Meri Dunya-Dr Ejaz Hussain-Karvan Publishers, Allahabad-1965
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGI GURU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5128/1/SKRIPSI...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGI GURU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5128/1/SKRIPSI...
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGI GURU WIYATA BAKTI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI
MTs. YAKTI TEGALREJO KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2013
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd.I)
Dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh :
MERI HERAWATI 111 06 143
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
2014
ii
iii
DEKLARASI
بسم ا الرمحن الرحيم
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 8 September 2014
Penulis,
Meri Herawati NIM. 111 06 143
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:
Nama : MERI HERAWATI
NIM : 111 06 143
Jurusan : TARBIYAH
Program Studi : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip ataui dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 20 Maret 2014
Yang Menyatakan,
Meri Herawati NIM. 111 06 143
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
v
vi
vii
MOTTO
”Hargailah cita-cita dan impianmu karena dua hal ini adalah anak jiwamu, dan cetak diri prestasi puncakmu karena itu bekal buatmu,
usaha seseorang bukanlah apa yang mereka dapatkan dari usahanya tetapi perubahan diri akibat usaha itu, karena dunia masa depan adalah
milik orang yang memiliki visi di hari ini”
“Konsep diri yang positif menumbuhkan rasa percaya diri sebagai kunci untuk menggapai cita-cita yang diharapkan; saya datang, saya
bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang”
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap
mempunyai peran penting dalam hidupnya
1. Bapak Endang Sutrisna dan Ibu Suliyah dengan segala perjuangan, air
mata, do’a, keringat pengorbanan, kesabaran dan cinta kasih yang
membentuk kemampuan untuk menghirup nafas pahit manis hidupku.
2. Mertua Bapak R. Hasan dan Ibu R. Djuwariyah, memberikan dukungan
dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
3. Suami R. Abu Hanifah (Kak Anip) dan ananda Bayu Abdul Basith, yang
tiada henti mengucurkan kesabaran, kesetian dan ketulusan nya untuk
menemaniku dalam suka dan duka membuat hidupku ini seindah pelangi
dengan cintanya.
4. Adik-adikku Komala Sari, Hesti Ambarwati, Rinawati Dewi dan Siti
Wardah Kadikhan yang tiada henti memberiku semangat, dorongan,
materi, do’a dan arti sebuah persaudaraan.
ix
KATA PENGANTAR
بسم ا الرمحن الرحيم
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke
jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini
adalah “HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGI GURU WIYATA
BAKTI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTs. YAKTI
TEGALREJO KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2013”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua STAIN
2. Bapak Suwardi, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
STAIN Salatiga.
3. Bapak Rasimin. S.PdI, M.Pd. selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Agama Islam STAIN Salatiga.
x
4. Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan
tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak
awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah PAI STAIN Salatiga yang telah berkenan
memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan
hingga studi ini dapat selesai.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta mertua yang selalu memberikan dukungan
baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi
tercapainya cita-cita.
7. Bapak Rochmat Almashari, S.Pd.I selaku Kepala MTs. Yakti Tegalrejo
Magelang yang telah memberikan izin, masukan dan bantuan untuk
melakukan penelitian.
8. Bapak Drs. H. Nuryahman selaku ketua Yayasan Amal Kesejahteraan
Tarbiyah Islam yang telah meluangkan waktunya dan melancarkan
terselesaikannya skripsi ini.
9. Guru-guru di MTs. Yakti Tegalrejo Magelang yang telah meluangkan waktu
dan membantu pencarian data dalam penyusunan skripsi ini.
10. Suami, anak, adik dan saudara-saudara serta sahabat-sahabat semua yang telah
membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
xi
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta
mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam
penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan
memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal
‘alamien.
Magelang, 12 Maret 2014 Penulis,
Meri Herawati 111 06 143
xii
ABSTRAK
HERAWATI, MERI. 111 06 143. Hubungan Antara Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti Dengan Prestasi Belajar Siswa di MTs. Yakti tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013. Skripsi Jurusan Tarbiyah, Program Studi PAI STAIN Salatiga. Pembimbing: Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. Kata kunci : Kompetensi Pedagogi dan Prestasi Belajar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah ada hubungan positif
dan signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs Yakti Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode angket, dokumentasi dan metode analisis data. Subyek penelitian sebanyak 45 responden, menggunakan teknik populasi dan dilakukan secara acak (random sampling). Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data X dan data Y.
Data penelitian yang terkumpul di analisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan Ada hubungan signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa.. Hal ini dapat dilihat dengan hasil angket yang memperoleh kategori rendah sebesar 42,2 % dari 45 responden yang memandang bahwa kompetensi pedagogi guru wiyata bakti, yaitu berada pada interval 64-80. Sedangkan untuk prestasi belajar siswa yang memperoleh kategori sedang mencapai nilai 55,5%, berada pada interval 76-83.
Setelah data berhasil, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel. Dengan jumlah subyek 45 siswa dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh pada tabel N taraf signifikansi 5% = 0,294, dan apabila ditunjukkan dengan hasil hitung koefisien korelasi ro = 0,296 > 0,497. Maka hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi "ada hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa" atau dengan kata lain hubungan kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang Tahun 2013" hipotesis yang penulis ajukan diterima. Sedangkan Pada taraf 1 % = 0,380 diperoleh perbandingan berdasarkan tabel nilai yang diperoleh ialah : 0,294 < 0,380 maka hipotesis nol (Ho) yang berbunyi : "Tidak ada hubungan positif antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang Tahun 2013", sehingga Ho ditolak.
.
xiii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii
HALAMAN DEKLARASI....................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv
HALAMAN NOTA PEMBIMBING........................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... vi
MOTTO .................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN..................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................ xii
DAFTAR ISI............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL..................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN ................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 14
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 15
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 15
E. Penegasan Istilah........................................................... 16
F. Hipotesis Penelitian....................................................... 18
G. Metode Penelitian ......................................................... 18
H. Sistematika Penulisan ................................................... 21
xiv
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kompetensi Pedagogi Guru .......................................... 22
1. Guru ........................................................................ 22
a. Pengertian ......................................................... 22
b. Persyaratan Menjadi Guru ................................ 23
c. Fungsi dan Tugas Guru..................................... 26
2. Kompetensi Guru.................................................... 29
a. Pengertian ......................................................... 29
b. Standar Kompetensi.......................................... 30
3. Kompetensi Guru Wiyata Bhakti............................ 45
a. Pengertian ......................................................... 45
b. Tujuan Guru Wiyata Bhakti ............................. 47
B. Prestasi Belajar.............................................................. 49
1. Pengertian ............................................................... 49
a. Prestasi.............................................................. 49
b. Belajar............................................................... 50
c. Prestasi Belajar ................................................. 55
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar ..................................................................... 55
C. Hubungan Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti
dan Prestasi Belajar ....................................................... 61
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 69
1. Identitas Madrasah.................................................. 69
2. Keadaan Siswa dan Guru........................................ 70
xv
3. Letak Geografis....................................................... 70
4. Sumber Dana Operasional dan Perawatan.............. 71
5. Susunan Pengurus YAKTI (Yayasan Amal
Kesejahteraan Tarbiyah Islam ................................ 72
6. Struktur Organisasi MTs. Yakti Tegalrejo
Magelang ................................................................ 73
7. Sarana dan Prasarana .............................................. 77
B. Pelaksanaan Pendidikan di MTs. Yakti Tegalrejo ........ 79
C. Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan ................................. 81
D. Penyajian Data .............................................................. 83
BAB IV ANALISI DATA
A. Variasi Tingkat Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata
Bakti .............................................................................. 88
B. Variasi Tingkat Prestasi Belajar Siswa ......................... 92
C. Analisis Uji Hipotesis ................................................... 95
D. Analisis Korelasi Product Moment ............................... 98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 100
B. Saran.............................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 102
LAMPIRAN.............................................................................................. 104
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo ....................................... 69
Tabel 3.2 Daftar Guru dan Karyawan MTs. Yakti Tegalrejo................. 70
Tabel 3.3 Batas Bangunan MTs. Yakti Tegalrejo .................................. 70
Tabel 3.4 Susunan Kepengurusan Yakti (Yayasan Amal
Kesejahteraan Tarbiyah Islam)............................................... 71
Tabel 3.5 Kondisi MTs. Yakti Tegalrejo................................................ 72
Tabel 3.6 Daftar Nama Siswa MTs. Yakti Tegalrejo Tahun 2013......... 77
Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Angket Kompetensi Pedagogi Guru
Wiyata Bakti........................................................................... 83
Tabel 3.8 Data Prestasi Belajar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo Tahun
2013 ........................................................................................ 84
Tabel 4.1 Daftar Distribusi Frekuensi Kompetensi Pedagogi Guru
Wiyata Bakti MTs. Yakti Tegalrejo ....................................... 89
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Kompetensi Pedagogi Guru
Wiyata Bakti MTs. Yakti Tegalrejo ....................................... 91
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa
MTs. Yakti Tegalrejo ............................................................. 92
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa MTs. Yakti
Tegalrejo................................................................................. 94
Tabel 4.5 Daftar Nilai Variabel X dan Variabel Y................................. 96
Tabel 4.6 Persiapan Untuk Mencari Korelasi Antara Nilai
Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti dan Prestasi
Belajar Siswa.......................................................................... 97
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan I Struktur Organisasi MTs. Yakti Tegalrejo Magelang Tahun
2012/2013............................................................................... 73
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup ......................................................... 104
Lampiran 2 Nota Pembimbingan............................................................ 105
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian............................................................. 106
Lampiran 4 Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian dari
MTs. Yakti Tegalrejo .......................................................... 107
Lampiran 5 Jurnal Konsultasi Skripsi..................................................... 108
Lampiran 6 SKK..................................................................................... 111
Lampiran 6 Angket Penelitian Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata
Bakti .................................................................................... 112
Lampiran 7 Distribusi Frekuensi Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata
Bakti MTs. Yakti Tegalrejo, Magelang .............................. 114
Lampiran 8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa MTs. Yakti
Tegalrejo, Magelang............................................................ 116
Lampiran 9 Dokumentasi........................................................................ 117
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru yang bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya dapat
mencapai standar akademik secara nasional, tetapi juga mendapatkan
pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidup mereka”.
Demikian sebuah pernyataan Elaine B. Johnson dalam Ngainun Naim
(2009:15) yang menggambarkan betapa seorang guru akan membawa
pengaruh yang sangat hebat kepada anak didiknya. Pengaruh tersebut tentu
saja dibawa oleh guru-guru yang berkompeten sehingga mampu menciptakan
atmosfer pendidikan yang berkualitas.
Berdasarkan observasi peneliti, banyak guru yang cenderung kurang
memahami peserta didiknya. Secara terus-terus menerus guru melaksanakan
proses belajar mengajar yang sama menggunakan metode belajar yang kurang
memaksimalkan potensi peserta didiknya seperti ceramah dan latihan soal
saja. Padahal dalam pelaksanaannya, kompetensi pedagogi ini menghendaki
agar guru dapat melaksanakan pembelajaran yang properubahan (aktif, kreatif,
inovatif, eksperimentatif, efektif dan menyenangkan).
Keberadaan guru tetap atau PNS dengan guru tidak tetap atau wiyata
bakti dirasa mempunyai perbedaan dari segi kemampuan dalam pelaksanaan
kompetensi pedagogi ini. Kemampuan dasar sebagai pembawaan dari tingkat
pendidikan, lulusan dan karakteristik setiap orang yang berbeda tentunya akan
membawa perbedaan pula pada tingkat profesionalismenya.
2
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan kepribadian
manusia, menurut ukuran normatif. Pendidikan, baik formal maupun
nonformal adalah sarana untuk pewarisan kebudayaan. Untuk mewujudkan
tercapainya keberhasilan pendidikan di sekolah, banyak faktor yang
mempengaruhi seperti kompetensi pedagogi guru dan peran sekolah dalam
menyediakan fasilitas belajar siswa sehingga dapat meningkatkan proses
belajar siswa yang pada akhirnya dapat mendukung hasil belajar/prestasi
siswa. Di samping orang tua, pelaku utama pendidikan adalah guru, sehingga
seringkali guru dalam paradigma lama berlaku sebagai sumber utama ilmu
pengetahuan dan menjadi segalagalanya dalam pengajaran.
Guru pada era sekarang bukan satu-satunya sumber pengetahuan
karena begitu luas dan cepat akses informasi yang menerpa kita, sehingga
tidak mungkin seseorang dapat menguasai begitu luas dan dalamnya ilmu
pengetahuan serta perkembangannya. Akan lebih tepat jika guru berlaku
sebagai fasilitator bagi para siswanya sehingga siswa memiliki kepandaian
dalam memperoleh informasi, belajar memecahkan permasalahan.
Dalam sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah satu
komponen yang sangat penting, selain komponen lainnya seperti tujuan,
kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan, dan evaluasi. Dianggap
sebagai komponen yang paling penting karena yang mampu memahami,
mendalami, melaksanakan dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan adalah
guru. Jika guru gagal dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, maka gagalah
juga proses pembentukan sumber daya manusia yang berkompeten. Akibatnya
3
seperti apa yang saat ini sedang negara kita rasakan yaitu adanya krisis
multidimensional yang oleh sebagian besar pengamat pendidikan mengatakan
bahwa gurulah yang paling bertanggung jawab dalam gagalnya pendidikan
nasional yang ternyata hanya mampu menghasilkan alumni yang kurang
berkualitas.
Untuk mewujudkan suatu sistem pendidikan yang berkualitas
dibutuhkan guru-guru yang sesungguhnya. Dalam hal ini adalah guru yang
berkompeten dalam bidangnya, yang mampu menghasilkan bibit-bibit penerus
bangsa yang unggul, yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan situasi
sosial seperti sekarang serta mampu membangun manusiamanusia
berpendidikan untuk membangun bidang kehidupan lain seperti kesehatan,
industri, pertanian dan kebudayaan. Dengan demikian pembangunan di segala
bidang akan lebih baik karena ditopang oleh pilar pendidikan yang kuat.
Dalam kaitannya dengan masalah rendahnya pembangunan manusia (Human
Development Index) atau HDI di Indonesia, aspek mutu pendidikan disebut
sebagai salah satu penyebabnya, selain aspek kesehatan dan ekonomi.
Sementara itu, rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi oleh mutu
gurunya. Disparitas mutu guru dewasa ini memang belum dapat dipetakan
dengan jelas, berapa orang guru yang telah dapat disebut sebagai guru yang
kompeten dalam bidangnya dan berapa orang guru yang dikatakan belum
kompeten, demikian sebuah pernyataan yang dikutip dari Suparlan (2005:7).
Salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru adalah
kompetensi pedagogi. Dalam kompetensi ini guru dituntut untuk mempunyai
4
kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didiknya sehingga nantinya dapat merancang dan melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Mengingat sangat pentingnya peran guru dalam pendidikan seperti
yang telah dijelaskan di atas, sangatlah pantas jika pengakuan dan
penghargaan terhadap profesi guru semakin jelas terasa. Hal ini ditandai
dengan adanya Undang-undang tentang Guru dan Dosen. Secara legal, guru
sebagai seorang pendidik dituntut utuk memiliki sejumlah kompetensi. Dalam
Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Pasal 10 Tahun 2005 dan Peraturan
Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru dinyatakan dengan jelas bahwa
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogi, profesional, kepribadian dan
sosial.
Melihat kondisi saat ini di mana sudah begitu banyak lembaga
pendidikan yang menyediakan program keahlian untuk mendidik seseorang
menjadi seorang guru, diharapkan mampu menghasilkan lulusan calon guru
yang profesional. Pola yang sama juga diterapkan pada sistem pengangkatan
guru dimana terdapat serangkaian tes dengan ribuan pelamar yang juga
diharapkan dapat mengemban tugas sebagai guru berkompeten. Faktor
tersebut memungkinkan adanya figur guru yang profesional karena merupakan
lulusan dari lembaga pendidikan khusus dan melalui uji kelayakan yang
sistematis.
Guru yang secara legal diangkat menjadi seorang Pegawai Negeri
Sipil, tentunya diwajibkan mempunyai kompetensi yang sudah selayaknya
5
dimiliki oleh sosok seorang guru. Terlepas dari apakah dia benar-benar lulusan
dari lembaga pendidikan khusus guru atau bukan, seseorang yang sudah
menyandang predikat sebagai seorang guru sepantasnya mempunyai jiwa
profesionalisme. Tidak berbeda dengan guru-guru yang masih honorer atau
wiyata bakti, sosoknya yang sudah dianggap menjadi seorang guru juga
sewajarnya mempunyai tingkat profesionalisme sebagai seorang guru karena
dia terlibat langsung dalam dunia pendidikan yang menuntut suatu
profesionalisme kerja.
Sebagai seorang sosok pendidik, guru mempunyai serangkaian tugas
yang wajib dilaksanakan dalam usaha menghasilkan lulusan yang produktif.
Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Jadi jelaslah bahwa tugas yang diemban guru tidaklah
mudah karena pendidikan sangat berpusat pada proses bukan semata-mata
membuat siswa menjadi pintar dan pandai.
Menurut pendapat Peters (1989), yang dikutip dari Isjoni (2006:16)
menyatakan bahwa ada tiga tugas guru dan tanggung jawab, yakni guru
sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai administrator
kelas. Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki kemampuan seperangkat
pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu
atau bahan yang akan diajarkan. Guru sebagai pembimbing memberikan
6
penekanan kepada tugasnya memberikan bantuan dan solusi atas
permasalahan yang dihadapi anak didik, sehingga tugas ini lebih popular
mendidik. Sedangkan guru sebagai administrator kelas pada hakikatnya
merupakan jalinan antara ketatalak-sanaan bidang pelajaran.
