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku
sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk 1.
mengetahui apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemampuan
komunikasi interpersonal pada remaja, 2. mengetahui tingkat kemampuan
komunikasi interpersonal remaja, 3. mengetahui kondisi konsep diri remaja, 4.
mengetahui sumbangan efektif konsep diri terhadap komunikasi interpersonal
pada remaja. Sample dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SMP Negeri 1
Pedan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah quota non random
sampling, dengan jumlah subjek sebanyak 109 orang. Metode menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan alat ukur skala konsep diri dan skala komunikasi
interpersonal. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
korelasi Product Moment dari Pearson.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi 0,625 dengan
sig = 0,000; p < 0,001 artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
konsep diri dengan kemampuan komunikasi interpersonal pada remaja, sehingga
hipotesis yang diajukan diterima, yaitu ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara konsep diri dengan kemampuan komunikasi interpersonal pada
remaja. Sumbangan efektif konsep diri dengan kemampuan komunikasi
interpersonal sebesar 39 % dan sisanya 71% dipengaruhi variabel lainnya. Konsep
diri remaja termasuk ke dalam kategori tinggi dengan rerata empirik (RE = 99,43)
dan rerata hipotetik sebesar 82,5. Tingkat kemampuan komunikasi interpersonal
termasuk ke dalam kategori tinggi dengan rerata empirik (RE) 110,12 dan rerata
hipotetik sebesar 92,5.
Kata kunci : Konsep Diri, Kemampuan Komunikasi Interpersonal
1
PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang
banyak di hadapi oleh remaja adalah
interaksi sosial di lingkungan
sekolah. Dalam melaksanakan fungsi
interaksi sosial, remaja melakukan
komunikasi dengan individu lain
baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Sebagai makhluk sosial dan
manusia yang unik, remaja termasuk
salah satu didalamnya. Remaja
sangat menarik untuk diamati. Usia
remaja adalah usia transisi antara
masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Masa remaja juga dianggap sebagai
masa penyesuaian. Maksudnya,
individu mulai masuk dan
menghadapi lingkungan orang
dewasa, yang memiliki peraturan dan
norma tersendiri yang harus dipatuhi,
berbeda dengan peraturan dan norma
yang berlaku saat ia masih anak-
anak. Itu sebabnya remaja harus
mempelajari peranan orang dewasa
dan hidup sebagai orang dewasa di
lingkungan orang dewasa pula
(Dacey dan Maureen dalam
Mahayani, 2007).
Dalam perkembangannya,
remaja mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi dan keinginan untuk
memiliki banyak teman, namun
kadang-kadang untuk membangun
hubungan dengan orang lain itu
sendiri tidak mudah. Berhubungan
dengan orang lain memerlukan
keterbukaan diri, apabila individu
mau membuka diri kepada orang
lain, maka orang lain yang diajak
bicara akan merasa aman dalam
melakukan komunikasi antarpribadi
yang akhirnya orang lain tersebut
akan turut membuka diri. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sugiyo
(2005), keterbukaan atau sikap
2
terbuka sangat berpengaruh dalam
menumbuhkan komunikasi antar
pribadi yang efektif. Keterbukaan
adalah pengungkapan reaksi atau
tanggapan kita terhadap situasi yang
sedang dihadapi serta memberikan
informasi tentang masa lalu yang
relevan untuk memberikan
tanggapan kita di masa kini tersebut.
Ketidakmampuan seorang
remaja dalam mengungkapkan
keinginan, perasaan serta
mengaktualisasikan apa yang ada
dalam diri mereka menjadikan
masalah yang dihadapi oleh remaja
semakin besar. Sehingga remaja
memerlukan sebuah kemampuan dan
keterampilan untuk mengungkapkan
masalah yang mereka hadapi kepada
orang lain, kemampuan dan
keterampilan itu adalah komunikasi
yang baik dengan lingkungan.
Pada kenyataannya terdapat
beberapa penelitian mengenai
masalah kemampuan komunikasi
Interpersonal remaja, diantaranya
oleh Apollo (dalam Adawiyah 2012)
yang mengemukakan bahwa 65%
dari 60 siswa kelas II SMF Bina
Farma Kota Madiun memiliki
masalah dalam berkomunikasi
interpersonal.
Rahmat (2000) menjelaskan
konsep diri sebagai pandangan dan
perasaan mengenai diri sendiri.
Persepsi mengenai diri sendiri dapat
bersifat psikis, sosial, dan fisik.
Konsep diri dapat berkembang
menjadi konsep diri negatif dan
positif.
