Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Employability · 14. Teman-teman Psikologi 2014 kelas C...
Transcript of Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Employability · 14. Teman-teman Psikologi 2014 kelas C...
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Employability
pada Mahasiswa Tingkat Akhir
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Merrysha Eudia Atpen
149114029
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
HT]BUNGAN ANTARA KECERDASAN E1VIOSIONAL I}ENGAN
EMPLOYABILITY P ADA MAHASISWA TINGKAT AKHM.
Pemhimbing,
@,,-i
ranggal: 19 DEG,20lg
I"*ffi*o*AYog#S.g fl 1: lyt: \\ -D
4.ffidF^r*0oeynKofS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
$Ifl[ffiIITUBUNG.AH AI{TANA KreCEN,DASAN Eltt$S- IOiliAL I}ENGAN
EMPLOYABILITY PAI}A MAHASISWA TINGKAT AKIIM.
Diprsiapkan dan ditulis oleh:MerryshaErdia A@n
NIM: 149114f'29
Padatanggat: Gktaber 2018
Dail di $yardt
Penguji 2: Dr. T
Penguji 3: k Minta
u
Telah diperbng$lrrgiawabksri di dcpan psnitia p*nexdi
p*-ffiit-d,;w'sg fl .y:. Iryri, \\ D
',,e,-wi*y*tufu"si. dJ-r" *OoeynKofS/ruZZr*
Yoryakarta, ?l DEC Z0lg
Fah*ta$Psftolagi
Uaiversitas Sanet* *harrna
M.Psi., Psikolog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
It would all be okay. There was no need to worry. You must be ready to face it,
what ever it was. Tell to yourself. You could handle it either way.
-Anonymous-
Let your FAITH bury your FEAR
-Anonymous-
It always seems impossible until it’s done
-Nelson Mandela-
Where there’s a will, there’s a way
-Angela Merkel-
Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu
-Matius 11 : 28-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Teruntuk papa dan mama yang selalu mengasihi ku
Walaupun tak berarti banyak,
semoga mampu menjadi sedikit obat penawar
ditengah getirnya kenyataan hidup yang harus kita hadapi bersama
Meskipun sederhana, semoga bisa menjadi alasan kalian
untuk tetap melihat indahnya kasih Tuhan ditengah pergumulan dan badai hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PE,RNYATAAN KEASLIAN KARYA
S*ya rnanyatakan dengan sesungguhnya bahwa s*ripti yang $aya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kocuali yang telah disebutkan
delam daftar pstaka sobagaimalla lryfuya kar){a ihiah.
Yoryakarta 20 September ?01 IPernrlis
*$Merrysha udiaAtpen
vt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN
EMPLOYABILITY PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR
Merrysha Eudia Atpen
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosional dengan
employability pada mahasiswa tingkat akhir. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan employability pada mahasiswa tingkat
akhir. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 236 mahasiswa. Skala yang digunakan berupa skala
kecerdasan emosional dan skala employability yang dibuat oleh peneliti. Skala kecerdasan
emosional memiliki nilai alpha cronbach sebesar 0,85 yang terdiri dari 26 item yang mengacu pada
teori milik Peter Salovey dan John Mayer (1990). Skala employability memiliki nilai alpha cronbach
sebesar 0,86, terdiri dari 26 item, dan mengacu pada teori dari Fugate, Kinicki, dan Ashford (2004).
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik Spearman’s Rho karena data tidak
terdistribusi normal. Hasil uji hipotesis Spearman’s Rho menunjukkan bahwa koefisien korelasi
yang dimiliki antara kecerdasan emosional dan employability sebesar 0,525 dengan taraf signifikansi
sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara kecerdasan emosional dengan employability pada mahasiswa tingkat akhir.
Kata Kunci : Kecerdasan emosional, Employability
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND
EMPLOYABILITY TOWARDS FINAL YEAR STUDENT
Merrysha Eudia Atpen
ABSTRACT
This study aims to examine the relationship between emotional intelligence and
employability towards final year students. The hypothesis of this study is that there is a positive and
significant relationship between emotional intelligence and employability towards final year
students. Subjects in this study amounted to 236 students. The scale used in the research are
emotional intelligence scale and employability scale which is made by researcher. The emotional
intelligence scale has a cronbach alpha value of 0.85 which consists of 26 items which refers to
Peter Salovey's and John Mayer's (1990) theory. The employability scale has a cronbach alpha
value of 0.86, consisting of 26 items, and refers to the theory of Fugate, Kinicki, and Ashford (2004).
Hypothesis testing in this study uses Spearman’s Rho technique since the data is not normally
distributed. The results of the Spearman’s Rho hypothesis test show that the correlation coefficient
between emotional intelligence and employability is 0.525 with a significance level of 0.000 (p
<0.05). These results indicate that there is a positive and significant relationship between emotional
intelligence and employability towards final year students.
Keywords : Emotional Intelligence, Employability
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PER}TYATAAN PBRSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH TII\TUK KEPENTINGAFI AKAI}EMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Univetsitas Sanata Dharma:
Nama : Merrysha Eudia Atpen
NIM :149114029
Demi pembangunan ilmu pengetahuan, saya rnemberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:
"I{UBT]NGAI{ ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN
ETYfPLOYABILITY PAI}A MAHASISWA TINGKAT AKHIR'beserta perangkat yang diperlukan (bitra ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam benfuk media lain, mengelolanya dalam bentuk Internet atau
media lain untuk akademis tanpa perlu msminta tjin dari saya flraupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantuakan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pemyata*n ini saya buat dengan sbenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 20 September 2018
Yang menyatakan
(Merrysha Eudia Atpen)
tx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan, Pencipta langit, bumi dan segala isinya atas
segala penyertaan dan berkat yang telah diberikan kepada saya. Terima kasih atas
segala pergumulan dan ujian yang selalu diberikan, lengkap dengan hikmat-Nya
untuk menyelesaikan semuanya. Penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan
kelancaran proses penyelesaian skripsi ini terjadi atas segala bantuan dan dukungan
yang berasal dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang tulus kepada berbagai pihak.
1. Ibu Dr. Titik Kristiani, M.Psi., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, M.App., Ph.D. selaku Ketua Program
Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Romo A. Priyono Marwan, S.J dan Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si selaku
Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa membantu dalam proses KRS
dan mendorong penulis agar segera menyelesaikan studi.
4. Ibu Passchedona Henrietta Puji Dwi Astuti Dian Sabatti, S.Psi., M.A., selaku
Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan ketulusannya selalu membimbing,
memberi saran, solusi, dan semangat bagi penulis agar segera menyelesaikan
proses ini.
5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi khususnya bagian sekretariat yang sudah
membantu penulis dalam administrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Keluargaku, Papa, Mama, Kak Ling, Dek Rico, Leora tempat ternyaman untuk
berlindung dari kegalauan proses penulisan skripsi, yang dengan cinta dan
ketulusannya senantiasa mendengarkan keluh kesahku, memberikan dorongan
dan semangat untuk segera mendapatkan gelar S.Psi.
7. Partner tersayang, Robertus Doni Pardamean S. Terimakasih selalu
menerimaku apa adanya. Selalu sabar mendengarkan curhatan, keluhan, dan
kegembiraanku selama proses pengerjaan skrispi ini. Selalu memberikan waktu,
bantuan, dorongan, semangat, cinta yang tulus dan penerimaan tanpa syarat.
Selalu membuatku tenang saat proses ini terasa berat dan melelahkan.
8. Sahabatku, “Otw S.Psi” (Ima, Dhea, Rizka, Devina, Dimitri, Wulan, Chilla,
Ara, Yus, Vanio, Jati, Feliks, Rudy, Teguh), terimakasih banyak atas segala
dukungan yang kalian berikan padaku. Terimakasih atas semangatnya,
keceriaannya, konfliknya, kecunya, dan apapun itu selama ini. Me luvvv
9. Teman-teman asisten Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi (P2TKP)
yang sudah mendukung dan menyemangati satu sama lain.
10. Teman-teman UKM KSR PMI Unit VI USD untuk kerelaannya
membebaskanku dari mengisi penjagaan dan pelatihan demi menyelesaikan
skripsi ini.
11. Teman-teman “Kumpulan Orang Sukses” a.k.a anak bimbingan Mbak Etta
(Lona, Mega, Gantih, Viola, Aniella, Gladys, Carys, Trisna, Dea, Kadek,
Chendri, Monik), untuk setiap masukan dan semangat yang telah diberikan
padaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
12. Teman-teman BEMF periode 2017, terlebih anak-anak Orgasme ku (Panca,
Gicil, dan Tias) dan teman-teman DPMF periode 2014, rekan Komisi C ku (Kak
Lona, Kak Vivi, Kak Panca, dan Galih) atas segala pengalaman yang diberikan
selama 1 periode kepengurusan.
13. Mas Randy, Kak KI, Kak Igna, Kak Adhigor, Ruth, Doni, Kak Tia, mbak Dita
dan teman-teman lain yang senantiasa bersabar membantu menjawab semua
pertanyaanku dan memberikan solusi atas kegalauan ku.
14. Teman-teman Psikologi 2014 kelas C yang telah berjuang bersama dari awal
perkuliahan sampai tahap per-skripsi-an ini. Khususnya Ruth Elisa
Kusumastuti, S.Psi dan Prastika Prima Nugraheni yang dengan sabar selalu
memberikanku semangat, dukungan, dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
15. Teman-teman yang sudah bersedia membantu penulis, baik dengan mengisi
skala yang dibagikan maupun dengan menyebarkannya kembali.
16. Siapapun kalian yang selalu bertanya “kapan ujian?, kapan lulus?”. Aku
berjuang demi bisa memberikan jawaban atas pertanyaan kalian selama ini.
17. Setiap pribadi yang tidak pernah lelah memberikan dukungan dan perhatiannya
kepada peneliti.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran
demi skripsi yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua
pihak yang membacanya. Terima kasih. Tuhan memberkati
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ...................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH .................................. ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix
BAB I: PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 11
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 12
1. Manfaat Teoritis ............................................................................ 12
2. Manfaat Praktis ............................................................................. 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II: LANDASAN TEORI ........................................................................ 13
A. Employability ...................................................................................... 13
1. Definisi Employability ............................................................ 13
2. Dimensi Employability ............................................................ 15
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Employability .................. 21
B. Kecerdasan Emosional ........................................................................ 22
1. Definisi Kecerdasan Emosional .............................................. 20
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ...................................... 25
3. Dampak Kecerdasan Emosional ............................................. 27
C. Mahasiswa Tingkat Akhir ................................................................... 29
D. Dinamika Hubungan Kecerdasan Emosional dan Employability
pada Mahasiswa Tingkat Akhir .......................................................... 29
E. Kerangka Berpikir ............................................................................... 33
F. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 33
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 34
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 34
B. Variabel Penelitian .............................................................................. 34
C. Definisi Operasional ............................................................................ 34
1. Employability ................................................................................ 35
2. Kecerdasan Emosional .................................................................. 36
D. Subjek Penelitian ................................................................................. 36
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data .................................................. 38
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ................................................... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Validitas Alat Ukur ....................................................................... 40
2. Seleksi Item ................................................................................... 43
1. Skala Employability ................................................................ 44
2. Skala Kecerdasan Emosional .................................................. 44
3. Reliabilitas Alat Ukur ................................................................... 45
G. Metode Analisis Data .......................................................................... 48
1. Uji Asumsi .................................................................................... 48
a. Uji Normalitas ......................................................................... 48
b. Uji Linearitas ........................................................................... 48
2. Uji Hipotesis ................................................................................. 49
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 50
A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 50
B. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................ 50
C. Deskripsi Data Penelitian .................................................................... 52
D. Hasil Analisis Data .............................................................................. 53
1. Uji Asumsi .................................................................................... 53
a. Uji Normalitas .......................................................................... 53
b. Uji Linearitas ........................................................................... 54
2. Uji Hipotesis ................................................................................. 55
E. Hasil Analisis Tambahan .................................................................... 57
F. Pembahasan ......................................................................................... 59
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 66
A. Kesimpulan ......................................................................................... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 66
C. Saran .................................................................................................... 66
1. Bagi Subjek Penelitian .................................................................. 66
2. Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN .................................................................................................... 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan
Employability pada Mahasiswa Tingkat Akhir ....................... 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penilaian Skala Likert ............................................................... 39
Tabel 2 Blue Print Skala Employability sebelum uji coba ..................... 39
Tabel 3 Blue Print Skala Kecerdasan Emosional sebelum uji coba ....... 40
Tabel 4 Sebaran skala item Employability hasil uji validitas ................. 42
Tabel 5 Sebaran skala item Kecerdasan Emosional hasil uji validitas ... 43
Tabel 6 Distribusi item skala Employability setelah seleksi item ........... 44
Tabel 7 Distribusi item skala Kecerdasan Emosional
setelah seleksi item .................................................................... 45
Tabel 8 Deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin ............. 50
Tabel 9 Deskripsi subjek penelitian berdasarkan usia ............................ 51
Tabel 10 Deskripsi subjek penelitian berdasarkan semester ..................... 51
Tabel 11 Deskripsi statistik data penelitian Variabel Kecerdasan
Emosional dan Employability .................................................... 52
Tabel 12 Uji Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional
dan Employability ..................................................................... 54
Tabel 13 Uji Linearitas Kecerdasan Emosional dan Employability ......... 54
Tabel 14 Hasil Uji Hipotesis Variabel Kecerdasan Emosional
dan Employability ...................................................................... 55
Tabel 15 Acuan interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono .......... 56
Tabel 16 Uji Spearman’s Rho Kecerdasan Emosional dan
Employability serta masing-masing dimensinya ........................ 57
Tabel 17 Uji perbedaan berdasarkan jenis kelamin .................................. 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Uji Coba .......................................................................... 78
Lampiran 2 Hasil Reliabilitas dan Seleksi Item ............................................ 82
Lampiran 3 Skala Final ................................................................................. 87
Lampiran 4 Hasil Uji Asumsi ........................................................................ 91
Lampiran 5 Hasil Uji Analisis Tambahan ...................................................... 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memperoleh gelar sarjana merupakan suatu kebanggaan bagi mahasiswa.
Akan tetapi, memiliki gelar sarjana saja tidak menjamin seseorang akan siap
dan mampu untuk masuk dalam dunia kerja (kompas.com, diakses pada 10
Maret 2018). Menurut Lilis Hakim, Consultant Director Willis Tower Watson
Indonesia, delapan dari sepuluh perusahaan Indonesia mengalami kesulitan
mendapatkan lulusan perguruan tinggi yang siap untuk bekerja. Hal tersebut
tentu cukup membingungkan, melihat fakta bahwa jumlah lulusan perguruan
tinggi yang menjadi pengangguran semakin meningkat tiap tahunnya
(kompas.com, diakses pada 10 Maret 2018). Ditambah lagi angka permintaan
tenaga kerja dari perusahaan selalu lebih rendah dibandingkan jumlah sarjana
yang lulus setiap tahunnya (Saroh, 2016).
Purnomo (2016) mengatakan bahwa mahasiswa lulusan perguruan tinggi
seharusnya memberikan kontribusi terhadap masyarakat berupa lapangan
pekerjaan. Akan tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya, lulusan perguruan tinggi
malah menambah beban bagi masyarakat ketika mereka belum mendapatkan
pekerjaan. Semakin tinggi pendidikan seseorang seharusnya dapat
memperbesar peluang baginya untuk mendapatkan pekerjaan (Seftiawan,
2018). Menurut Tran (2012), semakin tinggi pendidikan seseorang, maka
semakin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang. Luasnya pengetahuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dimiliki seseorang akan berdampak pada tingginya kemampuan seseorang
untuk bekerja (Tran, 2012). Tetapi yang terjadi sebaliknya, fakta yang ada
menunjukkan bahwa jumlah sarjana yang menjadi pengangguran semakin
meningkat. Ketika masalah pengangguran ini tidak segera diatasi, maka akan
berakibat pada semakin banyaknya kekacauan politik, ketidakamanan sosial,
dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
(kompas.com).
Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa jumlah sarjana yang
menjadi pengangguran per Februari 2018 adalah sebanyak 789.113 orang, dari
jumlah total 6.871.264 orang (www.bps.go.id). Angka ini mengalami
peningkatan bila dibandingkan pada perhitungan yang dilakukan pada Agustus
2016, angka pengangguran sebanyak 567.235 orang dari total 7.031.775 orang.
Februari 2017 sebanyak 606.939 orang dari 7.005.262 orang, Agustus 2017
sebanyak 618.758 orang dari 7.005.262 orang, sedangkan pada Februari 2018
sebanyak 789.113 orang (www.bps.go.id).
. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh jobstreet.com, dapat
diketahui bahwa beberapa perusahaan masih mengalami kesulitan dalam
mendapatkan calon karyawan yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan
oleh perusahaan (jobstreet.com, diakses pada 1 November 2018). Kesulitan
lulusan perguruan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan juga disebabkan
adanya kesenjangan antara kualifikasi lulusan perguruan tinggi yang
dibutuhkan perusahaan dengan kemampuan yang dimiliki oleh lulusan
perguruan tinggi itu sendiri (indonesiana.tempo.co, diakses pada 25 September
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
2017; kemenperin.go.id diakses pada 20 November 2017). Staf Ahli Menteri
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi, Abdul Wachid Maktub (dalam Humas
UMY, 2011) mengatakan bahwa adanya kesenjangan antara kualifikasi lulusan
perguruan tinggi dengan kemampuan yang dimiliki oleh lulusan disebabkan
oleh kesiapan kerja lulusan perguruan tinggi yang rendah.
Saat ini, lulusan perguruan tinggi secara tidak langsung dituntut untuk
lebih proaktif, kreatif, inovatif, terampil, memiliki kompetensi yang sesuai
dengan kebutuhan di lapangan, serta memiliki kepribadian yang baik agar
dapat mengatasi persaingan dalam memperoleh pekerjaan (Potgieter &
Coetzee, 2013). Shafie dan Nayan (2010) juga mengungkapkan bahwa saat ini
banyak perusahaan yang mempekerjakan seseorang yang berkualitas, baik
secara akademis, pemecahan masalah, kemampuan memberikan pendapat
dalam suatu pekerjaan, serta memiliki kemampuan beradaptasi. Agustin (2012)
mengungkapkan bahwa seorang lulusan perguruan tinggi merupakan calon
pekerja yang harus memiliki kompetensi, baik hard skills maupun soft skills.