Untuk menjadi guru yang profesional tentunya mempunyai beberapa
kualifikasi yang sudah diatur sesuai standar yang seharusnya. Berdasarkan UU
No. 14 tahun 2005 Pasal 8 menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kemudian Pasal 9 menyatakan kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau
program diploma empat. Dari standarisasi kualifikasi guru tersebut jelaslah
bahwa orang-orang yang memenuhi syarat sebagai guru profesional adalah
yang berkompeten melalui pendidikan yang semestinya.
Uraian di atas menunjukkan antara peran dan kompetensi sebagai
akumulasi kesemuanya bagi seorang guru yang menunjukkan persoalan yang
tak habisnya untuk dikemukakan dalam dunia pendidikan. Menurut laporan
"Comission on education for the twenty First century” kepada UNESCO
tahun 1966 (Surya, 1977) menyatakan bahwa pendidikan yang berkualitas
ialah yang ditopang oleh empat pilar, yaitu "Learning to know, learning to do,
learning to live together and learning to be (1) Learning to know yang juga
berarti learning to learn yaitu, belajar untuk memperoleh pengetahuan dan
untuk melakukan pembelajaran selanjutnya, (2) Learning to do, yaitu belajar
7
untuk memiliki kompetensi dasar yang berhubungan dengan situasi dan tim
kerja yang berbeda-beda, (3) Learning to live together, yaitu belajar untuk
mampu mengapresiasikan dan mengamalkan kondisi saling ketergantungan,
keaneka ragaman, saling memahami, dan perdamaian intern dan antar bangsa,
(4) Learning to be, yaitu belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai
individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab pribadi, termasuk
belajar menyadari dan mewujudkan diri sebagai hamba Allah SWT dengan
segala konsekwensinya. Sedangkan tanggung jawab tersebut salah satunya
ditentukan oleh proses pendidikan guru yang telah diperolehnya, karena itu
untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka hal utama yang perlu
mendapat perhatian adalah gurunya.
Keberhasilan mengoptimalisasikan potensi yang ada dalam diri
manusia apabila pendidikan diusahakan dalam suatu keadaan dan suasana
yang mendukung, sarana dan prasarana proses pendidikan berlangsung, subjek
pendidikan dan pendamping (murid dan guru) yang bertanggung jawab dan
fasilitas yang memadai. Penyelenggaraan pendidikan yang tidak
menghiraukan salah satu komponen tersebut, dimungkinkan tingkat
keberhasilannya tidak akan dapat tercapai. Guru adalah penanggung jawab
dalam kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas. Seorang guru
mempunyai tugas memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik yang
mengemban tugas dan tanggung jawab yang berat. Selain itu, gurulah yang
secara langsung memberikan kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses
belajar yang efektif.
8
Untuk menunjang keberhasilan seorang siswa juga sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor guru. Maka seorang guru
sebagai pendidik formal haruslah mempunyai berbagai macam kemampuan
dasar. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pengajaran
yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian
dan kompetensi sosial (Hamalik, 1991: 38).
Kompetensi pedagogi seorang guru meliputi, antara lain menguasai
bahan yang akan disampaikan, karena kalau terjadi ketidakmampuan seorang
guru dalam memahami bahan yang akan diajarkan, maka akan berakibat tidak
mempunyai seorang guru dalam mendidik dan memberikan informasi, maka
untuk menghindari hal yang tidak diinginkan tersebut seperti di atas, seorang
guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran.
Seorang guru harus terampil dalam mengajar, yang secara umum
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Seandainya dalam evaluasi
ternyata kurang baik hasilnya, maka harus dicari penyebabnya apakah dari
pihak guru maupun dari pihak siswa. Di samping itu kemampuan guru
bukanlah satu-satunya yang mendukung belajar siswa tetapi masih banyak
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Jadi jelasnya bahwa kompetensi
guru dan kompetensi siswa sama-sama mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan prestasi belajar mengajar. Keberhasilan belajar adalah
penguasaan ketrampilan atau pengetahuan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran. Umumnya ditunjukkan dengan nilai-nilai test atau angka yang
9
diberikan oleh guru dengan berealisasi pada aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Guru harus menyadari bahwa yang dinggap baik dan benar saat ini
belum tentu baik dan benar di masa datang. Oleh karena itu seorang guru
dituntut untuk meningkatkan kemampuan profesinya. Berdasarkan hasil
lokakarya pembinaan kurikulum pendidikan keguruan IKIP Bandung,
kemampuan profesi seorang guru itu meliputi fisik, mental atau kepribadian,
keilmiahan atau pengetahuan dan keterampilan (Hamalik, 1991: 40).
Kemampuan seorang untuk merencanakan, mengelola proses belajar
mengajar, menilai kemajuan proses belajar mengajar dan menguasai bahan
pelajaran merupakan kemampuan yang harus dikuasai seorang guru
profesional. Dalam kompetensi sosial, seorang guru dituntut untuk dapat
menunjukkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Sebagai tanggung jawab profesinya guru harus dapat
membina hubungan baik dalam masyarakat.
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran bertujuan menghasilkan
perubahan-perubahan yang bersifat positif sehingga seseorang dapat menuju
ke kedewasaan. Perubahan positif tersebut menunjukkan adanya hasil belajar.
Prestasi belajar inilah yang menjadi inti dari proses pembelajaran, dimana
guru sebagai fasilitatornya. Guru merupakan faktor yang dominan dan penting
dalam pendidikan karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan,
bahkan menjadi tokoh identifikasi diri.
10
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak lepas dari rencana
pembelajaran yang dibuat. Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru dituntut
menyusun perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses
belajar, agar tujuan pembelajaran yang diharapkan guru dapat tercapai. Selain
itu, guru dituntut untuk memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang bisa
menunjang pembelajaran. Sehingga pada akhirnya guru dapat melaksanakan
evaluasi (penilaian) terhadap hasil belajar siswa. Fakta di lapangan, sedikit
banyak ditemukan adanya guru-guru yang tidak memiliki interaksi kondusif
dan menyenangkan dengan siswa sehingga berdampak pada semakin
menjauhnya siswa dari guru tersebut. Persoalan ini menjadi pemicu lahirnya
sikap antipati siswa terhadap guru dan menurunnya motivasi siswa dalam
belajar khususnya pada mata pelajaran tertentu yang tingkat hubungannya
kurang harmonis antara guru dengan siswa.
Proses belajar mengajar bertujuan mengembangkan potensi siswa
secara optimal, yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang
diharapkan dan bertanggung jawab bagi anggota masyarakat. Dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan banyak faktor yang harus dipenuhi serta
diperhatikan oleh seorang guru baik secara langsung maupun tidak secara
langsung, di antaranya bagaimana menjadi seorang guru yang berdisiplin di
dalam mendidik siswa supaya menjadi anak yang baik, bertanggung jawab
sekaligus berprestasi.
Keberadaan siswa di sekolah tidak pernah lepas dari interaksi guru
dengan siswa, bahkan siswa menganggap guru adalah orang tua kedua setelah
11
keluarganya di rumah. Interaksi ini diharapkan merupakan proses motivasi.
Maksudnya, pihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan
motivasi kepada siswa dalam belajar, sehingga hasilnya mampu membawa
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap
dalam arti anak didik yang berprestasi. Untuk mencapai prestasi belajar yang
baik diperlukan banyak faktor terutama kemampuan dasar yang dimiliki tiap-
tiap siswa serta teknik atau metode yang baik. Di samping faktor kemampuan
siswa juga terdapat faktor lain yaitu faktor dari seorang guru di antaranya
faktor kemampuan guru di dalam membentuk jiwa dan watak anak didik.
Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan pribadi guru itu sendiri.
Sehubungan dengan hasil-hasil penelitian, sedikitnya terdapat tujuh
indikator yang menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan
tugas utamanya mengajar (teaching), yaitu : (a) Rendahnya pemahaman
tentang strategi pembelajaran, (b) Kurangnya kemahiran dalam mengelola
kelas, (c) Rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian
tindakan kelas, (d) Rendahnya motivasi berprestasi, (e) Kurang disiplin, (f)
Rendahnya komitmen profesi, (g) Serta rendahnya kemampuan manajemen
waktu (Mulyasa, 2007: 9).
Kompetensi pedagogi guru merupakan tanggung jawab kepala sekolah
dalam hal mikro dan lembaga pendidikan secara makro, termasuk
keberhasilan program inservis training, karena tugas ini semestinya dikelola
oleh lembaga yang berkompeten dan bertanggung jawab. Guru mempunyai
peranan yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan
12
nasional, khususnya dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan
sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan profesional. Akan tetapi harus
disadari bahwa dalam setiap satuan lembaga pendidikan ada pimpinan sekolah
yang kita kenal dengan kepala sekolah, bagaimanapun keberadaan kepala
sekolah sebagai educator (pendidik), manager (manajer), administrator,
supervisor, leader (pemimpin), invator dan inosivator akan banyak memberi
warna dalam sebuah lembaga pendidikan. Hasil yang kurang memuaskan dari
setiap evaluasi belajar memungkinkan adanya penurunan motivasi kinerja
guru, sehingga akan berpengaruh pada pencapaian visi dan misi sekolah serta
fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional yang tertuang dalam Pasal 3
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Mulyasa, 2007: 10).
Setiap guru baik itu berstatus pegawai negeri sipil/PNS, wiyata bakti
maupun kontrak harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang
bertanggung jawab dalam arti mampu membuat pilihan dan keputusan atas
dasar nilai-nilai dan norma-norma tertentu, baik yang bersumber dari dirinya
maupun lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, seorang guru harus
mempunyai kemampuan bertindak sesuai keputusan moral. Menurut Hamalik
(1991:43), guru bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma
kepada generasi muda sehingga akan terjadi proses konservasi nilai, bahkan
melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru yang mana
dalam konteks ini pendidikan berfungsi mencipta, memodifikasi dan
mengkonstruksi.
13
Guru harus memiliki komitmen yang kuat untuk mengantarkan siswa
pada prestasi belajar yang optimal. Profesi guru baik itu berstatus PNS
maupun swasta yang terstatus wiyata bakti maupun kontral dipandang oleh
masyarakat merupakan pekerjaan mulia, dalam tataran praktisnya sering
memunculkan dilema. Pada satu sisi, seorang guru dihargai secara sosial
dengan sebutan pahlawan tanpa tanda jasa yang mencerdaskan kehidupan
bangsa dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan generasi yang cerdas
dan berkualitas, namun pada sisi yang lain pada dirinya memikul beban berat
menghidupi diri dan keluarganya. Ditinjau dari segi kesejahteraan guru wiyata
bakti gaji yang diterima, terkadang lebih rendah dari hasil yang didapatkan
seorang pengamen. Kondisi yang lebih memprihatinkan, apabila mencermati
dan mengamati secara seksama pada sosok guru yang bekerja di sekolah-
sekolah swasta yang belum mampu memberikan kesejahteraan sebagaimana
seorang PNS. Berkaitan dengan tanggung jawab, tidak ada perbedaan antara
guru negeri dengan guru swasta. Hasil observasi awal dapat dilihat bahwa
seorang guru wiyata bakti bekerja sekadar menyampaikan materi pelajaran
sampai jam pembelajaran habis. Guru wiyata bakti tidak mempunyai inisiatif
mengembangkan diri dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil pendidikan.
Dalam menyampaikan materi, terkesan monoton dan tidak mempunyai
persiapan mengajar yang memadai. Akibatnya, nasib anak didik yang
mengharap bantuan dari guru untuk mengembangkan potensi dirinya tidak
akan tercapai, prestasi yang diraihpun tidak maksimal. Meskipun demikian,
masih ada guru wiyata bakti yang memiliki tanggungjawab lebih
14
dibandingkan guru PNS. Guru wiyata bakti memiliki kompetensi yang
memadai. Dalam pasal 3 ayat 4 PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru,
dinyatakan bahwa kompetensi pedagogi merupakan kemampuan Guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik ditandai dengan pemahaman wawasan
atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya dan kemampuan
masing-masing. Kompetensi pedagogi guru wiyata bakti diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan melakukan
penelitian tentang pemanfaatan teknologi pembelajaran dengan judul:
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGI GURU WIYATA
BAKTI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTs. YAKTI
TEGALREJO, KECAMATAN TEGALREJO, KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2013.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah secara definitif masalah yang
penulis teliti dapat dirumuskan, sebagai berikut :
1. Bagaimana variasi tingkat kompetensi pedagogi guru wiyata bakti di MTs
Yakti Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013?
2. Bagaimana variasi tingkat prestasi belajar di MTs Yakti Tegalrejo,
Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013?
15
3. Apakah ada hubungan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti
dengan prestasi belajar siswa di MTs Yakti Tegalrejo, Kecamatan
Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan atau aktifitas pasti mempunyai tujuan yang hendak
dicapai untuk memberi arah pada penelitian supaya dapat berjalan lancar.
Tujuan penelitian merupakan target yang ingin dicapai melalui kegiatan
penelitian. Sesuai dengan pokok permasalahan tersebut, maka peneliti ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui variasi kompetensi pedagogi guru wiyata bakti di MTs Yakti
Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013.
2. Mengetahui variasi prestasi belajar di MTs Yakti Tegalrejo, Kecamatan
Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013
3. Mengetahui hubungan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti
dengan prestasi belajar siswa di MTs Yakti Tegalrejo, Kecamatan
Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas
tentang ada tidaknya pengaruh konsistensi wiyata bakti guru terhadap kualitas
pembelajaran siswa. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan
manfaat secara praktis maupun secara teoritik, yaitu :
1. Secara Praktis,
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pengajaran pada umumnya
yang diperoleh dari penelitian.
16
2. Secara Teoritik
a. Bagi Siswa
Diharapkan dapat menjadi acuan dan dorongan kepada siswa
dalam meningkatkan prestasi belajar di dalam kegiatan belajar
mengajar
b. Guru Wiyata Bakti
Untuk meningkatkan kompetensi pedagogi sebagai kompetensi
yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Bagi Lembaga
Dapat memperoleh pemahaman tentang arti pentingnya
kompetensi pedagogi guru wiyata bakti untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
E. Penegasan Istilah
Menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan
maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu
penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel
penelitian. Istilah yang perlu penjelasan sebagai berikut :
1. Kompetensi Pedagogi
Menurut Pasal 3 ayat 4 PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru,
kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
17
Ruang lingkup/indikator dari variabel di atas peneliti batasi pada hal-hal,
sebagai berikut : (http://www.google.com/kompetensi pedagogi/html/040414/09.45)
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
b. Pemahaman terhadap peserta didik
c. Pengembangan kurikulum atau silabus
d. Perancangan pembelajaran
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
g. Evaluasi hasil belajar
h. Pengembangan peserta didik untuk dimilikinya berbagai potensi yang
mengaktualisasikan
2. Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan
belajar. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan
prestasi adalah hasil yang telah dicapai dalam arti dilakukan, dikerjakan
dan sebagainya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002:895).
Prestasi berarti hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan
(Poerwadarminta, 1991:778).
Sedangkan pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum
dam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 895). Berdasarkan
18
definisi tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah keterampilan dan pengusaan mata pelajaran yang di nilai (secara
formatif maupun sumatif) dengan angka (raport) sebagai perwujudan yang
telah dicapai oleh siswa dalam belajar.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Jadi
hipotesis merupakan pendapat yang masih lemah dan perlu dibuktikan
kebenarannya. Hipotesis berasal dari penggalan dua kalimat hype artinya "di
bawah" dan tesa yang artinya "kebenaran" (Arikunto, 1991: 62).
Maka di sini merumuskan hipotesa, sebagai berikut : “Ada hubungan
positif dan signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan
prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang Tahun 2013”.
G. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
dan untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas dari proses penelitian ini,
maka penulis kemukakan terlebih dahulu subjek yang hendak digunakan.
1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,
1991:102). Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti (Arikunto,
1991:104). Arikunto (1991:107) mengatakan bahwa untuk mengambil
sampel yang apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
19
dan apabila subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10% - 15 % atau
20 % - 25 %.
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas VII,
VIII dan IX tahun pelajaran 2013 yang berjumlah 448. Melalui penelitian
ini peneliti mengambil sampel sebanyak 10% dari populasi yaitu 45 siswa.
Adapun pengambilan sampelnya dilakukan secara acak (random
sampling).
2. Metode pengumpulan data
a. Metode Angket
Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,
1991:124). Metode ini peneliti gunakan untuk mengetahui kompetensi
pedagogi guru wiyata bakti, angket diberikan kepada siswa yang
mewakili dari jumlah keseluruhan. Menurut teori iikert, angket yang
digunakan dengan alternatif pilihan jawaban selalu (S), sering (SR),
kadang-kadang (K), tidak pernah (TP) dan skor dari masing-masing
jawaban 4, 3, 2, 1.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan yang dapat
dilihat secara langsung yang meliputi catatan, prasasti, notlen serta
agenda (Hadi, 1995: 236). Metode dokumentasi dalam penelitian ini
untuk memperoleh data-data tentang sekolah, meliputi daftar guru dan
siswa, nilai raport siswa, kompetensi dari masing-masing guru pada
setiap mata pelajaran, dan lain-lain.