Menurut Yunata, Indati, &
Nugraha, 2012, bila seorang remaja
kesulitan dalam mengkomunikasikan
gagasannya kepada orang-orang
yang dihormatinya, tidak mampu
3
berbicara di depan umum, atau ragu
dalam menyampaikan pendapatnya,
maka kemampuan komunikasi dan
konsep dirinya tidak akan
berkembang. Untuk itu, diharapkan
seorang remaja dapat berkomunikasi
dengan baik, sehingga konsep
dirinya dapat berkembang.
Hubungan dengan konsep diri dan
komunikasi mungkin dapat
disimpulkan dengan berpikir positif.
Menurut Hidayat (2012),
Komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antara seorang
komunikator dengan komunikan.
Jenis komunikasi tersebut dianggap
paling efektif untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku menusia
berhubung prosesnya yang dialogis.
Komunikasi interpersonal selalu
dihubungkan dengan pertemuan
antara dua, tiga, atau mungkin empat
orang yang terjadi secara spontan
dan tidak terstruktur.
Terdapat aspek-aspek yang
mempengaruhi komunikasi interper-
sonal menurut Laswell (dalam
Savitri, 2007), seperti :
a. Keterbukaan
Keterbukaan adalah
adanya kemauan untuk
membuka diri, mengatakan
tentang dirinya sendiri yang
tadinya tetap disembunyikan,
jadi harus bersikap jujur pada
reaksi dan pada stimulus-
stimulus yang datang.
b. Kejujuran
Bersikap jujur adalah
mengungkapkan diri apa adanya
atau sesuai dengan fakta yang
terjadi. Kejujuran menyebabkan
perilaku individu dapat diduga (
predictable ) dan ini mendorong
orang lain untuk percaya pada
4
individu tersebut (Rakhmat,
2005).
c. Kepercayaan
Secara ilmiah “percaya”
dapat didefinisikan sebagai
“mengandalkan perilaku orang
untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki,yang pencapaiannya
tidak pasti dan dalam situasi
yang penuh resiko” (Griffin
dalam Rakhmat, 2005). Menaruh
kepercayaan tanpa menaruh
kecurigaan akan membantu
memperlancar tercapainya
tujuan komunikasi.
d. Empati
Empati adalah
kemampuan untuk berpikir dan
merasakan hal yang sesuai
dengan apa yang dirasakan
orang lain. Empati berarti
berusaha menempatkan diri pada
keadaan orang lain baik secara
intelektual maupun emosional.
e. Mendengarkan.
Mendengarkan adalah
proses aktif yang membutuhkan
konsentrasi dan bertujuan
melakukan pemahaman terhadap
stimulus untuk memberikan
feedback. Dengan saling
mendengarkan lawan bicara dan
meresponnya maka dialog dapat
terus berjalan.
Rakhmat (2009)
mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi komunikasi
interpersonal adalah:
a. Persepsi Interpersonal
Persepsi seseorang
seringkali tidak cermat,bila
kedua belah pihak menanggapi
yang lain secara tidak cermat,
terjadilah kegagalan komunikasi.
Kegagalan komunikasi ini dapat
5
diperbaiki bila orang
menyadari bahwa persepsinya
mungkin salah. Komunikasi
interpersonal kita akan menjadi
lebih baik bila kita mengetahui
bahwa persepsi kita bersifat
subyektif dan cenderung keliru.
b. Konsep Diri
Konsep diri merupakan
faktor yang sangat menentukan
dalam komunikasi interpersonal,
karena setiap orang bertingkah
laku sedapat mungkin sesuai
dengan konsep dirinya. Faktor
ini merupakan yang amat
penting dalam terwujudnya
kemampuan komunikasi
interpersonal, karena jika
seseorang mempunyai konsep
diri positif maka akan mampu
mengeluarkan segala sesuatu
yang ada pada dirinya terutama
dalam mengeluarkan pendapat,
ide, ataupun gagasan pada orang
lain.
c. Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal
artinya mampu meramalkan dari
mana pesan akan muncul kepada
siapa pesan akan mengalir, dan
lebih-lebih lagi bagaimana pesan
akan diterima. Ketika individu
mengetahui siapa tertarik pada
siapa, atau siapa menghindari
siapa,individu dapat meramalkan
arus komunikasi interpersonal
yang akan terjadi. Semakin
tertarik individu dengan
seseorang, maka semakin besar
kecenderungan individu
berkomunikasi dengan orang
lain. Kesukaan kepada orang
lain, sikap positif, dan daya tarik
seseorang disebut sebagai atraksi
interpersonal.
d. Hubungan Interpersonal
6
Orang berhubungan de
ngan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang
memenuhi kebutuhan mereka.