Hard skills meliputi pengetahuan teknis dan akademis, sedangkan soft skills
meliputi keterampilan interpersonal dan intrapersonal, sehingga hal tersebut
semakin memperkuat bahwa gelar saja tidak menjamin seseorang untuk
memperoleh pekerjaan.
Department of Higher and Further Education, Training and Employment
(dalam McQuaid & Lindsay, 2005) mengatakan bahwa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dimiliki oleh seseorang yang ditunjukkan pada
lingkungan kerja, dapat mempengaruhi kemampuan kerja (employability)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
seseorang. Abdul Wachid Muktab (dalam humas UMY, 2011) juga
mengatakan bahwa employability dapat dilihat dari kesiapan kerja yang
dimiliki oleh seseorang. Bagi beberapa perusahaan, kesiapan kerja merupakan
suatu transisi dari perguruan tinggi menuju dunia kerja. Employability
berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan seseorang dalam
mengusahakan pekerjaannya, dalam hal ini berusaha memperbaiki kesalahan
dan mempertahankan posisi dalam pekerjaan (McQuaid & Lindsay, 2005).
Menurut Fugate, Kinicki, dan Ashforth (2004), employability merupakan
karakteristik individu yang dapat mendorong seseorang menjadi lebih adaptif
baik secara kognisi, perilaku, dan afeksi, dengan memanfaatkan kemampuan
yang ada dalam diri seseorang dan sehingga mampu meningkatkan kualitas
kerjanya. Confederation of British Industry (CBI) (2009) mengungkapkan
employability merupakan sekumpulan atribut, keterampilan, dan pengetahuan
yang harus dimiliki karyawan, sehingga dapat berguna, baik bagi diri sendiri
maupun atasan. Employability mencakup rangkaian konstruksi psikologis
seseorang yang dapat membuatnya mampu menyesuaikan diri secara sinergis
berkaitan dengan lingkungan kerja (Fugate, Kinicki, & Ashforth, 2004).
Seseorang yang memiliki employability mampu untuk menjalin kerjasama
baik dengan sesama karyawan maupun dengan atasannya, serta mampu untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan terkait dengan tuntutan
pekerjaan (Russell, 2012). Fugate et al. (2004) juga mengatakan bahwa
employability dapat meningkatkan peluang seseorang untuk mendapatkan
pekerjaan walaupun tidak dapat menjamin pekerjaan seseorang. Employability
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
juga mampu mendorong seseorang untuk terus mengembangkan keterampilan
dan kemampuan yang dimilikinya dalam konteks pekerjaan (McQuaid &
Lindsay, 2005).
Mahasiswa perlu mengembangkan employability yang mereka miliki
untuk dapat bersaing dijaman ini. Di Inggris, employability yang dimiliki oleh
para mahasiswa menjadi sorotan penting selama beberapa dekade (Russell,
2012). Hal tersebut senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Puhakka et al. (2010), yang mengatakan bahwa employability perlu
dikembangkan karena terkait dengan keterampilan yang mampu membuat
lulusan dapat dipekerjakan. Beberapa keterampilan yang dimaksud adalah
keterampilan sosial dan informasi, kemampuan komunikasi, pemecahan
masalah, dan kerjasama.
Johannes, Beatrice, dan Tonette (2008) mengatakan bahwa employability
penting untuk dimiliki oleh mahasiswa tingkat akhir. Employability berguna
untuk mempersiapkan mahasiswa tingkat akhir untuk memasuki lingkungan
kerja. Harvey (2001) mengatakan bahwa employability yang diukur secara
jelas, akan mampu menunjukkan apa yang harus dipertahankan dan apa yang
harus ditingkatkan. Hasil pengukuran juga dapat digunakan oleh instansi
tertentu terkait program pengembangan untuk mengevaluasi kurikulum yang
telah diterapkan sebelumnya.
Yorke (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa employability
merupakan konstruksi psikologis yang bersifat multidimensional. Sejalan
dengan Yorke, Fugate et al. ( 2004) mengatakan bahwa konsep employability
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
memiliki beberapa dimensi, diantaranya adalah identitas karir, adaptasi
personal, dan social and human capital yang dapat diteliti secara
multidimensional maupun unidimensional. Identitas karir merupakan
kemampuan seseorang untuk memberikan gambaran dirinya terkait tujuan,
harapan, ketakutan, sifat kepribadian, dan nilai yang dimilikinya (Fugate et al.,
2004). Adaptasi personal adalah kemampuan seseorang untuk mau mengubah
keadaan dirinya agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya
(Fugate et al., 2004). Social and human capital merupakan kemampuan
seseorang dalam melihat peluang kerja berdasarkan faktor yang ada di dalam
dirinya (Fugate et al., 2004).
Menurut Davis dan Luthans (1980), ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi employability, yaitu faktor lingkungan, perilaku, dan personal
yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Faktor lingkungan
menjelaskan bagaimana seseorang cenderung memperkuat, mempertahankan,
ataupun mengubah perilakunya agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, khususnya dalam lingkungan pekerjaan. Faktor selanjutnya
adalah faktor perilaku. Faktor ini merupakan akibat yang ditimbulkan dari
suatu tindakan yang dilakukan sebelumnya (teori Social Learning Behavior).
Social Learning Theory menjelaskan bahwa sebagian besar tindakan yang
dilakukan seseorang telah dipengaruhi dan akan mempengaruhi lingkungan
disekitarnya. Faktor yang ketiga adalah faktor personal. Faktor personal
merupakan faktor penting yang menjelaskan bagaimana seseorang berpikir dan
mengapa seseorang melakukan sesuatu. Konstruk psikologis yang termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dalam faktor personal adalah emosi, motivasi, persepsi, sikap, harapan, serta
karakteristik kepribadian.
Senada dengan Davis dan Luthans; Hidayati, Purwanto, dan Yuwono
(2008) juga mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
seseorang adalah kualitas emosional yang dimilikinya. Damasio (dalam
Goleman, 1997) mengatakan bahwa emosi sangat berperan bagi seseorang
dalam pengambilan keputusan, mengatasi konflik, serta menciptakan suasana
kerja yang kondusif. Goleman (1999) dalam bukunya mengatakan bahwa
karyawan yang dibutuhkan di tempat kerja adalah mereka yang memiliki
penguasaan emosi yang baik, memahami bagaimana cara berkonfrontasi
dengan baik, bagaimana cara bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok.
Goleman juga mengatakan bahwa semakin hari semakin banyak pengusaha
yang mengeluhkan kemampuan sosial karyawannya. Para karyawan dinilai
semakin defensif ketika diberikan kritik terkait cara kerja yang mereka
lakukan, dan menganggapnya sebagai serangan yang bersifat personal
(Goleman, 1999).
Emosi adalah tanggapan seseorang mengenai informasi maupun
pengalaman yang dapat mengubah keadaan kognitif seseorang (Fugate dan
Kinicki, 2008). Emosi dinilai penting sebab emosi mampu mempengaruhi
seseorang dalam berpikir, berbicara, dan berperilaku (Salovey & Mayer, 1990).
Hal tersebut senada dengan Valach (2007) yang mengatakan bahwa emosi
memiliki fungsi untuk memberikan energi pada tindakan serta memberikan
konteks dan makna pada konstruksi karir untuk orang dewasa. Seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dengan emosi negatif tidak akan memiliki hasil pekerjaan yang maksimal.
Emosi negatif seseorang akan berpengaruh terhadap berkurangnya
keberhasilan perusahaan untuk mencapai targetnya (Djajendra, 2015).
Muhammad Noer (2009) mengatakan bahwa dunia kerja tidak hanya
membutuhkan seseorang yang pintar di bidangnya, tetapi juga seseorang yang
mampu mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain. Winarno (2008)
dalam jurnalnya mengatakan bahwa kecerdasan emosional mampu membuat
seseorang mengenali dan menggunakan emosinya guna memecahkan masalah.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor terbesar yang
mempengaruhi keberhasilan seseorang adalah kecerdasan emosional. Hal
tersebut mendukung temuan Goleman (1995) yang menyatakan bahwa
kecerdasan emosional mempengaruhi keberhasilan seseorang di tempat kerja
sebanyak 80%.
Kemampuan seseorang dalam mengelola emosi diri serta membina
hubungan baik dengan orang lain penting untuk dikembangkan karena kinerja
seseorang tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang dimilikinya
(Trihandiri, 2005 dalam Sanjaya, 2012). Seseorang yang dapat mengelola
emosi diri akan lebih mampu memahami dan mengatur perasaannya dengan
baik sehingga kinerjanya dalam mengambil keputusan juga akan meningkat
(Se & Barrett, 2007; Yitshaki, 2012 dalam Coetzee & Harry, 2013). Patton
(1998) mengatakan bahwa agar seseorang dapat bekerja dengan baik, ia juga
harus memiliki kecerdasan emosional yang baik. Seseorang yang memiliki
kecerdasan intelektual tinggi tanpa diimbangi dengan kecerdasan emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
yang tinggi akan membuat orang tersebut hidup dalam kesendirian serta
diliputi perasaan kecewa dalam pekerjaannya (Patton, 1998).
Naval Karrir (2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kecerdasan
emosional perlu dimiliki seseorang agar dapat sukses dalam pekerjaannya
kelak, karena menurutnya lebih penting untuk memiliki kemampuan dalam
menghadapi kesulitan daripada hanya memiliki intelegensi yang tinggi.
Coetzee dan Harry (2013) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional
merupakan kemampuan yang perlu diperhatikan karena kecerdasan emosional
berkaitan dengan potensi kerja yang dimiliki seseorang (dalam Schutte et al.,
2008). Kecerdasan emosional juga digunakan untuk mengendalikan
kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang, sehingga dapat
mempengaruhinya dalam mempertahankan maupun meningkatkan
employability yang dimilikinya (Goleman, 1999; Fugate & Kinicki, 2008;
Potgieter & Coetzee, 2014).
Menurut Reuven Bar-On (dalam Petrovici & Dobrescu, 2014), kecerdasan
emosional merupakan keberlanjutan kemampuan non-kognitif, kompetensi,
dan keterampilan seseorang yang mempengaruhi tingkat kemampuan adaptasi
seseorang terhadap tuntutan dan tekanan yang berasal dari lingkungannya.
Salovey dan Mayer (1990) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang untuk memahami dan mengendalikan emosi yang
dirasakannya, guna mengembangkan pikiran serta tindakan yang
dilakukannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Kecerdasan emosional mengarah pada upaya seseorang untuk mengenali,
memahami, serta menunjukkan emosi yang mereka miliki dalam takaran yang
tepat. Kecerdasan emosional juga mengarah pada keterampilan seseorang
untuk dapat memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain atau empati,
serta membina hubungan dengan orang lain (Goleman, 1999). Selain itu,
kecerdasan emosi juga merupakan upaya untuk mengelola emosi diri sendiri
agar dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Salah satunya dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan hubungan antar
manusia (Goleman, 2007). Seseorang dengan kecerdasan emosional yang
tinggi akan mampu mengetahui, menunjukkan, dan mengendalikan emosinya
secara tepat sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupannya sehari-hari (Karrir,
2003).
Salovey dan Mayer (1990) menyatakan bahwa kecerdasan emosional
merupakan bagian dari kecerdasan sosial yang berfokus pada proses
penggunaan keadaan emosional seseorang dan orang lain untuk memecahkan
masalah dan mengatur perilaku. Seseorang perlu untuk memiliki dan
meningkatkan kecerdasan emosional yang dimilikinya, karena kondisi
emosional dapat mempengaruhi pikiran, perkataan, dan perilaku manusia,
termasuk dalam konteks pekerjaan (Goleman, 2007). Tingkat kecerdasan
emosional yang tinggi diharapkan mampu meningkatkan employability
seseorang, serta mampu meningkatkan kemauan untuk memperbaiki
pekerjaannya (Triana, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa saat ini permasalahan
employability semakin sering dibahas. Hal tersebut terjadi akibat meningkatnya
persaingan antar lulusan perguruan tinggi dalam memperoleh pekerjaan. Salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi employability seseorang adalah faktor
personal, yaitu faktor dari dalam diri yang menjadi dasar bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu. Faktor ini meliputi emosi, motivasi, persepsi, sikap,
harapan, dan karakteristik kepribadian. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat
apakah kecerdasan emosional memiliki hubungan yang positif dan signifikan
dengan employability pada mahasiswa tingkat akhir.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan
antara Kecerdasan Emosional dan Employability pada Mahasiswa Tingkat
Akhir?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kecerdasan emosional dan employability pada mahasiswa tingkat akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan mampu memberikan
sumbangan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
Psikologi Industri Organisasi terkait konsep employability dan kecerdasan
emosional pada mahasiswa tingkat akhir.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan gambaran
kepada mahasiswa tingkat akhir maupun universitas terkait employability
dan kecerdasan emosional. Melalui gambaran tersebut diharapkan
perguruan tinggi mampu mengembangkan kegiatan yang dapat
mengembangkan kecerdasan emosional dan employability para
mahasiswanya. Hasil penelitian juga dapat digunakan oleh para mahasiswa
tingkat akhir untuk mengasah ataupun meningkatkan kecerdasan emosional
yang dimilikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Employability
1. Definisi Employability
Ashford dan Taylor (1990, dalam Fugate, Kinicki & Ashford, 2004)
menyatakan bahwa employability merupakan bentuk adaptasi seseorang
terhadap lingkungan kerjanya yang memungkinkan mereka untuk
mengidentifikasi peluang karir yang mereka miliki. Ashford dan Taylor
juga mengungkapkan bahwa ada beberapa persyaratan bagi seseorang yang
dikatakan memiliki employability. Persyaratan tersebut antara lain mampu
mengidentifikasi dan merealisasikan peluang yang dimiliki, sehingga
mampu mendapatkan informasi mengenai lingkungan tempat kerjanya, dan
dapat bertindak sesuai dengan informasi yang diperoleh (1990, dalam
Fugate, Kinicki, & Ashford, 2004). Syarat yang kedua adalah memiliki
kumpulan atribut individu yang diperlukan untuk beradaptasi, seperti
identitas karir, kemampuan adaptasi, dan social and human capital.
Fugate, Kinicki, & Ashford (2004) menambahkan bahwa employability
merupakan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang berhubungan dengan pekerjaan. Seseorang dapat diterima
dalam pekerjaan apabila ia memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan
antara faktor yang ada dalam dirinya dengan faktor tuntutan dari lingkungan
kerjanya (Chan, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Senada dengan Fugate, Kinicki dan Ashford, Knight (2006, dalam
Agustin, 2012) juga mengatakan bahwa employability merupakan
kemampuan yang dapat memengaruhi seseorang dalam mendapatkan
pekerjaan, yang meliputi keterampilan, pemahaman, dan atribut personal.
Treasury (1997, dalam McQuaid & Lindsay, 2005) juga menambahkan
definisi terkait employability. Menurutnya, employability adalah
kemampuan seseorang untuk masuk dan bekerja dengan cara
mengembangkan keterampilan, pengetahuan, teknologi dan kemampuan
kerja yang dimilikinya.
Selain itu, Yorke (2004) juga mengatakan bahwa employability
merupakan gabungan dari keterampilan, pemahaman, dan atribut pribadi
yang dapat membantu seseorang untuk mendapatkan pekerjaan dan sukses
dalam bidang pekerjaan yang mereka pilih. Fugate, Kinicki, dan Ashford
(2004) dalam jurnalnya mengatakan employability merupakan konstruk
psikososial yang membentuk karakter seseorang agar dapat beradaptasi baik
secara kognisi, perilaku, dan afeksi, sehingga mampu meningkatkan
performansi kinerja individu. Employability juga merupakan sekelompok
karakteristik dalam diri seseorang yang secara sinergis mampu mendorong
dan mengarahkan tujuan karir seseorang sehingga mereka mampu
menyesuaikan diri secara efektif dengan berbagai perubahaan yang terjadi
dalam lingkungan kerja (Fugate et al., 2004). Semakin tinggi employability
yang dimiliki seseorang, semakin tinggi pula kemampuannya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya (Fugate et al., 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
employability merupakan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan pekerjaannya, memahami gambaran dirinya dan melihat
adanya peluang kerja berdasarkan faktor yang ada dalam diri seseorang.
2. Dimensi Employability
Menurut Seibert, Kraimer, dan Crant, 2001; Chan, 2000, dimensi
employability terdiri dari konstruk kemampuan kerja yang mempengaruhi
individu secara proaktif untuk mengubah situasi mereka dan dapat dibentuk,
sehingga mampu memenuhi tuntutan lingkungan (dalam Fugate et al.,
2004). Fugate et al. (2004) menjelaskan bahwa employability merupakan
konstruk multidimensi yang memiliki hubungan timbal balik antar
dimensinya, sehingga dapat dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh.
Masing-masing dimensi memiliki fungsinya sendiri, namun mereka
bergabung dan membentuk suatu konsep yang disebut employability.
Fugate et al. juga mengungkapkan bahwa employability terdiri dari 3
dimensi:
a. Identitas karir (Career Identitiy)
Dimensi identitas karir menjelaskan bagaimana seseorang mampu
memberikan gambaran tentang dirinya mengenai tujuan, harapan,
ketakutan, sifat kepribadian, dan nilai yang dimilikinya (Fugate et al.,
2004). Dengan identitas karir, seseorang dapat percaya bahwa ia
mampu mencapai karir yang diinginkannya (Lysova, Richardson,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Khapova, & Jensen, 2015). Fugate et al. (2004) mengatakan bahwa
identitas karir dapat digunakan sebagai pedoman untuk memotivasi diri
seseorang dalam meningkatkan kemampuan kerjanya. Identitas karir
membuat seseorang mampu mengarahkan, mengatur, dan
mempertahankan perilakunya dalam bekerja (Locke, Shaw, Saari, &
Latham, 1981 dalam Fugate et al., 2004). Seseorang yang memiliki
identitas karir yang baik akan lebih mudah dalam menentukan setiap
keputusan berkaitan dengan pekerjaannya (Fugate et al., 2004).