20
3. Analisis Data
Dari data yang masih bersifat kualitatif, maka penelitian
menggunakan analisis data statistik dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Analisis pendahuluan
Analisis ini digunakan tabel-tabel distribusi frekuensi untuk setiap
variabel. Dengan menggunakan rumus :
%100×=NFP
Keterangan
P = persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden (Sudijono, 2000:40)
b. Analisis uji hipotensi
Analisis ini untuk menguji hipotesis dengan menggunakan cara
mengadaan perhitungan lebih lanjut melalui tabel-tabel distribusi dari
analisis pendahuluan dengan menggunakan rumus product moment
(Arikunto, 1991:236).
( )( )( ){ } ( ){ }2222 yyNxxN
yxxyNrxyΣ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
xy = Produk dari variabel x dan y
x = Kompetensi pedagogi guru wiyata bakti
y = Nilai raport
N = Jumlah sampel yang diteliti
Σ = Jumlah/sigma
21
c. Analisis lanjutan
Analisis ini merupakan jawaban di terima ataupun tidaknya
hipotesis yang diajukan.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka disusun
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat hasil penelitian, penegasan istilah, hipotesis
penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Kajian pustaka disini menguraikan kajian tentang kompetensi
pedagogi guru, guru berstatus wiyata bakti, prestasi belajar.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
Laporan hasil penelitian menguraikan tentang gambaran umum
objek penelitian, pelaksanaan pendidikan agama Islam di
MTs. Yakti Tegalrejo, pelaksanaan evaluasi pendidikan dan
penyajian data.
BAB IV ANALISA DATA
Analisa data berisi mengenai analisis pendahuluan, analisis uji
hipotesis dan analisis lanjutan berdasarkan data hasil penelitian
berdasarkan tujuan penelitian
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis menyampaikan tentang beberapa
kesimpulan dan beberapa saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS
LAMPIRAN
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kompetensi Paedagodik Guru
1. Guru
a. Pengertian
Pada pasal 1 angka 1 UU RI No. 14 Tahun 2005, guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Kementerian Pendidikan
Nasional, 2005:1).
Berikut ini dikemukakan pendapat para ahli mengenai
pengertian guru, sebagai berikut:
1) Menurut Sardiman
Guru adalah tenaga profesional di bidang pendidikan yang
memiliki tugas mengajar, mendidik dan membimbing anak agar
menjadi manusia yang berpribadi (Sardiman, 1998: 148).
2) Abbudin Nata
Guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau
memberikan pelajaran di sekolah / kelas. Lebih luas lagi ia
mengatakan guru berarti orang yang bekerja di bidang pendidikan
dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu
anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing (Nata, 1997: 62).
23
Berdasarkan para pendapat di atas dapat diambil pengertian
bahwa guru adalah seseorang yang bertugas mendidik, mengarahkan
mendidik, bertanggung jawab dan berusaha mengarahkan kemampuan
yang dimiliki anak serta potensi yang dimilikinya, sehingga tercipta
manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia. Jadi yang dimaksud
dengan kompetensi guru adalah kecakapan, kemampuan, pengalaman
dan ketrampilan yang dimiliki seseorang yang bertugas mendidik,
membimbing dan mengarahkan anak didik agar mempunyai
kepribadian agung dan berakhlak mulia. Sedangkan menurut penulis
yang dimaksud dengan guru wiyata bakti adalah tenaga honorer yang
berprofesi sebagai pengajar baik dalam sekolah negeri maupun swasta.
b. Persyaratan Menjadi Guru
Tugas guru (sebagai pendidik karena jabatan) adalah berat,
maka sebagai pendidik karena jabatan ini harus melakukan persiapan-
persiapan yang cukup, harus diperiksa apakah sungguh-sungguh
berkaitan atau tidak. Keadaan jasmani harus sehat pula, harus pandai
menggunakan bahasa yang sopan, harus mempunyai kepribadian yang
baik dan kuat. Sebagai pendidik harus disenangi dan disegani oleh
anak didiknya. Jangan sampai anak didik menjadi takut kepadanya
atau terlalu berani, emosinya harus stabil, sebab nanti akan
menghadapi berbagai macam anak didik.
Menurut pendapat Surahmad (1984:63), kriteria guru yang
baik adalah bersifat ramah dan bersedia memahami setiap orang,
bersifat sabar dan suka membantu, memberi perasaan tenang, adil dan
24
tidak memihak, cerdas dan mempunyai minat yang berbagai ragam,
memiliki rasa humor dan kesegaran pergaulan, memperlihatkan
tingkah laku dan lahiriah yang menarik.
Guru sebagai jabatan profesional memerlukan keahlian khusus,
karena sebagai profesi, guru harus memiliki syarat-syarat profesional.
syarat profesional itu memiliki fisik, mental, psikis, intelaktual dan
moral. Adapun persyaratan fisik, maksudnya seorang guru harus sehat
jasmaninya (sempurna fisiknya), tidak mempunyai penyakit yang
menular lainnya seperti lemah tangan kanannya, (tidak dapat berfungsi
sebagaimana mesetinya), kaki pincang, mata buta dan menderita
penyakit kusta.
Persyaratan mental, seorang guru harus memiliki sikap mental
yang baik dan positif terhadap profesinya pribadi, mencintai,
mengabdi serta memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap
tugas kewajiban serta jabatannya. Seorang guru harus menjadikan
profesinya sebagai war of life sehingga mampu mendahulukan tugas
daripada kepentingan pribadinya. Persyaratan psikis, artinya guru
harus sehat jiwa (rohaninya). Artinya seorang guru tidak mengidap
penyakit jiwa/gangguan jiwa/penyakit syaraf lainnya, sehingga ia
tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik. Persyaratan intelektual,
maksudnya seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas,
ketrampilan yang tinggi, pengalaman dan wawasan yang memadai,
baik yang diperoleh dari lembaga pendidikan di mana ia sekolah atau
di mana ia mengajar. Persyaratan moral, seorang guru harus susila
tingkah lakunya, harus jujur dan adil. Segala sesuatu yang dilakukan
25
guru akan sangat berkesan kepada siswanya. Oleh karena itu
kepribadiannya harus mencerminkan dan mengamalkan akhlak mulia,
budi pekerti yang luhur, perkataan dapat dipercaya, sehingga segala
tingkah lakunya dapat dijadikan sebagai teladan bagi siswanya.
Persyaratan tersebut harus dimiliki seorang guru dalam
pergaulan dengan siswa, sesama guru dan masyarakat di mana ia
berada, guna mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Di
samping persyaratan di atas, guru dituntut untuk memenuhi syarat
lain, seperti apa yang dikemukakan oleh Sardiman, yaitu:
1) Persyaratan administratif, antara lain meliputi : soal kewarganegaraan (warga negara Indonesia), umur (sekurang-kurangnya 18 tahun), berkelakuan baik dan mengajukan permohonan.
2) Persyaratan teknis, meliputi : berijazah pendidikan guru, menguasai cara dan teknik mengajar, trampil mendesain program pelajaran serta memiliki motivasi dan cita-cita untuk memajukan pendidikan.
3) Persyaratan psikis, meliputi ; sehat rohani, dewasa dalam berfikir, dan bertindak, mampu mengendalikan diri, sabar, ramah dan sopan, mempunyai jiwa kepeimpinan, konsekuen, berani berkorban dan memiliki jiwa pengabdian demi mendidik anak.
4) Persyaratan fisik, mencakup ; berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang mengganggu pekerjaannya, tidak memiliki gejala-gejala penyakit menular, rapi, bersih, termasuk bagaimana berpakaian (Sardiman, 1998: 124-125).
Berdasarkan pendapat tersebut di atas tentang persyaratan
menjadi guru menunjukkan bahwa betapa guru memiliki sifat yang
khusus dibandingkan dengan tugas atau pekerjaan yang lain. Lebih-
lebih bila dikaitkan dengan profesi keguruannya. Pada hakekatnya
persyaratan tersebut dapat dikelompokkan kepada spektrum yang
lebih luas keilmuannya sebagai guru. Kedua harus memiliki
intelektual yang tinggi. Ketiga bermoral baik dan beriman. Keempat,
26
mempunyai sifat edukasi dan sosial yang luas. Baik fungsinya sebagai
guru di sekolah mampu sebagai pendidik di masyarakat.
Salah satu sisi yang harus diperhatikan guru dalam rangka
peningkatan kualitas mengajar, di samping memenuhi persyaratan
tersebut di atas ialah menciptakan suasana lingkungan belajar yang
menyenangkan. Mengajar yang berwawasan lingkungan sangat
penting dalam usaha meningkatkan mutu belajar mengajar. Guru
bukan hanya semata-mata seorang yang menguasai berbagai ilmu
pengetahuan atau mata pelajaran di sekolah saja akan tetapi lebih dari
itu. Ia adalah orang yang dapat mengetahui bagaimana tepatnya
memberikan pelajaran kepada anak didik sesuai dengan tempo
perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan jiwa kepribadiannya.
c. Fungsi dan Tugas Guru
Dalam hal ini fungsi dan tugas guru entah itu berstatus PNS
atau wiyata bakti tidak dibedakan. Dengan kata lain, tidak terdapat
perbedaan fungsi dan tugas dari guru. Adapan tugas guru dapat
diklasifikasikan, sebagai berikut:
1) Guru sebagai Fasilitator (Mulyasa, 2008: 55-56)
Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada
peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada
seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana
yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan
bernai mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal
27
dasar bagi peserta didik untuk tumbuh danberkembang menjadi
manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai
kemungkinan dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai
tantangan.
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 (tujuh)
sikap seperti yang diidentifikasikan Rogers (dalam bahasa
Indonesia oleh Knowles, 1984), sebagai berikut:
a) Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan
keyakinannya, atau kurang terbuka.
b) Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang
apresiasi dan perasannya.
c) Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif,
dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun.
d) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan
peserta didik seperti halnya dalam bahan pembelajaran.
e) Dapat menerima balikan (fead back), baik yang sifatnya positif
atau negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang
konstruktif terhadap diri dan perilakunya.
f) Toleransi terhadap peserta didik selama dalam proses
pembelajaran.
g) Menghargai prestasi peserta didik, meskipun mereka sudah
mengetahui prestasi yang dicapainya.
28
2) Guru sebagai Motivator (Mulyasa, 2008: 57)
Sebagai motivator, guru harus mampu membangkitkan
motivasi belajar, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
a) Peserta didik akan bekerja keras kalau memiliki minat dan
perhatian terhadap pekerjannya.
b) Memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti.
c) Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi
peserta didik.
d) Menggunakan hadiah dan hukum secara efektif dan tepat
guna.
e) Memberikan penilaian dengan adil dan transparan.
3) Guru sebagai Pemacu (Mulyasa, 2008: 63)
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan
memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik agar dapat
mengebangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru
harus kreatif, profesional, dan menyenangkan dengan
memposisikan diri sebagai berikut :
a) Orang tua penuh kasih sayang kepada peserta didiknya.
b) Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi
para peserta didik.
c) Fasilitator yang selalu siap memberi kemudahan dan melayani
peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
29
d) Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk
dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan
memberikan saran pemecahannya.
e) Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
f) Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan
(bersilaturrahmi).
g) Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta
didik, orang lain, dan lingkungannya.
h) Mengembangkan kreatifitas.
i) Menjadi pembantu ketika diperlukan.
4) Guru sebagai Pemberi Inspirasi (Mulyasa, 2008: 67)
Sebagai pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu
memerankan diri dan memberikan inspirasi bagi peserta didik,
sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan
berbagai pemikiran, gagasan dan ide-ide baru. Iklim belajar yang
kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang
dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar
mengajar. Sebaliknya, iklim belajar yang kurang menyenangkan
akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.
2. Kompetensi Guru
a. Pengertian
Pengertian kompetensi secara bahasa adalah kecakapan,
kemampuan atau wewenang (Echols dan Shadly, 1987: 1322). Atau
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu
30
(Poerwadarminta, 1991: 965). Pengertian kompetensi secara istilah
ialah sesuatu yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan
seseorang, baik kualitatif maupun kuantitatif (Usman, 1990: 1).
Berdasarkan hal diatas, pengertian kompetensi dapat diartikan sebagai
kemampuan, kecakapan, pengalaman dan ketrampilan seseorang
dengan tugas, jabatan dan profesinya. Dalam pasal 1 angka 10 UU RI
No. 14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati
dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
b. Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah proses pencapaian tingkat minimal
kompetensi standar yang dipersyaratkan oleh suatu profesi. Standar
kompetensi lebih menekankan pada pemberian kompetensi minimal
yang dipersyaratkan untuk melakukan unjuk kerja yang efektif di
tempat tugas kependidikan (Mulyasa, 2008: 32).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007
tentang guru, dinyatakan bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan
merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan
saling mendukung. Sedangkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
31
(UUSPN) dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), mewajibkan guru memiliki
kualifikasi akademik, kompetesi, dan sertifikat pendidik. Kualifikasi
akademik guru pada semua jenis dan jenjang pendidikan
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma
empat (S1/D-IV). Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam
UUGD Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah
memenuhi persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi.
Kompetensi itu bersifat kognitif, maupun performance
(perbuatan). Yang pertama berupa pengertian dan pengetahuan. Yang
kedua berupa sikap dan nilai, sedang yang ketiga berupa perubahan-
perubahan yang mencerminkan pemahaman, ketrampilan dan sikap.
Kompetensi yang harus dikuasai oleh guru meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional antara lain: (Direktorat
Profesi Pendidik Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 5-9)
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik, meliputi pemahaman guru terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar serta pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, sebagai
berikut: (Mulyasa, 2008: 75)
32
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan
sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual.
Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis
subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian
antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina.
Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam
penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua
hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan
ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga
pendidikan yang diakreditasi pemerintah.
b) Pemahaman terhadap peserta didik.
Guru memiliki pemahaman akan psikologi
perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar
pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya.
Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit
dalam usia yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki
pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi
anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang
dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang
tepat.
Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu
kompetensi pedagogi yang harus dimiliki guru. Sedikitnya terdapat
empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu :
33
1) Tingkat Kecerdasan
Ada 3 tingkatan kecerdasan bagi peserta didik, antara
lain:
(a) Tingkat terendah adalah mereka yang memiliki IQ antara
0-50, mereka tergolong tak dapat dididik atau dilatih.
(b) Tingkat menengah adalah mereka yang memiliki IQ antara
50-70 dan dikenal dengan golongan moron, yaitu
keterbatasan atau keterlambatan mental.
(c) Tingkat atas adalah mereka yang memiliki IQ antara
90-110, mereka biasa belajar secara normal, cepat
mengerti, dan superior.
2) Kreativitas
Kreatifitas dikembangkan dengan penciptaan proses
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
mengembangkan kreativitasnya. Secara umum guru diharapkan
menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan setiap
peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya, antara lain
dengan teknik kerja kelompok kecil, penugasan dan
mensponsori pelaksanaan proyek. Kreativitas dapat
dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang
bebas, pengarahan diri dan pengawasan yang tidak terlalu
ketat.
3) Kondisi Fisik
Berkaitan dengan penglihatan, pendengaran,
kemampuan berbicara, pincang, dan lumpuh karena kerusakan
34
otak. Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik
diperlukan sikap dan layanan yang berbeda dalam rangka
membantu perkembangan pribadi mereka. Omstein dan Levine
dalam Mulyasa (2006) membuat pernyataan sebagai berikut:
(a) Orang yang mengalami hambatan, harus diberikan
kebebasan dan pendidikan yang cocok sehingga
penilaiannya harus adil dan menyeluruh.
(b) Orang tua/wali mereka harus adil dan boleh memprotes
keputusan yang dibuat Kepala Sekolah.
(c) Rencana pendidikan individual, meliputi : pendidikan
jangka panjang dan jangka pendek harus diberikan,
meninjau kembali tujuan dan metode yang dipilih layanan
pendidikan.
(d) Pertumbuhan dan perkembangan kognitif
Pertumbuhan dan perkembangan diklasifikasikan atas
kognitif, psikologis dan fisik.
c) Pengembangan Kurikulum/silabus.
Guru memiliki kemampuan mengembangkan
kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan
kondisi spesifik lingkunngan sekolah. Langkah-langkah
pengembangan kurikulum sangat dipengaruhi oleh empat
langkah Tyler. Keempat langkah tersebut adalah :
(a) Merumuskan tujuan pendidikan
(b) Menyusun pengalaman belajar
(c) Mengelola pengalaman belajar
35
(d) Menilai pembelajaran (Yulaelawati, 2004: 27).
Silabus merupakan produk utama dari pengembangan
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang harus memiliki
keterkaitan dengan produk pengembangan kurikulum lainnya,
yaitu proses pembelajaran. Silabus merupakan kurikulum ideal
(ideal/potential curriculum), sedangkan proses pembelajaran
merupakan kurikulum aktual (actual/real curriculum). Silabus
merupakan istilah lain dari Pola Dasar Kegiatan Belajar
Mengajar (PDKBM) atau Garis-garis Besar Program
Pembelajaran (GBPP). Dalam silabus tersebut termuat
komponen-komponen minimal dari kurikulum secara tertulis.
Pengembangan silabus diharapkan dapat memenuhi prinsip-
prinsip sebagai berikut.
(a) Ilmiah, dalam arti bahwa penetapan isi silabus harus
memenuhi kebenaran ilmiah dan teruji kesahihannya jika
memungkinkan perlu melibatkan ahli mata pelajaran.
(b) Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa dalam
penetapan cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan
urutan penyajian isi/materi dalam silabus.