Konsep diri adalah
sekumpulan keyakinan dan perasaan
seseorang mengenai dirinya.
Keyakinan seseorang mengenai
dirinya bisa berkaitan dengan bakat,
minat, kemampuan, penampilan fisik
dan lain sebagainya. Konsep diri
merupakan kesadaran seseorang
mengenai siapa dirinya (Sarwono,
2011).
Maria (2007) mengemukakan
bahwa aspek-aspek konsep diri
meliputi:
a. Diri fisik (physical self). Aspek
ini menggambarkan bagaimana
individu memandang kondisi
kesehatan, badan, dan
penampilan fisiknya.
b. Diri moral & etik (morality &
ethical self). Aspek ini
menggambarkan bagaimana
individu memandang nilai-nilai
moral-etik yang dimilikinya.
Meliputi sifat-sifat baik atau
sifat-sifat jelek yang dimiliki dan
penilaian dalam hubungannya
dengan Tuhan.
c. Diri sosial (social self ). Aspek
ini mencerminkan sejauhmana
perasaan mampu dan berharga
dalam lingkup interaksi sosial
dengan orang lain.
d. Diri pribadi (personal self ).
Aspek ini menggambarkan
perasaan mampu sebagai
seorang pribadi, dan evaluasi
terhadap kepribadiannya atau
hubungan pribadinya dengan
orang lain.
e. Diri keluarga (family self ).
Aspek ini mencerminkan
7
perasaan berarti dan berharga
dalam kapasitasnya sebagai
anggota keluarga.
Menurut Nina W.Syam
(2012), konsep diri dipengaruhi oleh
faktor faktor sebagai berikut:
a. Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua turut
menjadi faktor signifikan dalam
mempengaruhi konsep diri yang
terbentuk. Sikap positif orang
tua yang terbaca oleh anak, akan
menumbuhkan konsep dan
pemikiran yang positif serta
sikap menghargai diri sendiri.
Sikap negatif orang tua akan
mengundang pertaanyaan pada
anak, dan menimbulkan asumsi
bahwa dirinya tidak sukup
berharga untuk dikasihi, untuk
disayangi dan dihargai dan
semua itu akibat kekurangan
yang ada padanya sehingga
orang tua tidak sayang.
b. Kegagalan
Kegagalan yang terus-
menerus dialami seringkali
menimbulkan pertanyaan kepada
diri sendiri dan berakhir dengan
kesimpulan bahwa semua
penyebabnya terletak pada
kelemahan diri. Kegagalan
membuat orang merasa dirinya
tidak berguna.
c. Depresi
Orang yang sedang
mengalami depresi akan
mempunyai pemikiran yang
cenderung negatif dalam
memandang dan merespon
segala sesuatunya, termasuk
menilai dirinya sendiri. Segala
situasi atau stimulus yang netral
akan dipersepsi secara negatif.
Misalnya tidak diundang ke
8
sebuah pesta, maka berfikir
bahwa saya “miskin” maka saya
tidak pantas diundang. Orang
yang depresi sulit melihat
apakah dirinya mampu survive
menjalani ehidupan selanjutnya.
d. Kritik Internal
Terkadang mengkritik
diri sendiri memang dibutuhkan
untuk menyadarkan seseorang
akan perbuatan yang
dilakukannya. Kritik terhadap
diri sendiri sering berfungsi
menjadi regulator atau rambu-
rambu dalam bertindak dan
berperilaku agar keberadaan kita
diterima oleh masyarakat dan
dapat beradaptasi dengan baik.
METODE PENELITIAN
Subjek yang diambil
dalam penelitian adalah remaja
usia 12-17 tahun. Penelitian
menggunakan 3 kelas, yaitu
kelas A, B, dan F sebanyak 109
siswa. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini
menggunakan quota non random
sampling yaitu pengambilan
sampel didasarkan atas
pembatasan jumlah sample
tertentu. Merode pengumpulan
data menggunakan skala konsep
diri dan skala komunikasi
interpersonal. Teknik analisis
data menggunakan korelasi
produck moment dari Pearson.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis yang telah
dilakukan dengan menggunakan
teknik korelasi product moment dari
Pearson maka diperoleh hasil nilai
koefisien korelasi (r) sebesar 0,625
dengan signifikan (p) = 0,000 < 0,01,
yang berarti ada hubungan positif
9
yang sangat signifikan antara konsep
diri dengan kemampuan komunikasi
interpersonal. Hasil penelitian ini
mendukung pendapat Rakhmat
(2011), sukses komunikasi
interpersonal banyak bergantung
pada kualitas konsep diri seseorang
yaitu positif dan negatif. Konsep diri
yang positif lahirlah pola perilaku
komunikasi interpersonal yang
positif pula, yakni melakukan
persepsi yang lebih cermat dan
mengungkapkan petunjuk-petunjuk
yang membuat orang lain daopat
menafsirkan dengan cermat pula.