Identitas karir juga dapat mewakili komponen motivasi kerja seseorang
(Gonza´lez-Roma´, Gamboa & Peiro´, 2016), yang merupakan faktor
penting bagi keberhasilan karir seseorang (Jackson, 2014; Tomlinson,
2012, dalam Gonza´lez-Roma´ et al., 2016)
b. Adaptasi Personal
Fugate et al. (2004) mengatakan bahwa adaptasi personal
merupakan kemampuan seseorang untuk mau dan mampu mengubah
keadaan dalam dirinya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
kerjanya. Crant (2000, dalam Fugate et al., 2004) mengatakan bahwa
kemampuan adaptasi mampu mempengaruhi seseorang dalam
performansi organisasi dan kesuksesan karir (Pulakos, dkk., 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Kemampuan beradaptasi memiliki 5 komponen yang mempengaruhi
dan mengarahkan individu dalam konteks pekerjaan:
1) Optimisme
Merupakan sikap seseorang untuk melihat perubahan sebagai
bentuk tantangan dan pengalaman pembelajaran yang tidak ternilai
(Stokes, 1996). Seseorang yang optimis akan memiliki pandangan
yang positif terhadap diri mereka dan terhadap masa depan dan
melihat kesempatan sebagai sebuah harapan. Mereka yang optimis
juga akan menunjukkan kemampuannya untuk menghadapi
tantangan secara objektif dan afektif. Seseorang yang memiliki
optimisme dalam dirinya akan memiliki employability yang baik.
2) Kecenderungan untuk belajar
Kecenderungan untuk belajar merupakan dasar dari kemampuan
seseorang untuk beradaptasi. Seseorang dengan kecenderungan
belajar yang tinggi akan mencoba mempelajari tantangan, ancaman,
dan peluang yang ada di lingkungan kerjanya. Seseorang dengan
tingkat employability tinggi mampu melihat pekerjaan yang ada dan
memperkirakan pengalaman apa saja yang diperlukan untuk
pekerjaan tersebut. Kecenderungan untuk belajar mampu
memprediksi kesuksesan karir seseorang. Dengan adanya
perubahan lingkungan, seseorang yang memiliki kecenderungan
untuk belajar akan bertahan karena dapat memenuhi tuntutan yang
terus berubah. Sikap, motivasi, dan disposisi mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pembelajaran merupakan kontributor yang signifikan terhadap
kemampuan adaptasi dan kemampuan kerja individu.
3) Keterbukaan
Keterbukaan merupakan suatu kemampuan yang penting bagi
seseorang agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Seseorang yang memiliki keterbukaan cenderung lebih mudah
menyesuaikan diri saat menghadapi tantangan, meskipun ada
dalam situasi yang sulit. Sikap terbuka seseorang membuatnya
mampu menghadapi perubahan secara positif dan menganggapnya
sebagai tantangan kemudian menerimanya sebagai proses
kehidupan yang baru. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki
keterbukaan akan mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan
akan lebih bisa diandalkan dalam pekerjaannya.
4) Internal Locus of Control
Internal Locus of Control juga dapat mempengaruhi seseorang
dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Seorang internal locus
of control memiliki keyakinan bahwa mereka turut serta
mengendalikan hal-hal yang terjadi di lingkungan, sehingga
mereka cenderung melakukan sesuatu secara proaktif selama
bekerja. Sedangkan orang dengan external locus of control percaya
bahwa faktor lingkunganlah yang mengendalikan mereka. Orang-
orang dengan internal locus of control dipercaya lebih mampu
beradaptasi dengan lingkungan, dibandingkan dengan external
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
locus of control. Hal tersebut terjadi karena orang dengan internal
locus of control memiliki perencanaan yang baik dalam situasi
yang tidak pasti.
5) Generalized Self-efficacy (GSE)
Self efficacy merupakan faktor yang penting bagi kondisi
internal agar mampu beradaptasi secara efektif. GSE menunjukkan
persepsi seseorang terkait kemampuan mereka dalam bekerja dan
menghadapi tantangan serta perubahan dalam kehidupan mereka.
Selain itu, GSE juga membuat seseorang memiliki persepsi yang
positif baik terhadap kemampuan adaptasi dengan lingkungan
maupun dalam menghadapi situasi di lingkunan kerja. GSE mampu
memprediksi peran kerja lulusan universitas pada 10 bulan
pertama.
c. Social and Human Capital
Social and Human Capital dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk melihat adanya peluang kerja berdasarkan modal atau
faktor yang ada dalam diri seseorang. Social and human capital terdiri
dari 2 komponen, yaitu social capital dan human capital. Social capital
adalah kemampuan seseorang untuk melihat adanya peluang kerja
ditinjau dari relasi seseorang terhadap orang lain. Fugate et al. (2004)
menjelaskan bahwa social capital meliputi modal atau faktor yang
berkaitan dengan relasi, dipengaruhi oleh ukuran dan kekuatan jaringan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
pertemanan. Ukuran jaringan merupakan seberapa besar lingkup
jaringan pertemanan yang dimiliki seseorang terhadap orang lain.
Seseorang yang memiliki lingkup jaringan pertemanan yang besar
akan memiliki banyak informasi terkait dengan kesempatan kerja.
Sedangkan kekuatan jaringan pertemanan dapat dilihat dari seberapa
kuat pengaruh orang lain terhadap pengambilan keputusan seseorang.
Semakin kuat jaringan pertemanan seseorang, maka semakin kuat pula
pengaruh yang diberikan seseorang terhadap orang lain dalam hal
pengambilan keputusan terkait dengan kesempatan kerja. Seseorang
yang memiliki social capital yang baik akan mampu memanfaatkan
hubungan pertemanan yang mereka miliki untuk mendapatkan
pekerjaan. Granovetter (1995) mengatakan bahwa banyak orang yang
mendapatkan pekerjaan dari jaringan keluarga, kenalan, maupun teman.
Human capital merupakan kemampuan seseorang untuk melihat
adanya peluang kerja ditinjau dari faktor yang ada dalam diri seseorang.
Modal kerja tersebut mengacu pada beberapa faktor seperti usia,
pendidikan, pengalaman kerja, pelatihan, kemampuan kognitif, dan
berbagai faktor lainnya. Human capital juga dianggap mampu
mewakili kemampuan seseorang untuk memenuhi harapan kerja dari
pekerjaan tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Employability
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Davis dan Luthans
(1980), ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi employability seseorang,
yaitu:
a. Faktor Lingkungan
Faktor ini berkaitan dengan bagaimana seseorang mampu
memperkuat, mempertahankan, maupun mengubah perilaku yang
dimilikinya agar dapat sesuai dengan lingkungannya.
b. Faktor Perilaku
Faktor ini berasal dari konsekuensi yang dihasilkan dari suatu
tindakan, sehingga bisa lebih mudah diprediksi. Ketika standar perilaku
yang dibuat seseorang tidak tercapai, maka ia akan cenderung
mengubah standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
c. Faktor Personal
Faktor ini menjelaskan konstruksi psikologis yang ada dalam diri
seseorang yang mampu mempengaruhi perilakunya dalam
berorganisasi, diantaranya adalah emosi, motivasi, persepsi, sikap,
harapan, serta karakteristik kepribadian.
Selain 3 faktor tersebut, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rotwell,
Herbert, dan Rothwell (2008) mengatakan bahwa terdapat perbedaan
employability antara subjek berjenis kelamin laki-laki dengan subjek
berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian yang didapat adalah subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dengan jenis kelamin laki-laki memiliki tingkat employability yang lebih
rendah dibandingkan dengan subjek dengan jenis kelamin perempuan.
B. Kecerdasan Emosional (EQ)
1. Definisi Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali diperkenalkan pada tahun
1990 oleh Psikolog bernama Peter Salovey, yang berasal dari Universitas
Harvard serta John Mayer, yang berasal dari University of New Hampshire.
Tujuh tahun sebelum Salovey Mayer menerbitkan artikel mengenai konsep
kecerdasan emosional, Gardner (1983) mengadakan penelitian dan
menemukan bahwa ternyata seseorang memiliki kecerdasan interpersonal
dan intrapersonal dalam dirinya (dalam McCleskey, 2012).
Akan tetapi, konsep kecerdasan emosional mulai dikenal sejak
Goleman menerbitkan buku berjudul: “Why it Can Matter than IQ” pada
tahun 1995. Dalam bukunya, Goleman (1995) mengatakan bahwa
kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali dan
mengelola perasaan diri sendiri maupun perasaan orang lain. Menurut
Salovey dan Mayer (1990), kecerdasan emosional merupakan kemampuan
seseorang untuk memahami dan mengendalikan emosi diri sendiri maupun
orang lain, dan menggunakannya untuk mengembangkan pikiran serta
tindakan yang akan dilakukannya. Kondisi emosional seseorang mampu
mempengaruhi pikiran, perkataan, serta perilaku seseorang, termasuk dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pekerjaan. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Goleman (1998) bahwa
kecerdasan emosional mampu mempengaruhi seseorang pada situasi kerja.
Beberapa tahun kemudian, Salovey dan Mayer (1997) memperbaharui
definisinya mengenai kecerdasan emosional, menjadi kemampuan
seseorang untuk mempersepsikan secara akurat, menilai, dan
mengekspresikan emosi. Setelah Salovey dan Mayer, ada banyak peneliti
yang mengusulkan definisi kecerdasan emosional, beberapa diantaranya
adalah Ciarrochi dan Godsell (2005), Petrides dkk., (2007), Oyatzis (2009),
Zeider et al., (2009), Gignac (2010), dan masih banyak lagi (McCleskey,
2012). Namun, dari banyaknya peneliti yang mengusulkan model
kecerdasan emosional, model kecerdasan yang diusulkan Salovey dan
Mayerlah yang dianggap paling umum diterima (McCleskey, 2014).
Beberapa tahun setelah itu, Boyatzis dan Goleman memperluas
cakupan kecerdasan emosional mereka yang terkait dengan kompetensi
sosial dan emosional seseorang di lingkungan kerja (dalam McCleskey,
2014). Akan tetapi, Conte dan Dean (2006, dalam McCleskey, 2014)
menganggap bahwa kecerdasan emosional tidak dapat diteliti, karena
dianggap memiliki validitas yang rendah. Pengukuran terhadap kecerdasan
emosional juga dianggap rentan akan manipulasi ketika responden
memberikan data (Grubb & McDaniel, 2007, dalam McCleskey, 2014).
Lain halnya dengan Conte dan Dean, Antonakis dan Dietz (2010)
mengatakan bahwa penelitian terkait kecerdasan emosional masih memiliki
peluang untuk dikembangkan, jika berdasarkan pada teori yang dicetuskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
oleh Salovey dan Mayer (2008). Salovey dan Mayer (2008) mengatakan
bahwa jika seseorang ingin meneliti tentang kecerdasan emosional, ada
beberapa saran yang diberikan, yaitu: 1) Sebaiknya peneliti menggunakan
definisi yang sudah ada, dan tidak mengusulkan definisi baru, karena
definisi baru yang diusulkan dianggap dapat mengacaukan konsep utama
dari kecerdasan emosional. 2) Kecerdasan emosional hanya diteliti sebagai
kemampuan. 3) Peneliti harus menetapkan batasan penelitian, yaitu hanya
untuk meneliti aspek, pengetahuan emosional, kemampuan pengenalan
wajah, tingkat kesadaran emosi, dan pengaturan diri emosional. 4)
Memisahkannya dari sifat dan keterampilan kepribadian. 5) Peneliti juga
harus melakukan pengembangan dan penelitian terkait teori kecerdasan
emosional.
Penelitian ini menggunakan konsep teori Salovey dan Mayer digunakan
karena teori ini merupakan teori yang paling umum digunakan dan paling
mudah untuk dipahami. Selain itu, konsep ini juga dipercaya sebagai
“standar emas” untuk menentukan konsep kecerdasan emosional
(McCleskey, 2014). Schutte et al. (1997) juga mengatakan bahwa teori
kecerdasan emosional yang dicetuskan oleh Salovey dan Mayer ini sesuai
untuk melihat perkembangan emosi seseorang saat ini dari berbagai
dimensi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali, memahami,
mengelola, dan mengendalikan emosi yang ada dalam dirinya maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
orang lain, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan pikiran dan
tindakannya.
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Menurut Salovey (1990, dalam Goleman, 1999), kecerdasan emosional
terdiri dari:
a. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri adalah kemampuan seseorang untuk
mengenali dan menyadari perasaan yang sedang dirasakan. Seseorang
yang mampu mengenali emosi dirinya akan mampu mengenali
kelebihan maupun kekurangan yang dimilikinya.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk
mengolah dan menunjukkan perasaan atau emosinya pada orang lain
secara tepat.
c. Memotivasi diri sendiri
Memotivasi diri adalah kemampuan seseorang untuk mengelola
emosi dalam diri yang kemudian digunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.
d. Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain merupakan kemampuan seseorang
untuk memahami keadaan dan perasaan orang lain. Kemampuan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
akan berdampak pada tumbuhnya rasa percaya seseorang terhadap orang
lain.
e. Membina hubungan
Membina hubungan merupakan kemampuan seseorang untuk
masuk dan bergabung dalam dinamika sosial di lingkungannya.
Selain Salovey, Goleman (1995) mengatakan bahwa kecerdasan
emosional terdiri dari 5 aspek, yaitu:
a. Kesadaran Diri
Kesadaran diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali
emosi yang dimilikinya, mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
sendiri, dan memiliki keyakinan terkait harga diri dan kemampuan diri
sendiri (Lihat bab 4)
b. Pengaturan Diri
Pengaturan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan
diri sendiri, memelihara norma dan kejujuran, bertanggungjawab atas
diri sendiri, menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan, mampu
untuk menerima dan terbuka terhadap ide dan informasi baru.
c. Motivasi
Motivasi merupakan kemampuan seseorang untuk menjadi lebih
baik, mampu menyesuaikan diri dengan orang lain dan kelomok,
memiliki kesiapan untuk menggunakan kesempatan atau peluang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
ada, serta gigih untuk memperjuangkan tujuan meskipun banyak
tantangan.
d. Empati
Empati merupakan kesadaran seseorang terkait perasaan,
kebutuhan, dan kepentingan yang dimiliki orang lain.
e. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang lain, bernegosiasi, bekerjasama, dan menciptakan sinergi dalam
kelompok.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menggunakan teori yang
dicetuskan oleh Salovey dan Mayer (1990). Teori kecerdasan emosional
yang dicetuskan oleh Salovey dan Mayer menjelaskan kecerdasan
emosional sebagai suatu kemampuan (ability) yang berfokus pada
hubungan antara emosi dan kognisi seseorang. Sedangkan Al-Rfou (2012)
mengatakan bahwa teori milik Goleman (1995) merupakan perpaduan
antara kemampuan mental seseorang dan ciri kepribadian yang dimilikinya.
3. Dampak Kecerdasan Emosional
Buku “The Emotionally Intelligent Workplace” karangan Cary Cherniss
(2001) menjelaskan bahwa ternyata kecerdasan emosi memiliki peran yang
penting dalam mengatasi permasalahan yang timbul dilingkup pekerjaan.
Kecerdasan emosional dapat mempengaruhi efektivitas organisasi, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kerjasama, komitmen karyawan, produktivitas, efisiensi, dan kualitas
pelayanan. Organisasi yang memiliki karyawan dengan kecerdasan emosi
yang tinggi akan mampu merespon berbagai konflik dengan baik dan
menunjukkan kerjasama, komitmen, dan kreativitas, sehingga dapat
meningkatkan efektivitas organisasi. Druskat dan Wolff (2001) dan Paul
(2006) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional memberikan
kontribusi bermakna untuk membangun sebuah organisasi yang memiliki
kecerdasan emosi. Masing-masing orang memiliki tanggung jawab untuk
meningkatkan dan mengembangkan kecerdasan emosi yang dimilikinya,
sehingga dapat diterapkan dalam relasinya dengan orang lain di lingkup
organisasi.
Nurdin (2009) dan Luca dan Tarricone (2001) juga mengatakan bahwa
kecerdasan emosional dapat mempengaruhi seseorang dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan serta mengelola konflik yang mungkin muncul
dalam berelasi dengan orang lain. Senada dengan Nurdin, Patton (1998)
juga mengatakan bahwa orang dengan kecerdasan emosional yang baik akan
lebih mampu menghadapi tantangan, konflik, perubahan, ketidakpastian,
serta situasi yang membuatnya kurang nyaman. Selain itu, ia juga
mengatakan bahwa orang yang cerdas secara emosional akan melihat
pekerjaan sebagai suatu tantangan dan bukan beban, sehingga dianggap
akan berhasil dalam pekerjaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
C. Mahasiswa Tingkat Akhir
Menurut Marseto (2007, dalam Alexander, 2015), mahasiswa tingkat akhir
adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi
diatas semester 7 dan sudah atau sedang mengambil mata kuliah skripsi atau
tugas akhir. Pada umumnya, mahasiswa tingkat akhir memiliki rentang usia
antara 20-25 tahun (Winkel dalam Alexander, 2015). Dalam bukunya,
Santrock (1997) menjelaskan bahwa individu yang berusia 20-25 tahun sedang
berada pada tahap specification dan implementation. Tahap specification
adalah tahap dimana individu mulai menetapkan pilihan karir dan
menyesuaikan perilaku mereka untuk mencapai pilihan karir tersebut. Tahap
selanjutnya adalah implementation. Implementation adalah suatu tahap dimana
individu mulai menyelesaikan pendidikan yang sedang ditempuh dan mulai
memasuki dunia kerja.
D. Dinamika Hubungan Kecerdasan Emosional dan Employability pada
Mahasiswa Tingkat Akhir
Mahasiswa tingkat akhir merupakan mahasiswa yang berada pada
semester akhir yang kemudian akan melanjutkan masa depannya ke dunia kerja
setelah lulus dari perkuliahan (Agusta, 2015). Ketika akan memasuki dunia
kerja, seseorang harus memiliki kemampuan yang dapat membuatnya
merasakan dan memahami emosi diri sendiri maupun orang lain, sehingga
dapat membantunya untuk membuat keputusan dalam pemecahan masalah
(Coetzee & Harry, 2013). Seseorang yang bekerja pasti berhubungan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
orang lain, sehingga kemampuan untuk dapat merasakan dan memahami emosi
diri sendiri dan orang lain sangat diperlukan.
Kemampuan seseorang untuk merasakan, memahami, mengelola, dan
mengekspresikan emosi diri sendiri maupun orang lain disebut sebagai
kecerdasan emosional (Salovey & Mayer, 1990). Kecerdasan emosional dapat
membantu seseorang untuk menentukan tindakan dan membuat keputusan
secara adaptif (Coetzee & Harry, 2013). Semakin tinggi kecerdasan emosional
yang dimiliki seseorang, semakin terampil seseorang melakukan tindakan yang
menurutnya benar (Patton, 1998). Menurut Salovey (1990, dalam Goleman,
1999), kecerdasan emosional memiliki 5 aspek, diantaranya adalah mengenali
emosi diri atau memiliki kesadaran diri, mampu mengelola emosi, mampu
memotivasi diri, mampu mengenali emosi orang lain atau empati, dan mampu
membina hubungan dengan orang lain.