(c) Sistematis, dalam arti bahwa komponen-komponen yang
terdapat dalam silabus merupakan satu kesatuan yang saling
berhubungan satu sama lain untuk mencapai kompetensi
dasar yang ditetapkan.
(d) Konsisten, misalnya antara kompetensi yang diharapkan
dicapai dengan penetapan pengalaman belajar yang harus
dilakukan siswa.
36
(e) Adekuat, dalam arti bahwa cakupan/ruang lingkup materi
yang dipelajari siswa cukup memadai untuk menunjang
tercapainya penguasaan suatu kompetensi (Anitah, 2008:
12.9 -12.10).
d) Perancangan Pembelajaran.
Guru dapat merencanakan sistem pembelajaran yang
memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua keaktifan
pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan
secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang
kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.
Rencana pembelajaran adalah satuan atau unit program
pembelajaran terkecil untuk jangka waktu mingguan atau
harian yang berisi rencana penyampaian suatu pokok atau
satuan bahasan tertentu dalam satu mata pelajaran. Isi dan
alokasi waktu untuk setiap rencana pembelajaran tergantung
kepada luas dan sempitnya pokok/satuan bahasan yang
dicakupnya.
Komponen-komponen rencana/satuan pembelajaran ini
lebih terperinci dan lebih spesifik dibandingkan dengan
komponen-komponen dalam silabus. Bentuk rencana
pembelajaran yang dikembangkan pada berbagai daerah atau
sekolah mungkin berbeda-beda, tetapi isi dan prinsipnya harus
sama. Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam
rencana/satuan pembelajaran meliputi berikut ini .
37
(a) Identitas mata pelajaran (Nama mata pelajaran, kelas,
semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang
dialokasikan).
(b) Kompetensi dasar dan indikator-indikator yang hendak
dicapai.
(c) Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa
dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
(d) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara
konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinterksi
dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk
menguasai kompetensi dasar dan indikator).
(e) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar
pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
(f) Penilaian dan tindak lanjut/prosedur dan instrument yang
akan digunakan menilai pencapaian belajar siswa serta
tindak lanjut hasil penilaian(Anitah, 2008:12).
e) Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis.
Guru dapat menciptakan situasi belajar bagi anak yang
kreatif, aktif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas
bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan
kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan. Ada
beberapa model pembelajaran yang dapat membantu dalam
38
melaksanakan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran, yaitu :
(a) Belajar Kolaboratif (collaborative learning)
Belajar kolaboratif melainkan sekedar bekerja sama
antarsiswa dalam suatu kelompok biasa, tidak suatu
kegiatan belajar dikatakan kolaboratif apabila dua orang
atau lebih bekerja sama, memecahkan masalah bersama
untuk mencapai tujuan tertentu.
(b) Belajar Kuantum (quantum learning)
Model belajar ini muncul untuk menanggulangi
masalah yang paling sukar di sekolah, yaitu “kebosanan”.
Istilah Kuantum secara harfiah berarti “kualitas sesuatu”,
mekanis (yang berkenaan dengan gerak). Kuantum mekanis
merupakan suatu studi tentang gerakan-gerakan partikel-
partikel subatomic (Shelton, 1999). Quantum Learning
merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar.
Quantum Learning berakar dari upaya Lozanov
dengan eksperimennya tentang suggestopedia (penalaran
dengan memberikan gambaran nyata). Prinsipnya bahwa
sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar dan setiap detail
apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Beberapa
teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif,
antara lain: medudukkan siswa secara nyaman, memasang
musik latar didalam kelas, meningkatkan partisipasi
individu, menggunakan poster untuk memberikan kesan
39
besar sambil menunjukkan informasi, menyediakan guru-
guru yang terlatih dalam seni pembelajaran sugesti.
(c) Belajar Kooperatif (Cooperative Learning)
Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang
menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja
bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri
dan juga anggota yang lain. Idenya sangat sederhana,
anggota kelas diorganisasikan ke dalam kelompok-
kelompok kecil setelah menerima pembelajaran dari guru.
Kemudian para siswa itu mengerjakan tugas sampai semua
anggota kelompok berhasil memahaminya.
(d) Belajar Tematik
Belajar tematik didefinisikan sebagai suatu kegiatan
belajar yang dirancang sekitar ide pokok (tema), dan
melibatkan beberapa bidang studi (mata pelajaran) yang
berkaitan dengan tema. Pendekatan ini dilakukan oleh guru
dalam usahanya untuk menciptakan konteks dalam
berbagai jenis pengembangan yang terjadi sehingga apa
yang dipelajari atau dibahas disajikan secara utuh dan
menyeluruh, bukan bagian-bagian dari satu konsep yang
utuh. Pappas (1995) mengatakan bahwa pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran yang digunakan guru
untuk mendorong partisipasi aktif pebelajar dalam
kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada suatu topik yang
40
disukai pebelajar dan dipilih untuk belajar (Sri Anitah,
2008: 3.5 -3.10).
(e) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
Penggunaan teknologi dalam pendidikan
dan pembelajaran (e-learning) dimaksudkan untuk
memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran.
Disamping itu, guru juga dituntut luntuk memiliki
kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi
pembelajaran dalam suatu sistem yaitu jaringan komputer.
Fasilitas pendidikan pada umumnya mencakup
sumber belajar, sarana dan pra sarana penunjang lainnya
sehingga peningkatan fasilitas pendidikan harus ditekankan
pada peningkatan perkembangan teknologi pendidikan.
Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru harus bisa
menggunakan teknologi sebagai media sebagai pendukung
bahan belajar dan mengadministrasikan sebagai teknologi
informasi. Selain itu, penggunaan teknologi akan melatih
atau membiasakan peserta didik berinteraksi dengan
menggunakan teknologi.
(f) Evaluasi hasil belajar.
Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi
pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon
anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk
dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan
41
penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar,
dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.
Evaluasi merupakan bagian integral dari proses
pendidikan, karena dalam proses pendidikan guru perlu
mengetahui seberapa jauh proses pendidikan telah
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Evaluasi merupakan proses pengumpulan informasi dan
memanfaatkannya sebagai penimbang dalam pengambilan
keputusan.
Evaluasi menurut tujuannya dapat dibedakan
menjadi evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif
bertujuan mengetahui hasil belajar siswa dalam rangka
mencari balikan untuk perbaikan proses pembelajaran.
Sedangkan evaluasi sumatif bertujuan mengetahui hasil
belajar siswa dalam rangka menentukan perkembangan
hasil belajar selama proses pembelajaran tertentu. Hasil
evaluasi yang demikian itu dapat difungsikan untuk seleksi,
kenaikan kelas, penempatan dan diagnostic/pengembangan.
Sasaran evaluasi hasil belajar sesuai dengan tujuan
pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotor
(Darsono, 2000: 105-110).
(g) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Guru memiliki kemampuan untuk membimbing
anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali
42
potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi
yang dimiliki, seperti kegiatan ekstrakurikuler.
Menurut Mulyasa (2006), secara pedagogik kompetensi guru-guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, dinilai kering dari aspek pedagodik, dan sekolah nampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri (http://dewigusti..blogspot.com/2007/10).
Guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai
dalam mengelola pembelajaran. Secara operasional kemampuan
mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, sebagai berikut:
a) Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi,
serta memperkirakan cara pencapaiannya. Perencanaan
merupakan fungsi sentral dari manajemen pembelajaran dan
harus berorientasi kemasa depan. Guru sebagai manajer
pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat
untuk mengelola berbagai sumber.
b) Pelaksanaan adalah proses yang memberikan kepastian bahwa
proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia
dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat
membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan.
c) Pengendalian atau evaluasi bertujuan untuk menjamin kinerja
yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah
ditetapkan. Guru diharapkan membimbing dan mengarahkan
43
pengembangan kurikulum dan pembelajaran secara efektif,
serta memerlukan pengawasan dalam pelaksanaannya.
(http://dewigusti..blogspot.com/2007/10).
Guru merupakan seorang manajer dalam pembelajaran,
yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian perubahan atau perbaikan program pembelajaran.
Menurut Pasal 28 PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang dimaksud pendidik adalah
“agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan pedagogik. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”.
2) Kompetensi Personal (Kepribadian)
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal
yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Secara rinci sub kompetensi tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator
esensial.
b) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial.
c) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial.
44
d) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial.
e) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator
esensial.
Adapun macam-macam kompetensi personal ini menurut
Wijaya (1990: 12-30), antara lain: peka terhadap perubahan dan
pembaharuan; berpikir alternatif; kemantapan dan integritas; adil,
jujur dan objektif; disiplin dalam melaksanakan tugas; ulet dan
tekun bekerja; berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-
baiknya; simpatik, menarik, luwes dan bijaksana; bersifat terbuka;
kreatif dan berwibawa.
3) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam
penguasaan akademik atau mata pelajaran yang diajurkan dan
terpadu dengan kemampuan mengajarkan sekaligus, sehingga guru
itu memiliki wibawa akademis (Sahertian dan Ida Alaida
Sahertian, 1990: 6). Ruang lingkup kompetensi profesional, antara
lain:
a) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang
studi memiliki indikator esensial.
b) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator
esensial menguasai langkah-langkah penelitian serta kajian
kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
4) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
45
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki sub
kompetensi, sebagai berikut :
a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik memiliki indikator esensial yakni berkomunikasi
secara efektif dengan peserta didik.
b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Pengembangan keempat standar kompetensi guru didasarkan
pada : (1) Landasan konseptual, landasan teoritik, dan peraturan
perundangan yang berlaku; (2) Landasan empirik dan fenomena
pendidikan yang ada, kondisi, strategi, dan hasil di lapangan serta
stake holder; (3) Jabaran tugas dan fungsi guru : merancang,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran serta mengembangkan
pribadi peserta didik; (4) Jabaran indikator kompetensi : rumpun
kompetensi, butir kompetensi, dan indikator kompetensi dan
(5) Pengalaman belajar dan asesmen sebagai tagihan konkret yang
dapat diukur dan diamati untuk setiap indikator kompetensi (Mulyasa,
2007: 26).
3. Kompetensi Guru Wiyata Bhakti
a. Pengertian
Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke dan
Stone (1995) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai...
46
descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be
entirely... yang artinya kompetensi guru merupakan gambaran
kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara
Charles (1994) mengemukakan competency as rational performance
which satisfactorily meets the objective for a desired condition,
maksudnya kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan (Mulyasa, 2008: 25).
Berdasarkan uraian di atas nampak kompetensi mengacu pada
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui
pendidikan, kompetensi guru menunjuk kepada performance dan
perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam
pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial,
dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar
profesi guru yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap
peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi
dan profesionalisme. Kompetensi guru lebih bersifat personal dan
komplek serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan
potensi yang mencakup pengetahuan, ketrampilan sikap dan nilai yang
dimiliki seorang guru yang terkait dengan profesinya.
Guru Wiyata Bakti Guru wiyata bakti atau dengan kata lain
biasa disebut sebagai guru tidak tetap merupakan salah satu tenaga
pendidik di suatu sekolah. Menurut Suyanto dan MS. Abbas (2004:
128) menyatakan bahwa guru tidak tetap adalah guru yang diangkat
47
untuk mencukupi kebutuhan guru baik di sekolah negeri maupun
swasta. Jadi guru tidak tetap diangkat atas kewenangan pihak sekolah
karena kurangnya kebutuhan tenaga pendidik. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa tugas guru tidak tetap atau wiyata bakti tidak jauh berbeda
dengan guru berstatus lain yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran
dan menyusun administrasi. Guru wiyata bakti atau GTT (Guru Tidak
Tetap) merupakan tenaga pendidik yang diangkat oleh pihak sekolah
untuk guru yang: 1) Diangkat berdasarkan kebutuhan pada satuan
pendidikan (sekolah) dengan disetujui kepala sekolah. 2) Kewenangan
bertumpu kepada kepala sekolah, baik pengangkatan juga
pemberhentian. 3) Menandatangani kontak kerja selama jangka waktu
tertentu, setahun atau lebih sesuai dengan kebutuhan sekolah.
b. Tujuan Guru Wiyata Bakti
Menjadi tenaga pendidik, seseorang harus benar-benar
mempunyai kualitas keilmuan pendidikan dan keguruan yang
memadai guna menunjang tugas profesinya. Di samping itu seorang
guru haruslah mempunyai kepribadian yang benar-benar mantap, yang
fungsinya membina kepribadian dan intelektual anak didik.
Sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya surat
Al-Azhab ayat 21 : (Yunus,1989: 379)
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu.
48
Adapun yang menjadi tujuan kompetensi guru adalah sebagai
berikut:
1) Guru harus memiliki kemampuan pribadi, maksudnya guru
diharapkan mempunyai pengetahuan, kecakapan, keterampilan
dan sikap sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar
secara efektif.
2) Guru harus menjadi inofator, yaitu sebagai tenaga kependidikan
yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan
reformasi.
3) Guru mampu menjadi developer, yaitu guru harus memiliki visi
keguruan yang mantap dan luas perspektifnya (Sardiman,
1998:133-134).
Manfaat kompetensi guru antara lain:
1) Kompetesi guru dalam hubungannya dengan kegiatan dan hasil
belajar siswa. Proses belajar dan hasil belajar siswa, bukan saja
ditentukan oleh sekolah, pola struktur dan isi kurikulumnya, akan
tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru dalam
mengajar dan membimbing mereka (Hamalik, 1991: 40).
2) Kepribadian guru yang baik akan menentukan dirinya menjadi
pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, sebaliknya
akan menjadi penghancur atau perusak bagi anak didiknya,
terutama bagi anak didik yang masih kecil dan mereka yang
sedang mengalami stress.
49
3) Kompetensi penting dalam hubungannya dengan masyarakat.
Hubungan baik guru dan masyarakat dalam meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
4) Seorang guru dapat mengisi bahan yang akan disampaikan karena
kalau seorang guru tidak dapat menguasai bahan yang akan
disampaikan, maka tidak akan mungkin dapat dan mendidik
dengan hasil yang baik.
Apabila kita cermati guru wiyata bakti tidak ada tuntutan
dalam penguasaan secara tertulis (kompetensi yang wajib dimiliki),
sehingga tingkat profesionalitas termasuk dalam cadet teacher dan
special teacher. Sedangkan tugas keguruannya berdasarkan kebutuhan
sekolah, tidak ada aturan yang mengikat tentang hak dan kewajiban.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar.
a. Prestasi
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan,
dan sebagainya. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002:
895). Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie, kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha
(Arifin, 2001:2-3).
50
b. Belajar
Batasan belajar adalah bermacam-macam sesuai dengan
kebutuhannya. Menurut Poerwadarminta (1984:108) "Belajar yaitu
berusaha atau berlatih dan sebagainya supaya mendapatkan suatu
kepandaian". Pengertian belajar menurut Morgan (1961:12) adalah
"Learning is any relatively permanent change in behaviour which
occurs is a result of practive or experience". Menurut Sumadi
Suryabrata (1969:8), belajar merupakan suatu perubahan yang
dikarenakan adanya suatu kecakapan baru dan dilakukan dengan usaha
yang disengaja.
Sedangkan menurut Slameto (2003: 2), pengertian belajar
dapat didefinisikan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Dari pendapat-pendapat para ahli di atas, maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah
suatu usaha dengan sengaja, kontinyu dan sadar serta aktif dilakukan
oleh individu yang berupa jasmani maupun rohani sehingga mendapat
pengetahuan, ketrampilan, kecakapan atau tingkah laku yang baru.
Prinsip belajar dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi
yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individu. Adapun prinsip-
prinsip belajar itu sebagai berikut: (Roestiyah, 1986:159-160)
1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
51
2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
3) Belajar harus tidak menimbulkan reinforcement dan inovasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
4) Belajar itu prose kontinu, maka ia harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
5) Belajar adalah proses intruksional yang harus dicapai 6) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga anak dapat
belajar dengan tenang 7) Belajar perlu lingkungan yang matang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya dan belajar dengan efektif 8) Belajar perlu ada interaksi anak dengan lingkungan 9) Belajar adalah kontinuitas 10) Repitisi dalam proses belajar mengajar perlu ulangan berkali-kali
agar pengertian itu mendalam pada anak.
Sedangkan menurut Nasution (1982:48-49), bahwa prinsip-
prinsip belajar sebagai berikut:
1) Agar seseorang benar-benar belajar ia harus mempunyai satu tujuan.
2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan butuhan hidupnya dan bukan karena paksaan orang lain.
3) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya. 4) Seorang belajar sebagai keseluruhan 5) Dalam belajar seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari
orang lain 6) Untuk belajar diperlukan insight. 7) Belajar sering berhasil apabila usaha itu memberi sukses yang
menyenangkan 8) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk
belajar.
Crow and Alice (1984:382-389) mengemukakan 10 macam
cara-cara yang diperlukan untuk persiapan belajar yang baik, seperti
berikut:
1) Adanya tugas-tugas yang jelas
Siswa yang pada umumnya dapat mencapai sikap mental
yang baik bagi pelajar jika mereka mengerti apa tujuan mereka
52
belajar dan bahan-bahan atau buku-buku sumber apa yang perlu
dipelajari. Makin jelas tugas yang diberikan oleh guru, baik tujuan
maupun batas-batasnya, makin besar pula perhatian dan
kemampuan siswa untuk mengerjakan dan mempelajarinya.