Berdasarkan kategorisasi
skala konsep diri, Rerata empirik
konsep diri tergolong tinggi (RE =
99,43) dan RH = 82,5. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa frekuensi
konsep diri remaja terdapat pada
kategori tinggi atau positif.
Penerapan konsep diri yang termasuk
kategori tinggi ini karenakonsep diri
yang dimiliki manusia tidak
terbentuk secara instant, melainkan
dengan proses belajar sepanjang
hidup manusia. Ketika individu lahir,
individu tidak memiliki pengetahuan
tentang dirinya, tidak memiliki
harapan yang dicapainya serta tidak
memiliki penilaian tentang dirinya.
Konsep diri berasal dari berkembang
sejalan pertumbuhan, terutama akibat
hubungan dengan individu lain.
Dalam berinteraksi, setiap individu
akan menerima tanggapan.
Tanggapan yang diterima dijadikan
cermin bagi individu untuk menilai
dan memandang dirinya sendiri.
Dimana pada akhirnya individu
mulai mengerti siapa dirinya, apa
yang diinginkannya serta dapat
melakukan penilaian terhadap
dirinya (Sobur, 2010).
10
Berdasarkan kategorisasi
kemampuan komunikasi interper-
sonal retata empirik tergolong tinggi
(RE = 110,12) dan RH = 92,5. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan komunikasi
interpersonal remaja sebagian besar
termasuk dalam kategori tinggi.
Menurut Raudah (2012), sejak lahir
tidak bisa dilepaskan dari
komunikasi. Secara kodrati manusia
harus hidup bersama dengan orang
lain. Untuk itu manusia
membutuhkan cara untuk bisa
berinteraksi dengan manusia lain.
Bahkan sebuah penelitian
mengemukakan 70% waktu bangun
kita digunakan untuk beromunikasi.
Dengan komunikasi, kita membentuk
saling pengertian, menumbuhkan
persahabatan, memelihara kasih
sayang, menyebarkan pengetahuan
dan melestarikan peradaban. Hakikat
komunikasi adalah proses pernyataan
antar manusia, dimana yang
dinyatakan itu adalah pikiran atau
perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa sebagai
alat penyalurnya.
Koefisien determinasi =
= 0,3906 (pengkuadratan
dari koefisien korelasi (R)). Artinya
Konsep diri memiliki sumbangan
efektif sebesar 39% terhadap
kemampuan komunikasi
interpersonal pada remaja di SMP
Negeri 1 Pedan. Sisanya (100%-
39% = 71%) hal ini berarti masih
terdapat sisa 71% berasal dari
sumbangan variabel lain yang turut
berperan dalam menentukan faktor
kemampuan komunikasi
interpersonal namun tidak
diperhatikan dalam penelitian ini.
Adanya korelasi yang positif
dan signifikan antara konsep diri
11
dengan kemampuan komunikasi
interpersonal pada remaja di SMP
Negeri 1 Pedan menunjukkan bahwa
konsep diri mempunyai peranan
penting dalam menentukan perilaku.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Rakhmat (2011), Konsep diri
merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam komunikasi
interpersonal, karena setiap orang
bertingkah laku sedapat mungkin
sesuai dengan konsep dirinya.
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa konsep diri
memberikan kontribusi terhadap
kemampuan komunikasi interper-
sonal pada remaja. Penelitian ini
terdapat beberapa kelemahan seperti
penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan pada remaja di
tempat lain atau remaja pada
umumnya. Untuk penerapan populasi
yang lebih luas dengan karakteristik
yang berbeda perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan
menggunakan atau menambah
variabel-variabel lain yang belum
disertakan dalam penelitian ini,
ataupun dengan menambah dan
memperluas ruang lingkup penelitian
dan lebih berhati-hati terhadap skala
yang akan digunakan sebagai alat
ukur.
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara
konsep diri dengan
kemampuan komunikasi
interpersonal yang artinya
semakin positif konsep diri
maka kemampuan
komunikasi interpersonal
remaja akan semakin baik,
sebaliknya semakin negatif
12
konsep diri maka komunikasi
interpersonal remaja semakin
buruk. Dilihat dari hasil nilai
koefisien korelasi (r) sebesar
0,625 dengan signifikan (p) =
0,000 < 0,01.