Watkin (2000, dalam Zeidner, Matthew, Roberts, 2004) mengatakan
bahwa sesuatu yang membedakan kualitas seseorang bukanlah IQ ataupun
keahlian teknis, melainkan kecerdasan emosional yang dimilikinya. Hal
tersebut sejalan dengan pernyataan Goleman (1999) yang mengatakan bahwa
kecerdasan emosional yang dimiliki seseorang mampu membuatnya memiliki
kinerja yang berkualitas.
Patton (1998) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan
emosional akan mampu untuk mengelola dan mengoptimalkan emosi mereka,
mempertahankan motivasi dan disiplin untuk menjaga kualitas diri, serta
memiliki empati pada orang lain, sehingga ia dianggap memiliki kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
bekerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja lain. Ia juga akan
mampu menjadi anggota kelompok yang baik, merasa percaya diri untuk
mencapai tujuan, mampu mengatasi masalah dengan efektif, mampu
memberikan pelayanan yang baik pada orang lain, serta mampu memimpin dan
mengelola orang lain dengan bijaksana. Salovey Mayer (dalam Goleman,
2001) juga menjelaskan bahwa seseorang dengan kecerdasan emosional yang
tinggi akan mampu mengatasi masalah serta tantangan yang muncul dalam
kehidupannya. Selain itu, seseorang dengan kecerdasan emosional yang tinggi
juga dinilai mampu mengendalikan emosinya untuk menghadapi masalah
ketika menghadapi sesuatu yang memunculkan tekanan (Salovey Mayer dalam
Shapiro, 1997). Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan
memiliki sikap optimis terhadap hidupnya, ia percaya bahwa segala sesuatu
dalam hidup dapat teratasi (Seligman dalam Goleman, 2001).
Berbeda dengan seseorang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi,
seseorang dengan kecerdasan emosional rendah dinilai pemarah, agresif, dan
tidak sabar. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional rendah terkadang
bertindak tanpa memikirkan akibat dari tindakannya tersebut. Selain itu,
mereka juga tidak memiliki tujuan yang jelas, mudah putus asa, kurang peka
terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain, tidak dapat mengendalikan
perasaan negatifnya. Tidak mampu mengendalikan perasaan negatif, tidak
mampu menjalin persahabatan dengan orang lain, tidak mampu berkomunikasi
yang baik, serta cenderung menyelesaikan konflik dengan kekerasan juga
merupakan karakteristik seseorang dengan kecerdasan emosional yang rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kecerdasan emosional yang dimiliki seseorang mampu membuatnya
bekerja dengan baik (Patton, 1998). Hal tersebut didukung oleh Karrir (2003)
yang mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional mampu membantu
seseorang dalam interaksi interpersonal serta mampu mengatasi berbagai
permasalahan yang ada. Coetzee dan Harry (2013, dalam Schutte et al., 2008)
mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang
yang perlu diperhatikan karena berkaitan dengan potensi kerja (employability)
seseorang. Tingginya tingkat kecerdasan emosional seseorang diharapkan
mampu memprediksi tingkat employability yang dimilikinya, selain itu juga
diharapkan mampu meningkatkan keinginan seseorang untuk meningkatkan
performansi kinerjanya kelak (Triana, 2013).
Employability merupakan kemampuan individu yang membuatnya mampu
untuk beradaptasi secara kognisi, perilaku, maupun afeksi, sehingga mampu
meningkatkan kualitas kerjanya (Fugate, Kinicki, & Ashford, 2004). Menurut
Fugate, Kinicki, dan Ashford (2004), employability memiliki 3 dimensi, antara
lain identitas karir, kemampuan beradaptasi, dan social and human capital.
Identitas karir merupakan cara seseorang menilai dirinya dalam konteks dunia
kerja. Dimensi employability yang selanjutnya adalah kemampuan beradaptasi,
yaitu kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan,
walaupun harus mengubah faktor personal yang ada dalam dirinya. Dimensi
ketiga adalah social and human capital, yaitu faktor diluar individu yang dapat
mempengaruhi employability seseorang. Faktor tersebut adalah kekuatan dan
besarnya jaringan yang dimiliki seseorang (social capital) dan faktor yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mempengaruhi perkembangan karir seseorang, seperti usia, pendidikan,
pengalaman kerja, masa kerja, serta kecerdasan emosi (human capital).
E. Kerangka Berpikir
Skema 1 : Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Employability pada
Mahasiswa Tingkat Akhir
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif dan
signifikan antara kecerdasan emosional dengan employability pada mahasiswa
tingkat akhir. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional
seseorang, maka semakin tinggi pula employability yang dimiliki seseorang.
Kecerdasan Emosional Tinggi
Mampu merasakan, memahami, dan
mengendalikan emosi
Mampu membuat keputusan dengan
tepat
Mampu menghadapi tantangan
Memiliki kinerja yang baik
Employability Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian yang dilakukan menggunakan studi korelasional yang melibatkan
hubungan antara kecerdasan emosional dengan employability (Johnson, 2001).
Penelitian korelasional dilakukan dengan mengumpulkan data untuk
menentukan apakah ada hubungan diantara kedua variabel, dan sampai sejauh
mana hubungan tersebut dapat dihitung, sehingga dapat digu nakan untuk
membuat prediksi (Johnson, 2001).
B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan karakteristik atau atribut individu maupun organisasi
yang bervariasi dan yang dapat diukur atau diobservasi (Creswell, 2009).
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas : Kecerdasan emosional
2. Variabel tergantung : Employability
C. Definisi Operasional
Harvey dan MacDonald (1993) mengatakan bahwa operasionalisasi
merupakan proses mengubah suatu konsep teoretis menjadi indeks yang dapat
diukur (dalam Harvey, 2001). Langkah-langkah untuk membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
operasionalisasi adalah menentukan konsep secara teoretis, memisahkan
dimensi-dimensi yang mencakup makna konsep, mengidentifikasi berbagai
indikator dalam masing-masing dimensi, memilih satu atau lebih indikator pada
masing-masing dimensi, membuat rancangan instrument untuk mengumpulkan
informasi pada masing-masing indikator, kemudian menentukan apakah akan
memiliki sekumpulan indikator multidimensi, rangkaian indeks atau indeks
tunggal dan jika sesuai gabungkan indikator tersebut ke dalam indeks.
1. Employability
Employability merupakan kemampuan mahasiswa untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaannya, memahami gambaran
dirinya dan melihat adanya peluang kerja berdasarkan faktor yang ada
dalam diri seseorang. Employability terdiri dari 3 dimensi, yaitu identitas
karir, kemampuan adaptasi, dan social and human capital.
Skala employability yang digunakan dalam penelitian disusun oleh
peneliti. Hal tersebut bertujuan agar seluruh item dalam skala dapat
disesuaikan dengan kondisi subjek yang terlibat dalam penelitian.
Selanjutnya skala tersebut diberikan pada mahasiswa tingkat akhir.
Semakin tinggi skor yang didapat oleh subjek penelitian, menunjukkan
semakin tinggi employability yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin kecil
skor yang didapat, menunjukkan semakin rendahnya employability yang
dimiliki mahasiswa tingkat akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mahasiswa untuk
mengenali, memahami, mengelola, dan mengendalikan emosi diri sendiri
maupun orang lain yang kemudian digunakan untuk mengembangkan
pikiran dan tindakannya. Kecerdasan emosional memiliki 5 aspek, yaitu
mengenali emosi diri dan orang lain, mengelola emosi, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain atau empati, dan membina hubungan.
Kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan skala kecerdasan
emosional yang disusun oleh peneliti. Semakin tinggi skor kecerdasan
emosional yang didapat menunjukkan semakin tinggi pula kecerdasan
emosional yang dimiliki mahasiswa tingkat akhir tersebut. Sebaliknya,
semakin rendah skor kecerdasan emosional yang didapat menunjukkan
semakin rendah pula kecerdasan emosional yang dimiliki mahasiswa
tingkat akhir tersebut.
D. Subjek Penelitian
Marseto (2007, dalam Alexander, 2015) dan Peraturan Pemerintah RI
nomor 60 tahun 1999 mengatakan bahwa mahasiswa tingkat akhir adalah
mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi diatas
semester 7 dan sudah atau sedang mengambil mata kuliah skripsi atau tugas
akhir. Rachmana (dalam Dinata, 2013) menyebutkan bahwa seorang mahasiswa
biasanya berusia 18 sampai 23 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Pada rentang usia tersebut, seseorang mulai memasuki masa kedewasaan.
Menurut Eccles dan Gootman (dalam Kulsum, 2016) masa dewasa awal adalah
masa dimana seseorang secara perlahan belajar untuk mengambil tanggung
jawab dalam keluarga dan komunitas. Masa ini juga masa dimana seseorang
mampu membuat perencanaan akan masa depan serta mengambil keputusan
yang tepat untuk mencapainya. Selain itu, juga meningkatkan kemampuan-
kemampuan yang dibutuhkan untuk keberhasilan dalam masa transisi menuju
masa dewasa.
Peneliti menetapkan mahasiswa tingkat akhir sebagai subjek penelitian
dengan alasan bahwa mahasiswa tingkat akhir yang akan berstatus fresh
graduate akan segera memasuki dunia kerja, sehingga dinilai perlu untuk
melihat tingkat employability-nya.
Metode sampling yang peneliti gunakan adalah metode convenience.
Metode ini mengajak subjek yang bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian yang dilakukan (Supratiknya, 2015). Convenience sampling
dilakukan dengan cara bertanya terlebih dahulu apakah subjek yang ditemui
sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Setelah itu peneliti
bertanya mengenai kesediaannya untuk mengikuti penelitian yang dilakukan.
Apabila subjek sesuai dengan kriteria yang ditentukan dan bersedia untuk
mengikuti penelitian yang dilakukan, maka peneliti memberikan skala kepada
subjek untuk diisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
penyebaran skala. Penyebaran skala dilakukan dengan memberikan skala
kepada subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya. Skala merupakan sekumpulan pertanyaan maupun pernyataan
yang telah disusun guna mengungkap atribut-atribut tertentu, yang kemudian
diberikan respon tertentu terhadap pertanyaan maupun pernyataan tersebut
(Azwar, 2012). Skala yang disebarkan berisi 2 variabel, yaitu variabel
employability dan variabel kecerdasan emosional.
Kedua skala ini disusun berdasarkan model skala Likert. Skala Likert
adalah skala yang dibuat untuk mengukur sikap seseorang terhadap atribut
psikologis tertentu. Skala Likert dipilih karena dinilai lebih mudah dalam
penyusunannya, lebih mudah diterapkan di berbagai objek, situasi, dan setting,
serta mampu mengungkapkan arah dan intensitas sikap responden terhadap
atribut psikologis tertentu (Supraktinya, 2014).
Pada skala ini responden diminta untuk memberikan respon setuju maupun
tidak setuju terhadap beberapa pernyataan yang disajikan. Terdapat 4 respon
jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan
Sangat Setuju (SS). Penggunaan respon berjumlah genap dilakukan untuk
menghindari responden memberikan jawaban netral (Supratiknya, 2014).
Dalam metode skala Likert, terdapat 2 kategori pernyataan. 1) Pernyataan
favorable, yaitu pernyataan yang menunjukkan sikap positif responden terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
objek. 2) Pernyataan unfavorable, yaitu pernyataan yang menunjukkan sikap
negatif responden terhadap objek (Supratiknya, 2014).
Sistem penilaian skor pada skala Likert, dapat dilihat pada table di bawah:
Tabel 1.
Penilaian Skala Likert
Respon Pernyataan Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Tidak Setuju (TS) 2 3
Setuju (S) 3 2
Sangat Setuju (SS) 4 1
1. Skala Employability
Skala employability mengukur kemampuan seseorang untuk beradaptasi
terhadap lingkungan kerjanya. Skala yang digunakan berjumlah 30 item,
yang terdiri dari 3 dimensi, yaitu Identitas Karir, Adaptasi Diri, dan Social
and Human Capital. Penentuan jumlah item yang sama dari ketiga dimensi
karena tidak adanya dimensi yang paling berpengaruh terhadap
employability seseorang.
Tabel 2.
Blue Print Skala Employability sebelum uji coba
No Dimensi Employability Favor
able
Unfav
orable %
1. Identitas Karir 5 5 10 33,33%
2. Adaptasi Personal 10 33,33%
a. Optimisme 1 1
b. Kecenderungan untuk
belajar 1 1
c. Keterbukaan 1 1
d. Internal Locus of Control 1 1
e. Generalized Self-Efficacy 1 1
3. Social and Human Capital 10 33,33%
a. Social Capital 2 2
b. Human Capital 3 3
TOTAL: 15 15 30 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2. Skala Kecerdasan Emosional
Skala kecerdasan emosional mengukur kemampuan seseorang untuk
memahami serta mengelola emosi yang dimilikinya, kemudian
menjadikannya pedoman untuk tindakan yang akan dilakukannya. Skala ini
berjumlah 30 item, terdiri dari 5 aspek, yaitu memahami emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan
membina hubungan. Jumlah item yang sama pada masing-masing aspek
disebabkan tidak adanya aspek yang lebih dominan dibandingkan aspek
lain dalam mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang.
Tabel 3.
Blue Print Skala Kecerdasan Emosional sebelum uji coba
No Aspek Kecerdasan
Emosional
Favora
ble
Unfavo
rable %
1. Memahami emosi diri 3 3 6 20%
2. Mengelola emosi 3 3 6 20%
3. Memotivasi diri 3 3 6 20%
4. Mengenali emosi orang
lain 3 3 6 20%
5. Membina hubungan 3 3 6 20%
TOTAL: 15 15 30 100%
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas Alat Ukur
Validitas merupakan kecermatan ukur pada suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi pengukurannya (Periantalo, 2015; Azwar S., 1999). Alat
ukur yang baik dapat dibuktikan dari hasil validitas yang tinggi (Periantalo,
2015). Semakin tinggi skor validitasnya semakin baik pula kualitas alat
ukur yang dibuat (Azwar, 1999). Tujuan dari uji validitas ini adalah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mengetahui sejauh mana alat ukur yang disajikan sesuai dengan konstruk
variabel yang akan diukur (Supratiknya, 2014).
Validitas yang diukur dalam penelitian ini adalah validitas isi (content
validity). Periantalo (2015) mengatakan bahwa validitas isi wajib dilakukan
bagi semua alat ukur dalam suatu pengukuran. Validitas isi merupakan
kecermatan suatu alat ukur yang ditinjau dari isi tes menggunakan analisis
rasional atau melalui panel ahli. Panel ahli adalah individu yang paham
mengenai konteks alat ukur dan perhitungan dalam ilmu psikologi. Panel
ahli yang terlibat dalam penelitian ini adalah 3 orang dosen psikologi dan
10 sarjana psikologi.
Hasil indeks validitas isi item (IVI-I) diperoleh dari perhitungan jumlah
nilai yang diberikan oleh professional judgement dibagi dengan banyaknya
professional judgement yang terlibat dalam penelitian. Item yang dapat
digunakan dalam penelitian adalah item yang memiliki nilai IVI-I lebih dari
0,78 (IVI-I > 0,78). Selain menghitung IVI-I, perhitungan Indeks Validitas
Isi Skala (IVI-S) juga perlu dilakukan. Polit dan Beck (2006, dalam
Supratiknya, 2016) mengatakan bahwa suatu skala dikatakan baik ketika
memiliki skor IVI-S minimal 0,90 (IVI-S > 0,90). Nilai IVI-S diperoleh
dari perhitungan jumlah IVI-I dari masing-masing item dibagi dengan
jumlah total item terakhir.
Berdasarkan perhitungan indeks validitas isi item (IVI-I) yang
dilakukan, 30 item pada skala employability berada pada rentang 0,80 –
1,00 sehingga dapat dikatakan bahwa 30 item tersebut lolos seleksi (IVI-I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
> 0,78). Selanjutnya dilakukan perhitungan indeks validitas isi skala
berdasarkan penilaian yang diberikan oleh 10 peer judgement dan 3 expert
judgement. Perhitungan IVI-S yang diperoleh dari peer judgement adalah
sebesar 0,91 (IVI-S > 0,90), sedangkan IVI-S yang berasal dari penilaian 3
expert judgement adalah 0,97. Hal ini menunjukkan bahwa skala yang
digunakan dalam penelitian sudah cukup baik.
Tabel 4.
Sebaran skala item employability hasil uji validitas
No Dimensi Employability Favor
able
Unfav
orable %
1. Identitas Karir 5 5 10 33,33%
2. Adaptasi Personal 10 33,33%
a. Optimisme 1 1
b. Kecenderungan
untuk belajar 1 1
c. Keterbukaan 1 1
d. Internal Locus of
Control 1 1
e. Generalized Self-
Efficacy 1 1
3. Social and Human
Capital 10 33,33%
a. Social Capital 2 2
b. Human Capital 3 3
TOTAL: 15 15 30 100%
Pada skala kecerdasan emosional, panel ahli yang terlibat sebanyak 13
orang, terdiri dari 3 dosen psikologi dan 10 sarjana psikologi. Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan, 30 item pada skala kecerdasan emosional
berada pada rentang 0,80 – 1,00 sehingga item-item tersebut dapat
dikatakan lolos seleksi (IVI-I > 0,78). Pada skala kecerdasan emosional,
nilai indeks validitas isi skala (IVI-S) yang diberikan oleh 10 peer
judgement sebesar 0,95, sedangkan nilai IVI-S yang diberikan oleh 3 expert
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
judgement sebesar 0,93 (IVI-S > 0,90). Hal ini menunjukkan bahwa alat
ukur yang digunakan dalam penelitian sudah cukup sesuai dengan konsep
yang diterapkan sehingga dapat digunakan untuk pengambilan data.
Tabel 5.