2) Belajarlah membaca dengan baik
Kepandaian membaca sangat diperlukan untuk
memperoleh pengetahuan dan mengerti benar-benar apa yang
dibacanya. Bahan-bahan buku-buku hanya untuk dimengerti kata
demi kata atau kalimat demi kalimat, melainkan harus diusahakan
untuk mengetahui apa isi buku tersebut, bahkan lebih lanjut lagi
jika membaca dapat mengerti bahan apa dan bagaimana
pandangan pengarang dengan tulisan itu.
Dalam hal-hal tertentu, pembaca sering pula harus
mempergunakan kamus untuk mencari pengertian kata-kata sulit
yang mungkin dapat menimbulkan salah tafsir atau salah
pengertian. Untuk dapat membaca cepat dan efektif diperlukan
latihan yang terus menerus, apalagi untuk membaca buku-buku
berbahasa asing.
3) Gunakan metode keseluruhan dan metode bagian dimana
diperlukan
Kedua cara itu sama-sama diperlukan menurut tingkat
kelulasan dan kesulitan bahan yang dipelajari. Akan tetapi untuk
mempelajari bab demi bab digunakan metode keseluruhan itu.
Untuk mempelajari sebuah bab tidak baik jika digunakan metode
bagian karena pengertian yang diperoleh menjadi terpecah-pecah,
53
tidak merupakan suatu kebulatan. Baru bab demi bab kita kuasai,
kita gabungkan lagi menjadi keseluruhan isi buku tersebut.
4) Pelajari dan kuasailah bagian-bagian yang sukar dari bahan yang
dipelajarai
Pada tiap pelajaran biasanya terdapat bagian-bagian yang
sukar dan memerlukan perhatian dan pengerjaan yang lebih teliti.
Untuk itu, pembuatan ringkasan dalam belajar itu sangat
diperlukan. Dalam hal ini guru perlu pula memberikan petunjuk
atau pengarahan agar siswa mengetahui bagian-bagian mana yang
penting dan perlu mendapat perhatian khusus didalam belarar.
5) Buatlah out line dan catatan-catatan tentang meteri bacaan atau
materi pelajaran sangat membantu siswa itu sendiri. Out line dan
catatan-catatan yang tersusun itu akan dapat membantu siswa pada
waktu mereka akan mengulangi pelajaran itu ketika akan
menghadapi ujian. Mereka tidak perlu lagi membaca seluruh buku
yang akan memerlukan waktu lebih luas.
6) Buatlah rangkuman dan review
Bagaimana cara menyusun atau membuat rangkuman yang
baik dan jelas serta mudah dipahami sangat bergantung pada cara
belajar siswa masing-masing. Di samping itu cara guru
mengajarpun menentukan pula cara murid belajar. Makin pandai
siswa membuat rangkuman, makin mudah baginya untuk
mengadakan review atau mengulang kembali pelajaran yang telah
diterima.
Setelah mengemukakan cara-cara belajar yang baik seperti
yang sudah disebut di atas, berikut Crow and Alice (1984 : 397-398)
54
menyampaikan pendapatnya tentang saran-sarannya untuk
membiasakan belajar agar mencapai prestasi belajar yang lebih efesien
itu, sebagai berikut:
1) Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti 2) Usahakan adanya tempat belajar yang memadai 3) Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan
keaktifan mental 4) Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar 5) Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi 6) Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan 7) Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar 8) Telitilah pendapat beberapa pengarang 9) Belajarlah menggunakan kamus dengan sebaik-baiknya 10) Analisalah kebiasaan belajar yang diragukan, dan cobalah untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
Di samping prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, tentu
saja masih banyak cara yang harus ditempuh dalam belajar, sehingga
belajar akan benar-benar berhasil, misalnya:
1) Membaca kemudian merangkum bahan pelajaran
2) Melaksanakan diskusi atau musyawarah sebagaimana diisyaratkan
oleh Allah SWT, dalam surat Ali Imran ayat 159 : (Yunus, 1989:
64)
...وشاورهم في الأمر....Artinya: "…dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu…"
Dari ayat tersebut dapat diambil pelajaran agar mau
bermusyawarah dalam duniawi untuk mencapai suatu manfaat.
3) Mengatur waktu belajar
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al'Ashr 1-3 :
(Yunus, 1989: 540)
55
إلـــا الـــذين ءامنـــوا . إن الإ�ـــسان لفـــي خـــسر. والعـــصر وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
Artinya : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ayat di atas mengisyaratkan agar dapat mengatur waktu
dengan sebaik-baiknya, agar tidak sia-sia dalam setiap kegiatan.
Dan juga di dalam belajar hendaklah penuh dengan kesabaran.
Dengan cara-cara yang demikian nantinya diharapkan akan dapat
belajar dengan mendapat prestasi atau hasil yang baik.
c. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 895). Prestasi belajar
dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan manusia karena
sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan
kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang
sedang menuntut ilmu di sekolah.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya
suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku. Sampai dimana
56
perubahan itu dapat dicapai atau dengan kata lain berhasil baik atau
tidaknya dalam belajar ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya.
Para ahli berbeda pendapat mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhinya belajar, antara lain:
a. Menurut Sujana (1989:39), faktor-fakor yang mempengaruhi belajar
adalah "faktor motivasi belajar, minat, perhatian, sikap dan kebiasaan
belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
b. Menurut Purwanto (1985:106), adalah ;
2) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri, yang kita sebut
faktor individual.
3) Faktor yang di luar individu yang kita sebut faktor sosial.
Yang termasuk dalam faktor individu antara lain: fakor
kematangan/pertumbuhan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
Sedangkan faktor sosial yang mempengaruhinya antara lain faktor
keluarga/keadaan keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat
yang dipergunakan dalam belajar.
c. Menurut Sumadi Suryabrata, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan
faktor ekstern dengan perincian sebagai berikut: (Syah, 1995: 132)
1) Faktor ekstern, terdiri dari: b) Faktor-faktor non sosial c) Faktor-faktor sosial
2) Faktor intern, terdiri dari: a) Faktor psikologis b) Faktor biologis.
Serangkaian beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor yang datangnya
dari dalam diri individu itu sendiri yang disebut faktor intern dan faktor
57
yang datangnya dari luar individu yang disebut faktor ekstern. Kedua
faktor itu sangat mempengaruhi terhadap berhasil tidaknya belajar.
Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui
belajar mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya.
Dengan demikian belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri
individu sebagai hsil pengalamannya di lingkungan. Secara global, faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi dua
macam:
a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek yakni:
1) Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat
menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak membekas.
2) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran siswa.
Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya
dipandang lebih esensial itu, sebagai berikut:
3) Tingkat Kecerdasan atau Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
58
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi,
intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus
diakui bahwa peran otak dalam hubungan dengan intelegensi
manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh
lainnya, lantaran otak merupakan menara pengontrol hampir
seluruh aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ)
siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi
kemampuan intelegensi seorang siswa mak semakin besar
peluangnya untuk memperoleh sukses.
4) Sikap Siswa.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency)
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang dan
sebagainya, baik secara positif maupun negative (Syah, 1999: 135).
Sikap merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi
belajar. Dalam hal ini sikap yang akn menunjang belajar seseorang
ialah sikap poitif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang
akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap
lingkungan tempat dimana ia belajar seperti: kondisi kelas, teman-
temannya, sarana pengajaran dan sebagainya (Sabri, 1996: 84).
59
5) Bakat Siswa.
Secara umum adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang mempunyai
bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi,
secara global bakat mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya
seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau
cerdas luar bisa (very superior) disebut juga sebagai gifted, yakni
anak berbakat intelektual.
6) Minat siswa
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat
dapat mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang-bidang studi tertentu (Syah, 1999: 136).
b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor
lingkungan dan faktor instrumental:
1) Faktor-faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor
lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan non
sosial/alami ini ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara,
waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan
sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan
60
representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses
dan hasil belajar siswa.
2) Faktor-faktor Instrumental.
Ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat
pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi
pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa (Syah, 1999: 59-60).
Dari semua faktor di atas, dalam penelitian kali ini akan diarahkan
pada faktor instrumental yang di dalamnya guru profesional itu
akan ditunjukan.
Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain.
Misalnya: Seorang siswa yang conserving terhadap ilmu pengetahuan
biasanya cenderung mengambil pendekatan yang sederhana dan tidak
mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki kemampun
intelegensi yang tinggi (faktor Iternal) dan mendapat dorongan positif dari
orang tua atau gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih pendekatan
belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh
faktor-faktor tersebut di atas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi,
rendah atau gagal sama sekali.
Seorang guru yang memiliki kompetensi yang baik dan profesional
diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha
mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi penghambat proses
belajar siswa.
61
Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara:
a. Penilaian formatif.
Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan
untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil
penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-
mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.
b. Penilaian Sumatif.
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau
pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah
dipelajarinya selama jangka waktu tertentu (Purwanto, 2001: 26).
C. Hubungan Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti dan Prestasi Belajar
Siswa
Guru dapat menciptakan suasana dalam belajar menjadi nyaman dan
optimal sehingga menumbuhkan persepsi siswa yang positif. Dengan persepsi
yang positif tersebut akan menumbuhkan motivasi siswa dalam belajarnya
sehinga dapat mempengaruhi tidakan siswa dalam mencapai tujuannya, yaitu
prestasi belajar yang memuaskan. Kompetensi pedagogi Sub-Kompetensi
yaitu
1. Berkontriibusi dalam pengembangan KTSP (Kompetensi Tingkat Satuan
Pendidikan) yang terkait dengan matapelajaran yang diajarkan.
2. Mengembangkan silabus mata pelajaran berdasarkan Standar Kompetensi
(SK) dan Kontribusi Dasar (KD).
62
3. Merencanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan
silabus yang telah dikembangkan terdiri dari standar kompetensi berkaitan
dengan kemampuan menguasai karakter peserta didik, dari aspek fisik,
moral, sosial, kultural, emosional, hingga intelektual.
Kompetensi guru diisyaratkan menguasai teori belajar dan prinsip-
prinsip pembelajaran yang mendidik. Pengembangkan kurikulum yang terkait
dengan bidang yang diampunya, guru juga harus mampu menyelenggarakan
kegiatan pengembangan yang mendidik dan memanfaatkan teknologi
informasi, komunikasi dan media untuk kepentingan penyelenggaraan
kegiatan pengembangan yang mendidik. Adapun kompetensi pribadi dapat
dilihat dari kemampuan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial,
dan kebudayaan nasional. Selain itu mampu menampilkan diri sebagai pribadi
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
Guru dituntut bisa menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, bangga menjadi guru dan rasa percaya diri, sekaligus menjunjung
tinggi kode etik profesi. Di lembaga pendidikan formal seperti sekolah, guru
berperan sebagai pemimpin kegiatan kerja yang berkaitan dengan proses
belajar mengajar dimana ia harus merencanakan, melaksanakan,
mengorganisasi dan mengawasi kegiatan proses belajar mengajar, guru harus
dapat memiliki menetapkan metode mengajar yang tepat sesuai dengan
lingkungan dan kondisi yang ada pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Bantuan dan bimbingan guru baik secara individual maupun
kelompok kepada siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
63
merupakan bagian terpenting tugas guru sebagai pemimpin. Hal demikian
karena pada hakikatnya mengajar adalah membimbing kegiatan siswa yang
sesuai dengan pernyataan “teaching is guidance of learning activities“. Dalam
pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, disebutkan bahwa
pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis
kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan
sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhlak mulia, kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat,
kompetensi professional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan.
Sebagai organisasi formal yang bukan sekedar kumpulan orang dan
bukan pula hanya sekedar pembagian kerja, didalamnya terdapat keterikatan
individu yang saling mempengaruhi dalam bentuk kerjasama antara kepala
sekolah, guru, pegawai, siswa dan orang-orang yang ada di instansi yang
terkait erat dengan proses pendidikan. Semua unsur tersebut secara bersama-
64
sama ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Artinya
walaupun dalam kegiatannya setiap personil melakukan pekerjaan sesuai
dengan fungsi masing-masing tetapi secara keseluruhan pekerjaan mereka
disahkan pada pencapaian tujuan pendidikan secara luas. Untuk mencapai
tujuan dimaksud diperlukan pola mengajar guru yang memungkinkan semua
komponen dapat berinteraksi dan bekerjasama dengan optimal. Guru
merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru
sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, kegiatan supervisi dipandang perlu
untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran dan sebagai
sumber daya manusia yang memiliki peran sangat strategis yang dapat
menentukan keberhasilan program pendidikan. Guru merupakan unsur
penting yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam
pelaksanaan pendidikan dan interaksi sehari-hari di sekolah.
Sebagai profesi, kemampuan menjadi guru membutuhkan kriteria
khusus seperti penguasaan ilmu, seni dan keterampilan. Ilmu pengetahuan
tentang dasar-dasar keguruan dan materi bidang studi sangat perlu dikuasai
oleh guru agar ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dengan demikian
ia akan menjadi guru yang professional. Salah satu upaya peningkatan
profesional guru adalah melalui supervisi pengajaran. Pelaksanaan supervisi
pengajaran perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan
65
pengawas sekolah bertujuan memberikan pembinaan kepada guru-guru
agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.
Dalam pelaksanaannya, baik kepala sekolah dan pengawas menggunakan
lembar pengamatan yang berisi aspek-aspek yang perlu
mengelola proses diperhatikan dalam peningkatan kinerja guru dan kinerja
sekolah.
Melakukan supervisi guru, digunakan lembar observasi yang berupa
alat penilaian kemampuan guru (APKG), sedangkan untuk mensupervisi
kinerja sekolah dilakukan dengan mencermati bidang akademik, kesiswaan,
personalia, keuangan, sarana dan prasarana, serta hubungan masyarakat.
Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai
tenaga profesional kependidikan. Pertama adalah tingkatan Capable Personal,
maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan kecakapan dan
keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu
belajar-mengajar secara efektif. Tingkat kedua adalah guru sebagai inovator,
yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya
perubahan dan reformasi. Tingkat ketiga adalah guru sebagai developer, guru
harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas prospektifnya.
Kunci keberhasilan pendidikan dari sekian banyak faktor antara lain
adalah guru dan siswa sebagai pelakunya. Dari sisi guru, artinya kemampuan
dan profesionalitas sangat dibutuhkan guna mentransfer pengetahuan,
sedangkan dari sisi siswa adalah dibutuhkan kemauan dan kegigihan dalam
melakukan aktivitas belajar karena sesunguhnya kelebihan pada manusia itu
ialah diberi daya akal dan daya kehidupan dalam arti peradaban, sehingga
66
manusia mampu menciptakan dunia kehidupannya sendiri dan menetapkan
nilai-nilai luhur yang ingin dicapai lengkap dengan pilihan strategi guna
mencapai cita-cita hidupnya. Kemampuan yang demikian itu tidak dimiliki
oleh binatang, apalagi tumbuh-tumbuhan dan benda mati. Bagi binatang dan
makhluk hidup lain di dunia ini, hidup dan kehidupan adalah sama, keduanya
berada dalam kekuasaan hukum alam, yang berjalan secara pasti, tidak dapat
diubah dan tidak mengenal perubahan.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan pertama dalam keseluruhan
proses pendidikan. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak ditentukan oleh bagaimana proses belajar yang dialami
peserta didik. Belajar merupakan proses perubahan dalam tingkah laku
seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, yang perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan
dalam seluruh aspek tingkah laku. Kegiatan belajar terjadi jika pengalaman
mengakibatkan perubahan yang relatif permanen pada tingkah laku serta
pengetahuan seseorang. Seseorang dinyatakan telah memiliki pengalaman
belajar apabila perubahan tingkah laku tersebut sebagai akibat dari proses
pembelajaran.
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran bertujuan menghasilkan
perubahan-perubahan yang bersifat positif sehingga seseorang dapat menuju
ke kedewasaan. Perubahan positif tersebut menunjukkan adanya hasil belajar.
Prestasi belajar inilah yang menjadi inti dari proses pembelajaran, dengan
pernyataan lain prestasi belajar merupakan tingkat hasil belajar yang
ditunjukkan seseorang setelah mendapatkan bimbingan dan latihan yang
dibimbing oleh guru sebagai fasilitatornya. Guru merupakan faktor yang
67
dominan dan penting dalam pendidikan karena bagi siswa guru sering
dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Selain itu
seorang guru tidak hanya dituntut mampu menguasai materi bidang studi
melainkan guru mampu dan menguasai berbagai strategi serta teknik belajar
dan pembelajaran untuk setiap bidang studi agar siswa dapat mengembangkan
potensinya dan diharapkan memahami apa yang menjadi tujuan pembelajaran,
dan apa yang menjadi harapan guru dari siswanya.
Kualitas siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh kompetensi guru.
Kompetensi guru didapat dari Perguruan Tinggi Keguruan, karena Perguruan
Tinggi Keguruanlah yang mengajarkan mengenai kompetensi guru. Proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak lepas dari rencana pembelajaran
yang dibuat. Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru dituntut menyusun
perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses belajar, agar
tujuan pembelajaran yang diharapkan guru dapat tercapai. Selain itu, guru
dituntut untuk memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang bisa
menunjang pembelajaran. Sehingga pada akhirnya guru dapat melaksanakan
evaluasi (penilaian) terhadap hasil belajar siswa. Fakta di lapangan, sedikit
banyak ditemukan adanya guru-guru yang tidak memiliki interaksi kondusif
dan menyenangkan dengan siswa sehingga berdampak pada semakin
menjauhnya siswa dari guru tersebut. Persoalan ini menjadi pemicu lahirnya
sikap antipati siswa terhadap guru dan menurunnya motivasi siswa dalam
belajar khususnya pada mata pelajaran tertentu yang tingkat hubungannya
kurang harmonis antara guru dengan siswa.