2. Tingkat kemampuan
komunikasi interpersonal
remaja pada penelitian ini
tergolong tinggi, yaitu dapat
dilihat dari rerata empirik
(RE) sebesar 110,12 dan
rerata hipotetik (RH) sebesar
92.
3. Kondisi Konsep diri remaja
pada penelitian ini tergolong
positif (tinggi), yaitu dapat
dilihat dari rerata empirik
(RE) sebesar 99,43 dan rerata
hipotetik (RH) sebesar 82,5.
4. Konsep diri memiliki
sumbangan efektif sebesar
39% terhadap komunikasi
interpersonal pada remaja di
SMP Negeri 1 Pedan. Sisanya
(100% - 39% = 71%) hal ini
berarti masih terdapat sisa
71% berasal dari sumbangan
variabel lain yang turut
berperan dalam menentukan
faktor kemampuan
komunikasi interpersonal
namun tidak diperhatikan
dalam penelitian ini.
b. Saran
1. Bagi remaja
Bagi remaja disaran-
kan untuk menerima diri apa
adanya, meningkatkan penge-
nalan akan diri dengan cara
memahami kondisi kesehatan
dan memperhatikan
penampilan fisik. Hal-hal
tersebut akan meningkatkan
konsep diri menjadi positif.
Apabila remaja memiliki
13
konsep diri yang positif maka
ia mampu menerima
keberadaan dirinya dan orang
lain, sehingga perasaan
terancam yang dapat
mengakibatkan rasa cemas
akan berkurang.
2. Bagi orangtua
Orangtua diharapkan
dapat membimbing dan
memberi kebebasan remaja
mengaktualisasikan dirinya
untuk pembentukan konsep
diri. Yaitu dengan cara dapat
menciptakan suasana
keluarga yang harmonis yaitu
dengan menghargai sesama
keluarga dan menciptakan
suasana yang nyaman
sehingga remajapun merasa
senang dan berharga sebagai
bagian dari anggota keluarga,
lebih dari itu kebutuhan
remaja akan rasa aman
terpenuhi. Kebutuhan rasa
aman yang terpenuhi akan
meningkatkan kesehatan
psikologis.
3. Bagi Guru
Bagi guru diharapkan
dapat memantau interaksi
sosial antar siswanya. Dengan
memantau dan memberikan
pemahaman melalui pelajaran
bimbingan dan konseling
tentang konsep diri dapat
mengurangi rasa gugup
dalam menghadapi
lingkungan sosial.
4. Bagi teman sebaya
Teman sebaya sangat
mempengaruhi pembentukan
konsep diri remaja. Untuk
pergaulan di lingkungan
sosial diharapkan remaja
dapat berteman dengan teman
14
yang dapat memperbaiki diri.
Remaja yang pandai
menempatkan dirinya pada
lingkungan teman sebaya
yang baik dapat
mengembangkan identitas
dirinya kearah yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, R. (2012). Hunungan
Antara Konsep Diri Dan
Kecemasan Komunikasi Pada
Mahasiswa Psikologi Uin
Suka Yogyakarta. Skripsi
Hidayat, D. (2012). Komunikasi
Antar Pribadi dan Medianya.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Mahayani, N. (2007). Hubungan
antara konsep diri dengan
komunikasi interpersonal.
Skripsi
Maria, Ulfah. (2007). Peran
Persepsi Keharmonisan
Keluarga dan Konsep Diri
Terhadap Kecenderungan
Kenakalan Remaja. Tesis
(Tidak diterbitkan).
Rakhmat, J. (2000).Psikologi
Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
(2009). Psikologi Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
(2011). Psikologi Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Roudah, Farida. (2012). Komunikasi
Terhadap Remaja Yang
Sedang Sakit. Artikel diambil
darihttp://www.scribd.com/do
c/117977125/Makalah-
Komunikasi-Remaja-Oke-
FR#scribd
Sarwono, S. W. (2011). Psikologi
Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Savitri, R. d. (2007). Kesepian
Ditinjau Dari Kualitas
Komunikasi Pada Remaja
Dengan Orang Tua Tunggal.
Skripsi Tidak Diterbitkan
Sugiyo. (2005). Komunikasi
Antarpribadi. Semarang:
UNNES Press
Yunata, S. D., Indati, A., & Nugraha,
Y. J. (2012). Hubungan
Antara Konsep Diri Dengan
Kemampuan Komunikasi
Interpersonal Pada Remaja.
Jurnal Psikohumanika, Vol.
V. No. 1, 35-36.