Sebaran skala item kecerdasan emosional hasil uji validitas
No Aspek Kecerdasan
Emosional
Favora
ble
Unfavo
rable %
1. Memahami emosi diri 3 3 6 20%
2. Mengelola emosi 3 3 6 20%
3. Memotivasi diri 3 3 6 20%
4. Mengenali emosi orang lain 3 3 6 20%
5. Membina hubungan 3 3 6 20%
TOTAL: 15 15 30 100%
2. Seleksi Item
Seleksi item merupakan proses untuk menganalisis item yang telah
diujikan pada sekelompok sampel yang telah ditentukan. Seleksi item
dilakukan setelah mendapatkan hasil dari perhitungan IVI-I dan IVI-S.
Peneliti melakukan ujicoba skala pada 58 mahasiswa di salah satu
universitas di Yogyakarta. Seleksi item ini bertujuan untuk memilih dan
menentukan item mana saja yang akan digunakan dalam skala penelitian.
Skala yang terpilih diharapkan skala yang bersifat homogen dan memiliki
daya diskriminasi yang baik (Supratiknya, 2014).
Item dengan daya diskriminasi yang baik adalah item yang memiliki
skor koefisien item-total (rix) minimal rix > 0,20 (Supratiknya, 2014).
Semakin daya diskriminasinya mendekati 1,00, maka item tersebut semakin
memiliki daya diskriminasi yang baik (Azwar, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
a. Skala Employability
Pada skala employability, item yang gugur sebanyak 4 buah. 4 item
yang gugur memiliki skor yang kurang sesuai (rix < 0,20), yang berarti
bahwa daya diskriminasi item tersebut kurang baik.
Tabel 6.
Distribusi item skala Employability setelah seleksi item
Dimensi Komponen
No Item
% Favor
able
Unfavor
Able
Identitas
Karir
1, 4, 7,
15, 27
5, 11, 12,
13, 19 9 34,62%
Adaptasi
Personal
Optimisme 3 26 2
34,62%
Kecenderungan
untuk belajar 29 16 2
Keterbukaan 23 17 2
Internal LOC 10 25 1
Generalized
Self-Efficacy 6 30 2
Social and
Human
Capital
Social Capital 18, 22 8, 9 3
30,76% Human Capital 2, 14, 20
21, 24,
28 5
Jumlah 15 11 26 100%
Keterangan: _ : item yang gugur
b. Skala Kecerdasan Emosional
Pada skala kecerdasan emosional, item yang gugur sebanyak 4 buah.
Item gugur dikarenakan memiliki nilai koefisien korelasi item total (rix)
< 0,20, sehingga dinilai tidak memiliki nilai diskriminasi item yang
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 7.
Distribusi item skala Kecerdasan Emosional setelah seleksi item
Aspek No Item
% Favorable Unfavorable
Mengenali emosi diri /
kesadaran diri 31, 32, 41 48, 55, 59 6 23,08%
Mengelola emosi 37, 44, 58 35, 46, 60 5 19,23%
Memotivasi diri 43, 50, 56 33, 49, 53 5 19,23%
Mengenali emosi orang
lain / empati 40, 51, 52 34, 38, 47 5 19,23%
Membina hubungan 36, 39, 57 42, 45, 54 5 19,23%
Jumlah 14 12 26 100%
Keterangan: _ : item yang gugur
Komposisi jumlah item yang tidak seimbang pada tabel 6 dan 7 sengaja
ditentukan oleh peneliti, karena tidak ingin menghilangkan beberapa item
dengan nilai reliabilitas yang baik. Hal tersebut dilakukan karena masing-
masing aspek tidak memiliki tujuan ukur yang lebih luas, sehingga peneliti
dapat menentukan sendiri item-item final yang memiliki daya diskriminasi
tinggi. Hal tersebut dapat ditentukan selama item-item yang dipertahankan
memiliki reliabilitas yang memuaskan, sehingga tidak harus melakukan
pengguguran item secara sengaja untuk menyamakan jumlah item (Azwar,
1999).
3. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas merupakan konsistensi atau keakuratan suatu hasil tes yang
mengacu pada keakuratan skor kumpulan item (Periantalo, 2015).
Pengukuran reliabilitas penelitian menggunakan pendekatan konsistensi
internal. Konsistensi internal merupakan metode yang sering digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
untuk menguji reliabilitas. Metode ini hanya menggunakan satu skala dan
satu kali administrasi, sehingga dinilai mudah dilakukan (Periantalo, 2015).
Reliabilitas penelitian ini diukur menggunakan program SPSS yang
mengukur reliabilitas berdasarkan konsistensi internalnya menggunakan
Alpha Cronbach. Alpha Cronbach merupakan suatu metode yang
digunakan untuk memprediksi konsistensi internal item-item yang diskor
secara dikotomis maupun item-item yang diskor dengan skala yang lebih
luas (Crocker & Algina, 2008, dalam Supratiknya, 2014). Metode Alfa
Cronbach dipilih karena mampu menghindari masalah yang biasa timbul
dari pendekatan lain (Azwar, 1997).
Reliabilitas skala yang baik memiliki rentang angka 0,00 – 1,00. Skala
yang memiliki reliabilitas tinggi ditunjukkan dari skor yang diperoleh
semakin mendekati 1,00. Sebaliknya, semakin skor reliabilitas mendekati
0,00, maka semakin rendah reliabilitas skala tersebut (Azwar, 1999).
Supratiknya (2014) mengatakan bahwa sebuah tes dikatakan baik ketika
memiliki koefisien minimum sebesar 0,70.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa
reliabilitas alpha cronbach yang dimiliki oleh skala employability adalah
sebesar 0,86. Sedangkan reliabilitas alpha cronbach yang diperoleh pada
skala kecerdasan emosional adalah sebesar 0,85. Berdasarkan hasil yang
diperoleh tersebut, dapat dikatakan bahwa skala employability dan skala
kecerdasan emosional memiliki reliabilitas yang cukup tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Penelitian ini juga menggunakan perhitungan alpha stratified, hal
tersebut dilakukan karena salah satu variabel dalam penelitian bersifat
multidimensional (Widhiarso, 2011). Perhitungan Alfa berstrata berguna
untuk mengestimasi reliabilitas alat ukur yang terdiri atas beberapa subtes.
Penghitungan Alpha berstrata adalah sebagai berikut:
𝛼𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 = 1 − Σσi
2(1− αi)
σx2
Keterangan:
σi2 : Varians sub total butir komponen ke-i
σx2 : Varians skor total
α : Koefisien alpha komponen ke-i
𝛼𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 = 1 − {Σσi
2(1−αi)}+{Σσi2(1−αi)}+{Σσi
2(1−αi)}
σx2
𝛼𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 = 1 − {Σσ1
2(1−α1)}+{Σσ22(1−α2)}+{Σσ3
2(1−α3)}
σx2
𝛼𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 = 1 − {12,4992(1−0,718)}+{11,2802(1−0,640)}+{15,3642(1−0,708)}
90,7452
𝛼𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 = 1 − {156,225−112,169}+{127,238−81,432}+{236,052−167,125}
8234,655
𝛼𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 = 1 − 158,789
8234,655
𝛼𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 = 1 – 0,019 = 0,981
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diketahui bahwa
skala employability memiliki nilai alpha stratified sebesar 0,981. Hal
tersebut menunjukkan bahwa skala employability memiliki tingkat
reliabilitas yang tinggi pada masing-masing dimensinya. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa skala employability yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi, berdasarkan hasil dari Alpha
Cronbach dan Alpha berstrata.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan dalam penelitian bersifat normal atau tidak. Uji normalitas
dilakukan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov pada aplikasi
SPSS. Data dikatakan memiliki distribusi normal ketika nilai
signifikansinya lebih dari 0,05 (p > 0,05). Metode Kolmogorov Smirnov
Test dilakukan jika jumlah subjek lebih dari 50 orang (Santoso, 2010).
Sedangkan uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk digunakan jika
jumlah subjek kurang dari 50 orang.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah hubungan antara kedua
variabel berada pada garis lurus atau tidak. Artinya, jika salah satu
variabel mengalami peningkatan kuantitas, maka variabel yang lain juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
akan mengalami peningkatan kuantitas. Begitu pula sebaliknya, jika
salah satu variabel mengalami penurunan kuantitas, maka variabel yang
lain juga akan mengalami penurunan kuantitas. Hubungan antar variabel
berada pada garis lurus ketika probabilitas (p) lebih kecil dari 0.05 (p <
0.05) (Santoso, 2010).
2. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan uji korelasi dalam menguji hipotesis. Uji
korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan pola yang
dihasilkan oleh variabel satu akibat variabel yang lainnya (Santoso, 2010).
Uji hipotesis digunakan untuk melihat adanya hubungan yang positif dan
signifikan antara kedua variabel yang diuji. Apabila data terdistribusi
normal, maka uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah korelasi
Product Moment Pearson, sehingga hubungan antara kecerdasan emosional
dan employability dapat terlihat. Akan tetapi, apabila salah satu atau kedua
data tidak terdistribusi normal, uji hipotesis yang digunakan adalah
Spearman Rho Correlation. Uji hipotesis akan diolah menggunakan
aplikasi SPSS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan cara menyebarkan skala melalui google form.
Hal ini dilakukan karena proses penyebaran skala bersamaan dengan masa libur
semester, sehingga tidak memungkinkan bagi peneliti untuk menyebarkan skala
secara offline. Proses penyebaran skala dilakukan pada tanggal 19 Juli 2018
hingga 31 Juli 2018.
Subjek yang menjadi responden penelitian adalah mahasiswa tingkat akhir
yang berada pada semester 8, 10, 12, atau lebih dan berusia 20-25 tahun ketika
proses pengambilan data dilakukan. Total subjek yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 236 orang.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Berdasarkan hasil dari penyebaran skala yang dilakukan, didapatkan data
subjek seperti berikut ini:
Tabel 8.
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
Laki-laki 84 35,59 %
Perempuan 152 64,41 %
Jumlah 236 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini berjumlah 236 orang. Terdiri dari 152 responden perempuan, dan
84 responden laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 9.
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan usia
Usia Frekuensi Prosentase
< 20 tahun 21 8,89 %
21 tahun 56 23,73 %
22 tahun 124 52,54 %
> 23 tahun 35 14,84 %
Total 236 100 %
Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa subjek penelitian yang berusia kurang
dari sama dengan 20 tahun berjumlah 21 orang (8,89%) dan subjek penelitan
yang berusia 21 tahun berjumlah 56 orang (23,73%). Subjek penelitian yang
paling banyak berusia 22 tahun, berjumlah 124 orang atau sekitar 52,54 %.
Sedangkan subjek penelitian yang berusia lebih dari sama dengan 23 tahun
berjumlah 35 orang (14,84%).
Tabel 10.
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan semester
Semester Frekuensi Prosentase
Semester 6 – 7 30 12,71 %
Semester 8 – 9 195 82,63 %
Lebih dari semester 10 11 4,66 %
Jumlah 236 100%
Tabel tersebut menunjukkan rentang semester dan jumlah mahasiswa
tingkat akhir yang berada pada setiap rentang semester tersebut. Berdasarkan
data yang diperoleh, diketahui bahwa mahasiswa tingkat akhir yang terlibat
dalam penelitian ini rata-rata berada pada semester delapan hingga sembilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
C. Deskripsi Data Penelitian
Berkaitan dengan skala pada variabel yang akan diteliti, peneliti kemudian
melakukan analisis terhadap deskripsi data penelitian dengan menentukan mean
teoretik dan mean empirik. Berikut ini merupakan data yang diperoleh
berdasarkan penelitian yang dilakukan:
Mean teoretik = (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚)+(𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚)
2
Mean teoretik employability = (1 𝑥 26)+(4 𝑥 26)
2= 65
Mean teoretik kecerdasan emosional = (1 𝑥 26)+(4 𝑥 26)
2= 65
Tabel 11.
Deskripsi Statistik Data Penelitian Variabel Kecerdasan Emosional dan
Employability
Variabel N Mean Teoretik Mean Empirik
Std. Min Max Mean Min Max Mean
Employability 236 26 104 65 64 93 77,28 6,205
Kecerdasan
Emosional 236 26 104 65 62 91 75,43 6,179
Tabel 11 di atas menyajikan data deskripsi statistik pada variabel
employability dan kecerdasan emosional. Variabel employability memiliki
mean teoretik sebesar 65 dan mean empirik sebesar 77,28. Hal ini
menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean teoretik.
Berdasarkan perhitungan uji One Sample T-Test, diketahui bahwa nilai
signifikansi variabel employability adalah sebesar 0,000 (p < 0,05). Nilai
signifikansi kurang dari 0,05 menggambarkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara mean teoretik dengan mean empirik. Dari penjelasan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki tingkat employability yang
tergolong tinggi.
Sedangkan mean teoretik pada variabel kecerdasan emosional sebesar 65
dan mean empirik sebesar 75,43. Hal ini menunjukkan bahwa mean empirik
lebih besar dibandingkan mean teoretik. Nilai signifikansi variabel kecerdasan
emosional adalah sebesar p = 0,000. Nilai signifikansi kurang dari 0,000 (p <
0,05) menggambarkan adanya perbedaan antara mean teoretik dengan mean
empirik secara signifikan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan emosional yang dimiliki oleh subjek penelitian tergolong
tinggi.
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan untuk melihat apakah data penelitian telah memenuhi
syarat untuk dilakukan uji korelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data yang digunakan
dalam penelitian bersifat normal atau tidak (Santoso, 2010). Data
penelitian dikatakan normal apabila nilai signifikansinya p > 0,05
(Santoso, 2010). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik
perhitungan Kolmogorov Smirnov Test, karena data berjumlah lebih dari
50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 12.
Uji Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional dan Employability
Kolmogorov-Smirnov
Statistic Df Sig.
Employability 0.103 236 0,000
Kecerdasan Emosional 0.057 236 0,058
Berdasarkan perhitungan Kolmogorov Smirnov, diperoleh nilai p =
0,000 (p > 0,05) untuk skala employability, sehingga dapat disimpulkan
bahwa skala employability memiliki sebaran data yang tidak normal.
Sebaran data yang tidak normal berdampak pada hasil penelitian yang
kurang dapat digeneralisasikan pada populasi (Widhiarso, 2010). Pada
perhitungan skala kecerdasan emosional, diperoleh nilai p = 0,058 (p >
0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data yang diperoleh
bersifat normal.
b. Uji Linearitas
Uji Linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua variabel
yang diteliti berada pada garis lurus (linear) atau tidak (Santoso, 2010).
Data penelitian dikatakan linear jika p < 0,05. Pengujian linearitas
dilakukan dengan menggunakan test for linearity pada SPSS.
Tabel 13.
Uji Linearitas Kecerdasan Emosional dan Employability ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Employ
ability *
KE
Betw
een
Grou
ps
(Combin
ed)
3521.972 28 125.785 4.711 .000
Linearity 2611.229 1 2611.229 97.795 .000
Deviation
from
Linearity
910.742 27 33.731 1.263 .183
Within Groups 5527.126 207 26.701
Total 9049.097 235
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada tabel 10,
kedua variabel memiliki nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua variabel berada pada garis lurus
(linear).
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan yang
positif dan signifikan diantara kedua variabel yang diteliti. Uji hipotesis
dilakukan menggunakan teknik analisis yang digunakan untuk melihat
hubungan sebab akibat dari variabel satu terhadap variabel lainnya. Uji
korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi
Spearman Rho, karena data pada salah satu variabel tidak terdistribusi
normal (Santoso, 2010). Selain itu, hipotesis penelitian mengarah pada
hubungan yang positif dan signifikan, sehingga pengujian korelasi
menggunakan one-tailed.
Tabel 14.
Hasil Uji Hipotesis Variabel Employability dan Kecerdasan
Emosional Correlations
Employabili
ty
KE
Spearman'
s rho
Employability
Correlation
Coefficient
1.000 .525**
Sig. (1-tailed) . .000
N 236 236
Kecerdasan
emosional
Correlation
Coefficient
.525** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 236 236
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui bahwa nilai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,525 dengan nilai signifikansi one-tailed sebesar p
= 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) menunjukkan
bahwa kedua variabel penelitian memiliki hubungan yang signifikan.
Selanjutnya, tanda korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan
diantara kedua variabel penelitian ada pada arah hubungan yang searah
(Siregar, 2013).
Sugiyono (2008) dalam bukunya memberikan acuan terkait
interpretasi koefisien korelasi, diantaranya sebagai berikut:
Tabel 15.
Acuan interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa korelasi di
antara kedua variabel tergolong sedang. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai koefisien korelasi sebesar 0,525.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel penelitian
memiliki hubungan yang positif, signifikan, dan tergolong sedang. Hal
tersebut menunjukkan bahwa jika variabel kecerdasan emosional
meningkat, maka variabel employability juga akan meningkat. Begitu
pula sebaliknya, jika variabel kecerdasan emosional menurun, maka
variabel employability juga akan menurun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
E. Hasil Analisis Tambahan
Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan uji korelasi, untuk melihat
hubungan antara kecerdasan emosional dengan ketiga dimensi pada
employability.
Tabel 16.
Uji Spearman’s Rho kecerdasan emosional dan employability serta masing-
masing dimensinya Correlations
Kecerdasan
Emosional
Identitas Karir
Correlation Coefficient .469**
Sig. (1-tailed) .000
N 236
Adaptasi Personal
Correlation Coefficient .466**
Sig. (1-tailed) .000
N 236
Social and Human Capital
Correlation Coefficient .433**
Sig. (1-tailed) .000
N 236
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan data pada tabel 16, diketahui bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan masing-masing
dimensi pada variabel employability. Kedua variabel memiliki hubungan yang
signifikan bila nilai p < 0,05. Pada data ini, kecerdasan emosional dengan
dimensi identitas diri memiliki nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,469 dan
nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional
dengan dimensi identitas karir pada variabel employability. Hubungan kedua
variabel ini bersifat sedang jika berdasarkan acuan interpretasi koefisien
korelasi menurut Sugiyono (2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Pada kecerdasan emosional dengan dimensi adaptasi personal diperoleh
nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,466 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000
(p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan dengan kategori sedang antara kecerdasan emosional dan dimensi
adaptasi personal.
Kecerdasan emosional dengan dimensi social and human capital
memperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,433 dan nilai signifikansi (p)
sebesar 0,00. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan dengan kategori sedang antara kecerdasan emosional dengan dimensi
social and human capital.
Selain melihat hubungan antara kecerdasan emosional seseorang dengan
ketiga dimensi pada employability, peneliti juga melakukan analisis tambahan
untuk melihat apakah employability yang dimiliki subjek berjenis kelamin
perempuan berbeda dengan employability yang dimiliki subjek berjenis kelamin
laki-laki. Berikut hasil analisis mean, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji
Mann-Whitney U Test.