68
Tinggi rendahnya pergerakan profesi guru salah satunya diantaranya
diukur dari tingkat pendidikan yang ditempuhnya dalam mempersiapkan
jembatan tersebut. Guru sebagai figur sentral dalam dunia pendidikan
khususnya dalam proses belajar mengajar, sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan anak didiknya, misalnya dalam penyajian materi pelajaran, bila
guru kurang menguasai materi, akibatnya guru tidak mampu memberi
bimbingan dengan baik dan menimbulkan kesalahan-kesalahan dasar
mengenai fakta. Disamping itu anak juga akan memperoleh prestasi belajar
yang kurang baik.
69
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Identitas Madrasah
Tabel 3.1
Daftar Identitas Masdrasah
a. Nama Sekolah : Mts. Yakti Tegalrejo
b. NSM/NPSN : 121.2.33.08.0030 / 20331541
c. Terakreditasi : B
d. Tahun / Nomor Akreditasi : 2008 / Dp.008786
e. Alamat : Jalan Pahlawan 102
Desa : Tegalrejo
Kecamatan : Tegalrejo
Kabupaten : Magelang
Propinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 56192
f. No. Telepon : (0293) 3148919
g. E-mail : [email protected]
h. Tahun Berdiri : 1975
i. Status Tanah : Hak Milik Wakaf
1) Surat Keterangan Tanah : Sertifikat / Nomor : 1118
2) Luas Tanah : 4600 m2
j. Status Bangunan : Milik Sendiri
1) Surat Ijin Bangunan : No. 188.4/201/Kep/3/2001
2) Luas Bangunan : 3300 m2
k. Penyelenggara Madrasah : Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam (YAKTI)
l. Akte : Nomor 14 Tanggal 22 Januari 1972
Sumber: profil madrasah yang termuat dalam akte pendidirian No. 14 Tanggal 22 Januari 1972
70
2. Keadaan Siswa dan Guru
a. Data siswa tahun 2012/2013.
Tabel 3.2
Daftar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo
Jumlah Siswa Kelas
Rombongan
Belajar L P Jumlah
VII 4 80 78 158
VIII 4 68 67 135
IX 4 68 87 155
Total 12 216 232 448
Sumber: laporan akreditasi madrasah tahun 2012/2013 yang ditanda-tangani oleh kepala sekolah
b. Data Guru dan Karyawan.
Tabel 3.3
Daftar Guru dan Karyawan
MTs. Yakti Tegalrejo
No Klasifikasi Guru dan
Karyawan Jumlah
1 Guru PNS DEPAG 6 orang
2 Guru Tetap Yayasan 19 orang
3 Pegawai Tetap Yayasan 4 orang
4 Penjaga 1 orang
5 Guru Wiyata Bakti 6 orang
Sumber: laporan akreditasi madrasah tahun 2012/2013 yang ditanda-tangani oleh kepala sekolah
3. Letak Geografis
MTs. Yakti Tegalrejo Magelang beralamat Jl. Pahlawan No. 102,
Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, 56192. Jadi secara geografis
Madrasah Tsanawiyah ini cukup strategis. Karena mudah dijangkau dari
71
berbagai arah dan berada di lingkungan Kecamatan. Di samping itu, di
dukung dengan sarana transportasi yang mudah .
Tabel 3.4
Batas Bangunan MTs Yakti Tegalrejo
No Arah Posisi
1 Sebelah utara Tanah H. Ismail
2 Sebelah timur Tanah Kardoso dan Sulaeman
3 Sebelah barat Trotoar, tanah Negara dan jalan dari
Tegalrejo-Pakis
4 Sebelah selatan Jalan
Sumber: buku tanah Hak Milik Wakaf No. 1118 yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Magelang tertanggal 18 Juni 1992
Secara sosio kultural, daerah ini penduduknya mayoritas beragama Islam
dan mereka dapat dikatakan masyarakat yang aktif dalam menjalankan
kegiatan keagamaan, dan kegiatan lainnya sehingga dalam hal ini sangat
mendukung akan keberadaan Madrasah Tsanawiyah ini. Baik dalam
kegiatan belajar maupun kegiatan yang ada kaitannya dengan masyarakat
sekitarnya. Seperti dalam peringatan hari besar Islam.
4. Sumber Dana Operasional dan Perawatan
Adapun sumber dana operasional dan perawatan MTs. Yakti
Tegalrejo, berupa: BOS (bantuan operasional sekolah), IPM (Infaq
Pengembangan Madrasah) dan bantuan lain.
72
5. Susunan Pengurus YAKTI (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah
Islam)
Susunan pengurus YAKTI (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah
Islam, dapat ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.5
Susunan Kepengurusan YAKTI
(Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam)
No Jabatan Keterangan
1 Penasehat KH. Abdurrohman Chudlori
KH. Thoyib Ahmadi
2 Pembina H. Dzulkarnen
H. Sumarmo, BA
3 Ketua Drs. H. Nuryahman
4 Wakil Ketua Ahmad Halim
5 Sekretaris Drs. Hanafi
6 Wakil Sekretaris H. Usman Sudirin
7 Bendahara H. Muh Tahsis
8 Wakil Bendahara H. Zarkoni
9 Seksi SD/MI Rosjidin Aziz Susanto, S.Pd.I.
Drs. H. Tahsin Anwar
10 Seksi SMP/MTs Drs. Khumedi
Miftahul Huda, S.Ag
11 Seksi SMU/SMK/MA Badawi, S.Pd.I
Hidayatul Hadi, S.Ag
Sumber: susunan kepengurusan yakti (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam, Tegalrejo Magelang) yang ditanda-tangani oleh ketua yayasan Drs. H. Nuryahman pada Agustus 2010.
73
6. Struktur Organisasi MTs. Yakti Tegalrejo Magelang
Struktur organisasi di MTs Yakti Tegalrejo Magelang dapat
ditampilkan dengan bagan berikut:
: Garis Komando : Garis Kordinasi
Bagan I
Struktur Organisasi Mts. Yakti Tegalrejo Magelang Tahun 2012/2013
Sumber: laporan personalia organisasi Madrasah Tsanawiyah Yakti Tegalrejo tahun pelajaran 2012/2013 tertanggal 8 Juli 2012 yang ditanda-tangani oleh kepala madrasah.
YAYASAN YAKTI
KEPALA MADRASAH ROCHMAT ALMASHARI, S.Pd.I
KOMITE MADRASAH
WAKA KURIKULUM MAS’UDI, BA
WAKA KESISWAAN
FAHRUR, S.Pd
WAKA SARPRAS
M. HUDA, S.Ag
WAKA HUMAS M. SUBHAN, S.Ag.
WALI KELAS VII A. HIDAYATUL H. S.Ag. B. DUROTUN N.
S.Kom. C. FATHAYATI, S.Pd. D. IMAM ROZIQI, S.Ag
WALI KELAS VIII A. MAKRUF AZ, S.Ag. B. MUN ARIFAH, S.Ag. C. ATI AZIMAH
ZAKIYAH, S.Ag. D. SLAMET SUNARDI,
S.Pd.
WALI KELAS IX A. HARYATI, S.Pd. B. SUTONJO, S.Pd. C. Dra. YUNIASIH AL
BAROROH D. INDRIYATI
WULANDARU, S.Pd.
KOOR. PERPUS
IMAM R., S.Ag
KOOR. EKSTRA
MAKRUF AZ, S.Ag
KOOR. BP
Hj. FATMAWATI, S.Pd
KOOR. PRAMUKA
S. SUNARDI, S.Pd.
KA. TU A. NASIR, S.Ag.
GURU
SISWA
74
Berdasarkan bagan diatas, dapat dideskripsikan tentang tugas dan
tanggungjawab masing-masing jabatan:
a. Kepala Madrasah
Tugas pokok kepala madrasah adalah memimpin, mengatur
pelaksanaan administrasi madrasah dan seluruh kegiatan pendidikan
serta pengajaran.
Uraian tugas kepala madrasah, meliputi: mengatur
penyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di madrasah, mengatur
penyelenggaraan urusan tata usaha, mengatur penyelenggaraan urusan
kepegawaian, mengatur penyelenggaraan urusan keuangan di
madrasah dan mengatur penyelenggaraan urusan sarana dan
perlengkapan di madrasah.
b. Wakil Kepala Madrasah
Tugas pokok wakil kepala madrasah adalah membantu tugas
sehari-hari kepala madrasah. Adapun uraian tugas wakil kepala
madrasah, meliputi: menyusun program pembinaan/kegiatan
kesiswaan/OSIS, membimbing dan mengarahkan dan mengendalikan
kegiatan siswa /OSIS dalam rangka meningkatkan disiplin tata tertib,
membimbing mengarahkan mengendalikan persiapan pemilihan
pengurus-pengurus OSIS, menyelenggarakan latihan dasar
kepemimpinan madrasah (LDK), mengkoordinir membina dan
mengawasi kegiatan upacara bendera.
c. Wakil Kepala Madrasah Urusan Kurikulum
Tugas pokok wakil kepala madrasah urusan kurikulum adalah
membantu tugas sehari-hari kepala madrasah. Adapun uraian tugas
wakil kepala madrasah urusan kurikulum, meliputi: menyusun
program pengajaran, menyusun pembagian dan tugas guru, menyusun
75
jadwal pelajaran, menyusun penjabaran kalender pendidikan,
menyusun dan mengelola evaluasi belajar.
d. Wakil Kepala Madrasah Urusan Humas
Tugas pokok wakil kepala madrasah urusan humas adalah
membantu tugas sehari-hari kepala madrasah. Adapun uraian tugasnya,
meliputi: mengusahakan kesejahteraan guru dan karyawan,
mengadakan kosultasi atau home visit dengan wali siswa, mengadakan
konsultasi dengan pengurus BP-3, menyusun rencana fisik bersama
dengan pengurus BP-3, mengadakan konsultasi dengan tokoh
masyarakat.
e. Wakil Kepala Madrasah Urusan Sarana dan Prasarana
Tugas pokok wakil kepala madrasah urusan sarana dan
prasarana adalah membantu tugas sehari-hari kepala madrasah.
Adapun uraian tugas wakil kepala madrasah urusan sarana dan
prasarana, meliputi: menyusun program pengadaan pemeliharan dan
pengamanan barang inventaris khususnya yang berkaitan dengan
KBM, mendayagunakan sarana dan prasarana KBM, merencanakan
kegiatan pendayagunaan sarana dan prasarana, merencanakan teknik
pemeliharaan sarana prasarana.
f. Tugas BP/BK
Tugas pokok BP/BK adalah mengelola pelaksanaan program
bimbingan dan penyusunan serta bimbingan karier kepada siswa.
Adapun uraian tugas BP/BK, meliputi: menyusun rencana dan program
kerja BP/BK, mengumpulkan data pribadi siswa, mengamati siswa
76
sehari-hari, mengadakan konsultasi dengan wali kelas, guru dan orang
tua siswa, menelusuri latar belakang siswa.
g. Tugas Kepala Tata Usaha
Tugas pokok kepala tata usaha adalah mengatur pelaksanaan
tata tertib usaha dan rumah tangga madrasah termasuk perpustakaan,
laboratorium serta tugas lain yang bersifat pelayanan pendidikan.
Adapun uraian tugas kepala tata usaha, meliputi: menerima
mencatat dan meneruskan surat masuk dan keluar, melakukan
pengetikan dan penggandaan, mengoreksi surat-surat yang telah selesai
diketik, mengatur memelihara dan mengamankan arsip, menghimpun
peraturan perundang-undangan surat keputusan instruktur dan edaran.
h. Tugas Wali Kelas
Tugas pokok wali kelas adalah mengelola kelas menjadi
tanggung jawabnya, pengisian daftar nilai siswa, membuat catatan
khusus tentang siswa, pencatatan mutasi siswa dan pengisian buku
laporan pendidikan.
i. Tugas Guru
Tugas pokok guru adalah melaksanakan pendidikan dan
pengajaran di madrasah. Adapun uraian tugas guru, meliputi: membuat
program semester, melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan jadwal pelajaran, menciptakan situasi belajar yang aktif,
mengevaluasi proses belajar mengajar secara terus menerus,
mengadakan remidial / perbaikan nilai, pengayaan dan tindak lanjut.
77
7. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah sesuatu yang sangat penting dalam
pendidikan atau proses belajar mengajar. Karena sarana dan prasaran
banyak membantu dan memperlancar jalannya pendidikan serta
meningkatkan mutu atau fasilitas madrasah yang bersangkutan, jika
digunakan sesuai dengan keadaan dan situasi sekolah yang bersangkutan.
Adapun sebagai perincian dari sarana dan prasarana MTs Yakti
Tegalrejo Magelang, sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kondisi MTs. Yakti Tegalrejo
No Nama Keterangan Tanah a. Berstatus Hak Milik Wakaf
1
b. Luas 4.600 m2 Bangunan a. Status Milik Sendiri b. Luas 3300 m2 c. Keadaan Gedung Permanen d. Keadaan Ruang Belajar
1) Ruang Belajar 12 Ruang 2) Ruang Kantor 1 Ruang 3) Ruang Kepsek 1 Ruang 4) Ruang Tamu 1 Ruang 5) Ruang Tu 1 Ruang 6) Ruang BP 1 Ruang 7) Ruang Koperasi 1 Ruang 8) Ruang Perpustakaan 1 Ruang 9) Ruang OSIS/UKS 1 Ruang 10) Ruang Dapur 1 Ruang 11) Ruang WC Guru 1 Ruang
2
12) Ruang WC Siswa 4 Ruang
bersambung......
78
No Nama Keterangan Peralatan Madrasah
a. Almari 2 Buah
b. Meja Kursi Tamu 2 Set
c. Meja Guru 8 Buah
d. Kursi Siswa 25 Buah
e. Meja TU 224 Buah
f. Kursi TU 448 Buah
g. Papan Tulis 12 Buah
h. Papan Pengumuman 2 Buah
i. Papan Program 2 Buah
j. Papan Rekap Guru 1 Buah
k. Papan Jadwal 1 Buah
l. Papan Rekap Siswa 1 Buah
m. Papan Kegiatan 2 Buah
3
n. Jam Dinding 12 Buah
Peralatan Lain-lain
a. Peralatan Olah Raga
1) Bola Kaki 2 Buah
2) Bola Volly 2 Buah
3) Bola Basket 2 Buah
4) Bola Pingpong 12 Buah
5) Net Volley 2 Buah
6) Net Pimpong 2 Buah
7) Bad Pimpong 12 Buah
8) Net Badminton 2 Buah
9) Raket Badminton 8 Buah
b. Peralatan Pramuka
1) Tenda 4 Buah
2) Bendera Tunas Kelapa 8 Buah
4
3) dan lain sebagainya Sumber: laporan akreditasi madrasah tahun 2012/2013 yang ditanda-tangani
oleh kepala sekolah
sambungan.....
79
B. Pelaksanaan Pendidikan di MTs Yakti Tegalrejo
1. Sistem Pengajaran
Teknik menyampaikan materi pelajaran, guru bidang studi masing-
masing mengurutkan alokasi waktu yang disediakan sesuai dengan
ketaatan yang ada di MTs Yakti Tegalrejo sesuai jadwal masing-masing
dari tiap bidang studi. Sedangkan teknik penyampaian materi guru
menggunakan metode yang sesuai dengan bidang studi tersebut, serta
sesuai dengan materi, alat, tujuan, situasi, dan kondisi serta perkembangan
anak. Dengan kata lain guru dalam mengajar berpedoman dengan
kurikulum bidang studi masing-masing.
Metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran,
sebagai berikut :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu metode yang digunakan dalam
menyampaikan materi pelajaran bidang studi yang bersifat teoritis dan
pengetahuan.
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab yaitu metode yang digunakan dalam
menyampaikan pelajaran sebagai pre-test dan diakhiri pelajaran
sebagai post-test. Metode ini akan berguna memberikan motivasi anak
agar selalu aktif belajar dan memperhatikan pelajaran yang
disampaikan.
c. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas yaitu memberi tugas siswa untuk
dikerjakan di rumah.
80
d. Metode Diskusi
Metode diskusi yaitu metode yang digunakan dalam
menyampaikan masalah agar siswa dapat memecahkan masalah.
Metode ini digunakan untuk melatih siswa dalam berpikir untuk
menghadapi mutu masalah.
e. Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama yaitu metode yang digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran bidang studi yang ada hubungannya
dengan kisah-kisah keteladanan para sahabat dan para pahlawan atau
orang-orang yang dapat menjadi panutan dengan cara anak disuruh
menerangkan contoh keteladanan tokoh agama, para penemu ilmu
pengetahuan dan lain-lain.
f. Metode Drill
Metode drill yaitu metode yang digunakan untuk memberikan
materi pelajaran yang berhubungan dengan hal praktek bidang studi
yang memperlukan latihan-latihan. Praktek harus sering dilakukan
agar siswa dapat mengerjakan dengan baik dan benar.