Tabel 17.
Uji perbedaan berdasarkan jenis kelamin
Jenis
Kelamin N Mean
Uji
Normalitas
Uji
Homogenitas
Uji
Mann-
Whitney
Laki-laki 84 120.89 p = 0,200 0,07 0,689
Perempuan 152 117.18 p = 0,000
Pada tabel 17, dapat dilihat bahwa mean subjek dengan jenis kelamin laki-
laki lebih besar dibandingkan mean subjek dengan jenis kelamin perempuan.
Subjek laki-laki memiliki mean sebesar 120,89 sedangkan mean subjek dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
perempuan sebesar 117,18. Berdasarkan data tersebut juga dapat dilihat bahwa
data subjek laki-laki bersifat normal, sedangkan subjek perempuan tidak normal
(p laki-laki = 0,200; p perempuan = 0,000).
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah ada
perbedaan variansi pada data penelitian. Uji homogenitas dilakukan sebagai
syarat untuk uji hipotesis. Berdasarkan uji homogenitas yang dilakukan,
diketahui bahwa data penelitian bersifat homogen. Hal tersebut dapat dilihat
dari nilai homogenitas data sebesar 0,07 (p > 0,05).
Pengujian selanjutnya adalah uji beda, yaitu uji Mann-Whitney. Data
penelitian memiliki nilai signifikansi Mann-Whitney sebesar 0,689 (p > 0,05).
Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan employability pada subjek laki-laki maupun perempuan. Artinya,
baik subjek laki-laki maupun perempuan memiliki employability yang sama.
Uji beda Mann-Whitney bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan hasil
dari dua kelompok data yang diuji. Uji Mann-Whitney dilakukan karena sebaran
data yang tidak terdistribusi normal. Uji Mann-Whitney tetap dapat dilakukan
selama data dari kedua kelompok bersifat homogen (Hidayat, 2014).
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
hipotesis penelitian diterima. Hal tersebut dapat dilihat melalui hasil uji
hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang
positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan employability pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
mahasiswa tingkat akhir. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik
Spearman’s Rho, karena data pada variabel employability tidak terdistribusi
normal. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi p
= 0,000 dengan nilai koefisien korelasi r = 0,525 yang masuk dalam kategori
sedang. Hasil ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara kecerdasan emosional dan employability pada mahasiswa
tingkat akhir. Artinya, semakin tinggi kecerdasan emosional pada mahasiswa
tingkat akhir, maka semakin tinggi pula employability yang dimilikinya.
Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Coetzee dan Harry (2013), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional
memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan kerja yang dimiliki seseorang.
Seseorang yang cerdas secara emosional akan mampu memahami reaksi
emosional yang diberikan oleh orang lain, sehingga mereka dinilai mampu
untuk mempengaruhi orang lain dalam bertindak dan menentukan keputusan
secara tepat. Patton (1998) juga mengatakan bahwa seseorang yang memiliki
kecerdasan emosional akan mampu untuk menggunakan emosi yang
dimilikinya secara efektif, sehingga lebih mampu untuk menghadapi tantangan,
ketidakpastian, konflik, perubahan, serta situasi kerja yang kurang nyaman bagi
dirinya. Seseorang dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan memandang
suatu pekerjaan sebagai suatu tantangan dan bukan beban, sehingga memiliki
kemungkinan untuk berhasil dalam pekerjaannya. Selain itu, hasil penelitian
Coetzee dan Beukes (2010) juga mengatakan bahwa seseorang yang memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu meningkatkan kepercayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dirinya untuk menunjukkan kemampuan kerja yang dimilikinya kepada orang
lain. Seseorang yang memiliki kemampuan kerja akan meningkatkan kepuasan
kerjanya.
Peneliti juga melihat apakah kecerdasan emosional memiliki hubungan
yang positif dengan masing-masing dimensi employability. Hal tersebut
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih spesifik. Dari hasil pengukuran
yang dilakukan, kecerdasan emosional memiliki nilai signifikansi sebesar 0,00
(p < 0,05) dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,469. Artinya, kecerdasan
emosional yang dimiliki seseorang memiliki hubungan yang positif dan
signifikan dengan kategori sedang terhadap identitas karir yang dimilikinya.
Dimensi identitas karir menjelaskan bagaimana seseorang mampu
memberikan gambaran dirinya mengenai tujuan, harapan, ketakutan, sifat
kepribadian, dan nilai yang dimilikinya (Fugate et al., 2004). Seseorang yang
memiliki identitas karir percaya bahwa mereka mampu mencapai karir yang
diinginkannya (Lysova, Richardson, Khapova, & Jansen, 2015). Dalam
jurnalnya, Fugate et al. (2004) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah
dalam menentukan sikap ketika memiliki identitas karir yang baik. Lebih
mudah karena orang tersebut memiliki tujuan terkait karir yang akan
dicapainya, sehingga langkah yang diambilpun menjadi semakin jelas. Identitas
karir juga berfungsi untuk memberikan arah dan motivasi pada seseorang dalam
memahami dan mengidentifikasi kesempatan kerja serta pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan untuk mencapainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Identitas karir mampu mendorong seseorang untuk melakukan tindakan
dengan tujuan untuk mengubah situasi kerja yang dirasakan menjadi situasi
yang sesuai dengan dirinya (Fugate et al., 2004). Orang yang memiliki
kemampuan kerja akan mampu melibatkan situasi, kognisi dan perilaku mereka
untuk mengubah situasi kerja yang dirasakan agar sesuai dengan situasi kerja
yang mereka inginkan, sehingga dapat mencapai identitas karir yang mereka
inginkan. Seseorang yang cerdas secara emosi akan mampu mengelola emosi
yang dimilikinya untuk meraih pencapaian dalam karirnya (Patton, 1998).
Kecerdasan emosional juga akan membantu seseorang untuk mengelola emosi
atau pengaruh negatif yang diberikan oleh orang lain menjadi emosi positif bagi
dirinya. Emosi positif inilah yang mampu mengoptimalkan situasi yang
dirasakan seseorang, sehingga dapat mencapai identitas karir yang diinginkan.
Belajar mengendalikan desakan dorongan dalam diri anda adalah dasar bagi
kematangan emosional dan keberhasilan. Keterampilan mengendalikan
desakan ini akan membuat seseorang mendapatkan informasi cukup, sehingga
bisa memutuskan secara tepat.
Dimensi selanjutnya adalah dimensi adaptasi personal. Dimensi adaptasi
personal memiliki nilai signifikansi sebesar 0,00 (p < 0,05) dan nilai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,466. Artinya, kecerdasan emosional dan dimensi adaptasi
personal memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kategori
sedang.
Dimensi adaptasi personal menjelaskan tentang kemampuan seseorang
untuk mau mengubah keadaan dalam dirinya agar sesuai dengan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kerjanya sehingga akan meningkatkan performansi kinerjanya dalam organisasi
(Fugate et al., 2004; Pulakos dkk, 2000). Menurut Coetzee dan Harry (2013).
Seseorang yang cerdas secara emosi memiliki kemampuan untuk merasakan
emosi, mengelolanya dan kemudian mengekspresikannya secara tepat. Emosi
yang diekspresikan secara tepat menandakan bahwa seseorang memiliki
kesadaran dan sebuah penilaian terhadap situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Adanya kesadaran akan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi membuat
seseorang mampu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.
Young, Paseluikho, & Valach (1997, dalam Coetzee & Harry, 2013)
mengatakan bahwa emosi merupakan sumber kekuatan yang berasal dari dalam
diri yang mampu mengendalikan dan mengatur tindakan seseorang. Seseorang
dengan kecerdasan emosional akan mampu mengintegrasikan pengalaman
emosional yang dirasakan dengan pikiran dan tindakan mereka, sehingga
mereka akan lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan kerjanya (Brown et
al. dalam Coetzee & Harry, 2013). Senada dengan Brown, Patton (1998) juga
mengungkapkan bahwa orang yang cerdas secara emosi akan mampu
mengelola emosi yang dirasakannya untuk menghadapi tantangan yang
dihadapinya di lingkungan kerja, sehingga timbul keseimbangan antara emosi
dan kemampuan untuk menghadapi tantangan.
Dimensi yang ketiga adalah dimensi social and human capital. Dimensi ini
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,00 (p < 0,05) dan nilai koefisien korelasi
(r) sebesar 0,433. Dari nilai tersebut diketahui bahwa kecerdasan emosional dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dimensi social and human capital memiliki hubungan yang positif dan
signifikan dengan kategori sedang.
Dimensi social and human capital merupakan modal atau faktor yang
berasal dari dalam diri seseorang yang mampu membuat seseorang melihat
adanya peluang kerja. Social capital meliputi faktor relasi yang dimiliki
seseorang. Faktor relasi yang dimaksud adalah luas dan kuatnya relasi yang
dimiliki seseorang. Semakin luas relasi seseorang, maka semakin banyak
informasi yang bisa didapatkan seseorang terkait peluang kerja. Selanjutnya,
semakin kuat relasi seseorang, maka semakin kuat pula pengaruh yang
didapatkan oleh seseorang dari orang lain terkait pengambilan keputusan dalam
peluang kerja. Patton (1998) mengatakan bahwa seseorang yang cerdas secara
emosi mampu untuk memberikan empati dan perhatiannya terhadap orang lain.
Empati dan perhatian yang diberikan akan membuat orang lain bersedia untuk
menjalin relasi baik dengan orang yang memiliki kecerdasan emosional. Relasi
baik yang terus menerus dijalin akan membuat seseorang memiliki ikatan relasi
yang kuat dengan orang lain. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan emosional dapat mempengaruhi employability
seseorang, khususnya pada dimensi identitas karir.
Berdasarkan hasil dari analisis tambahan yang dilakukan, diketahui bahwa
tidak ada perbedaan employability yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan uji beda Mann-Whitney dimana
nilai signifikansinya sebesar 0,689 (p > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara employability pada subjek laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dan employability pada subjek perempuan. Hal tersebut berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rotwell, Herbert, & Rothwell (2008) yang
mengatakan bahwa employability yang dimiliki oleh subjek berjenis kelamin
laki-laki berbeda dengan employability yang dimiliki oleh perempuan.
Jika dilihat dari perhitungan deskriptif, variabel kecerdasan emosional
memiliki mean empirik sebesar 75,43 sedangkan mean teoretik sebesar 65.
Nilai signifikansi data pada variabel kecerdasan emosional adalah 0,000, dari
angka tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara mean teoretik dan mean empirik. Kedua data tersebut menunjukkan
bahwa subjek penelitian memiliki kecerdasan emosional yang cenderung
positif. Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu
untuk mengenali, memahami, mengelola, dan mengendalikan emosi dirinya.
Sedangkan variabel employability memiliki mean empirik sebesar 77,28,
mean teoretik sebesar 65, dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi
variabel employability tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara mean teoretik dan mean empirik. Dari data tersebut, diketahui
bahwa mean empirik lebih tinggi dari mean teoretiknya. Artinya subjek
penelitian memiliki kecerdasan emosional dan employability yang cenderung
tinggi. Seseorang yang memiliki employability yang tinggi memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya, sehingga
peluang untuk mendapatkan pekerjaan maupun meningkatkan performansi
kinerjanya juga ikut meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosional memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan
employability pada mahasiswa tingkat akhir (r = 0,525; p = 0,000). Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki oleh
mahasiswa tingkat akhir, maka akan semakin tinggi pula employability yang
dimilikinya. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional
mahasiswa tingkat akhir, maka akan semakin rendah pula employability yang
dimilikinya.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah adanya sebaran data yang tidak
normal. Ketidaknormalan data pada penelitian akan menyebabkan kurangnya
kemampuan hasil penelitian untuk di generalisasikan atau diterapkan pada
populasi subjek penelitian (Widhiarso, 2010).
C. Saran
1. Bagi Subjek Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kecerdasan
emosional memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
employability, sehingga mahasiswa tingkat akhir perlu untuk
mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan emosional yang
dimilikinya melalui berbagai latihan agar memiliki employability yang
tinggi pula. Dalam bukunya Patton (1998) mengatakan bahwa kecerdasan
emosional tidak bersifat genetis, sehingga dapat ditingkatkan dengan
kesungguhan, latihan, pengetahuan, dan kemauan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti tentang bentuk
pelatihan yang dapat diberikan pada mahasiswa tingkat akhir. Pelatihan
tersebut digunakan untuk meningkatkan kecerdasan emosional seseorang,
sehingga harapannya employability mahasiswa tingkat akhir juga ikut
meningkat.
Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk melibatkan subjek
dengan jumlah yang lebih banyak dari subjek yang terlibat dalam penelitian
ini. Semakin banyak jumlah subjek yang terlibat, maka akan semakin besar
kemungkinan sebaran data bersifat normal (Widhiarso, 2010). Data yang
bersifat normal akan dapat dilakukan generalisasi terhadap populasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, A. (2016). Beda Negara, Beda Budaya Kerja.
http://lanangindonesia.com/read/beda-negara-beda-budaya-kerja diakses pada
18 September 2017 pukul 16.32 WIB.
Adiwibowo, A. S. (2012). Kepemimpinan dan Loyalitas terhadap Kinerja
Karyawan RSJ Menur Surabaya. Jurnal Manajemen Bisnis 2(01), 41-58.
Agusta, Yosiana Nur. (2015). Hubungan antara Orientasi Masa Depan dan Daya
Juang terhadap Kesiapan Kerja pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Mulawarman. eJournal Psikologi, 3(1),
369-381.
Agustin, V. (2012). Kompetensi Lulusan Sarjana Strata (S1) Psikologi dalam
Menghadapi Dunia Kerja pada Mahasiswa Perguruan Tinggi “X”. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 1(1), 1-34.
Al-Rfou, M. A. (2012). Emotional intelligence and its relation with instructional
achievement of tafilah technical university students. American International
Journal of Contemporary Research, 2(10), 68-76.
Amiranti, C. C. (2016). Jangan Asal Kuliah.. Ijazah Sarjana Saja Tak Cukup Buat
Kerja!. Diakses dari kompas.com pada 10 Maret 2018, pukul 23.40 WIB.
Anari, N. N. (2012). Teachers: Emotional Intelligence, Job Satisfaction, and
Organizational Commitmen. Journal of Workplace Learning, 24(4), 256-269.
DOI:10.1108.
Antonakis, J. & Dietz, J. (2010). Emotional Intelligence on Definitions,
Neuroscience, and Marshmallows. Industrial & Organizational Psychology,
3(2), 165-170.
Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (1999). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari bps.go.id. pada 26 Agustus 2018, pukul
22.00 WIB
Cherniss, C & Goleman, D. (2001). The Emotionally Intelligent Workplace; How
to Select for, Measure, and Improve Emotional Intelligence in Individuals,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Groups, and Organizations. San Fransisco: Jossey-Bass. Diunduh pada 27
Februari 2018 Dari http://library.nu
Coetzee, M., & Beukes, C. (2010). Employability, emotional intelligence and career
preparation support satisfaction among adolescents in the school-to-work
transition phase. Journal of Psychology in Africa, 20(3), 439–446.
Coetzee,M., & Harry, N. (2013). Emotional intelligence as a predictor of
employees' career adaptability. Journal of Vocational Behavior,
http://dx.DOI.org/10.1016/j.jvb.2013.09.001
Cooper & Sawaf. (2002). Kecerdasan Emosi dalam Kepemimpinan Dan
Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Creswell, J. W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approach (Edisi ke-3), London: Sage Publications, Inc.
Davis, T.R.V & Luthans, F. (1980). A social learning approach to organizational
behavior. Academy of Management Review, 5(2), 281-290.
Field, A. (2013). Discovering Statistics Using IBM SPSS Statistic 4th edition.
London: SAGE Publications.
Fugate, M., Kinicki, A., & Ashforth, B. (2004). Employability: A psychosocial
construct, its dimensions, and applications. Journal of Vocational Behavior,
65(2004), 14-38. DOI: 10.1016/j.jvb.2003.10.005.
Fugate, M., Kinicki, A. (2008). A dispositional approach to employability:
Development of a measure and test of implications for employee reactions to
organizational change. Journal of Occupational and Organizational
Psychology, 81, 503-527. The British Psychological Society. DOI:
10.1348/096317907X241579
Gewati, M. (2016). Kenapa Lulusan Perguruan Tinggi Makin Susah Mendapat
Pekerjaan?. Diakses dari
https://edukasi.kompas.com/read/2016/04/23/17424071/Kenapa.Lulusan.Perg
uruan.Tinggi.Makin.Susah.Mendapat.Pekerjaan (terbit pada 23 April 2016)
pada 19 Maret 2018 pukul 20.09 WIB.
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ.
New York: Bantam Books
Goleman, D. (1999). Kecerdasan Emosional. Terjemahan, Cetakan IX. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, D. (2007). Kecerdasan Emosional: Mengapa EQ lebih pentng daripada
IQ. Alih Bahasa: T. Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Goleman, D. (2016). Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Gonza´lez-Roma´, V., Gamboa, J. P., & Peiro´, J. M. (2016). University graduates’
employability, employment atatus, and job quality. Journal of Career
Development. OPAL, University of Valencia, Valencisa, Spain. DOI:
10.1177/0894845316671607.
Harvey, L. (2001). Defining and measuring employability. Quality in Higher
Education, 7(2), 97-109. Routledge, Taylor & Francis Group. DOI:
10.1080/13538320120059990.
Hidayat, A. (2014). Penjelasan uji mann-whitney u test-lengkap. Diakses dari
https://www.statistikian.com/2014/04/mann-whitney-u-test.html pada 7
November 2018.
Hidayati, R., Purwanto, Y., Yuwono, S. (2008). Kecerdasan emosi, stress kerja dan
kinerja karyawan. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2(1), 91-96.
Humas UMY. (2011). Tingkatkan Kualitas SDM dan Keterserapan Lulusan, UMY
Gandeng NIIT dari India. Diakses pada 20 November 2018 dari
http://www.umy.ac.id/tingkatkan-kualitas-sdm-dan-keterserapan-lulusan-
umy-gandeng-niit-dari-india.html.
Husen dan Vetra. (2015). Pengangguran tinggi, banyak lulusan kurang kompeten
dengan dunia kerja. Diakses dari
http://fokusjabar.com/2015/09/01/pengangguran-tinggi-banyak-lulusan-
kurang-berkompeten-dengan-dunia-kerja/ pada 23 Oktober 2017 pukul 16.15
WIB.
Iwansyah. (2017). Pengangguran berlabelkan gelar sarjana. Diakses pada 25
September 2017 pukul 15.25 WIB dari
https://indonesiana.tempo.co/read/106850/2017/01/11/iwansyahhmimpo.1/pe
ngangguran-berlabelkan-gelar-sarjana
Jobstreet.com. (diakses pada 1 November 2018). Tenaga kerja berkualitas kini sulit
ditemui. Jobstreet. Diakses dari www.jobstreet.co.id.
Johnson, B. (2001). Toward a new classification of nonexperimental quantitative
research. American Educational Research Association. 30(2), 3-13.
Karrir, N. (2003). Emotional competence at work. Paradigm, 8(1), 37-45.
Kemnaker.go.id. Strategi Peningkatan Kualitas Angkatan Kerja Melalui Gerakan
Angkatan Kerja Unggul dan Produktif. Diakses dari
http://kemnaker.go.id/berita/berita-naker/strategi-peningkatan-kualitas-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
agkatan-kerja-melalui-gerakan-angkatan-kerja-unggul-dan-produktif pada 22
September 2017 pukul 22.11 WIB
Kemenperin.go.id. Produktivitas Tenaga Kerja Relatif Rendah. Diakses dari
http://www.kemenperin.go.id/artikel/5325/Produktivitas-Tenaga-Kerja-
Relatif-Rendah diakses pada 20 November 2017 pukul 19.40 WIB
Kemnaker.go.id. Hadapi Persaingan Pasar Kerja, Menaker Ajak Mahasiswa
Bangun Karakter Pekerja Keras. http://kemnaker.go.id/berita/berita-
kemnaker/hadapi-persaingan-pasar-kerja-menaker-ajak-mahasiswa-bangun-
karakter-pekerja-keras. Diakses pada 22 September 2017 pukul 22.09 WIB
Kemnaker.go.id. Hubungan Kompetensi, Produktivitas, Sertifikasi dan Daya
Saing. http://kemnaker.go.id/berita/barenbang/hubungan-kompetensi-
produktivitas-sertifikasi-dan-daya-s diakses pada 22 September 2017 jam
22.18 WIB
Khalili, A. (2012). The role of emotional intelligence in the workplace: a literature
review. International Journal of Management, 29(3), 355. Part 2. Malaysia:
Multimedia University
Kompas.com. Mengapa Angka Pengangguran di Banten Tetap Tinggi?. Terbitan
22 Juli 2017 pukul 14.02. diakses pada 20 September 2017 puku 11.05 WIIB
Kompas.com. Pengangguran di Kota Bekasi Mencapai 55.724 Orang. Terbitan 16
Maret 2017 pukul 07.12 WIB. Diakses pada 20 September 2017 pukul 09.12
WIB
Kulsum, T. M. (2016). Hubungan antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada
mahasiswa semester akhir. Skripsi: Fakultas Psikologi dan Kesehatan.
Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya.
Luca, J. & Tarricone, P. (2001). Does emotional intelligence affect successful
teamwork?. Research Online, 367-376. Australia: School of Communications
and Multimedia Edith Cowan University.
Lysova, E.I., Richardson, J., Khapova, S.N., & Jensen, P.G.W. (2015). Change-
supportive employee behavior: a career identity explanation. Career
Development International, 20(1), 38-62.
Matsuki. (2013). Kualitas lulusan perguruan tinggi dan akseptabilitas stakeholders.
Diakses dari
http://diktis.kemenag.go.id/NEW/index.php?berita=detil&jenis=artikel&jd=1
77#.Wq-4B21ubIU (terbitan 2 Desember 2012) pada 19 Maret 2018 pukul
20.19 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
McCleskey, J. (2014). Emotional intelligence and leadership: a review of the
progress, controversy, and criticism. International Journal of Organizational
Analysis, 22(1), 76-93. DOI: 10.1108/IJOA-03-2012-0568.
McQuaid, R. W., Lindsay, C. (2005). The concept of employability. Urban Studies,
42(2), 197- 219. DOI: 10.1080=0042098042000316100.
m.metrotvnews.com. Sutrisno, O. D. (2017). Pengangguran Didominasi Lulusan
SMA ke atas. Dipublikasikan pada 8 November 2017 pukul 18.12 WIB
Noer, M. (2009). Kecerdasan emosional membantu sukses dalam pekerjaan. Blog
Pengembangan Diri. Diakses dari
https://www.muhammadnoer.com/kecerdasan-emosional-sukses-pekerjaan/.
Nurdin. (2009) Pengaruh kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial siswa
di sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan, 9(1), 86-108.
Okezone.com. Diakses dari
https://news.okezone.com/read/2017/04/19/65/1671709/menteri-nasir-sebut-
kualitas-lulusan-perguruan-tinggi-masih-rendah (terbitan 19 April 2017) pada
19 Maret 2018 pukul 20.16 WIB.
Patton, P (1998). EQ (Emotional Intelligence) di Tempat Kerja. Jakarta: Pustaka
Delaprasa
Patria, B. (tanpa tahun). Uji normalitas. Diakses dari
https://simponi.mdp.ac.id/materi201020112/AD109/032076/AD109-032076-
698-17.pdf pada 20 November 2018.
Periantalo, J. (2015). Penyusunan Skala Psikologi: Asyik, Mudah & Bermanfaat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Petrovici, A., & Dobrescu, T. (2014). The role of emotional intelligence in building
interpersonal communication skills. Social and Behavioral Sciences,
116(2014), 1405-1410. DOI: 10.1016/j.sbspro.2014.01.406.
Pool, L. D., & Sewell, P. (2007). The key to employability: developing a practical
model of graduate employability. Education + Training, 49(4), 277-289. DOI
10.1108/00400910710754435.
Potgieter, I., & Coetzee, M. (2013). Emotional intelligence as a predictor of
postgraduate students’ psychosocial employability attributes. Journal of
Psychology in Africa, 23(2), 187-194.
http://dx.doi.org/10.1080/14330237.2013.10820614.
Puhakka, A., Rautopuro, J., & Tuominen, V. (2010). Employability and finnish
university graduates. European Educational Research Journal, 9(1), 45-55.
http://dx.doi.org/10.2304/eerj.2010.9.1.45.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Purnomo, S. (2016). Permasalahan pengangguran intelektual. Harian Jurnal Asia.
Diakses dari https://www.jurnalasia.com/opini/permasalahan-pengangguran-
intelektual/.
Rahim, S., & Malik, M. (2010). Emotional intelligence & organizational
performance: a case study of banking sector in pakistan. International Journal
of Business and Management, 5(10), 191-197. ISSN 1833-3850 E-ISSN 1833-
8119.
Risdiyanto, D. (2007). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan
pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja. Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Robles, M M. (2012). Executive perceptions of the top 10 soft skills needed in
today’s workplace. Business Communication Quarterly, 75(4), 453 – 465.
DOI: 10.1177/1080569912460400.
Rosadi, I. (2016). Artikel/Opini “Etos Kerja Jepang VS Indonesia”.
http://bandiklat.babelprov.go.id/2016/03/28/etos-kerja-jepang-vs-indonesia/
diakses pada 18 September 2017 pukul 15.05 WIB
Rosandi, I. Bandiklat.babelprov.go.id. Diakses dari
http://bandiklat.babelprov.go.id/2016/03/28/etos-kerja-jepang-vs-indonesia/
pada 9 Oktober 2017, pukul 11.00 WIB
Rothwell, A., Herbert, ., Rothwell F. (2007). Self-perceived employability:
construction and initial validation of a scale for university students. Journal of
Vocational Behavior, 73(2008) 1 – 12. DOI:10.1016/j.jvb.2007.12.001.
Russell, G. A. M. (2012). Employability skills development: strategy, evaluation
and impact. Higher Education, Skills and Work-Based Learning, 2(1), 33-44.
http://dx.doi.org/10.1108/20423891211197721.
Sanjaya, F. (2012). Peran Moderasi Kecerdasan Emosi pada Stres Kerja. Jurnal
Dinamika Manajemen, 3(2), 155-163.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi: Dari Blog menjadi Buku.
Yogyakarta: Penerbit USD
Santrock, J. W. (1997). Life-Span Development (Edisi ke-6). Dubuque: Brown &
Benchmark
Salovey, P., & Mayer, J. D. (1990). Emotional intelligence. Imagination, Cognition
and Personality, 9(3), 185-211. DOI: 10.2190/DUGG-P24E-52WK-6CDG.
Salovey, P. and Mayer, J. D. (1997) What is Emotional Intelligence?. Emotional
Development and Emotional Intelligence: Implications for Educators, New
York, Basic Books, pp. 3-31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Saptoto, R. (2010). Hubungan kecerdasan emosi dengan kemampuan coping
adaptif. Fakultas Psikologi: Universitas Gajah Mada, 37(1), 13-22.
Saputro, N.D., Suseno, M.N. (tanpa tahun). Hubungan antara kepercayaan diri
dengan employability pada mahasiswa. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya: Universitas Islam Indonesia.
Sari, H. R. (2014). 4 Penyebab Pekerja Indonesia Kurang Produktif, diakses pada
25 September 2017 pukul 10.20 WIB dari https://www.merdeka.com/uang/4-
penyebab-orang-indonesia-kurang-produktif/infrastruktur-minim.html
Saroh, M. (2016). Pendidikan tinggi tak bisa menjamin karier anda. Diakses dari
https://tirto.id/pendidikan-tinggi-tak-bisa-menjamin-karier-anda-b1N6 pada
20 November 2018.
Sastrohadiwiryo, S. (2005). Manajemen tenaga kerja indonesia (pendekatan
administratif dan operasional). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Schutte, N. S., Malouff, J. M., Pric, S., Walter, G., Burke, G., & Wilkinson, C.
(2008). Person–situation interaction in adaptive emotional functioning.
Current Psychology, 27(2), 102–111.
Schutte, N.S., Malouff, J.M., Hall, L.E., Haggerty, D.J., Cooper, J.T., Golden, C.J.,
& Dornheim, L. (1997). Development and validation of a measure of emotional
intelligence. Personality and Individual Differences, 25(1998), 167-177.
Seftiawan, D. (2018). 630.000 orang sarjana masih menganggur. Diakses dari
http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2018/03/26/630000-orang-
sarjana-masih-menganggur-421873.
Serrat, O. (2017). Knowledge Solutions chapter Understanding and Developing
Emotional Intelligence. Singapore: Publisher Singapore.
Shafie, L.A., & Nayan, S. (2010). Employability awareness among Malaysian
undergraduates. International Journal of Business and Management, 5 (8),
119-123.
Shapiro, L.E. (1997). Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak.
Terjemahan: Kantjono, A.T. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Simarmata, N. (2005). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Kepuasan
Kerja pada Karyawan. Skripsi Fakultas Psikologi. Yogykarta: Universitas
Sanata Dharma
Siregar, S. (2013). Statistik parametric untuk penelitian kuantitatif: dilengkapi
dengan perhitungan manual dan aplikasi SPSS versi 17. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. (2008). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV Alfabeta.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Sanata
Dharma
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dalam
Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Supratiknya, A. (2016). Kuantifikasi Validitas Isi dalam Asesmen Psikologis.
Yogyakarta: Sanata Dharma University Press
Suryana, C. (2007). Pengolahan dan Analisis Data Penelitian. Materi Diklat
Kompetensi Pengawas, Departemen Pendidikan Nasional.
The Conference Board of Canada. (diakses pada 6 Agustus 2017). Employability
skills. Diakses dari http://www.conferenceboard.ca/topics/education/learning-
tools/employability-skills.aspx
Triana, F. (2013). Pengaruh kecerdasan emosional, komitmen organisasional, dan
organizational citizenship behavior terhadap kinerja karyawan. Jurnal
Dinamika Manajemen, 4(2), 103-114. Kalimantan Timur: Fakultas Ekonomi
Universitas Mulawarman.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan.go.id/uu/nomor-13-tahun-2003.html diakses pada 22 September
2017 pukul 21.50 WIB
Wahyu, T. (2011). Analisis pengangguran terdidik di provinsi jawa tengah. Media
Ekonomi dan Teknologi Informasi, 17(1). Fakultas Ekonomi: Universitas
Diponegoro
Widhiarso, W. (2010). Distribusi data tidak normal pada pemodelan persamaan
structural (SEM). Diakses dari http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/wp/distribusi-
data-tidak-normal-pada-sem/.
Widhiarso, W. (2011). Menghitung Koefisien Alfa Berstrata. Fakultas Psikologi
UGM
Winarno, J. (2008). Emotional intelligence sebagai salah satu faktor penunjang
prestasi kerja. Jurnal Manajemen, 8(1). Fakultas Ekonomi: Universitas Kristen
Maranatha Bandung
Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam Penelitian Psikologi & Pendidikan. Malang:
UMM Press.
Yorke, M. (2004). Employability in the undergraduate curriculum: Some student
perspectives. European Journal of Education, 39 (4), 409-427.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Yuwanto, D., Mayangsari, M. D., & Anward H. H. (tanpa tahun). Hubungan efikasi
diri dengan kesiapan kerja pada mahasiswa yang sedang mempersiapkan
skripsi. Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran: Universitas Lambung
Mangkurat
Zeidner, M., Matthews, G., & Roberts, R.D. (2004). Emotional intelligence in the
workplace: a critical review. Applied Psychology: An International Review,
2004, 53 (3), 371-399. https://doi.org/10.1111/j.1464-0597.2004.00176.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
LAMPIRAN 1.
Skala Uji Coba
A. Employability
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya selalu menentukan prioritas ketika
sedang banyak tugas
2.
Pengalaman kerja yang telah saya miliki
dapat membantu saya untuk mendapatkan
pekerjaan yang saya inginkan
3. Saya percaya bahwa saya bisa mengerjakan
tugas yang diberikan dengan baik
4. Saya menentukan keputusan secara sadar
karena saya memahami pekerjaan saya
5. Saya cenderung termasuk tipe “yang penting
selesai” ketika mengerjakan tugas
6. Saya mampu menemukan jalan keluar dari
tugas-tugas saya
7. Saya tahu pasti tujuan saya ketika
mengerjakan tugas
8. Lingkup pertemanan saya terbatas (tidak
banyak)
9. Lingkup relasi saya tidak membantu saya
memperoleh informasi lowongan pekerjaan
10.
Saya akan mengatur waktu lebih baik lagi
ketika saya mempunyai banyak tugas dan
kegiatan
11. Saya cenderung mengerjakan tugas dengan
asal-asalan
12. Ketika sedang banyak tugas, saya
mengerjakannya secara acak
13. Saya mengerjakan tugas hanya untuk
mendapatkan nilai
14.
Saya memiliki potensi yang membantu saya
untuk mendapatkan pekerjaan yang saya
inginkan
15. Saya paham akan kewajiban dan
tanggungjawab saya saat mengerjakan tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
16. Saya cenderung menolak ketika diberikan
tugas yang tidak saya pahami
17. Saya merasa tidak mampu menjalani tugas-
tugas yang saya hadapi saat ini
18. Lingkungan pertemanan saya membantu saya
untuk memperoleh pekerjaan
19. Saya terkadang memutuskan sesuatu
berdasarkan suasana hati
20. Saya memiliki prinsip untuk menyelesaikan
setiap pekerjaan yang saya mulai
21.
Saya merasa belum memiliki pengalaman
kerja yang cukup untuk mendapatkan
pekerjaan
22. Saya mencari informasi lowongan pekerjaan
dari teman-teman saya
23.
Saya merasa tertantang ketika diberikan
tugas yang belum pernah saya kerjakan
sebelumnya
24. Saya merasa kemampuan saya tidak cukup
untuk mendapatkan pekerjaan
25. Saya cenderung kewalahan saat menghadapi
banyak tugas dan kegiatan
26. Saya cenderung menolak pekerjaan yang
berbeda atau belum pernah saya kerjakan
27. Saya tahu apa yang sedang saya kerjakan,
sehingga saya mudah dalam memutuskan
28.
Saya belum memiliki pengetahuan yang
cukup untuk membantu saya dalam
mendapatkan pekerjaan
29. Saya berusaha mempelajari tugas yang
diberikan pada saya
30. Saya cenderung meninggalkan tugas ketika
mengalami kendala dalam menyelesaikannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
B. Skala Kecerdasan Emosional
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya dapat membedakan perasaan marah,
kecewa, dan jengkel
2. Saya dapat mengatakan dan menjelaskan apa
yang sedang saya rasakan
3. Saya merasa tidak berguna ketika saya gagal
4. Saya mengatakan apa yang ingin saya
katakan, meskipun menyakiti hati orang lain
5. Saya cenderung memukul orang lain ketika
saya merasa marah
6. Saya mampu bekerjasama dengan orang lain
7.
Saya mampu untuk tetap tenang ketika
berada pada situasi yang tidak
menyenangkan
8.
Saya sulit merasakan apa yang dirasakan
orang lain jika saya tidak mengalaminya
sendiri
9. Saya menghormati mereka yang memiliki
nilai dan budaya yang berbeda dengan saya
10. Saya sering membantu orang lain yang
merasa kesulitan meskipun tidak diminta
11. Saya tahu ketika saya sedang marah atau
senang
12. Saya cenderung lebih nyaman ketika
mengerjakan tugas sendiri
13. Ketika saya gagal, saya akan mencobanya
sampai saya berhasil
14. Ketika saya sedih, saya akan mengambil
waktu untuk menyendiri secukupnya
15. Saya menghindari kegiatan yang berkaitan
dengan orang lain
16. Saya cenderung membalas secara langsung
perlakuan buruk yang orang lain berikan
17.
Saya tidak tahu ketika ada orang lain yang
sedang dalam masalah, jika ia tidak bercerita
dengan saya
18. Terkadang saya kurang dapat menjelaskan
apa yang sedang saya rasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
19. Ketika saya cemas, saya cenderung menunda
pekerjaan yang seharusnya saya selesaikan
20. Meskipun saya sedang ada masalah, saya
tetap mampu berpikir logis
21. Saya mampu merasakan apa yang orang lain
rasakan
22. Saya akan memberikan waktu bagi orang lain
untuk menyendiri ketika dalam masalah
23.
Saya cenderung menurunkan target yang
telah saya tentukan sebelumnya, bila saya
gagal
24.