Di samping metode-metode di atas, guru juga memberikan contoh
keteladanan yang baik kepada siswa dan juga berusaha menambah
pengetahuan, membimbing dan mengarahkan siswa dan memberi motivasi
kepada siswa agar selalu aktif dalam mengikuti suatu bidang studi. Guru
BP dan semua guru yang ada ikut andil dalam usaha meningkatkan mutu
dan membentuk siswa menjadi baik dan berhasil di sekolah dan di
masyarakat. Guru harus memberi dorongan dan nasehat untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
81
2. Materi Pelajaran
MTs. Yakti Tegalrejo sebagai lembaga pendidikan ganda yaitu
mengajarkan pelajaran umum sekaligus pelajaran agama. Maka dalam
kurikulum materinya adalah menyeluruh yang mencakup semua bidang
studi. C. Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan
Adapun pelaksanaan evaluasi di MTs Yakti Tegalrejo sangat berguna
untuk mengetahui keberhasilan dari pelaksanaan proses belajar mengajar.
Pelaksanaan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Evaluasi Belajar (MID Semester Gasal)
MID Semester yaitu evaluasi yang memberikan umpan balik
kepada guru, sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan juga untuk dasar mengadakan remidasi pada murid. Evaluasi ini
diberikan setelah selesai guru mengadakan proses belajar mengajar,
dengan waktu yang telah ditentukan yaitu awal atau di akhir pelajaran.
2. Evaluasi Sub Sumatif Semester Gasal
Evaluasi ini dilaksanakan pada pertengahan cawu dengan maksud
untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menempuh pelajaran selama
setengah cawu. Adapun kegunaannya adalah untuk mendorong semangat
siswa agar lebih aktif dalam belajar, kemudian siswa yang mempunyai
nilai kurang diharapkan siswa akan lebih aktif dan rajin belajar guna
mengejar ketinggalannya.
3. Evaluasi Tes Semester Gasal
Evaluasi ini dilakukan pada akhir cawu guna mengetahui hasil
belajar siswa selama satu semester. Hasil belajar ini dikomulatifkan
82
dengan nilai kokurikuler dan sub sumatif yang kemudian juga harus
dilaksanakan oleh guru untuk memberikan dorongan dan motivasi belajar
anak.
4. Evaluasi Belajar Tahap Akhir
Evaluasi ini dilakasanakan bila siswa telah menduduki kelas III
dalam catur wulan sembilan. Pelaksanaan UAS (ujian akhir sekolah)
berada di bawah departemen agama, khususnya MTs Yakti Tegalrejo
dilaksanakan tiga tahap, yaitu:
a. Evaluasi Belajar Tahap Akhir.
Diselenggarakan oleh KEMENAG (Kementerian Agama) dan
diujikan bidang studi yang sama dengan UAN (Ujian Akhir Nasional)
dengan ditambah tiga bidang studi, yaitu Al-Qur'an, bahasa Arab, dan
fiqh. Nilai ini dimasukkan dengan tes sumatif semester. Nilai
dimasukkan ke dalam STTB (Surat Tanda Tamat Belajar).
b. Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS).
EBTANAS yang dimaksud oleh pemerintah secara nasional,
sedang hasilnya ditulis dalam daftar UAN (Ujian Akhir Nasional)
murni atau DANEM (Daftar Nilai Evaluasi Belajar Murni).
c. Evaluasi Belajar Tahap Akhir Berkala (UAM)
UAS berkala ini juga diselenggarakan oleh Kementerian
Agama, dengan bidang studi yang diujikan tujuh bidang studi yaitu:
Aqidah Akhlak, Fiqh, Bahasa Arab, SKI, Kertangkes, PKn dan IPA.
Nilai yang tertera dalam STTB MTs Yakti Tegalrejo 21 bidang
studi, yang terdiri dari 3 bidang studi UAN, 13 bidang studi UAS berkala
dan 3 bidang studi lainnya, yaitu: ketrampilan, kesenian, bahasa daerah.
83
Nilai 3 bidang studi tersebut diambilkan dari hasil tes sumatif pada
semester VI.
D. Penyajian Data
Untuk memperoleh beberapa hal yang berhubungan dengan tujuan
penelitian, maka pada tanggal 30 Oktober 2013, peneliti membagikan
sejumlah angket kepada siswa dengan ijin kepala sekolah. Kemudian untuk
memperoleh data penulis deteksi dengan menggunakan sejumlah pertanyaan,
selanjutnya penulis laporkan hasil angket yang telah penulis sebarkan.
1. Daftar Nama Responden
Dalam daftar responden berisi nama-nama siswa yang mewakili
dari jumlah keseluruhan siswa dan dijadikan objek penelitian. Untuk lebih
jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 3.7 Daftar Nama Siswa (Responden)
MTs. Yakti Tegalrejo Tahun 2013 No. Kelas VII No. Kelas VIII No. Kelas IX
1 A. Habbi Lathof 16 Fadhul Anam 31 Hari Suryanto 2 Afham Khabiba R 17 Eka Wahyu Aprilia 32 Joko Nur Faizin 3
Alfeni Rafiyanti 18 Desi Puji Astuti 33 Ahmad
Mauhibur 4
Fahrur Lisdiantoro 19 Agung Tri
Laksono 34 M. Aji
Panuntun 5 A. Mushofan 20 Andri Joko P. 35 Bayu Aji
Khasnafi 6
A. Mauliya 21
Devi Nadlirotul M. 36 Azimatul
Azizah 7 Linasari 22 Indah Prasetyawati 37 Khusnul
Khotimah 8 Agus Setiawan P 23 Aris Eka P. 38 Fatra Achmad
Aqil
bersambung.....
84
No. Kelas VII No. Kelas VIII No. Kelas IX
9 Eko Saputro 24 Avi Laelasari 39 A. Munji Sabily 10 Faridhatul A. 25 Hesti F. Astuti 40 Fakhri Husaini 11 Ahmad Buchari 26 Erik Afrian C. 41 Fatna Suryani 12 Akhmad Mudlofar 27 Aida Hidayatul F. 42 Adi Setiawan 13 Fina Lativah 28 Fatwa Faridza 43 Afni Nurohmah 14 Chumedi 29 Ani Wulan R. 44 Bagas D.
Siswanto 15 Deny Putra S. 30 Budi Ananto 45 Eka Larasati
Jumlah Total Responden 45 Siswa
Sumber: daftar siswa-siswi MTs. Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran 2012/2013
2. Data Angket tentang Kompetensi Paedagogik Guru Wiyata Bakti
Adapun kisi-kisi instrumen angket tentang kompetensi paedagogik
guru wiyata bakti, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.8
Kisi-kisi Instrumen
Angket Kompetensi Paedagogik Guru Wiyata Bakti
Konsep Dasar
Komponen Indikator No. Item
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
- Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual.
- Guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina
- Guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas
1 3 4 6
PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru
Pemahaman terhadap peserta didik
- Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak
- Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak
2 9
sambung.....
bersambung.....
85
Konsep Dasar
Komponen Indikator No. Item
- Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak
Pengembangan kurikulum atau silabus
Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah
7
Perancangan pembelajaran
Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memamfaatkan sumber daya yang ada
5 8 10 11
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan
12 13
Pemanfaatan teknologi pembelajaran
Guru menggunakan teknologi sebagai media
14 15
Evaluasi shasil belajar
Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan
16 17 18
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki
19 20
3. Data tentang Prestasi Belajar Siswa MTs Yakti Tegalrejo Tahun 2013
Data diambil dari jumlah rata-rata nilai raport beberapa siswa yang
mewakili dari keseluruhan jumlah siswa mulai dari kelas VII sampai
dengan kelas IX, untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan data
tersebut dalam bentuk tabel berikut ini:
sambungan.....
86
Tabel 3.9
Data Prestasi Belajar Siswa
MTs. Yakti Tegalrejo Tahun 2013
No Nama Nilai Rata-rata Raport
1 A. Habbi Lathof 72 2 Afham Khabiba R 82 3 Alfeni Rafiyanti 79 4 Fahrur Lisdiantoro 80 5 A. Mushofan 68 6 A. Mauliya 78 7 Linasari 87 8 Agus Setiawan P 73 9 Eko Saputro 77 10 Faridhatul A. 80 11 Ahmad Buchari 72 12 Akhmad Mudlofar 77 13 Fina Lativah 79 14 Chumedi 83 15 Deny Putra S. 70 16 Fadhul Anam 73 17 Eka Wahyu Aprilia 78 18 Desi Puji Astuti 79 19 Agung Tri Laksono 71 20 Andri Joko P. 73 21 Devi Nadlirotul M. 79 22 Indah Prasetyawati 80 23 Aris Eka P. 72 24 Avi Laelasari 75 25 Hesti F. Astuti 79 26 Erik Afrian C. 73 27 Aida Hidayatul F. 76 28 Fatwa Faridza 81 29 Ani Wulan R. 82 30 Budi Ananto 72
bersambung.....
87
No Nama Nilai Rata-rata Raport
31 Hari Suryanto 74 32 Joko Nur Faizin 78 33 Ahmad Mauhibur 80 34 M. Aji Panuntun 75 35 Bayu Aji Khasnafi 77 36 Azimatul Azizah 82 37 Khusnul Khotimah 84 38 Fatra Achmad Aqil 75 39 A. Munji Sabily 78 40 Fakhri Husaini 85 41 Fatna Suryani 86 42 Adi Setiawan 77 43 Afni Nurohmah 79 44 Bagas Dhamar Siswanto 81 45 Eka Larasati 85
sambungan.....
88
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Variasi Tingkat Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti
Langkah-langkah yang diambil untuk menemukan tentang hubungan
kompetensi pedagogi guru wiyata bakti, sebagai berikut :
1. Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar
rating scale pada variabel hubungan kompetensi pedagogi guru wiyata
bakti.
2. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket dan
3. Memprosentasikan jawaban
4. Menginterprestasikan hasil persentase jawaban responden
Untuk menganalisis poin pertama digunakan persentase dengan rumus :
%100×=NFP
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden (Sudijono, 2000:40)
89
Tabel 4.1
Daftar Distribusi Frekuensi
Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti MTs. Yakti Tegalrejo
No. Urut
No. Responden
Skor Jawaban Angket
No. Urut
No. Responden
Skor Jawaban Angket
1 001 69 24 024 88
2 002 64 25 025 91
3 003 67 26 026 86
4 004 70 27 027 91
5 005 71 28 028 88
6 006 72 29 029 87
7 007 71 30 030 86
8 008 72 31 031 87
9 009 77 32 032 92
10 010 74 33 033 97
11 011 71 34 034 104
12 012 80 35 035 105
13 013 79 36 036 106
14 014 84 37 037 101
15 015 75 38 038 102
16 016 82 39 039 105
17 017 85 40 040 102
18 018 90 41 041 105
19 019 89 42 042 106
20 020 86 43 043 107
21 021 87 44 044 110
22 022 84 45 045 109
23 023 89
Dari data di atas dapat di cari skor tertinggi dan terendah kemudian
dicari intervalnya dengan menggunakan rumus :
90
KiXrXti 1+−
=
Keterangan : i : Interval Xt : Nilai tertinggi Xr : Nilai terendah Ki : Kelas interval (tinggi, sedang, rendah). (Sudijono, 2000)
Dari data hasil angket kompetensi pedagogi guru wiyata baktis,
diperoleh nilai tertinggi adalah 110, dan nilai terendah adalah 64. Dengan
menggolongkan data tersebut ke dalam 3 kelas maka dapat diketahui inteval
kelasnya, yaitu:
3164110 +−
=i 6,153
47== = 16 (dibulatkan)
Jadi jelas bahwa variabel ini dapat dikategorikan variasi tinggi,
sedang, rendah sebagai berikut :
1. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 98 – 114
2. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 81 – 97
3. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 64 – 80
Kemudian dicari prosentasi tentang kompetensi pedagogi guru wiyata
bakti MTs Yakti Tegalrejo Magelang. Hal ini menggunakan rumus
Persentase, sebagai berikut :
%100XNFP =
1. Untuk kategori tinggi tentang kompetensi pedagogi guru wiyata ada 12
responden :
%1004512
× = 26,7 %
91
2. Untuk kategori sedang tentang kompetensi pedagogi guru wiyata ada 14
responden :
%1004514
× = 31,1 %
3. Untuk kategori rendah tentang kompetensi pedagogi guru wiyata ada 19
responden :
%1004519
× = 42,2 %
Untuk lebih jelas sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
kompetensi pedagogi guru wiyata bakti MTs Yakti Tegalrejo Magelang.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jawaban
Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti
MTs Yakti Tegalrejo Magelang
No Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti
Interval Frekuensi Persentase
1 2 3
Tinggi Sedang Rendah
98 – 114 81 – 97 64 – 80
12 14 19
26,7 % 31,1 % 42,2 %
45 100 %
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa
kompetensi pedagogi guru wiyata bakti tinggi adalah 26,7 % dengan jumlah
12 siswa, kompetensi pedagogi guru wiyata bakti sedang sebanyak 14 siswa
dengan persentase 31,1 %, kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan
kategori rendah 42,2 % dengan jumlah 19 siswa. Dengan demikian
kompetensi pedagogi guru wiyata bakti adalah rendah.
92
B. Variasi Tingkat Prestasi Belajar Siswa
Dalam menganalisis data prestasi belajar siswa yang diambil dari
observasi tidak langsung (mengambil nilai rata-rata raport). Untuk mengetahui
tentang prestasi belajar siswa. Adapun langkah-langkah yang diambil adalah
sebagai berikut :
1. Membuat tabel daftar nilai raport dalam daftar rating scale tentang
prestasi belajar siswa.
2. Membuat tabel distribusi frekuensi tentang prestasi belajar siswa.
3. Memprosentasikan prestasi belajar siswa.
4. Menginterprestasikan hasil persentase prestasi belajar responden.
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi
Prestasi Belajar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013
No. Urut
No. Responden
Nilai Raport
No.
Urut No.
Responden Nilai
Raport 1 001 72 16 016 73 2 002 82 17 017 78 3 003 79 18 018 79 4 004 80 19 019 71 5 005 68 20 020 73 6 006 78 21 021 79 7 007 87 22 022 80 8 008 73 23 023 72 9 009 77 24 024 75 10 010 80 25 025 79 11 011 72 26 026 73 12 012 77 27 027 76 13 013 79 28 028 81 14 014 83 29 029 82 15 015 70 30 030 72
93
No. Urut
No. Responden
Nilai Raport
No.
Urut No.
Responden Nilai
Raport 31 031 74 39 039 78 32 032 78 40 040 85 33 033 80 41 041 86 34 034 75 42 042 77 35 035 77 43 043 79 36 036 82 44 044 81 37 037 84 45 045 85 38 038 75
Dari data di atas dapat di cari skor tertinggi dan terendah kemudian
dicari intervalnya dengan menggunakan rumus :
KiXrXti 1+−
=
Keterangan : i : Interval xt : Nilai tertinggi xr : Nilai terendah ki : Kelas interval (tinggi, sedang, rendah). (Sudijono, 2000)
Dari data prestasi belajar siswa, diperoleh nilai tertinggi adalah 87, dan
nilai terendah adalah 68. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 3
kelas maka dapat diketahui inteval kelasnya, yaitu:
316887 +−
=i
66,6320
==i ⇒ dibulatkan : 7
Jadi jelas bahwa pada variabel ini dapat dikategorikan variasi tinggi,
sedang, rendah sebagai berikut :
1. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 84 – 91
94
2. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 76 – 83
3. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 65 – 75
Kemudian dicari prosentasi frekuensi prestasi belajar siswa. Hal ini
menggunakan rumus Persentase sebagai berikut :
%100XNFP =
1. Untuk kategori tinggi tentang prestasi belajar siswa antara ada 5
responden:
%100455 XP = = 11,1 %
2. Untuk kategori sedang tentang prestasi belajar siswa ada 25 responden:
%1004525 XP = = 55,5 %
3. Untuk kategori rendah tentang prestasi belajar siswa ada 15 responden:
%1004515 XP = = 33,3 %
Untuk lebih jelas peneliti sampaikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi tentang prestasi belajar siswa.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa
MTs. Yakti Tegalrejo
Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013
No Prestasi Belajar Siswa Interval Frekuensi Persentase
1
2
3
Tinggi
Sedang
Rendah
84 – 91
76 – 83
68 – 75
5
25
15
11,1
55,5
33,3
45 100 %
95
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar siswa tinggi adalah 11,1% dengan jumlah 5 siswa, prestasi belajar
siswa sedang sebanyak 25 siswa dengan persentase 55,5%, prestasi belajar
siswa dengan kategori rendah 33,3% dengan jumlah 15 siswa. Dengan
demikian hubungan kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi
belajar siswa adalah sedang.
C. Analisis Uji Hipotesis
Dalam analisis ini bertujuan untuk embuktikan apakah hipotesis yang
telah diajukan dapat diterima atau ditolak. Adapun hipotesis yang akan
dibuktikan adalah “Adakah hubungan antara kompetensi pedagogi guru
wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa, semakin baik kompetensi guru
wiyata bakti yang dimilikinya, maka akan semakin baik pula prestasi belajar
siswa MTs Yakti Tegalrejo Magelang”.
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti menggunakan rumus korelasi
product moment angka kasar. Selanjutnya untuk lebih memudahkan
penganalisaan peneliti membuat tabel persiapan sebagai berikut :
96
Tabel 4.5 Daftar Nilai Variabel X dan Variabel Y
No. Responden x y Σ 1 001 69 72 141 2 002 64 82 146 3 003 67 79 146 4 004 70 80 150 5 005 71 68 139 6 006 72 78 150 7 007 71 87 158 8 008 72 73 145 9 009 77 77 154 10 010 74 80 154 11 011 71 72 143 12 012 80 77 157 13 013 79 79 158 14 014 84 83 167 15 015 75 70 145 16 016 82 73 155 17 017 85 78 163 18 018 90 79 169 19 019 89 71 160 20 020 86 73 159 21 021 87 79 166 22 022 84 80 164 23 023 89 72 161 24 024 88 75 163 25 025 91 79 170 26 026 86 73 159 27 027 91 76 167 28 028 88 81 169 29 029 87 82 169 30 030 86 72 158 31 031 87 74 161 32 032 92 78 170 33 033 97 80 177 34 034 104 75 179 35 035 105 77 182 36 036 106 82 188 37 037 101 84 185 38 038 102 75 177 39 039 105 78 183 40 040 102 85 187 41 041 105 86 191 42 042 106 77 183 43 043 107 79 186 44 044 110 81 191 45 045 109 85 194
97
Tabel 4.6 Persiapan Untuk Mencari Korelasi Antara Nilai Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata
Bakti dan Prestasi Belajar Siswa No. Resp X y x2 y2 xy
1 69 72 4761 5184 4968 2 64 82 4096 6724 5248 3 67 79 4489 6241 5293 4 70 80 4900 6400 5600 5 71 68 5041 4624 4828 6 72 78 5184 6084 5616 7 71 87 5041 7569 6177 8 72 73 5184 5329 5256 9 77 77 5929 5929 5929 10 74 80 5476 6400 5920 11 71 72 5041 5184 5112 12 80 77 6400 5929 6160 13 79 79 6241 6241 6241 14 84 83 7056 6889 6972 15 75 70 5625 4900 5250 16 82 73 6724 5329 5986 17 85 78 7225 6084 6630 18 90 79 8100 6241 7110 19 89 71 7921 5041 6319 20 86 73 7396 5329 6278 21 87 79 7569 6241 6873 22 84 80 7056 6400 6720 23 89 72 7921 5184 6408 24 88 75 7744 5625 6600 25 91 79 8281 6241 7189 26 86 73 7396 5329 6278 27 91 76 8281 5776 6916 28 88 81 7744 6561 7128 29 87 82 7569 6724 7134 30 86 72 7396 5184 6192 31 87 74 7569 5476 6438 32 92 78 8464 6084 7176 33 97 80 9409 6400 7760 34 104 75 10816 5625 7800 35 105 77 11025 5929 8085 36 106 82 11236 6724 8692 37 101 84 10201 7056 8484 38 102 75 10404 5625 7650 39 105 78 11025 6084 8190 40 102 85 10404 7225 8670 41 105 86 11025 7396 9030 42 106 77 11236 5929 8162 43 107 79 11449 6241 8453 44 110 81 12100 6561 8910 45 109 85 11881 7225 9265 Σ 3943 3496 353031 272496 307096
98
x = 3943 y = 3496 x 2 = 353031 y 2 = 272496 xy = 307096
( )( )( ){ } ( ){ }2222 yyNxxN
yxxyNrxyΣ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
( )( )( ){ } ( ){ }22 349627249645394335303145
3496394330709645
−×−×
−×=xyr
{ }{ }122220161226232015547249158863951378472813819320
−−−
=xyr
( )( )4030433914634592
=xyr
4136689403834592
=xyr
116914,2434592
=xyr = 0,2958 ⇒ dibulatkan 0,296
D. Analisis Korelasi Product Moment
Setelah r (koefisien korelasi) dari kedua variabel x dan y diketahui,
maka untuk mengetahui dapat dan tidaknya hipotesis diterima atau tidak harus
dikonsultasikan nilai rxy hasil dari perhitungan dengan nilai r yang terdapat
dalam tabel nilai r product moment sehingga dapat diketahui bahwa rhitung
dengan rtabel signifikan atau tidak.
Hal ini dikarenakan bila rhitung sama dengan atau lebih besar dari
rtabel, maka rhitung dapat dikatakan signifikan. Sesuai dengan data responden
sebanyak 45 orang maka dapat dilihat dalam tabel nilai-nilai r product moment
adalah pada taraf 5 % = 0,294. Sehingga diperoleh perbandingan berdasar
tabel nilai yang diperoleh ialah : 0,296 > 0,294 pada taraf signifikan 5 %
(dikarenakan bila rhitung sama dengan atau lebih kecil dari rtabel sesuai dengan
data responden sebanyak 45 orang). Dari analisis data tersebut maka hipotesis
99
kerja (Ha) yang berbunyi "ada hubungan positif dan signifikan antara
hubungan kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar
siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang Tahun 2013”,
diterima. Pada taraf 1 % = 0,380 diperoleh perbandingan berdasarkan tabel
nilai yang diperoleh ialah : 0,294 < 0,380 maka hipotesis nol (Ho) yang
berbunyi : "Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kompetensi
pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs. Yakti
Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang Tahun 2013", sehingga Ho ditolak.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa Ha ada
hubungan positif dan signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti
dengan prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab.
Magelang Tahun 2013", dan Ho tidak ada hubungan positif dan signifikan
antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di
MTs. Yakti Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang Tahun 2013. Jadi
semakin tinggi kompetensi pedagogi guru maka semakin tinggi pula prestasi
belajar siswa dan sebaliknya.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Variasi tingkat kompetensi pedagogi guru wiyata bakti di MTs. Yakti
Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2012/2013 adalah kategori tinggi
sebesar 26,7 %; kategori sedang sebesar 31,1 %; kategori rendah sebesar
42,2 %.
2. Variasi tingkat prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kabupaten
Magelang Tahun 2012/2013 adalah kategori tinggi sebesar 11,1 %;
kategori sedang sebesar 55,5 %; kategori rendah sebesar 33,3 %.
3. Ada hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata
bakti dengan prestasi belajar siswa. Hal ini berdasarkan hasil data
perhitungan statistika bila rhitung sama dengan atau lebih besar dari r tabel
maka r hitung dapat dikatakan signifikan, dengan tingkat kepercayaan sesuai
dengan data responden sebanyak 45 orang maka dapat di lihat dalam tabel
nilai-nilai r product moment adalah pada taraf 5 % = 0,294 dan pada taraf
1 % = 0,380. Sehingga diperoleh perbandingan berdasar tabel nilai yang
diperoleh ialah 0,296 > 0,294 pada taraf signifikan 5 % sdan 0,380 < 0,294
pasda taraf 1 %. Hal ini berarti, semakin tinggi variasi kompetensi
pedagogi guru wiyata bakti ada hubungannya secara signifikan dengan
prestasi belajar siswa.
B. Saran
1. Guru
Hendaklah para guru baik yang berstatus wiyata bakti maupun
PNS perlu meningkatkan lagi kompetensi pedagogi dalam pengelolaan
101
pembelajaran lebih baik, berusaha meningkatkan segala kemampuan
dengan selalu menambah ilmu pengetahuan serta berwawasan yang luas
agar dapat melayani siswa untuk meraih prestasi belajar dengan nilai yang
baik.
2. Siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas hendaknya para siswa
dapat berperan aktif dan terkontrol senantiasa tekun dalam mengikuti
proses belajar mengajar sehingga prestasi belajar memperoleh nilai yang
baik.
3. Sekolah
a. Untuk meningkatkan kualitas peserta didik, hendaknya pihak sekolah,
guru/pendidik harus mampu meningkatkan dan menanamkan sikap,
mental yang baik kepada anak didik (standar kompetensi). Di samping
itu pihak sekolah harus mampu memberikan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan peserta didik untuk lebih meningkatkan semangat
belajarnya.
102
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktis, Jakarta : Bina Aksara
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Crow, Lester D. and Alice. 1985. Educational Psichology and Teaching. New York : Departement of Educational Brooklyn College.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Direktorat Profesi Pendidik Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan. 2007. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru (Sertifikasi Guru). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djohar ed. Istianingsih. 2006. Guru, Pendidikan dan Pembinannya ( Penerapannya dalam Pendidkan dan UU Guru ). Yogyakarta: Grafita Indah.
Echols, John M. dan Hasan Shadly. 1987. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Hadi, Sutrisno. 1995. Metodologi Research I. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
_________________. Metodologi Research II. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 1991. Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung: Mandar Maju.
Morgan, Cliford T. 1961. Intreduciton to Psycology, New York : Mc. Graw Hill Book Company Inc.
Mulyasa, Enco. 2007. Standar Kompetensi dan Sertisikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Nasution, S. 1982. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung : Jemmars.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam I. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Poerwadarminto, WJS. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
103
Purwanto, M. Ngalim. 1985. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya.
Roestiyah. 1986. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta : Bina Aksara.
Sabri, Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Sahertian, Piet A. dan Ida Alaida Sahertian. 1990. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program inservice Education. Jakarta : Rifa Cipta.
Sardiman. 1998. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru. Jakarta : Rajawali.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 2000. Pengantar Statistik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sujana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
Sujanto, Agus. 2004. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Surahmad, Winarno. 1984. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.
Surya, Muhammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Suryabrata, Sumardi. 1969. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Muh. User 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya..
Wijaya, Cece dan A Tabrani Rusyan. 1991. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Yunus, Mahmud. 1989. Terjemah Al-Qur'an. Bandung : Al Ma'arif.
http://www.google.com/guru/wiyatabakti.html : konsistensi guru wiyata bakti
http://mahmuddin.wordpress.com/2008/03/19/kompetensi-pedagogik-guru-indonesia/
http://dewigusti.blogspot.com/
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
Lampiran 7
ANGKET PENELITIAN KOMPETENSI PEDAGOGI GURU WIYATA BAKTI
Nama : …………………… No. Responden : …………. Kelas : …………………… Jenis Kelamin : (P/L)
Petunjuk Pengisian: Bacalah pernyataan di bawah ini dan berilah tanda centang (√) pada kolom jawaban sesuai dengan pendapat saudara. Alternatif jawaban yang disediakan adalah: Sangat Tinggi (ST) : 4 Rendah (R) : 2 Tinggi (T) : 3 Sangat Rendah (SR) : 1 No. Penyataan ST T R SR 1 Guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
menguasai materi yang diajarkan.
2 Guru memberikan perlakuan kepada siswa sesuai dengan usia perkembangan siswa.
3 Guru dalam menyampaikan materi pelajaran disesuaikan dengan konteks kekinian.
4 Guru memiliki pengalaman dalam menerapkan metode pembelajaran aktif di kelas.
5 Guru memiliki rencana pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
6 Guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan.
7 Guru membuat alat evaluasi sesuai dengan materi yang sudah dikembangkan sdalam proses belajar mengajar.
8 Guru menginformasikan tentang materi yang akan disampaikan pada setiap pertemuan.
9 Guru memperhatikan keperbedaan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.
10 Guru menginformasikan kalender akademik yang akan dilewati satu semester.
11 Guru menginformasikan waktu pelaksanaan ujian
116
No. Penyataan ST T R SR yang dilaksanakan oleh sekolah.
12 Guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk bertanya tentang materi pelajaran.
13 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan tentang kesulitan-kesulitan belajar.
14 Guru menggunakan multi media dalam proses belajar mengajar.
15 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan media elektronik yang disediakan oleh sekolah.
16 Guru menyusun alat evaluasi sesuai dengan materi yang disampaikan pada saat proses belajar mengajar di kelas.
17 Guru memberikan penilaian hasil belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
18 Guru menyampaikan laporan hasil belajar kepada peserta didik.
19 Guru memberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa.
20 Guru memberikan apresiasi bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa.
117
Lampiran 8
Distribusi Frekuensi Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti
MTs. Yakti Tegalrejo Jawaban Angket
No
No.
R
espo
nden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Scor
e T
otal
N
omin
asi
1 001 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 69 C2 002 4 2 2 2 3 3 4 3 4 4 4 2 2 2 3 3 4 3 4 4 64 C3 003 4 2 2 3 4 3 2 4 4 4 4 2 2 3 4 3 2 4 4 4 67 C4 004 4 3 2 3 4 2 3 4 4 4 4 3 2 3 4 2 3 4 4 4 70 C5 005 4 3 2 3 4 2 3 4 4 4 4 3 2 3 4 2 3 4 4 4 71 C
6 006 4 2 2 3 4 3 3 4 4 4 4 2 2 3 4 3 3 4 4 4 72 C7 007 4 2 3 4 4 2 3 3 3 4 4 2 3 4 4 2 3 3 3 4 71 C8 008 4 2 3 4 3 2 4 2 4 4 4 2 3 4 3 2 4 2 4 4 72 C9 009 4 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 4 3 3 4 2 4 77 C10 010 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 74 C11 011 4 2 2 4 4 2 3 3 3 3 4 2 2 4 4 2 3 3 3 3 71 C
12 012 4 3 2 4 4 3 4 3 4 3 4 3 2 4 4 3 4 3 4 3 80 C13 013 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 79 C14 014 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 84 B15 015 4 3 2 3 3 3 3 4 3 2 4 3 2 3 3 3 3 4 3 2 75 C16 016 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 82 B17 017 4 4 2 4 3 4 3 4 3 3 4 4 2 4 3 4 3 4 3 3 85 B18 018 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 90 B
19 019 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 89 B20 020 4 4 2 4 3 4 3 4 3 2 4 4 2 4 3 4 3 4 3 2 86 B21 021 4 4 1 3 3 3 3 4 4 4 4 4 1 3 3 3 3 4 4 4 87 B22 022 4 1 2 3 4 4 3 4 3 3 4 1 2 3 4 4 3 4 3 3 84 B23 023 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 89 B24 024 4 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 4 88 B25 025 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 91 B26 026 4 2 2 3 3 4 3 3 2 4 4 2 2 3 3 4 3 3 2 4 86 B27 027 4 4 3 3 3 4 3 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 2 2 4 91 B28 028 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 88 B
118
Jawaban Angket
No
No.
R
espo
nden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Scor
e T
otal
N
omin
asi
29 029 4 2 3 3 2 3 3 2 3 4 4 2 3 3 2 3 3 2 3 4 87 B30 030 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 86 B31 031 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 87 B32 032 4 3 4 2 3 2 3 3 4 2 4 3 4 2 3 2 3 3 4 2 92 B33 033 4 2 2 3 4 2 3 4 4 4 4 2 2 3 4 2 3 4 4 4 97 B34 034 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 104 A
35 035 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 105 A36 036 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 106 A37 037 4 3 2 3 4 4 3 4 2 3 4 3 2 3 4 4 3 4 2 3 101 A38 038 4 4 2 3 4 3 3 4 2 3 4 4 2 3 4 3 3 4 2 3 102 A39 039 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 105 A40 040 4 3 2 2 4 3 3 3 3 4 4 3 2 2 4 3 3 3 3 4 102 A
41 041 4 3 2 2 4 4 3 4 3 3 4 3 2 2 4 4 3 4 3 3 105 A42 042 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 106 A43 043 4 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 4 107 A44 044 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 110 A45 045 4 3 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4 3 3 3 3 109 A
119
Lampiran 9 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo, Magelang
No No. Resonden Nilai Nominasi 1 001 72 C 2 002 82 B 3 003 79 B 4 004 80 B 5 005 68 C 6 006 78 B 7 007 87 A 8 008 73 C 9 009 77 B 10 010 80 B 11 011 72 C 12 012 77 B 13 013 79 B 14 014 83 B 15 015 70 C 16 016 73 C 17 017 78 B 18 018 79 B 19 019 71 C 20 020 73 C 21 021 79 B 22 022 80 B 23 023 72 C 24 024 75 C 25 025 79 B 26 026 73 C 27 027 76 B 28 028 81 B 29 029 82 B 30 030 72 C 31 031 74 C 32 032 78 B 33 033 80 B 34 034 75 C 35 035 77 B 36 036 82 B 37 037 84 A 38 038 75 C 39 039 78 B 40 040 85 A 41 041 86 A 42 042 77 B 43 043 79 B 44 044 81 B 45 045 85 A
120
Tabel Nilai-nilai r Product Moment
Taraf Signif Taraf Signif Taraf Signif N 5% 1% N 5% 1% N 5% 1%
1 … … 26 0.388 0.496 55 0.266 0.345 2 … … 27 0.381 0.487 60 0.254 0.330 3 0.997 0.999 28 0.374 0.478 65 0.244 0.317 4 0.950 0.990 29 0.367 0.470 70 0.235 0.306 5 0.878 0.959 30 0.361 0.463 75 0.227 0.296 6 0.811 0.917 31 0.355 0.456 80 0.220 0.286 7 0.754 0.874 32 0.349 0.449 85 0.213 0.278 8 0.707 0.834 33 0.344 0.442 90 0.207 0.270 9 0.666 0.798 34 0.339 0.436 95 0.202 0.263
10 0.632 0.765 35 0.334 0.430 100 0.195 0.256
11 0.602 0.735 36 0.329 0.424 125 0.176 0.230 12 0.576 0.708 37 0.325 0.418 150 0.159 0.210 13 0.553 0.684 38 0.320 0.413 175 0.148 0.194 14 0.532 0.661 39 0.316 0.408 200 0.138 0.181 15 0.514 0.641 40 0.312 0.403 300 0.113 0.148
16 0.497 0.623 41 0.308 0.398 400 0.098 0.128 17 0.482 0.606 42 0.304 0.393 500 0.088 0.115 18 0.468 0.590 43 0.301 0.389 600 0.080 0.105 19 0.456 0.575 44 0.297 0.384 700 0.074 0.097 20 0.444 0.561 45 0.294 0.380 800 0.070 0.091
21 0.443 0.579 46 0.291 0.376 900 0.065 0.086 22 0.423 0.537 47 0.288 0.372 1000 0.062 0.081 23 0.413 0.526 48 0.284 0.368 24 0.404 0.515 49 0.281 0.364 25 0.396 0.505 50 0.279 0.361