Saya menjaga jarak dengan mereka yang
memiliki nilai/prinsip yang berbeda dengan
saya
25. Saya seringkali bingung dengan apa yang
sedang saya rasakan
26. Saya tetap mampu bekerja dengan baik
meskipun sedang sedih
27. Saya lebih suka terlibat dalam kegiatan yang
melibatkan banyak orang
28. Saya mampu melampiaskan kekesalan saya
pada orang lain secara tepat
29. Saya sering tidak menyadari apa yang sedang
saya rasakan
30. Saya sulit mengontrol perasaan marah saat
menghadapi masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 2.
Hasil Reliabilitas dan Seleksi Item
1. Hasil Reliabilitas dan Korelasi Item-Total Skala Employability
A. Hasil Awal
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.866 .875 30
Item-Total Statistics
Scale
Mean if
Item
Deleted
Scale
Variance if
Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
Item_1 86.03 87.122 .292 . .864
Item_2 86.22 84.423 .495 . .860
Item_3 86.28 83.887 .534 . .859
Item_4 86.29 86.246 .427 . .862
Item_5 87.03 83.508 .424 . .861
Item_6 86.40 86.945 .382 . .863
Item_7 86.45 86.357 .421 . .862
Item_8 86.47 82.674 .492 . .859
Item_9 86.40 87.261 .192 . .868
Item_10 86.21 85.816 .467 . .861
Item_11 86.31 86.428 .389 . .862
Item_12 86.91 89.133 .080 . .870
Item_13 86.81 83.279 .471 . .860
Item_14 86.19 85.490 .495 . .860
Item_15 86.19 85.455 .535 . .860
Item_16 86.79 85.430 .300 . .865
Item_17 86.74 86.546 .272 . .865
Item_18 86.28 82.905 .619 . .856
Item_19 87.29 81.053 .595 . .856
Item_20 86.24 86.081 .356 . .863
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Item_21 87.12 82.424 .438 . .861
Item_22 86.33 82.400 .631 . .856
Item_23 86.38 83.924 .527 . .859
Item_24 86.72 85.993 .263 . .866
Item_25 87.28 88.379 .114 . .870
Item_26 86.52 84.044 .504 . .859
Item_27 86.38 87.257 .276 . .865
Item_28 87.14 87.314 .182 . .868
Item_29 86.05 87.559 .312 . .864
Item_30 86.55 80.322 .598 . .855
B. Hasil Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.881 .889 26
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlatio
n
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
Item_1 75.69 76.955 .319 . .880
Item_2 75.88 74.599 .504 . .875
Item_3 75.93 73.644 .585 . .873
Item_4 75.95 75.804 .496 . .876
Item_5 76.69 74.814 .353 . .880
Item_6 76.05 76.541 .445 . .877
Item_7 76.10 75.779 .505 . .876
Item_8 76.12 73.231 .478 . .876
Item_10 75.86 75.805 .490 . .876
Item_11 75.97 76.455 .403 . .878
Item_13 76.47 74.113 .433 . .877
Item_14 75.84 75.291 .540 . .875
Item_15 75.84 75.432 .563 . .875
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Item_16 76.45 75.304 .323 . .881
Item_17 76.40 76.875 .257 . .882
Item_18 75.93 72.978 .647 . .872
Item_19 76.95 71.524 .595 . .872
Item_20 75.90 75.568 .419 . .878
Item_21 76.78 73.510 .392 . .879
Item_22 75.98 72.684 .641 . .872
Item_23 76.03 73.858 .561 . .874
Item_24 76.38 77.117 .196 . .885
Item_26 76.17 74.672 .475 . .876
Item_27 76.03 77.122 .299 . .880
Item_29 75.71 77.509 .328 . .879
Item_30 76.21 71.255 .568 . .873
2. Hasil Reliabilitas dan Korelasi Item-Total Skala Kecerdasan Emosional
A. Hasil Awal
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.853 .856 30
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlatio
n
Squared
Multiple
Correlatio
n
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
Item_31 81.97 93.227 .470 . .846
Item_32 82.10 94.200 .342 . .849
Item_33 82.50 90.079 .538 . .843
Item_34 82.55 91.620 .428 . .846
Item_35 81.76 93.695 .379 . .848
Item_36 81.74 94.160 .406 . .847
Item_37 82.16 92.168 .463 . .846
Item_38 82.45 93.901 .336 . .849
Item_39 81.57 95.443 .326 . .850
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Item_40 81.86 92.717 .535 . .844
Item_41 81.78 94.668 .372 . .848
Item_42 83.02 97.526 .119 . .855
Item_43 81.84 92.870 .541 . .844
Item_44 81.78 95.756 .271 . .851
Item_45 82.12 93.582 .366 . .848
Item_46 82.31 91.762 .422 . .847
Item_47 82.59 96.598 .165 . .854
Item_48 82.76 91.695 .487 . .845
Item_49 82.71 91.614 .458 . .846
Item_50 82.17 92.250 .424 . .847
Item_51 82.02 92.965 .495 . .845
Item_52 81.83 94.566 .414 . .848
Item_53 82.95 98.225 .096 . .855
Item_54 82.31 94.779 .229 . .854
Item_55 82.71 92.106 .453 . .846
Item_56 82.24 92.818 .468 . .846
Item_57 82.17 94.601 .317 . .850
Item_58 82.43 96.706 .150 . .855
Item_59 82.66 95.283 .261 . .851
Item_60 82.47 91.341 .504 . .844
B. Hasil Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.863 .869 26
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlatio
n
Squared
Multiple
Correlati
on
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
Item_31 72.60 82.805 .512 . .855
Item_32 72.74 83.739 .377 . .859
Item_33 73.14 80.963 .495 . .855
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Item_34 73.19 81.560 .441 . .857
Item_35 72.40 83.577 .391 . .859
Item_36 72.38 84.134 .410 . .858
Item_37 72.79 82.202 .470 . .856
Item_38 73.09 84.396 .304 . .861
Item_39 72.21 85.149 .348 . .860
Item_40 72.50 82.360 .575 . .854
Item_41 72.41 84.177 .414 . .858
Item_43 72.48 82.710 .564 . .854
Item_44 72.41 85.054 .323 . .860
Item_45 72.76 84.081 .334 . .860
Item_46 72.95 82.050 .412 . .858
Item_48 73.40 82.524 .439 . .857
Item_49 73.34 82.546 .405 . .858
Item_50 72.81 81.806 .462 . .856
Item_51 72.66 82.686 .527 . .855
Item_52 72.47 84.008 .465 . .857
Item_54 72.95 85.839 .164 . .867
Item_55 73.34 81.984 .471 . .856
Item_56 72.88 83.126 .451 . .857
Item_57 72.81 84.718 .308 . .861
Item_59 73.29 85.334 .254 . .863
Item_60 73.10 81.463 .508 . .855
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 3.
Skala Final
A. Employability
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya percaya bahwa saya bisa mengerjakan
tugas yang diberikan dengan baik
2. Saya merasa tidak mampu menjalani tugas-
tugas yang saya hadapi saat ini
3.
Saya merasa belum memiliki pengalaman
kerja yang cukup untuk mendapatkan
pekerjaan
4.
Saya akan mengatur waktu lebih baik lagi
ketika saya mempunyai banyak tugas dan
kegiatan
5. Saya mampu menemukan jalan keluar dari
tugas-tugas saya
6. Saya mencari informasi lowongan pekerjaan
dari teman-teman saya
7. Saya selalu menentukan prioritas ketika
sedang banyak tugas
8. Saya memiliki prinsip untuk menyelesaikan
setiap pekerjaan yang saya mulai
9. Saya cenderung menolak pekerjaan yang
belum pernah saya kerjakan
10. Lingkungan pertemanan saya membantu saya
untuk mendapatkan pekerjaan
11. Saya tahu pasti tujuan saya ketika
mengerjakan tugas
12. Lingkup pertemanan saya terbatas
13.
Saya merasa tertantang ketika diberikan
tugas yang belum pernah saya kerjakan
sebelumnya
14. Saya berusaha mempelajari tugas yang
diberikan pada saya
15. Saya mengerjakan tugas hanya untuk
mendapatkan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
16.
Saya tahu apa yang sedang saya kerjakan,
sehingga saya mudah dalam membuat
keputusan
17. Saya cenderung termasuk tipe “yang penting
selesai” ketika mengerjakan tugas.
18. Saya cenderung meninggalkan tugas ketika
mengalami kendala dalam menyelesaikannya
19. Saya cenderung mengerjakan tugas dengan
asal-asalan
20. Saya terkadang memutuskan sesuatu
berdasarkan suasana hati
21. Saya paham akan kewajiban dan
tanggungjawab saya saat mengerjakan tugas
22. Saya merasa kemampuan saya tidak cukup
untuk mendapatkan pekerjaan
23. Saya cenderung menolak ketika diberikan
tugas yang kurang saya pahami
24.
Pengalaman kerja yang telah saya miliki
dapat membantu saya untuk mendapatkan
pekerjaan yang saya inginkan
25. Saya menentukan keputusan secara sadar
karena saya memahami pekerjaan saya
26.
Saya memiliki potensi yang dapat membantu
saya untuk mendapatkan pekerjaan yang saya
inginkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
B. Kecerdasan Emosional
No Pernyataan SS S TS STS
27. Saya akan memberikan waktu bagi orang lain
untuk menyendiri ketika dalam masalah
28. Ketika saya sedih, saya akan mengambil
waktu secukupnya untuk menyendiri
29. Saya seringkali bingung dengan apa yang
sedang saya rasakan
30. Saya sering membantu orang lain yang
merasa kesulitan meskipun tidak diminta
31. Saya menghormati mereka yang memiliki
nilai dan budaya yang berbeda dengan saya
32. Saya dapat membedakan perasaan marah,
kecewa, dan jengkel
33. Saya mampu bekerjasama dengan orang lain
34. Saya sering tidak menyadari apa yang sedang
saya rasakan
35. Saya cenderung membalas secara langsung
perlakuan buruk yang orang lain berikan
36. Saya dapat mengatakan dan menjelaskan apa
yang sedang saya rasakan
37. Saya merasa tidak berguna ketika saya gagal
38. Ketika saya gagal, saya akan mencobanya
sampai saya berhasil
39. Saya mampu merasakan apa yang dirasakan
orang lain
40. Saya menghindari kegiatan yang berkaitan
dengan orang lain
41. Ketika saya cemas, saya cenderung menunda
pekerjaan yang seharusnya saya selesaikan
42. Terkadang saya kurang dapat menjelaskan
apa yang sedang saya rasakan
43. Saya tetap mampu bekerja dengan baik
meskipun sedang sedih
44.
Saya mampu untuk tetap tenang ketika
berada pada situasi yang tidak
menyenangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
45.
Saya sulit merasakan apa yang dirasakan
orang lain jika saya tidak mengalaminya
sendiri
46. Meskipun saya sedang ada masalah, saya
tetap mampu berpikir logis
47. Saya mengatakan apa yang ingin saya
katakan, meskipun menyakiti hati orang lain
48. Saya lebih suka terlibat dalam kegiatan yang
melibatkan banyak orang
49. Saya menjaga jarak dengan mereka yang
memiliki nilai yang berbeda dengan saya
50. Saya cenderung memukul orang lain ketika
saya merasa marah
51. Saya tahu ketika saya sedang marah atau
senang
52. Saya sulit mengontrol perasaan marah saat
menghadapi masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 4.
Hasil Uji Asumsi
A. Deskripsi Data Penelitian
Descriptives
Statistic Std. Error
Employability
Mean 77.28 .404
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 76.48
Upper Bound 78.07
5% Trimmed Mean 77.15
Median 76.00
Variance 38.507
Std. Deviation 6.205
Minimum 64
Maximum 93
Range 29
Interquartile Range 8
Skewness .377 .158
Kurtosis -.208 .316
KE
Mean 75.43 .402
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 74.64
Upper Bound 76.22
5% Trimmed Mean 75.38
Median 75.00
Variance 38.178
Std. Deviation 6.179
Minimum 62
Maximum 91
Range 29
Interquartile Range 8
Skewness .113 .158
Kurtosis -.394 .316
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
B. Perhitungan Mean Empirik
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Employability 236 77.28 6.205 .404
One-Sample Test
Test Value = 65
t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Employability 30.390 235 .000 12.275 11.48 13.07
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
KE 236 75.43 6.179 .402
One-Sample Test
Test Value = 65
t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
KE 25.927 235 .000 10.428 9.64 11.22
C. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Employability .103 236 .000 .980 236 .002
KE .057 236 .058 .990 236 .090
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
D. Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Employ
ability *
KE
Between
Groups
(Combined) 3521.972 28 125.785 4.711 .000
Linearity 2611.229 1 2611.229 97.795 .000
Deviation
from Linearity
910.742 27 33.731 1.263 .183
Within Groups 5527.126 207 26.701
Total 9049.097 235
E. Uji Hipotesis
Correlations
Employability KE
Spearman's rho
Employability
Correlation Coefficient 1.000 .525**
Sig. (1-tailed) . .000
N 236 236
KE
Correlation Coefficient .525** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 236 236
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 5
Hasil Uji Analisis Tambahan
A. Deskripsi Data Penelitian
Descriptives
Jenis Kelamin Statistic Std. Error
Employability
Laki-laki
Mean 78.04 .835
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 76.37
Upper Bound 79.70
5% Trimmed Mean 77.66
Median 77.00
Variance 58.565
Std. Deviation 7.653
Minimum 64
Maximum 101
Range 37
Interquartile Range 10
Skewness .675 .263
Kurtosis .680 .520
Perempuan
Mean 77.58 .500
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 76.59
Upper Bound 78.57
5% Trimmed Mean 77.37
Median 76.00
Variance 37.928
Std. Deviation 6.159
Minimum 64
Maximum 93
Range 29
Interquartile Range 8
Skewness .579 .197
Kurtosis -.139 .391
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
B. Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Employability
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.307 1 234 .070
C. Uji Normalitas
Tests of Normality
Jenis
kelamin
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Employ
ability
Laki-laki .081 84 .200* .968 84 .032
Perempuan .127 152 .000 .961 152 .000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
D. Uji Beda Mann-Whitney
Ranks
jeniskelamin N Mean Rank Sum of Ranks
employability
laki-laki 84 120.89 10154.50
perempuan 152 117.18 17811.50
Total 236
Test Statisticsa
employability
Mann-Whitney U 6183.500
Wilcoxon W 17811.500
Z -.400
Asymp. Sig. (2-tailed) .689
a. Grouping Variable: jeniskelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
E. Deskripsi Data 3 Dimensi Employability
Descriptives
Statistic Std. Error
Identitas_karir
Mean 26.79 .186
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 26.42
Upper Bound 27.15
5% Trimmed Mean 26.67
Median 26.00
Variance 8.142
Std. Deviation 2.853
Minimum 20
Maximum 36
Range 16
Interquartile Range 3
Skewness .701 .158
Kurtosis .542 .316
Adaptasi_personal
Mean 26.96 .153
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 26.66
Upper Bound 27.26
5% Trimmed Mean 26.95
Median 27.00
Variance 5.543
Std. Deviation 2.354
Minimum 21
Maximum 33
Range 12
Interquartile Range 4
Skewness .166 .158
Kurtosis -.084 .316
SocHum_capital
Mean 23.99 .180
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 23.64
Upper Bound 24.35
5% Trimmed Mean 23.93
Median 24.00
Variance 7.608
Std. Deviation 2.758
Minimum 16
Maximum 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Range 16
Interquartile Range 4
Skewness .382 .158
Kurtosis .140 .316
Kecerdasan_emosional
Mean 75.87 .432
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 75.02
Upper Bound 76.72
5% Trimmed Mean 75.71
Median 75.00
Variance 43.953
Std. Deviation 6.630
Minimum 62
Maximum 96
Range 34
Interquartile Range 9
Skewness .334 .158
Kurtosis .007 .316
F. Uji Normalitas 3 Dimensi Employability
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Identitas_karir .147 236 .000 .957 236 .000
Adaptasi_personal .125 236 .000 .976 236 .001
SocHum_capital .143 236 .000 .972 236 .000
Kecerdasan_emosional .069 236 .008 .987 236 .031
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
G. Uji Linearitas Kecerdasan Emosional dan Dimensi Identitas Karir
H. Uji Linearitas Kecerdasan Emosional dan Dimensi Adaptasi Personal
I. Uji Linearitas Kecerdasan Emosional dan Dimensi Social and Human Capital
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Identitas
Karir *
Kecerdasa
n
Emosional
Between
Groups
(Combined) 733.037 32 22.907 3.940 .000
Linearity 500.830 1 500.830 86.133 .000
Deviation
from Linearity
232.206 31 7.491 1.288 .153
Within Groups 1180.370 203 5.815
Total 1913.407 235
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Adaptasi
Personal *
Kecerdasan
Emosional
Between
Groups
(Combined) 406.184 32 12.693 2.874 .000
Linearity 336.680 1 336.680 76.239 .000
Deviation
from Linearity
69.504 31 2.242 .508 .987
Within Groups 896.473 203 4.416
Total 1302.657 235
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
SocHum_c
apital *
Kecerdasan
_emosional
Between
Groups
(Combined) 620.804 32 19.400 3.374 .000
Linearity 394.943 1 394.943 68.690 .000
Deviation
from Linearity
225.861 31 7.286 1.267 .169
Within Groups 1167.179 203 5.750
Total 1787.983 235
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
J. Uji Korelasi Kecerdasan Emosional dan Dimensi Identitas Karir
Correlations
Identitas
karir
Kecerdasan
emosional
Spearman's
rho
Identitas
karir
Correlation Coefficient 1.000 .469**
Sig. (1-tailed) . .000
N 236 236
Kecerdasan
emosional
Correlation Coefficient .469** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 236 236
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
K. Uji Korelasi Kecerdasan Emosional dan Dimensi Adaptasi Personal
Correlations
Adaptasi
personal
Kecerdasan
emosional
Spearman's
rho
Adaptasi
personal
Correlation Coefficient 1.000 .466**
Sig. (1-tailed) . .000
N 236 236
Kecerdasan
emosional
Correlation Coefficient .466** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 236 236
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
L. Uji Korelasi Kecerdasan Emosional dan Dimensi Social and Human Capital
Correlations
SocHum
capital
Kecerdasan
emosional
Spearman's
rho
SocHum
capital
Correlation Coefficient 1.000 .433**
Sig. (1-tailed) . .000
N 236 236
Kecerdasan
emosional
Correlation Coefficient .433** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 236 236
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI