Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Self Efficacy Dengan ...
HUBUNGAN ANTARA IKLIM SEKOLAH DENGAN SEL-EFFICACY · 2019. 6. 24. · sama dengan sampel artinya...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA IKLIM SEKOLAH DENGAN SEL-EFFICACY · 2019. 6. 24. · sama dengan sampel artinya...
HUBUNGAN ANTARA IKLIM SEKOLAH DENGAN SEL-EFFICACY
GURU DI SEKOLAH RAUDHATUL ATHFAL (RA) KELURAHAN
KAMAL KECAMATAN KALIDERES JAKARTA BARAT
TAHUN AJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
FIKRI AMALIA SIREGAR
11140184000035
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2019/2020
ii
iii
iv
ABSTRAK
Fikri Amalia Siregar, NIM: 11140184000035. Hubungan Antara Iklim
Sekolah dengan self-efficacy guru (Studi Korelasi Pada Guru Raudhatul
Athfal di Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun
Ajaran 2018/2019). Skripsi Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat Hubungan Antara
Iklim Sekolah dengan self-efficacy guru, seberapa kontribusi yang diberikan, dan
apakah hal tersebut memiliki signifikansi atau tidak. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Januari 2018 – Februari 2019 pada guru RA (Raudhatul Athfal) di
Kelurahan kamal kecamatan kalideres Jakarta barat. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu populasi
sama dengan sampel artinya 100 % dari populasi. Instrumen penelitian yang
digunakan yaitu angket dengan bentuk pilihan berganda. Sedangakan teknik
korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil yang ditemukan dalam
penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah
dengan kepuasan kerja guru RA (Raudhatul Athfal). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa r hitung sebesar 0,563 dan temasuk kategori cukup kuat
(nilai r hitung pada rentang 0,40-0,699) dengan nilai KD sebesar 31 %. Dengan
demikian terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara iklim sekolah
dengan self-efficacy guru Raudhatul Athfal di Kelurahan Kamal Kecamatan
Kalideres Jakarta Barat dan iklim sekolah memberikan kontribusi yang cukup
kuat dalam meningkatkan self-efficacy guru RA (Raudhatul Athfal) di Kelurahan
Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
Kata Kunci : Iklim Sekolah, Self-efficacy, Guru RA (Raudhatul Athfal)
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillaahirabbil’aalamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT
yang telah menganuhgerahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga skripsi
dengang judul “Hubungan Antara Iklim Sekolah Dengan Self-Efficacy Guru di
Sekolah Raudhatul Athfal (RA) Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta
Barat Tahun Ajaran 2018 / 2019” dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarja Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selain itu, peneliti juga mngucapkan mohon maaf yang sedalam-dalamnya
karana penulisan skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Peneliti
ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulisan skripsi ini.
1. Siti Khadijah, MA Sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini, peneliti mengucapkan banyak terima kasih atas ilmu dan support
yang telah diberikan selama peneliti kuliah di kampus.
2. Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi. sebagai dosen pembimbing
akademik yang telah membantu dan memberikan support untuk
peneliti. Terimakasih banyak bu Eni.
3. Desmaliza, M.Si, M.Ed sebagai dosen pembimbing 1 yang
kebaikannya sungguh tiada terkira. Beliau adalah dosen juga tempat
curhat yang sangat terpercaya. Bantuan yang diberikan bukan hanya
sekedar ilmu tetapi beliau juga sangat murah tangan. Terimakasih
banyak Ms. Zaza.
4. Nuraida, M.Psi Sebagai dosen pembimbing 2 yang luar biasa baik,
peneliti juga mengucapkan ribuan terima kasih karena telah
membimbing dan mensupport penulis sehingga bisa ketahap ini.
vi
5. Para dosen dan staf UIN Jakarta yang telah mengajar di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, khususnya yang mengajar di Jurusan
Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama peneliti kuliah.
6. Ustadz Akroman, sebagai wali saya yang telah membiayai kehidupan
saya selama di Ciputat. Juga telah meringankan beban umi saya. Tanpa
bantuan dari beliau kemungkinan saya akan tertatih-tatih menuju
kampus. Terimakasih banyak Ustadz. Saya tidak akan bisa membalas
semua yang telah Ustadz berikan. Semoga Ustadz beserta keluarga
selalu diberikan kesehatan dan rezeki yang melimpah oleh Allah SWT.
7. Siti Khodijah, S.Pdi. orang tua saya yang sangat berjasa atas
semuanya. Terimakasih banyak umi, atas segala peluh yang umi
korbankan untuk saya. Tanpa umi saya tidak akan sampai pada tahap
ini. Tanpa do’a umi, saya tidak akan mampu berdiri tegak di dunia ini.
Tetaplah mejadi wonder women kami berlima. Terimakasih banyak
umi. Sehat selalu bersama kami.
8. Asrul Sukri Siregar. Ayah saya yang telah lebih dahulu menemui-Nya.
Atas didikan otoritermu, saya menjadi kuat menjalani semua ini.
Terimakasih ayah, meskipun engkau telah di sisi-Nya dan tidak dapat
menyaksikan momen ini tetapi saya selalu merasa bahwa ayah masih
di sini, menjaga kami anak-anakmu. Terimakasih ayah.
9. Ketua koordinator RA Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres yang
sudh banyak membantu peneliti untuk menyelesaikan penelitian.
10. Kepala sekolah RA Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta
barat. Para guru-guru yang telah rela menjadi responden. Terimakasih
banyak.
11. Kepala sekolah RA Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan beserta guru-guru yang telah sudi meluangkan
waktu untuk mengisi angket uji validitas penelitian saya.
12. Warda Daulay. Sahabat satu bahasa. Tanpa dia saya tidak akan lancar
berbahasa batak. Sumber tawa dikala sedih, tempat meluapkan segala
vii
emosi dalam diri. Penyimpan rahasia terpercaya. Dan dia adalah titipan
sang pencipta yang benar-benar mengerti luar dan dalamnya saya.
Terimakasih sudah rela menjadi wadah setiap keluh dan tawa.
Semangat. You are the next.
13. Teruntuk bagian dari hidupku. Rizqi Amalia Siregar, Rohmatunnisa
siregar, Purti Intan Sholehah Siregar, dan si menek tapi godang
Sayyidah Khunda Barkah Siregar. Terimakasih untuk kalian yang telah
rela menjadi tempat saya meluapkan amarah, tawa juga canda. Tetap
kompak untuk kita. Tetaplah berjuang untuk membanggakan umi dan
ayah. Teruslah sayangi orang tua kita.
14. Teruntuk penghuni kosan Warda Daulay. Rani, Sakinah, Eva.
Terimakasih banyak sudah menerima saya menumpang tidur dikala
tubuh ini merasa lelah untuk kembali ke rumah. HORASSS
MANJUAH-JUAH.
15. Teruntuk teman-teman PIAUD. Kalian luarbiasa. Teruslah
bersemangat untuk mecerdaskan generasi bangsa. Kita ibu juga calon
ibu yang sedang berjuang untuk generasi kita selanjutnya.
SEMANGAT!!!!
16. Untuk teman-teman spe-sial. Suci, Iin, Putri, mey-mey, Beki, Nisa
dkk. Semangat ya. Kalian pasti bisa. Kecuali Beki. Dia sudah sarjana
terlebih dahulu. HAHA
17. Teruntuk keluarga besar Alm. H. Ladji dan Almh. Hj. Rohilah.
Terimakasih banyak atas dukungan dari kalian. Terimakasih Baba
Nain. Juga untuk keluarga Alm. H. Abdurrahim Siregar dan Almh. Hj.
Hornop Harahap. Untuk Bou Aan, Bou Garna, Bou Muti, Bou Ita dan
Bou Menek. Terimakasih bou.
18. Nurul Huda yang telah menemani saya semasa kuliah di kampus UIN.
Tanpamu saya tidak akan mengenal kerasnya dunia ini. Terimakasih
sebanyak-banyaknya untukmu. Terimakasih sudah mengenalkan
segalanya kepada saya. Terimakasih untuk segala bantuan yang telah
kau berikan untuk saya. Salam untuk orangtuamu yah.
viii
19. Syakilah yang cantik. Semangat ya kuliahnya.
20. Kepada teman-teman PayTren NRT Jakarta Barat. Kak Tia, Kak
Rahmah, Om Nandar, Om Sugeng, Om Mufid, Om Muming, Om
Roby, Om Adi, Bu Wiwi, Bu Pipin, Bu Juju, Bu Aryanti, dan
semuanya. Terimaksih telah mengajarkan banyak tentang dunia ini
pada saya.
21. Bebep Lukmanul Hakim yang maunya dipanggil Dede Hakim.
Semangat yah kuliahnya. Jadilah luarbiasa untuk dunia yang kecil ini.
Terakhir peneliti berharap bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini
dapat diterima dengan baik oleh dosen penguji skripsi, Aamiin.
Sekian dan terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, 21 Februari 2019
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI...................................................................i
SURAT PENGESAHAN SKRIPSI......................................................................ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI.....................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR GRAFIK.............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH........................................................2
B. IDENTIFIKASI MASALAH..................................................................6
C. PEMBATASAN MASALAH.................................................................6
D. PERUMUSAN MASALAH....................................................................6
E. TUJUAN PENELITIAN..........................................................................6
F. KEGUNAAN PENELITIAN..................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGUATAN HIPOTESIS
A. DESKRIPSI TEORETIK.........................................................................9
1. Hakikat Self-efficacy.........................................................................9
1) Pengertian Self-Efficacy.............................................................9
2) Self-Efficacy Guru...................................................................12
3) Dimensi Self-Efficacy..............................................................13
4) Fungsi Self-Efficacy.................................................................16
5) Proses Self-Efficacy.................................................................18
6) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy...................20
7) Sumber-Sumber Self-Efficacy.................................................21
2. Hakikat Iklim Sekolah...................................................................23
1) Pengertian Iklim Sekolah........................................................23
2) Jenis-Jenis Iklim Sekolah........................................................24
3) Aspek-Aspek Iklim Sekolah....................................................25
x
4) Macam-Macam Iklim Sekolah dan Karakteristiknya..............27
5) Faktor-Faktor Penentu Iklim Kerja.........................................28
6) Dimensi Iklim Sekolah...........................................................29
7) Pentingnya Iklim Sekolah.......................................................30
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN...........................................31
C. KERANGKA BERPIKIR......................................................................33
D. HIPOTESIS PENELITIAN...................................................................33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.............................................35
B. METODE DAN DESAIN PENELITIAN.............................................35
C. POPULASI DAN SAMPEL..................................................................36
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.....................................................36
1. Variabel Self-efficacy Guru (Variabel X).........................................38
a) Definisi Konseptual...................................................................38
b) Definisi Operasional..................................................................38
c) Uji Validitas...............................................................................39
d) Uji Reliabilitas...........................................................................40
2. Variabel Iklim Sekolah (Variabel Y)................................................41
a) Definisi Konseptual...................................................................41
b) Definisi Operasional..................................................................41
c) Uji Validitas...............................................................................42
d) Uji Reliabilitas...........................................................................44
E. TEKNIK ANALISIS DATA.................................................................44
F. HIPOTESIS STATISTIK......................................................................45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA.................................................................................47
1) Analisis Responden...........................................................................47
2) Statistik Deskriptif............................................................................47
xi
B. PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS DAN PENGUJIAN
HIPOTESIS...........................................................................................49
1) Uji Normalitas..................................................................................49
2) Uji Hipotesis.....................................................................................50
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...............................................53
D. KETERBATASAN PENELITIAN.......................................................55
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. KESIMPULAN......................................................................................57
B. IMPLIKASI...........................................................................................57
C. SARAN..................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................59
RIWAYAT HIDUP............................................................................................101
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Yang Relevan.......................................................32
Tabel 3.1 Rencana Penelitian.........................................................................35
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Variabel Self-Efficacy.....................................................39
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Self-Efficacy....................40
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliability Statistics Variabel Self-Efficacy....................40
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Variabel Iklim Sekolah...................................................42
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Iklim Sekolah..................43
Tabel 3.7 Hasil uji Reliability Statistics variabel iklim sekolah....................44
Tabel 4.1 Jumlah Distribusi Angket...............................................................47
Tabel 4.2 Descriptive Statistics......................................................................48
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.....49
Tabel 4.4 Interpretasi nilai r..........................................................................50
Tabel 4.5 Hasil uji korelasi variabel self-efficacy dengan iklim sekolah.......51
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik Batang Variabel Self-efficacy.............................................48
Grafik 4.2 Grafik Batang Variabel Iklim Sekolah..........................................49
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner uji validitas Variabel Self-Efficacy...............................64
Kuesioner uji validitas Variabel Iklim Sekolah.............................67
Lampiran 2 Data Uji Validasi Variabel Self-Efficacy........................................71
Data Uji Validasi Iklim Sekolah....................................................72
Lampiran 3 Kuesioner penelitian Variabel Self-Efficacy..................................74
Kuesioner penelitian Variabel Iklim Sekolah................................77
Lampiran 4 Data penelitian Variabel Self-Efficacy...........................................81
Data penelitian Variabel Iklim Sekolah.........................................82
Lampiran 5 Surat-Surat Penelitian....................................................................84
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian.................................................................98
1
2
BAB 1
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat
manusia secara holistik. Pendidikan semestinya menjadi bagian penting
dalam upaya mengembangkan potensi individu. Sehingga cita-cita
membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai. Selain itu,
pembangunan pendidikan nasional juga diarahkan untuk membangun
karakter dan wawasan bagi peserta didik.1
Seperti yang tertera dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.2
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka pendidikan di Indonesia
membutuhkan tenaga pendidik yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa, “Seorang pendidik harus
memiliki kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi. Kualifikasi bagi pendidik,
meliputi kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Adapun kompetensi pendidik, mencakup kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.”3
1Imam Machali, The Handbook Of Education Management (Jakarta: Kencana 2016) h 27
2Ibid. h 27
3Ibid. h 45
3
Pendidik yang baik akan melakukan tugasnya secara optimal jika
diintegrasikan dengan komponen sekolah, yakni kepala sekolah, fasilitas
kerja guru, karyawan, dan peserta didik. Karena, dengan terintegrasikannya
berbagai komponen kualitas guru dalam melaksanakan pembelajaran, maka
pembelajaran yang diterima oleh peserta didik akan lebih baik lagi dan hasil
pembelajaran akan lebih meningkat.
Seorang pendidik akan selalu dituntut sejauh mana kinerjanya, dalam
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaannya. Apakah ia berkinerja
tinggi/memuaskan atau berkinerja rendah/tidak memuaskan. Dengan
demikian, seorang pendidik dalam penilaian kerja oleh atasannya selalu
dihubungkan dengan kinerjanya. Karena kinerja merupakan suatu
kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seseorang dalam
memperoleh hasil kerja yang optimal.4
Guru sebagai pendidik bersifat manusiawi yang memiliki keyakinan diri
untuk mencapai hasil kerja yang maksimal di lingkungan kerjanya. Perasaan
yakin atau tidak yakin terhadap kinerja dalam menyelesaikan tugas sering
disebut dengan self-efficacy. Self-efficacy menurut Bandura adalah tingkat
kepercayaan diri akan kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu.5
Semakin kuat self-efficacy seseorang maka, semakin giat dan tekun usahanya
untuk mencapai apa yang diharapakan.
Keyakinan self-efficacy menentukan bagaimana orang merasakan,
berpikir, memotivasi diri dan perilaku. Keyakinan semacam ini menghasilkan
efek beragam melalui empat proses besar, yaitu kognitif, motivasi, afektif,
dan seleksi.6 Self-efficacy merupakan kepercayaan seseorang terhadap
kemampuan untuk belajar atau menampilkan perilaku pada tahap tertentu.
4Tabrani Rusyan, Membangun Guru Berkualitas, (Jakarta: Pustaka Dinamika, 2012) h
141 5Ulfiani Rahman, Efikasi Diri, Kepuasan Kerja, Dan Organizational Citizenship
Behavior Pada Guru Man Di Sulawesi, E-Jounal Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin Alauddin
Makassar, h 2 6H. Friedman, Ensiklopedia Kesehatan Mental. (San Diego:Academic Press, 1998)
4
Self-efficacy juga dapat didefinisikan sebagai penilaian komprehensif dari
persepsi kapabilitas untuk menyelesaikan sebuah tugas tertentu.7
Guru yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif di dalam kelas. Fakta menunjukkan bahwa
suasana kelas sebagian besar ditentukan oleh kepercayaan guru dalam
mengajar.8 Bila guru tidak percaya akan kemampuannya mengajar, maka
hasil belajar siswa tidak bisa menjadi maksimal.
Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab tinggi dan rendahnya self-
efficacy pada setiap orang termasuk guru, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal penyebab tinggi dan rendahnya self-efficacy yaitu
jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan. Sedangkan faktor ekternal yang
mempengaruhi self-efficacy yaitu pengalaman diri sendiri dan pengalaman
orang lain.9
Selain hal-hal tersebut, keyakinan diri guru juga dipengaruhi oleh
lingkungan kerja/iklim sekolah guru. Hoy dan Miskel mengartikan iklim
sekolah sebagai: “The set of internal characteristics that distinguishes one
school from another and influence the behavior of the people in its called the
organizational climate”.10
Bila iklim sekolah mendukung, maka guru akan
mengoptimalkan kinerjanya dalam mendidik peserta didik. Sebaliknya, jika
iklim kerja guru tidak mendukung, maka kinerja guru dalam mendidik peserta
didik akan menurun.
Dengan memiliki kesadaran untuk terus meningkatkan keyakinan
diri/self-efficacy dengan lingkungan sekolah/iklim sekolah, maka guru dapat
memaksimalkan hasil kinerjanya. Sebaliknya jika guru tidak dapat
meningkatkan keyakinan diri dengan lingkungan sekolahnya, maka hasil
7Deby Aneke Kimbal, Pengaruh Self-Efficacy, Lingkungan Kerja Dan Dukungan Atasan
Terhadap Transfer Pelatihan Pada Karyawan Bank Pembangunan Daerah (Bpd) Bali Cabang
Renon, E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 11, 2015: 3537 – 3564, h 3540 8Nurzein Ali, Pengaruh Self-Efficacy Dan Effort-Reward Imbalance Terhadap Burnout
Pada Guru Di SMP Di Kota Tangaerang, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014, h 31 9Yuli Utami, Pengaruh Dukungan Sosial Dan Self-Efficacy Terhadap Stres Akademik
Mahasiswa Perantau Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, h 29 10
Sukron Fujiaturrahman, Iklim Sekolah Dan Efikasi Diri Dengan Motivasi Kerja Guru,
Jurnal Pendidikan Dasar Volume 7 Edisi 1 Mei 2016 Universitas Negeri Jakarta, h169
5
kinerja yang diperoleh pun kurang memuaskan. Dan peserta didik pun kurang
maksimal menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
tentang efikasi guru menunjukkan bahwa efikasi guru berpengaruh terhadap
kinerja guru.11
Misalnya, pada guru yang memiliki efikasi tinggi akan
kemampuannya bersosialisasi mempunyai korelasi dengan peningkatan
karakter baik pada diri siswa, kepala sekolah, serta guru-guru lainnya.
Sebaliknya, pada guru-guru yang efikasi dirinya, rendah cenderung
mengalami kelambatan dalam bersosialisasi. Sehingga kinerja kerja dan
hubungan dengan iklim sekolah menjadi kurang memuaskan.
Beberapa penelitian lain menujukkan pentingnya peran self-efficay guru
terhadap pencapaian akademik siswa.12
Guru dengan self-efficacy yang lebih
tinggi, mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dengan
membuat perencanaan dan pengaturan tetapi fleksibel dalam memenuhi
kebutuhan pembelajaran. Guru tersebut juga akan memberikan teknik
pengajaran yang mampu meningkatkan kemandirian siswa dan mengurangi
kontrol berlebih pada siswa.
Selain itu, guru tersebut juga mampu menentukan intruksi dan metode
yang tepat untuk memenuhi kebutuhan siswa, serta membantu siswa
menentukan tujuannya dan meyakinkan siswa akan pentingnya materi yang
dipelajari sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.13
Sayangnya tidak semua guru memiliki self-efficacy yang tinggi untuk
menyesuaikan diri dengan iklim sekolah. Sebagian guru di RA ICHA, dan
RA AR-Ridho, ada yang jarang masuk, sering minta izin dan meninggalkan
tugas, ada juga yang kinerja mengajarnya kurang baik, serta ada yang
11
Rizal Rudiyanto, Hubungan Antara Tingkat Self-Efficacy Dengan Tingkat Kinerja Guru
Di Sekolah Dasar Irada Gresik, Jurnal Psikosains. Vol. 10, No. 1, Februari 2015, Jurnal
Psikosains. Vol. 10, No. 1, Februari 2015, h 67 12
Dian Purwaningsih, Self-Efficacy Guru Dan Hubungannya Dengan Hasil Belajar Kimia
Kelas X Sma Se-Kecamatan Sungai Ambawang, Artikel Penelitian, Program Studi Pendidikan
Kimia Jurusan Pmipa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak
2015 13
Sony Setyanto W, Hubungan Antara Teacher Efficacy Dan Kepuasan Kerja Pada Guru
Sekolah Dasar Negeri Inklusi, E-Journal: Fakultas Psikologi, Universitas Idonesia, 2013 h 3
6
hubungan dengan orang tua muridnya kurang harmonis. Fenomena ini dapat
menjadi indikasi akan rendahnya self-efficacy guru RA. Maka dari itu peneliti
tertarik dan perlu untuk mengetahui lebih lanjut tentang iklim sekolah dan
self-efficacy guru RA di Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakrta Barat
tahun ajaran 2018/2019.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Rendahnya kinerja mengajar guru
2. Kurang kondusifnya iklim sekolah
3. Guru kurang yakin dengan kemampuannya dalam mengajar
4. Kurangnya kemampuan guru untuk bersosialisasi dengan teman kerjanya
5. Kurang harmonisnya hubungan guru dengan guru dan kepala sekolah
C. Pembatasan Masalah
Mengingat terlalu luasnya kajian penelitian serta terbatasnya waktu,
tenaga, dan biaya, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini pada
hubungan iklim sekolah dengan self-efficacy guru di RA di Kelurahan Kamal
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat tahun ajaran 2018/2019.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
Apakah terdapat hubungan antara iklim sekolah dengan self-efficacy guru
Raudhatul Athfal di kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat Tahun Ajaran
2018/2019?
E. Tujuan Penelitian
Dengan melihat permasalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan iklim sekolah dengan self-efficacy guru
RA di Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta Barat tahun ajaran
2018/2019.
7
F. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan terhadap hubungan iklim sekolah dengan self-efficacy guru.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Memberi informasi yang uptodate bagi guru RA tentang
gambaran terhadap guru terkait hubungan antara iklim sekolah
dengan self-efficacy guru pada guru RA di kelurahan Kamal-
Kalideres Jakarta Barat.
b. Bagi Sekolah Raudhatul Athfal
Memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran dan iklim sekolah dengan menelaah kembali hak-hak
para guru yang harus dipenuhi agar dapat meningkatkan self-efficacy
guru.
c. Bagi Prodi / Lembaga Kementrian
Menambah wawasan dan informasi bagi jurusan tentang
hubungan iklim sekolah dengan self-efficacy guru.
d. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang
hubungan iklim sekolah dengan self-efficacy guru. Serta memberi
pengalaman, pendalaman, dan pengayaan keilmuan dibidang
Psikologi dan PIAUD.
8
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Self-Efficacy
1) Pengertian Self-efficacy
Berdasarkan telaah yang dilakukan Tsc hannen-Moran, studi
tentang efikasi yang pertama kali di dunia, dilakukan oleh organisasi
RAND yang menggunakan Teori Rotter tentang social learning
theory pada tahun 1976. Berdasarkan Kamus Inggris Indonesia self-
efficacy secara harfiah bermakna kemanjuran atau kemujaraban.14
Sedangkan istilah self-efficacy diperkenalkan oleh Albert Bandura.
Self-efficacy diyakini menjadi kunci untuk mencapai pekerjaan yang
sukses.
Selain itu, self-efficacy juga dapat mempengaruhi pola berpikir
dan perilaku dalam membuat keputusan.15
Self-efficacy merupakan
kepercayaan pada satu kemampuan untuk mengatur dan
melaksanakan bagian dari aktivitas yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tujuan yang diinginkan.16
Keyakinan akan self-efficacy
mempengaruhi pemilihan perilaku, usaha, dan ketekunan seseorang.
Self-efficacy dapat menentukan bagaimana perasaan seseorang, cara
berfikir, dan berperilaku.17
Self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu
terhadap kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugas yang dihadapi sehingga dapat mengatasi
14Muna Erawati, Profil Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Efikasi Guru Madrasah Ibtidaiyah
Peserta Dual Mode System, Jurnal Inferensi Vol. 6, No 2, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta: 2012, h 4 15Ulfiani Rahman, Efikasi Diri, Kepuasan Kerja, Dan Organizational Citizenship Behavior Pada
Guru Man Di Sulawesi. Lentera Pendidikan, Vol. 16 No. 1 E-Jounal Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin
Alauddin Makassar: 2013, h 2 16 Esa Nur Wahyuni Dan Alfin Mustikawan, “Self Efficacy Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Mengembangkanpendidikan Karakter Siswa”, E-Journal Annual Internasional Converence On Islamic
Studies:Surabaya) h 201 17 Esa Nur Wahyuni. Loc.Cit.
10
rintangan dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Ditandai
dengan adanya kepercayaan diri dalam mengatasi situasi yang tidak
menentu, keyakinan mencapai target, keyakinan akan kemampuan
kognitif, menumbuhkan motivasi dan dapat mengatasi tantangan
yang ada.18
Menurut pakar self-efficacy, Bandura menyatakan, “Self efficacy
refers to beliefs in one’s capability to organize and execute the
courses of action required to produce given attainments”.19
Dari
definisi yang dirumuskan Bandura, dapat dipahami bahwa self-
efficacy merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk
mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan hasil yang ingin dicapai.
Bandura mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan
seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk
kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam
lingkungan. Bandura beranggapan bahwa keyakinan atas self-
efficacy seseorang adalah landasan dari agen manusia.20
Manusia
yang yakin bahwa, mereka dapat melakukan sesuatu yang
mempunyai potensi untuk dapat mengubah kejadian di
lingkungannya akan lebih baik, untuk bertindak dan lebih baik untuk
menjadi sukses dari pada mempunyai self-efficacy rendah.
Bandura membedakan antara self-efficacy dan ekspektasi
mengenai hasil.21
Self-efficacy merujuk pada keyakinan diri
seseorang, sementara ekspektasi atas hasil merujuk pada prediksi
dari kemungkinan mengenai konsekuensi perilaku tersebut. Baron
dan Greenberg juga menegaskan bahwa self-efficacy adalah
18Ema Uzlifatul Jannah, Hubungan Antara Self-Efficacy Dan Kecerdasan Emosional Denwgan
Kemandirian Pada Remaja, Persona, Jurnal Psikologi Indonesia:2013, Vol. 2, No. 3, h 282 19Dony Darma Sagita, Hubungan Self Efficacy, Motivasi Berprestasi, Prokrastinasi Akademik Dan
Stres Akademik Mahasiswa, Jurnal Bikotetik. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2017, h 37 20Ririn Masynu’atul Khairiyah, Perbedaan Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Pendidikan Inklusi Ditinjau Dari Lama Mengajar Dan Latar Belakang Pendidikan Di Kecamatan Grabag.
(2014) h 12 21Ibid,.
11
kemampuan individu untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Hal ini
tidak berbeda dengan Bakar yang menyatakan self-efficacy adalah
konsep diri dalam kaitannya dengan kapasitas dan keahlian dalam
melaksanakan tugas tertentu.22
Untung menyatakan bahwa berbagai studi menunjukkan self-
efficacy berpengaruh terhadap keinginan, keuletan dalam
menghadapi kesulitan dari suatu tugas dan dalam meningkatkan
prestasi belajar. Menurut Alwisol, self-efficacy adalah penilaian diri.
Apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau
salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai yang dipersyaratkan.23
Self-efficacy bukan merupakan ekspektasi dari hasil tindakan. Self-
efficacy merujuk pada keyakinan diri seseorang, sementara
ekspektasi atas hasil merujuk pada prediksi dari kemungkinan
mengenai konsekuensi perilaku tersebut.
Moorhead dan Griffin mengemukakan bahwa kebanggaan atau
kekecewaan dipengaruhi oleh self-efficacy yaitu tingkat dimana
individu merasa masih mampu mencapai tujuan walaupun pernah
mengalami kegagalan di masa lampau. Pernyataan ini menunjukkan
bahwa self-efficacy membuat individu yakin akan berhasil serta siap
menerima tantangan dan resiko dalam menjalankan tugas walaupun
pernah mengalami kegagalan.24
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa self-
efficacy secara umum adalah keyakinan dalam mengatasi beragam
situasi yang muncul dalam hidup. Self-efficacy secara umum tidak
berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki, tetapi berkaitan dengan
keyakinan individu mengenai hal yang dapat dilakukan dengan
kecakapan yang dimiliki. Self-efficacy mempunyai peran penting
22Ibid,. 23Ibid,. 24Eka Febriantin, Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Pengambilan Keputusan Dengan Kinerja,
(Jurnal Manajemen Pendidikan) h 201
12
pada pengaturan motivasi seseorang. Seseorang percaya akan
kemampuannya memiliki motivasi tinggi dan berusaha untuk sukses.
2) Self-efficacy Guru
Teori self-efficacy memprediksikan bahwa guru dengan self-
efficacy tinggi bekerja lebih keras dan bertahan lebih lama ketika
menghadapi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini karena
guru percaya pada dirinya dan siswa-siswanya. Self-efficacy guru
merupakan aplikasi dari konsep self-efficacy yang konteksnya lebih
spesifik ditunjukkan pada guru.
Bandura mendefinisikan teacher self-efficacy sebagai keyakinan
guru akan kemampuan dirinya untuk menghasilkan tingkat
keterlibatan dan prestasi belajar siswa yang diharapkan. Definisi lain
teacher self-efficacy merupakan kepercayaan guru akan
kemampuannya untuk mengorganisasi dan melakukan tindakan yang
diperlukan untuk mengerjakan tugas mengajar yang spesifik secara
sukses.25
Bandura dalam Oneyda mengungkapkan bahwa: “Teacher
efficacy is the teacher’s belief in his or her capability to organize
and execute courses of action to succesfully accompllish specific
instructional task or, more simply, his or her capacity to affect
student performance.”26
Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa
efikasi guru merupakan keyakinan guru dalam kemampuanya untuk
mengatur dan melaksanakan program tindakan untuk berhasil
menyelesaikan tugas instruksional tertentu atau kapasitasnya untuk
mempengaruhi prestasi siswa.
Self-efficacy guru menurut Guskey & Pasaro adalah keyakinan
guru bahwa mereka dapat mempengaruhi bagaimana siswa belajar
25Sony Setyanto W, Op.Cit, h 6 26Ririn Masynu’atul Khairiyah, Op.Cit, Hal.16
13
dengan baik.27
Menurut Woolfolk & Hoy Self-efficacy yang dimiliki
seorang guru disebut sebagai efikasi diri guru (teacher efficacy)28
.
Self-efficacy guru merupakan penilaian seorang guru terhadap
kemampuannya untuk menghasilkan suatu hasrat bagi siswa untuk
mencapai tujuan pelajaran, meskipun di antara siswanya ada yang
mengalami kesulitan dalam belajar atau tidak termotivasi untuk
belajar.29
Gibson & Dembo menyatakan bahwa self-efficacy guru secara
langsung mempengaruhi komitmen guru untuk dapat menjadi
pendidik karakter bagi siswanya.30
Komitmen guru mengalami
perubahan dan pengurangan, ketika guru merasa tidak sukses hal itu
sangat terkait dengan perasaan self-efficacy yang dimilikinya rendah.
Perasaan tersebut mendukung berkembangnya ketidakmampuan
guru untuk mempengaruhi proses belajar siswa, untuk
menghidupkan perasaan mereka akan misi dan standar internal
profesional, untuk melanjutkan belajar dan tumbuh, dan untuk
berprestasi mencapai tujuan.
Guru dengan self-efficacy yang tinggi cenderung untuk mencoba
metode-metode instruksi, mencari metode mengajar tambahan, dan
melakukan percobaan dengan materi instruksional. Guru yang
memiliki self-efficacy yang tinggi juga akan lebih mengembangkan
aktivitas yang menantang, membantu siswa untuk sukses, dan
bertahan dengan siswa yang mengalami masalah dalam belajar. Guru
dengan self-efficacy yang tinggi menyukai lingkungan kelas yang
positif, mendukung ide-ide siswa, dan menanyakan hal-hal yang
dibutuhkan oleh siswa.
27Dita Ayu Puspitasari Dan Muryantinah Mulyo Handayani, Hubungan Tingkat Self-Efficacy Guru
Dengan Tingkat Burnout Pada Guru Sekolah Inklusif Di Surabaya, (Jurnal Psikologi Pendidikan Dan
Perkembangan Vol. 3, No. 1, : 2014) h 63 28Esa Nur Wahyuni, Op.Cit,. 29Esa Nur W, Op.Cit,. 30Esa Nur W, Loc, Cit., Hal. 202
14
Berdasarkan paparan di atas dapat simpulkan bahwa teacher
self-efficacy adalah kepercayaan guru akan kemampuan dirinya
dalam mengerjakan tugas mengajar secara sukses untuk
menghasilkan tingkat keterlibatan dan prestasi siswa yang
diharapkan.
3) Dimensi Self-efficacy
Bandura menyatakan ada tiga dimensi penting dalam efikasi
yaitu dimensi tingkatan (magnitude), dimensi keadaan umum
(generality), dimensi ketahanan (strength).31
1) Magnitude (Dimensi tingkatan).
Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas setiap
individu berbeda. Individu dengan self-efficacy tinggi akan
mempunyai keyakinan yang tinggi tentang kemampuan dalam
melakukan suatu tugas yaitu keyakinan suatu usaha yang
digeluti akan sukses. Sebaliknya individu yang mempunyai
self-efficacy rendah akan memiliki self-efficacy yang rendah
pula tentang setiap usaha yang dilakukan.
Self-efficacy dapat ditujukkan dengan tingkatan yang
dibebankan pada individu, terhadap tantangan dengan
tingkatan yang berbeda dalam rangka menuju keberhasilan.
Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu
dilakukan dan akan menghindari tingkah laku yang dirasa di
luar batas kemampuan yang dirasakannya. Kemampuan dapat
dilihat dalam bentuk tingkat kecerdasan usaha, ketepatan,
produktivitas, dan cara mengatasi tantangan.
Hasil dari perbandingan antara tantangan yang timbul
ketika individu mencapai performansi dengan kemampuan
yang dimiliki individu akan bermacam-macam tergantung
aktivitas yang dilakukan.
31Ririn M, Op.Cit., h 18
15
2) Generality (Keluasaan)
Berkaitan dengan cakupan luas bidang tingkah laku dimana
individu merasa yakin terhadap kemampuanya. Individu
mampu menilai keyakinan dirinya dalam menyelesaikan tugas.
Mampu tidaknya individu mengerjakan bidang-bidang dan
konteks tertentu. Terungkap gambaran secara umum tentang
self-efficacy individu yang berkaitan generalisasi bisa
bervariasi dalam beberapa bentuk dimensi berbeda, termasuk
tingkat kesamaan aktifitas dan modalitas, dimana kemampuan
diekspresikan dalam bentuk tingkah laku, kognitif dan afeksi.
3) Strength (Ketahanan)
Berkaitan dengan ketahanan pada keyakinan individu atas
kemampuanya. Individu mempunyai keyakinan yang kuat dan
ketekunan dalam usaha yang akan dicapai meskipun terdapat
kesulitan dan rintangan. Melalui self-efficacy, kekuatan usaha
yang lebih besar mampu didapatkan. Semakin kuat perasaaan
efikasi diri dan semakin besar ketekunan, maka semakin tinggi
kemungkinan kegiatan yang dipilih dan dilakukan berhasil.
Menurut Pajares & Urdan, dimensi-dimensi self-efficacy guru
terdiri dari enam dimensi, yakni:32
1) Efficacy to influence decision making yang terkait dengan
keyakinan akan kemampuannya dalam mempengaruhi
pengambilan keputusan.
2) Instructional self-efficacy yang terkait dengan keyakinan akan
kemampuan dalam mengajar.
3) Disciplinary self-efficacy yang terkait dengan keyakinakan,
kemampuan dalam menegakkan kedisiplinan.
4) Efficacy to enlist parental involvement yang terkait dengan
keyakinan akan kemampuan dalam mengefektifkan
keterlibatan orangtua.
32Dita Ayu Puspitasari Dan Muryantinah Mulyo Handayani, Op.Cit, h 64
16
5) Efficacy to enlist community involvement yang terkait dengan
keyakinan akan kemampuan dalam mengefektifkan
keterlibatan kelompok.
6) Efficacy to create a positive school climate yang terkait dengan
keyakinan akan kemampuan dalam membuat iklim sekolah
yang positif.
4) Fungsi Self-efficacy
Teori sefl-efficacy menyatakan bahwa persepsi kemampuan
seseorang akan mempengaruhi pikiran, perasaan, motivasi, dan
tindakan. Bandura menjelaskan bahwa ketika perasaan efficacy telah
terbentuk, maka akan sulit untuk berubah. Kepercayaan mengenai
self-efficacy merupakan penentu yang kuat dari tingkah laku. Berikut
beberapa fungsi dari self-efficacy menurut Bandura:33
1. Untuk menentukan pilihan tingkah laku.
Orang cenderung akan melakukan tugas tertentu dimana ia
merasa memiliki kemampuan yang baik untuk
menyelesaikannya. Jika seseorang memiliki keyakinan diri yang
besar bahwa ia mampu mengerjakan tugas tertentu, maka ia
akan lebih memilih mengerjakan tugas tersebut dari pada tugas
yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa self-efficacy juga menjadi
pendorong timbulnya suatu tingkah laku.
2. Sebagai penentu besarnya usaha dan daya tahan dalam
mengatasi hambatan atau pengalaman aversif. Bandura
mengatakan bahwa self-efficacy menentukan berapa lama
individu dapat bertahan dalam mengatasi hambatan dan situasi
yang kurang menyenangkan. Self-efficacy yang tinggi akan
menurunkan kecemasan yang menghambat penyelesaian tugas,
sehingga mempengaruhi daya tahan individu. Dalam belajar,
orang dengan self-efficacy tinggi cenderung menunjukkan usaha
33Gerson Salomo Kolondam, Pengaruh Kepemimpinan, Self Efficacy Dan Komitmen Organisasi
Terhadap Kinerja Guru Di Smp Negeri 7 Manado, (E-Journal, Manado) Hal.6
17
yang lebih keras dari pada orang dengan tingkat self-efficacy
rendah.
3. Mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional.
Beck menyatakan bahwa self-efficacy mempengaruhi pola
pikir dan reaksi individu, baik dalam menghadapi situasi saat ini
maupun dalam mengantisipasi situasi yang akan datang. Orang-
orang dengan self-efficacy rendah selalu menganggap dirinya
kurang mampu menangani situasi yang dihadapinya. Dalam
mengantisipasi keadaan, mereka juga cenderung
mempersepsikan masalah-masalah yang akan timbul jauh lebih
berat daripada yang sesungguhnya. Collins, menyatakan bahwa
self-efficacy yang dipersepsikan membentuk cara berpikir kasual
seseorang.
Saat mencari pemecahan masalah yang rumit, individu
dengan self-efficacy tinggi akan mempersepsikan dirinya
sebagai orang berkompetensi tinggi. Ia akan merasa tertantang
jika dihadapkan pada tugas-tugas dengan derajat kesulitan dan
risiko yang tinggi. Sebaliknya, orang dengan self-efficacy yang
rendah akan menganggap dirinya tidak kompeten dan
menganggap kegagalan akibat dari tidakmampuannya. Individu
seperti ini sering merasa pesimis terhadap hasil yang akan
diperoleh, mudah mengalami stress dan mudah putus asa.
4. Sebagai peramal tingkah laku selanjutnya.
Individu dengan self-efficacy tinggi memiliki minat dan
keterlibatan yang tinggi dan lebih baik dengan lingkungannya.
Demikian juga dalam menghadapi tugas, dimana keyakinan
mereka juga tinggi. Mereka tidak mudah putus asa dan
menyerah dalam mengatasi kesulitan dan mereka akan
menampilkan usaha yang lebih keras lagi. Sebaliknya individu
dengan self-efficacy rendah cenderung lebih pemalu dan kurang
terlibat dalam tugas yang dihadapi. Selain itu, mereka lebih
18
banyak pasrah dalam menerima hasil dan situasi yang dihadapi
daripada berusaha mengubah keadaan.
5) Proses Self-efficacy
Menurut Bandura self-efficacy berakibat pada suatu tindakan
manusia melalui berbagai proses, yaitu:34
1) Proses kognitif
Bandura mengatakan bahwa pengaruh dari efikasi diri pada
proses kognitif seseorang sangat bervariasi. Pertama, efikasi diri
yang kuat akan mempengaruhi tujuan pribadinya. Semakin kuat
efikasi diri, semakin tinggi tujuan yang ditetapkan oleh individu
bagi dirinya sendiri dan akan memperkuat komitmen individu
terhadap tujuan tersebut. Individu dengan efikasi diri yang kuat
akan mempunyai cita-cita yang tinggi. Mengatur rencana dan
berkomitmen pada dirinya untuk mencapai tujuan tersebut.
Kedua, individu dengan efikasi yang kuat akan memudahkan
individu dalam menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk
menghadapi kegagalan.
2) Proses motivasi
Efikasi diri memainkan peranan penting dalam pengaturan
motivasi diri. Sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan
secara kognitif. Individu memotivasi dirinya dan menuntun
tindakan-tindakannya dengan menggunakan pemikiran-pemikiran
tentang masa depan. Sehingga individu tersebut akan membentuk
kepercayaan mengenai apa yang dapat dilakukan. Individu juga
akan mengantisipasi hasil-hasil dari tindakan-tindakan yang
prospektif serta dapat menciptakan tujuan bagi dirinya sendiri dan
merencanakan bagian dari tindakan-tindakannya untuk
merealisasikan masa depan yang berharga.
Efikasi ini mendukung motivasi dalam berbagai cara untuk
menentukan tujuan-tujuan yang diciptakan individu bagi dirinya
34Ririn Masy’atul, Op.Cit., h 20
19
sendiri dengan seberapa besar ketahanan individu terhadap
kegagalan. Ketika menghadapi kesulitan dan kegagalan, individu
yang mempunyai keraguan terhadap kemampuan dirinya akan
lebih cepat menyerah dan mengurangi usaha-usaha yang
dilakukannya. Individu yang memiliki keyakinan kuat terhadap
kemampuan dirinya akan melakukan usaha yang lebih besar.
3) Proses Afeksi
Individu yang yakin pada dirinya sendiri bahwa dirinya
mampu mengontrol situasi yang mengancam, tidak akan sampai
membangkitkan pola-pola pikiran yang menggangu, sedangkan
individu yang tidak dapat mengatur situasi yang mengancam akan
cenderung mengalami kecamasan yang tinggi. Individu yang
memikirkan ketidakmampuan coping dalam dirinya dan
memandang banyak aspek dari lingkungan sekeliling sebagai
situasi ancaman yang penuh bahaya.
Akhirnya akan membuat individu membesar-besarkan
ancaman yang mungkin terjadi dan kekhawatiran terhadap hal-hal
yang sangat jarang terjadi. Melalui pikiran-pikiran tersebut
individu menekan dirinya sendiri dan meremehkan kemampuan
dirinya sendiri.
4) Proses Selektif
Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas dan
situasi yang akan individu percayai telah malampaui batas
kemampuan coping dalam dirinya namun, individu tersebut telah
siap melakukan aktivitas-aktivitas yang menantang dan memilih
situasi yang dinilai mampu untuk diatasi. Perlakuan yang individu
buat akan memperkuat kemampuan, minat-minat dan jaringan
sosial yang mempengaruhi kehidupan dan akhirnya akan
mempengaruhi arah perkembangan personal. Hal ini karena
pengaruh sosial berperan dalam pemilihan lingkungan, berlanjut
untuk meningkatkan kompetensi, nilai-nilai dan minat tersebut
20
dalam waktu yang lama setelah faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan keyakinan telah memberikan pengaruh awal.
Menurut Bandura, komponen self-efficacy masih bisa
diperluas, seperti yang dilakukan Skaalvik yang menyatakan
bahwa tidak ada konstruksi eksplisit untuk digunakan dalam
penelitian untuk membangunnya. Meski begitu, ada komponen
self-efficacy guru disajikan oleh Schwarzer, Schmitz, dan
Daytner, yaitu pekerjaan (job accomplisment), pengembangan
keterampilan kerja (pengembangan keterampilan pada pekerjaan),
interaksi sosial dengan siswa, orang tua ayah dan rekan kerja
(interaksi sosial dengan mahasiswa, orang tua, dan kolega),
mengatasi stres kerja (coping stres kerja).35
6) Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Guru
Erawati dalam jurnal inferensial nomor 6 volume 2 tahun 2012
yang berjudul “Profil Dan Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Guru
Madrasah Ibtida’iyah Peserta Dual Mode System” menjelaskan
bahwa berdasarkan teori efikasi dari Bandura dan teman-teman yang
relevan dengan faktor yang mempengaruhi efikasi guru, maka
diperoleh tiga kelompok faktor yang mempengaruhi efikasi guru
yaitu:
1. Faktor demografi
Menurut bandura ada beberapa faktor yang
mempengaruhi efikasi diri guru, yaitu usia, pendidikan
tertinggi dan lama pengalaman mengajar. Kondisi-kondisi
yang menguntungkan dalam faktor demografi, memiliki
pengalaman instruksional yang beragam, dan kualitas afektif
yang positif akan meningkatkan efikasi guru.
Sebaliknya, guru yang skornya lebih rendah dalam
aspek status sosial ekonomi, usia, pengalaman, religiusitas,
etnisitas, persepsi terhadap kompetensi, persepsi terhadap
35Ulfiani Rahmah, Op,Cit., h 3
21
kesejahteraan, persepsi terhadap sertifikasi guru, dan indeks
prestasinya, maka cenderung kurang efikasinya dalam
menjalankan tugas.
2. Pengalaman instruksional
Instruksional bersifat pengajaran, jadi pengalaman
instruksional merupakan pengalaman mengajar. Bandura
dalam Santrock menyebutkan pengalaman instruksional
mencakup kemampuan dalam mengelola kelas menjadi tempat
yang menyenangkan untuk belajar dan bisa mengajak orang
tua ikut dalam proses pembelajaran.
3. Personal tingkah laku
Dalam situasi personal tergantung pada lingkungan dan
kognitif. Bandura dalam Santrock faktor person mencakup
ekspektassi, keyakinan, strategi, pemikiran, dan kecerdasan.
Kesimpulan yang dapat diambil peneliti dari uraian di atas
bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya efikasi guru
antara lain faktor pengalaman instruksional, personal dan faktor
demografi yang terdiri dari usia, pengalaman mengajar, pendidikan
tertinggi.
7) Sumber-Sumber Self-Efficacy
Menurut Bandura self-eficacy dapat ditumbuhkan dan
dipelajari melalui empat sumber informasi utama. Berikut ini adalah
empat sumber informasi tersebut :
1. Pengalaman keberhasilan (mastery experience)
Pengalaman keberhasilan akan menaikkan self-efficacy
individu, sedangkan pengalaman kegagalan akan
menurunkannya. Setelah self-efficacy yang kuat berkembang
melalui serangkaian keberhasilan, dampak negatif dari
kegagalan-kegagalan yang umum akan terkurangi. Bahkan,
kegagalan diatasi dengan usaha-usaha tertentu yang dapat
memperkuat motivasi diri apabila seseorang menemukan lewat
22
pengalaman bahwa hambatan tersulitpun dapat diatasi dengan
usaha yang terus-menerus.
Performa actual adalah sumber pengetahuan yang paling
berpengaruh untuk kita. Jika kita berhasil berulang kali dalam
mengerjakan tugas-tugas yang ada, maka rasa kemampuan diri
meningkat. Sebaliknya, jika kita berulangkali gagal, maka rasa
kemampuan diri akan jatuh. Sekali kita sanggup
mengembangkan rasa kemampuan diri yang besar di suatu
bidang, kita tidak akan begitu terganggu oleh benturan-benturan
yang membuat kita mundur sebentar.
2. Pengalaman orang lain (vicarious experience)
Penaksiran kemampuan diri juga dipengaruhi oleh
pengalaman orang lain, seolah-olah kita sendiri yang
mengalaminya. Jika kita melihat orang lain berhasil dalam
subuah tugas, kita menyimpulkan bahwa kita juga bisa
melakukannya. Kita yakin orang lain memiliki kemampuan
yang setara dengan kita.
3. Persuasi verbal (verbal persuasion)
Pada persepsi verbal, individu diarahkan dengan saran,
nasihat, dan bimbingan. Sehingga dapat meningkatkan
keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki,
yang dapat membentuk dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Individu yang diyakinkan dengan verbal, cenderung akan
berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan.
Menurut Bandura, pengaruh persuasi verbal tidaklah terlalu
besar karena tidak memberikan suatu pengalaman yang dapat
langsung dialami atau diamati individu. Dalam kondisi yang
menekan dan kegagalan terus-menerus, pengaruh sugesti akan
cepat lenyap jika mengalami pengalaman yang tidak
menyenangkan.
4. Kondisi Fisiologis
23
Individu akan mendasarkan informasi mengenai kondisi
fisiologis mereka untuk menilai kemampuannya. Ketegangan
fisik dalam situasi yang menekan dipandang individu sebagai
tanda ketidakmampuan, karena hal itu dapat melemahkan
performasi kerja individu.
2. Iklim Sekolah
1. Pengertian Iklim Sekolah
Iklim timbul dari sistem perilaku organisasi yang mencakup
filsafat dan tujuan, kepemimpinan, organisasi formal dan informal, dan
lingkungan sosial. Kompri mendefinisikan iklim sebagai efek-efek
perasaan subjektif dari sistem manajer formal atau informal, dan
berbagai faktor lingkungan yang lainnya yang berpengaruh terhadap
sikap kepercayaan, nilai dan motivasi orang-orang yang bekerja dalam
organisasi tertentu.36
Sekolah merupakan satu institusi. Sebuah institusi juga
dipandang sebagai satu organisasi. Iklim sekolah merupakan implikasi
dari iklim organisasi yang dikaitkan dengan lingkungan sekolah yakni
tempat guru-guru melakukan aktivitasnya.37
Iklim sekolah mengacu
pada istilah iklim organisasi (organizational climate) pertama kali
digunakan oleh Kurt Lewin tahun 1930-an dalam istilah psychological
climate (iklim psikologis).38
Stringer mendefinisikan iklim sekolah sebagai “...collection and
pattern of enviromental determinant of aroused motivation.” Iklim
sekolah sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan
munculnya motivasi.39
Hoy dan Miskel mengartikan iklim sekolah
sebagai: “The set of internal characteristics that distinguishes one
36Sukron F, Loc. Cit,. 37Sukron Fujiaturahman, Iklim Sekolah Dan Efikasi Diri Dengan Motivasi Kerja Guru (E-Jurnal
Universitas Negeri Jakarta) h 169 38M. Nur Ghufron, Kepuasan Kerja Guru Paud Ditinjau Dari Iklim Kelas Dan Efikasi Mengajar,
Quality Vol. 4, No. 2, 2016: 254-270, (E-Jurnal STAIN Kudus) h 259 39Sukron F, Loc. Cit,.
24
school from another and influence the behavior of the people in it’s
called the organizational climate”.40
Iklim sekolah merupakan sifat-sifat atau ciri suasana yang
dirasakan dalam lingkungan sekolah yang timbul terutama karena
persepsi para anggota atas kegiatan intim sekolah yang dilakukan secara
sadar atau tidak, yang dianggap mempengaruhi tingkah laku warga
sekolah. Iklim sekolah dapat dipandang sebagai kepribadian organi sasi
sekolah menurut persepsi para anggotanya.
Berdasarkan pengertian di atas, diketahui bahwa iklim sekolah
merupakan kualitas dan frekuensi interaksi di antara guru, di antara
siswa, di antara pendidik, di antara kepala sekolah dengan pembelajar,
di antara staf di sekolah, di antara orang tua dan komunitas yang lebih
luas.
2. Jenis-jenis Iklim Sekolah
DeRoche membedakan iklim sekolah menjadi 2, yaitu (1) iklim
yang buruk atau negatif dan (2) iklim yang positif. Iklim sekolah yang
negatif ada pada sekolah dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kurang pengarahan;
b) Ada ketidakpuasan kerja;
c) Kurang komunikasi;
d) Terjadi pengucilan siswa;
e) Timbul frustrasi;
f) Produktivitas rendah;
g) Kreativitas dan inovasi kurang;
h) Terdapat keseragaman;
i) Rasa menghargai dan mempercayai kurang;
j) Apatis.
40Sukron F, Loc. Cit,.
25
Sebaliknya, iklim sekolah yang positif bercirikan hal-hal sebagai
berikut:
a) Personil sekolah menyadari sebab-sebab suatu konflik dan
melakukan sesuatu untuk menanggulangi;
b) Ketidakpuasan, kritik, dan konflik dipandang sebagai cara untuk
mengenali kekuatan dan kelemahan;
c) Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan ditanggung
bersama;
d) Gagasan, saran, dan keterlibatan semua personil dihargai oleh
kepala sekolah;
e) Angka ketidakhadiran siswa rendah;
f) Bangga terhadap sekolah;
g) Memiliki kepercayaan dan keterbukaan;
h) Produktivitas, kerja sama, keterlibatan personil tinggi;
i) Mempunyai rasa bersatu dan dorongan untuk pembaruan; serta
j) Menunjukkan adanya perhatian dan kebersamaan
3. Aspek-Aspek Iklim Sekolah
Kassabri M.K, Benbenishty R, Astor R.A, dalam Ulfa dan Mira
membagi aspek iklim sekolah menjadi tiga aspek:
a) School policy against violence that include clear, consist and fair
rules
Kejelasan peraturan sekolah terhadap perilaku kekerasan,
kejelasan ini terjadi secara konsisten dan peraturan yang adil.
Meliputi pertimbangan para siswa mengenai kebijakan sekolah
atau prosedur yang mengarah pada pengurangan kekerasan.
b) Teacher support of students
Dukungan yang diberikan guru terhadap siswa meliputi
hubungan guru dan siswa yang dapat mendukung siswa.
c) Students participation in decision making and in the design of
interventions to prevent school violence
26
Sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembuatan keputusan
dan rancangan intervensi untuk pencegahan kekerasan di sekolah.
Hal ini dapat dilihat dengan mengukur perasaan responden
bagaimana peran siswa dalam melihat isu kekerasan di sekolah.
Dalam jurnal Ayu Lestari dan Susandari, Freiberg mengatakan
bahwa iklim kerja terdiri dari empat aspek, yaitu:41
1) Lingkungan Fisik Sekolah
Lingkungan fisik sekolah mencangkup bangunan sekolah,
ukuran sekolah/kelas dan fasilitas yang tersedia menyangkut
kelengkapan (kuantitas dan kualitas). Lingkungan fisik ini
diuraikan lebih jelas dalam ilmu hygiene industry, yaitu ilmu
yang didedikasikan untuk mengantisipasi, mengenali,
mengevaluasi dan mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang
berasal dari tempat kerja yang dapat menimbulkan kesakitan,
ketidakmampuan, kesehatan dan kesejahteraan atau
ketidaknyamanan yang signifikan diantara guru atau antar warga
masyarakat. Faktor lingkungan yang menjadi perhatian dari
keilmuan ini yaitu: bahaya kimia, bahaya fisik, bahaya biologis
dan bahaya ergonomi.42
2) Sistem Sosial
Sistem sosial mencangkup hubungan dan interaksi yang
terjalin antara seluruh anggota seperti siswa dengan guru, siswa
dengan siswa, hal ini juga mencangkup peraturan yang
diberlakukan oleh pihak sekolah.
3) Lingkungan yang Teratur
Iklim sekolah yang baik terbentuk apabila terdapat
lingkungan sekolah yang penataan bangunan sekolahnya tertata
dengan baik yang akan memberikan kenyamanan.
41Ayu Lisnawati Dan Susandari, Hubungan Antara Persepsi Terhadap Iklim Sekolah Dengan
Penyesuaian Sosial Santri Putri Ponpes Al Basyariyah Bandung Yang Melakukan Pelanggaran, Jurnal
Psikologi, 2015, h 449. 42 Iting Shofwati Dan Yuli Prapanca, Hygiene Industri, (Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009), h 3.
27
4) Hubungan Tentang Perilaku Guru dan Hasil Siswa.
Harapan tentang perilaku guru dan hasil siswa mencakup
harapan yang diekspresikan oleh guru. Siswa diharapkan dapat
dicapai kemajuan dalam belajar yang ditandai dengan
pencapaian dalam siswa dan memberikan reward atau hadiah
untuk tugas yang dikerjakan dengan baik.
4. Macam macam Iklim Organisasi Sekolah dan Karakteristiknya
Burhanuddin dalam The Organization Climate of school ada enam
iklim organisasi yang menjadi kecenderungan iklim di sekolah, yaitu:43
1. Iklim terbuka
Sekolah dengan iklim terbuka berarti ada kerja sama dan saling
menghormati antara kepala sekolah, guru dan karyawan. Semangat
kerja guru dan karyawan tinggi. Kepala sekolah mau
mendengarkan saran dari guru, menghargai profesional guru dan
memperhatikan skebutuhan guru, sehingga guru merasa
diperhatikan dan guru merasa puas. Tanggungjawab dalam usaha
mencapai tujuan, dirasakan bersama. Tujuan organisasi biasanya
juga dirumuskan bersama.
2. Iklim bebas
Sekolah dengan iklim bebas, kepala sekolah sedikit atau jarang
melakukan pengawasan, semangat kerja muncul karena hanya
untuk memenuhi kepuasan pribadi. Guru dan karyawan merasa
hidup bebas.
3. Iklim terkontrol
Iklim kontrol berarti kepala sekolah sangat mementingkan
tugas, sementara kebutuhan guru tidak diperhatikan. Anggota
kelompok (guru dan karyawan) hanya memperhatikan tugas yang
diberikan atasan karena takut. Pada iklim terkontrol ini semangat
43Teguh Apriyanto, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Terhadap
Kreativitas Guru IPA SMP Negeri Se Kota Pekalongan, Tesis Program Studi Manajemen Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang 2007, h 47
28
kerja tampak tinggi meski terpaksa, dan kebutuhan manusiawinya
kurang.
4. Iklim familiar atau kekeluargaan
Sekolah dengan sistem kekeluargaan ini sangat bersifat
manusiawi dan tidak terkontrol. Anggota kelompok ingin
memenuhi kebutuhan pribadi tetapi kurang perhatian pada
penyelesaian tugas dan kontrol sosial. Semangat kerja kelompok
tidak begitu tinggi, karena kelompok mendapat kepuasan yang
sedikit dalam penyelesaian tugas-tugas.
5. Iklim kebapakan (Paternal Climate)
Sekolah dengan iklim kebapakan, kurang menghargai inisiatif
bawahan dan berusaha menekan bawahan. Bawahan memperoleh
sedikit kepuasan baik bertahan dengan tugas maupun kebutuhan
pribadi yang akhirnya berakibat semangat kerja kelompok akan
rendah. Hampir dalam segala hal tergantung kepada atasan.
6. Iklim tertutup
Sekolah dengan iklim tertutup berarti kepala sekolah
menekankan pekerjaan rutin guru dan karyawan bersifat masa
bodoh dan acuh tak acuh, semangat kerja kelompok rendah. Guru
tidak merasa puas, guru frustasi, apatis dan selalu curiga mereka
kurang menghormati atasan.
5. Faktor-Faktor Penentu Iklim Sekolah
Steers menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Iklim
kerja adalah:44
1) Struktur tugas,
2) Imbalan dan hukuman yang diberikan,
3) Sentralisasi keputusan,
4) Tekanan pada prestasi,
5) Tekanan pada latihan dan pengembangan,
44
Farida Hanum, Pengaruh Efikasi Diri, Iklim Kerja, Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Kepala
Madrasah, Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013, h 104
29
6) Keamanan dan resiko pelaksanaan tugas,
7) Keterbukaan dan Ketertutupan individu,
8) Status dalam organisasi,
9) Pengakuan dan umpan balik,
10) Kompetensi dan keluwesan dalam hubungan pencapaian tujuan
organisasi.
6. Dimensi Iklim Sekolah
Moos mengemukakan tiga dimensi umum iklim organisasi/iklim
sekolah dalam Hadiyanto yaitu dimensi hubungan (relationship),
dimensi pertumbuhan/perkembangan pribadi (personal
growth/development), dimensi perubahan dan perbaikan sistem (system
maintenance and system change). Untuk Melengkapi dimensi yang
dikemukakan oleh Moos, Arter dalam Hadiyanto menambahkan satu
dimensi lagi yaitu dimensi lingkungan fisik (physical environment).45
1) Dimensi hubungan.
Dimensi ini mengukur sejauh mana keterlibatan personal yang
ada di dalam organisasi/sekolah, seperti kepala sekolah, guru dan
pesrta didik, saling mendukung, saling membantu, dan sejauh mana
mereka dapat mengekspresikan kemampuan mereka secara bebas dan
terbuka. Skala yang termasuk di dalam dimensi ini di antaranya,
adalah dukungan (support), afiliasi (affiliation), tidak memiliki
komitmen (disengagement), keintiman (intimacy), keterbukaan
(openness), kedekatan (closeness), dan keterlibatan (involvement).
2) Dimensi pertumbuhan/perkembangan pribadi.
Disebut juga dimensi yang berorientasi pada tujuan organisasi
dalam mendukung pertumbuhan/perkembangan pribadi dan motivasi
individu yang ada di dalam organisasi untuk tumbuh dan berkembang.
Skala iklim organisasi yang dapat dikelompokkan ke dalam dimensi
ini adalah minat profesional (profesional interest), menghalang-
45Dewi Permana Sari, Artikel Ilmiyah, Hubungan Iklim Sekolah Dengan Semangat Kerja Guru Smk
Swasta Se-Kota Padang Panjang, Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Padang, Volume 1 Nomor 28, Januari 2016
30
halangi (hindrance), percaya (trust), standar prestasi (achievement
standard), dan orientasi pada tugas (task orientation).
3) Dimensi perubahan dan perbaikan sistem
Dimensi ini membicarakan sejauh mana iklim sekolah
mendukung harapan, memperbaiki kontrol dan merespon perubahan
yang terjadi. Skala iklim sekolah yang termasuk dalam dimensi ini
adalah kebebbasan staf, partisipasi dalam pembuatan keputusan,
tekanan bekerja, kejelasan bekerja, dan pengawasan.
4) Dimensi lingkungan fisik
Dimensi ini menjelaskan mengenai sejauh mana lingkungan
fisik seperti fasilitas, sarana, dan prasarana dapat mendukung harapan
pelaksanaan tugas. Skala iklim yang termasuk dalam dimensi ini di
antaranya adalah kelengkapan saran dan prasarana, kenyamanan, dan
keamanan kerja.
7. Pentingnya Iklim Sekolah.
Iklim sekolah dianggap penting karena memiliki peran sebagai
berikut: 46
a. Iklim sekolah dapat mempengaruhi banyak orang di sekolah.
Misalnya, iklim sekolah yang positif telah dikaitkan dengan emosi
dan perilaku siswa yang bermasalah.
b. Iklim sekolah di perkotaan beresiko tinggi menunjukkan bahwa
lingkungan yang positif, mendukung, dan budaya sadar iklim
sekolah signifikan dapat membentuk kesuksesan siswa perkotaan
dalam memperoleh gelar akademik. Para peneliti juga menemukan
bahwa iklim sekolah yang positif memberikan perlindungan bagi
anak dengan lingkungan belajar yang mendukung serta mencegah
perilaku antisosial.
46Rasto, 2018, (Http://Rasto.Staf.Upi.Edu/2016/03/15/Pentingnya-Iklim-Sekolah) Diakses Pada 22 April
2018. Pukul 20.38.
31
c. Hubungan interpersonal yang positif dan kesempatan belajar yang
optimal bagi siswa di semua lingkungan demografis dapat
meningkatkan prestasi dan mengurangi perilaku maladaptive.
d. Iklim sekolah yang positif berkaitan dengan peningkatan kepuasan
kerja bagi personil sekolah.
e. Iklim sekolah dapat memainkan peran penting dalam menyediakan
suasana sekolah yang sehat dan positif.
f. Interaksi dari berbagai sekolah dan faktor iklim kelas dapat
memberikan dukungan yang memungkinkan semua anggota
komunitas sekolah untuk mengajar dan belajar dengan optimal.
g. Iklim sekolah, termasuk “kepercayaan, menghormati, saling
mengerti kewajiban, dan perhatian untuk kesejahteraan lainnya.
Memiliki pengaruh yang kuat terhadap pendidik dan peserta didik,
hubungan antar peserta didik, serta prestasi akademis dan kemajuan
sekolah secara keseluruhan. Iklim sekolah yang positif merupakan
lingkungan yang kaya, untuk pertumbuhan pribadi dan
keberhasilan akademis.
h. Menciptakan School Connectedness, menurut penelitian yang
dilakukan Atika dan Dian iklim sekolah memberikan sumbangan
efektif dalam meningkatkan School Connectedness.
B. Hasil penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan adalah untuk memperkuat hasil penelitian yang
dilakukan peneliti, berikut penelitian yang dilakukan peneliti lain, yaitu:
32
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan
No Penulis Tahun Judul Persamaan Perbedaan
1. Sukron
Fujiaturrahman 2016
Iklim
Sekolah Dan
Efikasi Diri
Dengan
Motivasi
Kerja Guru
Variabel
bebas: Iklim
organisasi
Variabel
Terikat:
Self efficacy
Jenis
penelitian:
Kuantitatif
bersifat
korelasi
Populasi : 30
orang guru di
SDN segugus
07 dipilih secara
acak.
Metode
Penelitian:
survey
Lokasi : SDN
segugus 07
Praya Timur
2.
Prima Retha
Rahayu
Ningtyas
2011
Pengaruh
Iklim Kelas
dan Self
Efficacy
Terhadap
Motivasi
Belajar Anak
Jalanan
Variabel :
efikasi diri,
iklim kelas
Jenis
penelitian :
kuantitatif
bersifat
korelasi
Variabel :
motivasi belajar
Populasi : 50
anak jalanan
Lokasi : jalan
Baru Bogor
3.
Farida Hanun
2013
Pengaruh
Efikasi Diri,
Iklim Kerja,
Dan Motivasi
Berprestasi
Terhadap
Kinerja
Kepala
Madrasah
(Survey Di
Madrasah
Ibtidaiyah
Kota Bekasi)
Efikasi diri,
iklim kerja
Jenis:
penelitian
pendekatan
kuantitatif
bersifat
korelasi
Motivasi
berprestasi,
kinerja kepala
sekolah
madrasah
Populasi : guru
madrasah
ibtidaiyah
Lokasi : kota
bekasi
33
C. Kerangka Berpikir
Bandura menyatakan bahwa kemampuan tidak selalu tetap dan tak
terkendali, usaha tidak selalu mudah dikontrol.47
Orang-orang yang kerja
keras tanpa keberhasilan maka mereka tidak percaya bahwa mereka dapat
melakukannya dan mempertahankan usaha yang lebih tinggi.
Upaya yang tinggi akan berkorelasi positif dengan keyakinan keberhasilan
pribadi bagi individu yang menganggap bahwa hal tersebut dilakukan dengan
kerja keras, tetapi sebaliknya jika upaya yang tinggi berkorelasi negatif bagi
mereka yang menganggap bahwa kemampuan sebagai sebuah atribut yang
melekat sehingga perjuangan yang menandakan kekurangan dari kemampuan
itu sendiri.
Jika, seorang guru memiliki keyakinan yang tinggi terhadap
kemampuannya, bahwa ia yakin bisa dan mampu untuk mencapai
keberhasilan mengajar yang ia inginkan maka ia akan meningkatkan
usahanya dalam menghadapi kegagalan tersebut. Sehingga membuat guru
akan mampu menyelesaikan segala tugas-tugas dalam mengajar. Tetapi, lain
halnya jika guru tidak memiliki keyakinan yang tinggi terhadap
kemampuannya. Guru tersebut termasuk yang memiliki cita-cita yang rendah
dan komitmen yang lemah terhadap orientasi mengajar.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini antara lain :
1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self-efficacy guru
dengan iklim sekolah
2) Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara self-efficacy guru
dengan iklim sekolah.
47Prima Retha Ayuningtyas, Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Dan Self-Efficacy Terhadap Motivasi Belajar
Anak Jalanan, Hal. 60
Self-efficacy Iklim Sekolah
34
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah RA Kecamatan Kalideres Kelurahan
Kamal Jakarta Barat. Karena adanya permasalahan self-efficacy di daerah tersebut.
Waktu penelitian terhitung dari dimulainnya peneliti melalukan penulisan skripsi
dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari perpustakaan. Rencana waktu
pelaksanaan penelitian dirancang dari bulan Januari sampai dengan bulan
November.
Berikut adalah tabelnya:
Tabel 3.1
Rencana Waktu Penelitian 2018-2019
No Kegiatan
2018 2019
Bulan
Jan–Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb
1. Persiapan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Revisi
4. Pembuatan Instrumen
5. Pengumpulan Data
6. Analisis Data
7. Ujian Skripsi
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Metode kuantitatif adalah penelitian yang melihat suatu realitas sebagai hal yang
tunggal, teramati dan dapat dipragmentasikan. Sehingga dari masalah yang ada
dapat mengeneralisir dan memprediksi suatu masalah berdasarkan sejumlah
variabel prediktator.48
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis sejauh mana variabel X pada suatu faktor berkaitan dengan variabel
pada satu atau lebih dengan faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.49
48
Abdul Halim, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: Diadit Media, 2011), h 83 49
Kuntjojo, 2009, (Https://Ebekunt.Files.Wordpress.Com/2009/04/Metodologi-
Penelitian.Pdf)
36
Pengambilan data pada penelitian ini berupa penyebaran skala pengukuran self-
efficacy dan skala pengukuran iklim sekolah.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu himpunan dengan sifat-sifat yang ditentukan oleh
penelitian sedemikian rupa sehingga setiap individu/variabel/data dapat
dinyatakan dengan tepat, apakah individu tersebut menjadi anggota atau tidak.50
Populasi penelitian ini adalah guru di sekolah Rudhatul Athfal (RA) Kelurahan
Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
Sampel adalah himpunan bagian dari populasi yang digunakan untuk
memperkirakan karakteristik pupolasi.51
Teknik pengambilan sampel pada
penilitian ini yaitu probability sampling (Random sampling) yang artinya pada
pengambilan sampel ini, setiap unit populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk diambil sebagai sampel.52
Sampel dalam penelitian ini yaitu 100% dari 35
jumlah populasi. Jadi, sampel yang diambil yaitu sejumlah 40 Guru di sekolah
Rudhatul Athfal (RA) Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti mengumpulkan data berdasarkan skala
pengukuran self-efficacy dan skala pengukuran iklim sekolah dari hasil pengisian
angket. Penyusunan skala self-efficacy dan iklim sekolah mengadopsi skala likert
dengan tahapan: (1) peneliti memilih butir-butir skala pengukuran, untuk
pengukuran skala self-efficacy dikembangkan dari dimensi-dimensi self-efficacy.
Sedangkan untuk skala pengukuran iklim sekolah, dikembangkan dari aspek-
aspek iklim sekolah, (2) peneliti mengumpulkan cukup banyak butir-butir skala
pengukuran untuk kedua variabel, (3) peneliti melakukan uji coba skala
pengukuran variabel kesejumlah kelompok responden yang cukup memadai dari
jumlah populasi untuk menguji kenormalitasan variabel, (4) peneliti menganalisa
hasil uji coba menggunakan uji normalitas data dengan aplikasi SPSS 23.
50
Kadir, Statistik Terapan Konsep, Contoh Dan Analisis Data Dengan Program
SPSS/Lisrel Dalam Penelitian, (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2015) h 117. 51
Kadir, Ibid,. 52
Ahmad Jamaluddin, Metode Penelitian Administrasi Publik Teori Dan Aplikasi,
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), h 142.
37
Instrumen self-efficacy yang diberikan berbentuk pilihan, dengan pilihan SS
(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
Instrumen angket self-efficacy menggunakan skor dari 1 sampai dengan 4. Skor
untuk pernyataan positif 1 untuk jawaban STS, skor 2 untuk jawaban TS, skor 3
untuk jawaban S, skor 4 untuk jawaban SS. Sedangkan skor untuk pernyataan
negatif adalah kebalikan dari skor pernyataan positif. jadi, masing-masing pilihan
jawaban tersebut dimaksudkan untuk mengetahui self-efficacy yang dimiliki oleh
guru RA secara tafsiran kuantitatif.
Kemudian untuk instrumen iklim sekolah, penulis membagikan angket yang
berbentuk pilihan dengan pilihan sangat setuju dengan skor 4, setuju dengan skor
3, ragu-ragu dengan skor 2 dan tidak setuju dengan skor 1.
Riduwan menjelaskan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial.53
Fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
dapat berupa pernyataan maupun pertanyaan.
Alat ukur yang digunakan peneliti adalah angket/skala. Skala adalah
seperangkat simbol atau angka-angka yang ditetapkan menurut aturan individu.
Penelitian ini mengacu pada tiga dimensi yang dikemukakan oleh Albert Bandura.
Untuk mengukur tingkat self-efficacy, penelitian ini menggunakan skala likert,
berdasarkan dimensi self-efficacy yang dipaparkan oleh bandura, yaitu tingkat
kesulitan tugas (level/magnitude), kemantapan kayakinan (strength), dan luas
bidang perilaku (generality). Sebagai gambaran dalam penyusunan skala, peneliti
mengadaptasikan skala penlitian yang dipaparkan oleh Miftah Sempurnawati pada
tahun 2011.
Alat ukur iklim sekolah disusun dan mengadaptasi konsep iklim sekolah oleh
National School Climate Council melalui berbagai penyesuaian kondisi budaya
53
Gerson Salomo Kolondam, Pengaruh Kepemimpinan, Self Efficacy Dan Komitmen
Organisasi Terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 7 Manado, E-jurnal, h 15.
38
dan isu yang relevan terjadi pada lingkungan sekolah RA. Terdapat empat aspek
yang diukur yaitu keamanan, kegiatan belajar-mengajar, hubungan sosial, dan
lingkungan fisik sekolah. Kuesioner ini terdiri dari 45 item pernyataan.
1. Variabel Self-efficacy Guru (Variabel X)
a) Definisi Konseptual
Self-efficacy guru merupakan kepercayaan guru akan kemampuan
dirinya dalam mengerjakan tugas mengajar secara sukses untuk
menghasilkan tingkat keterlibatan dan prestasi siswa yang diharapkan.
b) Definisi Operasional
Self-efficacy merupakan skor yang menunjukkan kepercayaan guru
akan kemampuan dirinya dalam mengerjakan tugas mengajar secara
sukses untuk menghasilkan tingkat keterlibatan dan prestasi siswa yang
diharapkan dengan dimensi dari skala self-efficacy dan menggunakan
model skala angket yang berasal dari tiga dimensi yaitu: tingkat kesulitan
tugas (magnitude/level), luas bidang perilaku (generality), dan kekuatan
(strength). Self-efficacy diperoleh dari skor jawaban responden. Berikut
kisi-kisi instrumen penelitian hubungan antara self-efficacy guru dengan
iklim sekolah RA di Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta
Barat.
Berikut ini tabel kisi-kisi instrumen variabel self-efficacy :
39
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Self-efficacy
No. Dimensi Indikator Pernyataan Jumlah
soal (+) (-)
1
Magnitude
(tingkat kesulitan
tugas)
Merasa yakin dapat
menyelesaikan tugas dengan
baik
1, 2,3,
6, 7 4, 5, 7
Menganggap suatu masalah
adalah sesuatu yang mudah
8, 9,
10, 13
11,
12, 14 7
2
Generality
(luas bidang
perilaku)
Mampu bertahan dalam segala
persoalan
15,17,
18, 20,
24
16,19,
21,22,
23
10
Mampu mengerjakan beberapa
aktivitas sekaligus
25,26,
27,
28,29,
30,31,
32, 33
9
3 Strength
(ketahanan)
Mampu bertahan disuatu
keadaan yang dirasa sulit
34, 35,
36,
37,38,
39, 40 7
Meningkatkan usahanya disaat
menghadapi kesulitan
41, 42,
43,
44,45,
46, 6
Jumlah pernyataan 24 22 46
c) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen.54
Untuk melihat valid atau tidaknya
instrumen tersebut peneliti mencari kerangka dari suatu konsep mengenai
self-efficacy dan iklim sekolah. Langkah yang dikemukakan parah ahli
yang tertulis dalam literatur. Uji validitas juga dapat dilihat dari hasil
perhitungan pearsen product moment dengan menggunakan alat bantu
hitung yaitu Statistical Packges for Social Sciences (SPSS) for windows
version 22.
Peneliti telah melakukan uji validitas pada kisi-kisi instrumen
penelitian variabel self-efficacy di sekolah Raudhatul Athfal (RA)
Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan.
Berikut tabel hasil uji validasi variabel self-efficacy :
54
Prima Retha Ayuningtias, Pengaruh Iklim Kelas Dan Self-Efficacy Terhadap Motivafi
Belajar Anak Jalanan, Fakultas Psikologi UIN Jakarta 2011, h 69
40
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Self-Efficacy
No Dimensi Indikator
Pernyataan
Valid Tidak
Valid
1
Magnitude
(tingkat
kesulitan
tugas)
Merasa yakin dapat
menyelesaikan tugas
dengan baik
1, 2, 4, 5, 6, 3, 7
Menganggap suatu
masalah adalah sesuatu
yang mudah
11, 12, 13, 14 8, 9,
10,
2 Generality
(luas bidang
perilaku)
Mampu bertahan dalam
segala persoalan
15, 16, 17,
18, 19, 20,
21, 22, 23, 24
Mampu mengerjakan
beberapa aktivitas
sekaligus
25, 26, 27,
28, 29, 30,
31, 32, 33
3 Strength
(ketahanan)
Mampu bertahan disuatu
keadaan yang dirasa sulit
34, 35, 36,
37, 38, 39, 40
Meningkatkan usahanya
disaat menghadapi
kesulitan
41, 42, 43,
44, 45, 46
Jumlah 41 5
d) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui bahwa yang sudah
diketahui kevalidannya cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data. Rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas ini
menggunakan rumus alpha dengan perhitungan menggunakan aplikasi
Statistical Packges for Social Sciences (SPSS) for windows version 22.
Berikut tabel hasil uji reliabel menggunakan aplikasi SPSS 22 :
Tabel 3.4
Hasil Uji Reliability Statistics Variabel Self-Efficacy
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on Standardized
Items N of Items
,896 ,897 4
Hasil tabel 3.4 menunjukkan bahwa nilai Cronbach's Alpha untuk
variabel self-efficacy > 0,50 yaitu sebesar 0,896 dengan jumlah item
pernyataan sebanyak 41 kuesioner. Maka dapat disimpulkan setiap item
pernyataan data untuk variabel self-efficacy tersebut sudah reliabel dan
41
memenuhi syarat untuk lanjut tahap pengolahan data penelitian
selanjutnya.
2. Variabel Iklim Sekolah (Variabel Y)
a) Definisi Konseptual
Iklim sekolah merupakan kualitas dan frekuensi interaksi di antara
guru, di antara siswa, di antara pendidik, di antara kepala sekolah dengan
pembelajar, di antara staf di sekolah, di antara orang tua dan komunitas
yang lebih luas.
b) Definisi Operasional
Iklim sekolah merupakan skor yang menunjukkan kualitas dan
frekuensi interaksi di antara guru, di antara siswa, di antara pendidik, di
antara kepala sekolah dengan pembelajar, di antara staf di sekolah, di
antara orang tua dan komunitas yang lebih luas. Dengan dimensi iklim
sekolah yang akan diteliti dan dikembangkan dari teori menurut para ahli
yang terdiri dari empat aspek yang meliputi: a). Hubungan b).
Perkembangan pribadi c). Perubahan dan perbaikan sistem sekolah d).
Lingkungan fisik sekolah.
Iklim sekolah diperoleh total skor dari jawaban responden. Berikut
kisi-kisi intrumen penelitian hubungan self-efficacy guru dan iklim sekolah
RA di Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
42
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Variabel Iklim Sekolah
Dimensi Indikator Butir
soal
Jumlah
Soal
Hubungan
Dukungan serta kerja sama
yang aktif 1, 2, 3 3
Afilasi 4, 5 2
Tidak memiliki komitmen 6, 7 2
Keintiman 8, 9 2
Keterbukaan 10, 11,12 3
Keterlibatan 13, 14 2
Kedekatan 15, 16 2
Perkembangan
Pribadi
Minat profesi 17,18, 19 3
Menghalang-halangi 20, 21 2
Percaya 22, 23 2
Standar prestasi 24,25, 26 3
Orientasi pada tugas 27, 28 2
Perubahan
dan Perbaikan
Sistem
Kebebasan staff 29, 31 2
Partisipasi dalam membuat
keputusan 32, 33 2
Kejelasan kerja 34,35, 30 3
Pengawasan 36, 37 2
Lingkungan
Fisik
Kenyamanan 38, 39 2
Sarana dan prasarana 40,41,
44, 45 4
Keamanan kerja 42, 43 2
Jumlah soal 45
c) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen.55
Untuk melihat valid atau tidaknya
instrumen tersebut peneliti mencari kerangka dari suatu konsep mengenai
self-efficacy dan iklim sekolah. Adapun untuk mengetahui item
pernyataan valid atau tidak valid dapat diketahui dengan membandingkan
rhitung dengan rtabel menggunakan product moment dengan a – 0,05.
55
Prima Retha Ayuningtias, Pengaruh Iklim Kelas Dan Self-Efficacy Terhadap Motivafi
Belajar Anak Jalanan, Fakultas Psikologi UIN Jakarta 2011, h 69
43
Apabila rhitung lebih besar dari rtabel berarti valid, sebaliknya jika
rhitung lebih kecil dari rtabel maka dikatakan tidak valid.
Uji validitas telah dilakukan pada instrumen penelitian variabel iklim
sekolah, di sekolah Raudhatul Athfal (RA) Kelurahan Pisangan
Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan. Berikut tabel hasil uji
validasi variabel iklim sekolah :
Tabel 3.6
Instrumen Variabel Iklim Sekolah Hasil Uji Validitas
Dimensi Indikator
Butir soal
Valid Tidak
Valid
Hubungan
Dukungan serta kerja sama
yang aktif 1, 2, 3
Guru dengan lingkungan
sekolah 4, 5
Tidak memiliki komitmen 6, 7
Keintiman 8, 9
Keterbukaan 10, 11, 12
Keterlibatan 13, 14
Kedekatan 15, 16
Perkembangan
Pribadi
Minat profesi 17, 18, 19
Menghalang-halangi 20, 21
Percaya 22, 23
Standar prestasi 24, 25, 26
Orientasi pada tugas 27, 28
Perubahan dan
Perbaikan
Sistem
Kebebasan staff 29, 31
Partisipasi dalam membuat
keputusan 32, 33
Kejelasan kerja 34, 35, 30
Pengawasan 36, 37
Lingkungan
Fisik
Kenyamanan 38, 39
Sarana dan prasarana 40, 41, 44,
45
Keamanan kerja 42, 43
Jumlah pernyataan 45 0
44
d) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui bahwa yang sudah
diketahui kevalidannya cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data. Rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas ini
menggunakan rumus alpha dengan perhitungan menggunakan aplikasi
Statistical Packges for Social Sciences (SPSS) for windows version 22.
Berikut tabel hasil uji reliabel menggunakan aplikasi SPSS 22 :
Tabel 3.7
Hasil uji Reliability Statistics variabel iklim sekolah
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items N of Items
,923 ,926 45
Hasil tabel 3.7 menunjukkan bahwa nilai Cronbach's Alpha untuk
variabel iklim sekolah >0,50 yaitu sebesar 0,923 dengan jumlah item
pernyataan sebanyak 45 kuesioner. Maka dapat disimpulkan setiap item
pernyataan data untuk variabel iklim sekolah sudah reliabel dan
memenuhi syarat untuk lanjut ke tahap pengolahan data penelitian
selanjutnya.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif, metode ini adalah
suatu analisis data dengan menggunakan angka-angka terhadap variabel-variabel
yang dapat diukur dengan angka. Metode analisis kuantitatif ini digunakan untuk
mendeskripsikan data yang berhubungan dengan variabel iklim sekolah dan self-
efficacy guru. Jika ditinjau dari jenis penelitian, jenis penelitian ini termasuk jenis
penelitian asosiatif / hubungan.
Adapun untuk mengetahui hubungan maka menggunakan tehnik koreasi
product moment dari Pearson. Menggunakan tehnik ini karena instrumen dari
variabel menggunakan skala interval atau skor butir kontinum. Dengan rumus
sebagai berikut:
45
Keterangan :
= kolerasi antara variabel X dan Y
= Hasil kepuasan kerja guru
Y = Hasil Iklim sekolah
XY = Hasil kali dua variabel
N = Jumlah Sampel Penelitian
Agar kevalidan pernyataan teruji maka sebelum menggunakan rumus pearson
product moment, peneliti terlebih dahulu menguji kedua variabel mengunakan
aplikasi SPSS untuk menguji normalitas variabel tersebut. Selanjutnya hasil
dikonsultasikan dengan interpretasi Nilai r table product moment dengan a=5 %,
jika > r table maka alat ukur dinyatakan valid.
F. Hipotesis Statistik
“Apakah ada hubungan antara self-efficacy dengan iklim sekolah?”
Rumus dan hipotesis nolnya adalah:
Tidak ada hubungan antara self-efficacy dengan iklim sekolah.
Hipotesis statistiknya adalah;
Ho = Tidak ada kolerasi positif yang signifikan antara variabel self-efficacy
dan iklim sekolah)
H1 = Ada kolerasi positif yang signifikan antara variabel self-efficacy dan
iklim sekolah)
𝐻0: 𝜌 = 0
𝐻𝑎: 𝜌 ≠ 0 (= simbol yang menunjukkan kuatnya hubungan)
46
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1) Analisis Responden
Data yang di deskripsikan pada penelitian ini meliputi data skor self-
efficacy (X) dan iklim sekolah (Y) yang diambil dari 40 guru sebagai
sampel di Kelurahan Kamal Jakarta Barat Tahun Ajaran 2018/2019.
Sekolah yang terlibat dalam pengisian kuosiner yaitu RA As-Salaam, RA
Ar-Ridho, RA Raudhatul Huda, RA Pena Audi, RA ICHA, RA Al-
Ikhwan, RA Amanah, dan RA Al-Islamiyah. Berikut jumlah angket yang
didistribusikan ke sekolah RA di kelurahan Kamal Kalilderes Jakarta
Barat.
Tabel 4.1
Jumlah Distribusi Angket
No. Nama Sekolah Jumlah Angket
Kembali Tidak
1. RA As-Salaam, 7 0
2. RA Ar-Ridho 5 0
3. RA Raudhatul Huda 3 0
4. RA Pena Audi 4 0
5. RA ICHA 2 0
6. RA Al-Ikhwan 6 0
7. RA Amanah 7 0
8. RA Al-Islamiyah 6 0
Jumlah 40 0
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa semua angket yang diberikan pada
pihak sekolah diterima kembali oleh penulis sesuai dengan jumlah angket
diberikan oleh penulis.
2) Statistik Deskriptif
Pengukuran statistik deskriptif variabel dilakukan untuk memberikan
gambaran umum mengenai jumlah responden, nilai tertinggi dan
terendah, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing
variabel yaitu self-efficacy dan iklim sekolah yang dijelaskan pada tabel
sebagai berikut:
48
Tabel 4.2
Descriptive Statistics
N Mean
Std. Deviation Minimum Maximum Percentiles
25th 50th (Median) 75th
SELF-EFFICACY
40 129,95 10,320 104 154 121,25 130,00 135,75
IKLIM SEKOLAH
40 150,58 15,884 101 178 136,25 150,50 162,75
Berdasarkan tabel 4.2 hasil output statistik deskriptif menjelaskan
bahwa:
1) N = 40 berarti jumlah data yang diolah dalam penelitian ini
adalah 40 sampel, yang terdiri dari data variabel self-efficacy dan
iklim sekolah.
2) Mean atau nilai rata-rata pada data untuk variabel self-efficacy
129,95 dan mean untuk data variabel iklim sekolah 150,58.
3) Standar deviasi untuk variabel self-efficacy adalah 10,320 dan
untuk variabel iklim sekolah adalah 15,884.
4) Variabel self-efficacy nilai terendah 104 dan iklim sekolah
memiliki nilai terendah 101. Sedangkan untuk nilai tertinggi
variabel self-efficacy sejumlah 154 dan nilai tertinggi untuk
variabel iklim sekolah sejumlah 178.
5) Nilai precentiles dengan median atau nilai tengah untuk data self-
efficacy 130,00 dan untuk data variabel iklim sekolah 150,50.
Grafik 4.1
Grafik batang variabel self-efficacy
49
Grafik 4.2
Grafik batang variabel iklim sekolah
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan apakah data dari sampel memenuhi
distribusi normal atau tidak. Tabel berikut menunjukan hasil dari uji
normalitas.
Tabel 4.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SELF-
EFFICACY IKLIM
SEKOLAH
N 40 40 Normal Parameters
a,b Mean 129,95 150,58
Std. Deviation 10,320 15,884 Most Extreme Differences Absolute ,098 ,086
Positive ,084 ,086 Negative -,098 -,084
Test Statistic ,098 ,086 Asymp. Sig. (2-tailed) ,200
c,d ,200
c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan tabel 4.3, terlihat pada kolom Kolmogorof-smirnov dapat
diketahui bahwa nilai signifikan (Sig.2-tailed) untuk seluruh variabel lebih
besar dari 0,05 yaitu 0,200 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal.
50
2. Uji Hipotesis
Teknik statistik yang digunakan dalam analisa korelasi pada penelitian
ini menggunakan korelasi person product moment, yaitu salah satu teknik yang
dikembangkan oleh Karl Pearson untuk menghitung koefisien korelasi.
Kegunaan uji Pearson Product Moment atau analisis korelasi adalah untuk
mencari hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dan data
berbentuk interval dan ratio. Rumus yang dikemukakan adalah :
∑
√ ∑
r = Koefisien korelasi r
X = Nilai dalam distribusi variabel X
Y = Nilai dalam distribusi variabel Y
Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan r, dengan ketentuan
nilai r tidak lebih dari harga ( -1 ≤ r ≤ +1 ). Apabila r = -1 artinya korelasi
negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya
sempurna positif (kuat). Atau dengan kata lain, koefisien korelasi itu bergerak
antara 0,000 sampai +1,000 atau di antara 0,000 sampai -1,000, tergantung
kepada arah korelasi, nihil, positif, atau negatif. Adapun kriteria pengujiannya
adalah jika r hitung > r tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika
r hitung < r tabel. ditolak dan Ho diterima. Koefisien yang bertanda positif
menunjukan arah korelasi yang positif.
Koefisien yang bertanda negatif menunjukan arah korelasi yang negatif.
Sedang koefisien yang bernilai 0,000 menunjukan tidak adanya korelasi antara
X dan Y. Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi
nilai r sebagai berikut:
Tabel 4.4
Interpretasi nilai r
Nilai korelasi r Tingkat hubungan
0,00-0,199 Sangat Lemah
0,20-0,399 Lemah
0,40-0,699 Cukup / Sedang
0,70-0,899 Kuat / Tinggi
0,90-0,999 Sangat Kuat
51
(Syofiyan Siregar, 2013, h. 251)
Uji Hipotesis digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan hubungan
antara variabel X ( self-efficacy ) dengan variabel Y ( iklim sekolah ), maka
terlebih dahulu dirumuskan Ho dan Ha.
Ho = Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara iklim sekolah dengan Self-
efficacy guru di sekolah Raudhatul Athfal kelurahan kamal kecamatan
kalideres Jakarta barat tahun ajaran 2018/2019.
Ha = Terdapat korelasi yang signifikan antara iklim sekolah dengan Self-
efficacy guru di sekolah Raudhatul Athfal kelurahan kamal kecamatan
kalideres Jakarta barat tahun ajaran 2018/2019.
Adapun langkah selanjutnya, setelah data yang diperoleh dari setiap
reponden, dianalisa deskriptif dengan menggunakan nilai presentasi frekuensi,
maka selanjutnya penulis akan mencari korelasi antara dua variabel penelitian
dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis software SPSS versi 22. Untuk mendapatkan nilai
koefisien korelasi. Berikut adalah tabel hasil uji korelasi self-efficacy dengan
iklim sekolah.
Tabel 4.5
Hasil uji korelasi variabel self-efficacy dengan iklim sekolah
Correlations
SE IS
SE Pearson Correlation 1 ,563
Sig. (2-tailed) ,000
N 40 40
IS Pearson Correlation ,563 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 40 40
Interpretasi output SPSS pada tabel 4.4 di peroleh harga koefisien korelasi
sebesar 0,563 dengan signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan data tersebut
maka dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan membandingkan taraf
signifikansi (p-value) menggunakan rumusnya.
Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima
Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak
Hasil perhitungan korelasi didapatkan angka sebesar 0,563 dengan
signifikansi 0,000. Karena signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak, berarti Ha
52
diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dengan
self-efficacy guru di sekolah Raudhatul Athfal kelurahan Kamal kecamatan
kalideres Jakarta barat Tahun Ajaran 2018/2019.
Pengujian:
Jika r hitung > r tabel, maka Ho di tolak
Jika r hitung < r tabel, maka Ho di terima
Perhitungan korelasi dengan taraf kepercayaan 0,05 (5%), maka dapat
diperoleh harga r tabel sebesar 0,312. Ternyata harga r hitung lebih besar dari
pada r tabel (0,563 > 0,312), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada
hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dengan self-efficacy guru RA di
Kelurahan Kamal kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun Ajaran 2018/2019.
Seberapa besar kontribusi antara iklim sekolah dan self-efficacy dapat
digunakan koefisien determinasi”
KD = ² x 100%
= (0,563)² x 100%
= 31 %
Hal ini menunjukan bahwa hubungan antara iklim sekolah terhadap self-
efficacy guru RA di Kelurahan Kamal kecamatan Kalideres Jakarta Barat
Tahun Ajaran 2018/2019 adalah relatif cukup kuat yaitu 31 %, ini artinya
terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi self-efficacy guru, sedangkan
dari kontribusi iklim sekolah pengaruhnya pada self-efficacy guru
menunjukkan persentase yaitu 31 %, selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain
misalnya meningkatkan motivasi, kinerja guru, dan lain sebagainya.
Data dan harga koefisien yang diperoleh mencerminkan keadaan
populasi. Berdasarkan hasil koefisien korelasi tersebut dapat dipahami bahwa
korelasinya bersifat positif, artinya semakin tinggi iklim sekolah maka akan
dibarengi dengan semakin tingginya self-efficacy guru RA. Dengan
memperhatikan harga koefisien korelasi sebesar 0,563 berarti korelasinya
bersifat cukup kuat.
53
C. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan teknik product
moment diperoleh rxy 0,563 dengan p = 0,000 (p<0,000). Hal ini menunjukkan
adanya hubungan positif yang cukup kuat antara iklim sekolah terhadap Self-
efficacy guru RA di Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta Barat
tahun ajaran 2018/2019. Hal ini menunjukkan hipotesis diterima, yakni adanya
hubungan positif antara self-efficacy guru terhadap iklim sekolah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya bahwa
adanya hubungan positif antara iklim sekolah terhadap self-efficacy guru di
sekolah RA kelurahan kamal kecamatan kalideres Jakarta barat. Menurut Ford
dalam Lelyana Martha Damarstuti, bahwa individu dengan self-efficacy yang
tinggi maka akan tertarik dengan kesempatan aktivitas untuk mengembangkan
diri dan aktif untuk mencoba hasil, serta mencoba pekerjaan yang sulit dan
komplek.56
Penelitian ini menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara iklim
sekolah terhadap self-efficacy guru di sekolah RA Kelurahan Kamal
Kecamatan Kalideres Jakarta barat tahun ajaran 2018/2019. Menurut Freiberg,
iklim sekolah sebagai suatu suasana atau kualitas untuk membantu individu
masing-masing merasa berharga secara pribadi, bermartabat dan penting secara
serentak dapat membantu terciptanya suatu perasaan memiliki terhadap segala
sesuatu di sekitar lingkungan sekolah.57
Iklim sekolah menjadi salah satu
bagian dalam meningkatkan self-efficacy guru di sekolah, karena iklim sekolah
akan mempunyai dampak yang positif dan cukup kuat terhadap self-efficacy
guru.
Self-efficacy menurut Bandura adalah keyakinan seseorang akan
kempuannya untuk mengorganisasikan dan melakukan tindakan yang perlu
56 Lelyana Martha Damarstuti, Dkk, Analisis Variabel Antecedents Bagi Keyakinan Diri
(Selfefficacy) Yang Berpengaruh Pada Motivasi Pra Pelatihan (Studi Guru Di SMA Negeri Se-Kota
Semarang) Hal.5 57 Mailiza Amalia Dan Suarman, Peranan Iklim Sekolah Terhadap Pembentukan Karakter Siswa
Smp Metta Maitreya Pekanbaru. Proceeding. 7th International Seminar On Regional Education, 2015. Vol.2
H. 870.
54
dilakukan dalam pencapaian tingkat kinerja tertentu.58
Bagi guru, self-efficaci
yang tinggi akan mendorong keterlibatan yang aktif dalam menyelesaikan
semua tugas, guru yang yakin akan kemapuannya dalam menghadapi hambatan
ketika mengelola kelas maupun ketika sedang bersosialisasi dengan lingkungan
sekolah baik di dalam kelas, maupun dengan rekan guru lainnya merasa
percaya dan mampu untuk menghadapi hambatan tersebut, kondisi ini akan
menciptakan iklim sekolah dan tingkat self-efficacy yang bagus. Sebaliknya,
jika guru merasa tidak yakin dengan kemampuannya untuk menghadapi
hambatan tersebut maka akan menurunkan keharmonisan ikim sekolah dan
self-efficacy guru tersebut.
Penelitian ini mendukung hasil dari penelitian yang dilakukakn oleh
Farida Hanun dengan judul “Pengaruh Efikasi Diri, Iklim Kerja, Dan Motivasi
Berprestasi Terhadap Kinerja Kepala Madrasah (Survey Di Madrasah
Ibtidaiyah Kota Bekasi)”. Pada penelitiannya tersebut, Farida menyatakan
bahwa efikasi diri dan iklim kerja memiliki hubungan yang signifikan. Dengan
hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan koefisien jalur (p21) = 0,301
dengan statistik uji-t diperoleh: thit = 3,245, p-value = 0,002 < 0,05. Dengan
demikian efikasi diri dan iklim kerja memiliki hubungan sebesar 9,1% dengan
koefisien 0.301.
Penelitian lainnya yang mendukung penelitian ini, yang telah diteliti oleh
Prima Retha Rahayu Ningtyas pada tahun 2011 dengan judul “Pengaruh Iklim
Kelas Dan Self-Efficacy Terhadap Motivasi Belajar Anak Jalanan”. Hasil dari
penelitian ini menyatakan bahwa self-efficacy memiliki hubungan terhadap
iklim kelas. Dengan hasil proporsi varians seluruhnya dipengaruhi independent
variabel sebesar 72%.
Salah satu penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sukron Fujiaturrahman
dengan judul “Iklim Sekolah Dan Efikasi Diri Dengan Motivasi Kerja Guru”.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sukron memperoleh hasil analisis
perhitungan korelasi ganda, dengan (ry1.2) = 0,949, dan fHit = 121,952, serta
p-value = 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara iklim
58 Farida hanun
55
sekolah dan efikasi diri dengan motivasi kerja guru di SDN segugus 07 Praya
Timur adalah kuat dan searah.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan-keterbatasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Penelitian ini hanya ditujukan untuk guru RA, dimungkinkan terdapat
perbedaan persepsi dan pandangan pada guru RA.
2) Terbatasnya jumlah data dalam penelitian yang dilakukan kali ini, hal ini
dikarenakan penelitian dilakukan pada masa-masa orientasi guru dan anak
sehingga guru-guru tidak seluruhnya ikut berpartisipasi dalam penelitian.
56
57
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji korelasi iklim sekolah dengan self-efficacy
guru, didapatkan nilai r hitung sebesar 0,621 dan nilai r tabel 0,312,
dengan signifikasi hitung 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan terdapat
korelasi atau hubungan positif antara iklim sekolah dengan self-efficacy
guru di sekolah RA Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta Barat
Tahun Ajaran 2018/2019. Artinya, semakin guru merasa nyaman di
lingkungan sekolahnya, maka semakin tinggi pula self-efficacy yang
dimiliki oleh guru. Semakin guru merasa tidak nyaman terhadap iklim
sekolah tersebut, maka semakin rendah pula self-efficacy guru.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut dalam hal ini
memberikan implikasi bahwa dengan adanya iklim sekolah yang positif
yaitu terciptanya suasana saling mendukung dan membantu satu sama lain,
saling berbagi informasi antar sesama guru, sarana prasarana yang aman
dan nyaman, kepala sekolah yang demokratis dan tidak otoriter maka akan
dapat menciptakan self-efficacy guru yang tinggi. Jika guru telah
merasakan iklim sekolah yang mendukung maka akan berdampak pada
self-efficacy guru. Dari pernyataan di atas maka ketika ingin meningkatkan
self-efficacy guru maka pihak pemberi kebijakan harus meningkatkan
iklim sekolah.
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut :
1. Kepala sekolah maupun pemimpin yayasan diharapkan
mempertahankan dan lebih meningkatkan sekolah yang positif agar
58
self-efficacy guru dapat lebih meningkat sehingga tujuan serta
tujuan visi misi sekolah bisa tercapai.
2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini bisa menjadi
sumber dan dapat dikembangkan lagi dengan memperluas wilayah
penelitian.
3. Kepada guru-guru diharapkan untuk selalu bekerja sama, saling
mendukung dan menyesuaikan diri dalam melaksanakan tugas
sehingga merasakan suatu kenyamanan dalam bekerja dan saling
berinteraksi dengan guru lainnya agar keharmonisan selalu terjaga.
4. Kepada pemerintah sebagai pemberi kebijakan pendidikan supaya
dapat menigkatkan kembali infrastuktur sekolah dan
menganggarkan dana untuk guru agar terciptanya iklim sekolah
yang positif.
59
DAFTAR PUSTAKA
Erawati, Muna. Profil Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Efikasi Guru Madrasah
Ibtidaiyah Peserta Dual Mode System. Jurnal Inferensi. Vol. 6, No 2 Desember
2012. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Febriantin, Eka. Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Pengambilan Keputusan Dengan
Kinerja. Jurnal Manajemen Pendidikan
Friedman, H. Ensiklopedia Kesehatan Mental. San Diego: Academic Press, 1998
Halim, Abdul. Metode penelitian Bahasa. Jakarta: Diadit media, 2011.
Hanum, Farida. Pengaruh Efikasi Diri, Iklim Kerja, Dan Motivasi Berprestasi
Terhadap Kinerja Kepala Madrasah. Jurnal Analisa. Volume 20 Nomor 01 Juni,
2013.
Jamaluddin, Ahmad. Metode Penelitian Administrasi Publik Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Gava Media, 2015.
Jannah, Ema Uzlifatul. Hubungan Antara Self-Efficacy Dan Kecerdasan Emosional
Dengan Kemandirian Pada Remaja. Vol. 2, No. 3, Agustus 2012. Persona, Jurnal
Psikologi Indonesia.
Khairiyah, Ririn Masynu’atul. Perbedaan Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam Pendidikan Inklusi Ditinjau Dari Lama Mengajar Dan Latar Belakang
Pendidikan Di Kecamatan Grabag. Skripsi. Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas
Ilmu Pendidikan UIN Semarang 2014
Kimbal, Deby Aneke. Pengaruh Self-Efficacy, Lingkungan Kerja Dan Dukungan
Atasan Terhadap Transfer Pelatihan Pada Karyawan Bank Pembangunan
Daerah (Bpd) Bali Cabang Renon. E-Jurnal Managemen Unud. Vol. 4, No. 11,
2015.
Kolondam, Gerson Salomo. Pengaruh Kepemimpinan, Self Efficacy Dan Komitmen
Organisasi Terhadap Kinerja Guru Di Smp Negeri 7 Manado. E-Journal,
Manado.
Kuntjojo. 2009. https://ebekunt.files.wordpress.com/2009/04/metodologi-penelitian.pdf.
diakses pada 30 April 2018.
60
Lisnawati, Ayu dan Susandari. Hubungan antara persepsi terhadap iklim sekolah
dengan penyesuaian sosial santri putri ponpes Al Basyariyah bandung yang
melakukan pelanggaran. Jurnal Psikologi, 2015.
Machali, Imam. The Handbook Of Education Management. Jakarta: Kencana, 2016.
Puspitasari, Dita Ayu Dan Muryantinah Mulyo Handayani. Hubungan Tingkat Self-
Efficacy Guru Dengan Tingkat Burnout Pada Guru Sekolah Inklusif Di Surabaya.
Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan Universitas Airlangga. Volume.
3, No. 1, April 2014.
Rahman, Ulfiani. Efikasi Diri, Kepuasan Kerja, Dan Organizational Citizenship
Behavior Pada Guru Man Di Sulawesi. Lentera Pendidikan. Vol. 16 No. 1 Juni
2013. E-Jounal Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Rasto, 2018, http://rasto.staf.upi.edu/2016/03/15/pentingnya-iklim-sekolah.
Rusyan, H.A Tabrani. Membangun Guru Berkualitas. Jakarta: Pustaka Dinamika, 2012.
Sagita, Dony Darma. Hubungan Self Efficacy, Motivasi Berprestasi, Prokrastinasi
Akademik Dan Stres Akademik Mahasiswa. Jurnal Bikotetik. Volume 01 Nomor
02 Tahun 2017.
Seta, Indah Farra. Korelasi Antara Hubungan Sosial Dan Self Efficacy Dengan Hasil
Belajar Siswa Kelas Viii Smp Negeri 6 Kota Bengkulu,
Setyanto, Sony. Hubungan Antara Teacher Efficacy Dan Kepuasan Kerja Pada Guru
Sekolah Dasar Negeri Inklusi. E-Journal: Fakultas Psikologi, Universitas
Indonesia, 2013.
Wahyuni, Esa Nur dan Alfin Mustikawan. Self Efficacy Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Mengembangkan pendidikan Karakter Siswa. E-Book Annual
Internasional Converence On Islamic Studies: Surabaya.
61
62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
63
LAMPIRAN 1
KUESIOBER UJI VALIDITAS
64
KUESIONER UJI VALIDITAS VARIABEL SELF-EFFICACY
Data Responden
Nama responden :
Nama sekolah :
No. HP responden :
Pendidikan terakhir :
Petunjuk Pengisian Angket
Berikut ini adalah angket tentang self-efficacy, bapak/ibu guru diminta untuk menanggapi
pertanyaan dan pernyataan di bawah ini sesuai dengan persepsi bapak/ibu guru dengan tanda
ceklis (√) pada salah satu pilihan yang cocok dengan diri bapak/ibu guru. Dengan Keterangan
SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) STS (Sangat Tidak Setuju). Berikut angket
yang bapak/ibu guru isi.
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1. Apabila saya menemui kesulitan pasti saya dapat
menanganinya
2. Dengan kemampuan yang saya miliki, saya tidak menemui
kesulitan untuk melaksanakan niat tujuan saya
3. Setiap mendapat masalah, saya selalu tahu harus bagaimana
bersikap
4. Saya kurang peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain
tentang apa yang saya utarakan
5. Apabila saya menemui kesulitan, saya mudah putus asa
6. Apa yang saya utarakan dapat dengan mudah dimengerti
oleh orang lain
7. saya selalu menghadiri dan ikut serta dalam setiap kegiatan
rapat sekolah
8. Saya dapat menyelesaikan masalah apapun yang muncul
diluar perkiraan saya
9. Jika saya berusaha, saya dapat menyelesaikan masalah
dengan mudah
10. Saya selalu berpartisi aktif dalam setiap rapat sekolah
11. Saya ragu dapat menyelesaikan masalah yang muncul tiba-
tiba tanpa persiapan
12. Keraguan selalu muncul tiap kali saya melakukan suatu
pekerjaan
13. Saya selalu berusaha agar murid dan wali murid saya
mendengar pembicaaraan saya sehingga mengerti yang saya
sampaikan
14. Saya sulit meyakinkan pendapat saya kepada kepala sekolah
65
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
15. Saya adalah orang yang pantang menyerah, walaupun
banyak pekerjaan yang saya hadapi
16. Saya merasa terbebani dengan tanggung jawab yang
diberikan kepada saya
17. Saya tetap semangat meskipun mendapat banyak kesulitan
18. Saya akan tetap berusaha meskipun saya mengalami
kegagalan
19. Saya merasa gugup, karena harus ikut berpartisipasi dalam
rapat dengan orang tua siswa
20. Situasi kelas saat mengajar selalu dapat saya kuasai dengan
baik
21. Saya ragu, apakah saya dapat menjadi orang yang berhasil
22. Saya merasa tertekan tiap kali saya mendapat masalah
23. Saya mudah putus asa jika mengalami kegagalan
24. Saya selalu berusaha agar orang yang saya ajak berbicara
tertarik dengan apa yang saya bicarakan
25. Saya akan berusaha lebih kuat jika menghadapi kegagalan
26. Saya yakin, jika pekerjaan yang saya lakukan akan berhasil
27. Setiap ada masalah, saya selalu berusaha mencari jalan
keluarnya
28. Saya merasa takut dan tertekan ketika berbicara dihadpan
sekelompok orang yang bermacam-macam
29. Masalah demi masalah yang saya hadapi, membuat saya
malas untuk berusaha lagi
30. Saya mudah stres jika mendapat tugas yang menumpuk
31. Kegagalan membuat saya pesimis
32. Bila orang tua dan kepala sekolah tidak tertarik dengan
pembicaraan saya, maka saya merasa tidak berarti lagi
33. Saya selalu menjadi pendengar yang setia dalam setiap
rapat guru dan kepala sekolah
34. Saat saya mendapat masalah yang bermacam-macam saya
bisa bersikap tenang
35. Saya masih bersikap tenang ketika mendapat permasalahan
yang bermacam-macam
36. Saya ingin mencoba profesi baru yang bukan keahlian saya
37. Orang lain nampaknya tidak memahami apapun ayang saya
utarakan
38. Saat saya mendapat masalah yang bermacam-macam saya
terlihat gelisah
39. Saya takut mencoba pekerjaan lain yang bukan keahlian
saya
66
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
40. Saya mampu melakukan KBM dengan baik meskipun saya
sedang mendapat masalah yang bermacam-macam
41. Saya sangat terlihat gelisah ketika mendapat masalah ringan
42. Saya dapat memisahkan antara masalah pribadi dengan
tugas yang harus saya kerjakan
43. Saya sangat yakin dapat menyelsaikan masalah saya yang
bermacam-macam
44. Dengan masalah yang sedang saya alami saya menjadi tidak
dapat memikirkan masalah yang lain
45. Saya selalu mencapuradukkan masalah pribadi dengan
masalah yang ada di sekolah
46. Tugas yang bermacam-macam membuat saya jenuh
67
KUESIONER UJI VALIDITAS VARIABEL IKLIM SEKOLAH
Data Responden
Nama responden :
Nama sekolah :
No. HP responden :
Pendidikan terakhir :
Petunjuk Pengisian Angket
Berikut ini adalah angket tentang self-efficacy, bapak/ibu guru diminta untuk menanggapi
pertanyaan dan pernyataan di bawah ini sesuai dengan persepsi bapak/ibu guru dengan tanda
ceklis (√) pada salah satu pilihan yang cocok dengan diri bapak/ibu guru. Dengan Keterangan
SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) STS (Sangat Tidak Setuju). Berikut angket
yang bapak/ibu guru isi.
No. PERNYATAAN Jawaban
SS S TS STS
1. Hubungan guru dengan kepala sekolah baik.
2. Hubungan guru dengan karyawan
menyenangkan.
3. Guru dan orang wali murid saling berkerjasama
dalam peningkatan perkembangan anak.
4. Saya dapat menjalin keakraban dengan pihak-
pihak yang ada di lingkungan sekolah.
5.
Saya dapat dukungan dari siswa dan orang tua
dalam melaksanakan berbagai kegiatan di
sekolah.
6. Guru sering terlambat masuk kelas.
7. Kepala sekolah membiarkan guru yang sering
terlambat masuk kelas.
8. Guru dan kepala sekolah saling mengetahui latar
belakang keluarga satu sama lain.
9. Guru dan pihak sekolah saling mengetahui latar
belakang keluarga anak didik.
10. Guru dan wali murud saling bertukar informasi
terkait perkembangan anak.
11. Kepala sekolah dan staf saling terbuka terkait
keuangan sekolah.
12. Sekolah menanggapi positif masalah yang
disampaikan para guru.
68
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
13. Dalam melaksanakan kegiatan, tim bekerja
kompak.
14. Sekolah antusias mendukung ide atau gagasan
para guru.
15. Guru dan wali murid menjalin hubungan yang
harmonis satu sama lain.
16. Saya sangat menikmati pekerjaan saya sebagai
pendidik anak usia dini.
17. Saya dan guru-guru lainnya berusaha untuk tidak
terlihat lelah ketika mengajar.
18. Saya dan guru-guru lainnya mengajar dengan
berbagai metode baru.
19. Wali murid menyembunyikan masalah
perkembangan anak.
20. Ide atau gagasan aneh, langsung dikritik teman
lain.
21. Kami berdiskusi untuk kemajuan sekolah atau
masalah pembelajaran di kelas.
22. Kami menyampaikan pendapat berbeda-beda
pada saat pertemuan atau rapat.
23.
Guru diberi kesempatan memaparkan penemuan
baru dalam pembelajaran, sebagai bahan
pengembangan dan tukar pengalaman.
24. Sekolah memberi penghargaan pada guru yang
memilki gagasan maupun karya kreatif.
25. Guru yang kompeten berhak mendapatkan hak
yang sesuai dengan prestasi yang dicapainya.
26.
Kami mendidik anak usia dini dengan sungguh-
sungguh demi mengembangkan aspek
perkembangan anak.
27. Kami diingatkan agar tidak lupa tujuan setiap
kegiatan.
28. Staf kantor memiliki hak untuk memberikan
pendapat saat rapat sekolah.
29. Jam mengajar selalu sesuai dengan yang
dijadwalkan oleh kepala sekolah.
69
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
30. Guru diberikan kesempatan untuk mengutarakan
pendapat saat rapat.
31. Kami terlibat aktif dalam menentukan tujuan
sekolah.
32. Jam pulang dari sekolah selalu sesuai dengn
jadwal.
33. Kami mengajar sesuai dengan kurikulum yang di
tentukan oleh sekolah.
34. Pihak sekolah selalu mengawasi kami ketika
mengajar.
35. Kepala sekolah sangat teliti ketika mengawasi
guru yag sedang melangsungkan KBM.
36. Guru mendidik anak dengan kasih sayang.
37. Sekolah menyediakan dana atau anggaran bagi
guru untuk berkreasi dalam pembelajaran.
38. Fasilitas mengajar guru sudah terpenuhi semua.
39. Sarana bermain di luar kelas sudah lengkap.
40. Ruang istirahat guru sudah disediakan oleh pihak
sekolah.
41. Ruang tunggu penjemputan murid tersedia
dengan baik.
42. Keamanan kerja guru terjamin.
43. Sekolah pemperkerjakan petugas keamanan
untuk menjamin keamanan lingkungan sekolah.
70
LAMPIRAN 2
DATA UJI VALIDITAS
71
72
LAMPIRAN 3
KUESIOBER PENELITIAN
73
KUESIONER PENELITIAN SELF-EFFICACY
Data Responden
Nama responden :
Nama sekolah :
No. HP responden :
Pendidikan terakhir :
Petunjuk Pengisian Angket
Berikut ini adalah angket tentang self-efficacy, bapak/ibu guru diminta untuk menanggapi
pertanyaan dan pernyataan di bawah ini sesuai dengan persepsi bapak/ibu guru dengan tanda
ceklis (√) pada salah satu pilihan yang cocok dengan diri bapak/ibu guru. Dengan Keterangan
SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) STS (Sangat Tidak Setuju). Berikut angket
yang bapak/ibu guru isi.
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
47. Apabila saya menemui kesulitan pasti saya dapat
menanganinya.
48. Dengan kemampuan yang saya miliki, saya tidak
menemui kesulitan untuk melaksanakan niat
tujuan saya.
49. Saya kurang peduli dengan apa yang dipikirkan
orang lain tentang apa yang saya utarakan.
50. Apabila saya mendapat kesulitan, saya mudah
putus asa.
51. Apa yang saya utarakan dapat dengan mudah
dimengerti oleh orang lain.
52. Saya ragu dapat menyelesaikan masalah yang
muncul tiba-tiba tanpa persiapan.
53. Keraguan selalu muncul tiap kali saya melakukan
suatu pekerjaan.
54. Saya selalu berusaha agar murid dan wali murid
saya mendengar pembicaraan saya sehingga
mereka mengerti yang saya sampaikan.
55. Saya sulit meyakinkan pendapat saya kepada
kepala sekolah.
74
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
56. Saya akan tetap berusaha meskipun saya
mengalami kegagalan.
57. Saya merasa gugup, karena harus ikut
berpartisipasi dalam rapat dengan orangtua siswa.
58. Situasi kelas saat mengajar selalu dapat saya
kuasai dengan baik.
59. Saya ragu, apakah saya dapat menjadi orang yang
berhasil.
60. Saya merasa tertekan tiap kali saya mendapat
masalah.
61. Saya mudah putus asa jika mengalami kegagalan.
62. Saya selalu berusaha agar orang yang saya ajak
berbicara tertarik dengan apa yang saya bicarakan.
63. Saya akan berusaha lebih kuat jika menghadapi
kegagalan.
64. Saya yakin, jika pekerjaan yang saya lakukan akan
berhasil.
65. Setiap ada masalah, saya selalu berusaha mencari
jalan keluarnya.
66. Saya merasa takut dan tertekan ketika berbicara
dihadapan sekelompok orang yang bermacam-
macam.
67. Masalah demi masalah yang saya hadapi,
membuat saya malas untuk berusaha lagi.
68. Saya mudah stres jika mendapat tugas yang
menumpuk.
69. Kegagalan membuat saya pesimis.
70. Bila orangtua dan kepala sekolah tidak tertarik
dengan pembicaraan saya, maka saya merasa tidak
berarti lagi.
71. Saya selalu menjadi pendengar yang setia dalam
setiap rapat guru dan kepala sekolah.
75
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
72. Orang lain nampaknya tidak memahami apapun
yang saya utarakan.
73. Saat saya mendapat masalah yang bermacam-
macam saya terlihat gelisah.
74. Saya takut mencoba pekerjaan lain yang bukan
keahlian saya.
75. Saya sangat terlihat gelisah ketika mendapat
masalah ringan.
76. Saya mampu melakukan KBM dengan baik
meskipun saya sedang mendapat masalah yang
bermacam-macam.
77. Saya dapat memisahkan antara masalah pribadi
dengan tugas yang harus saya kerjakan.
78. Saya sangat yakin dapat menyelesaikan masalah
saya yang bermacam-macam.
79. Dengan masalah yang sedang saya alami saya
menjadi tidak dapat memikirkan masalah yang
lain.
80. Saya selalu mencapuradukkan masalah pribadi
dengan masalah yang ada di sekolah.
81. Tugas yang bermacam-macam membuat saya
jenuh.
76
KUESIONER PENELITIAN IKLIM SEKOLAH
Data Responden
Nama responden :
Nama sekolah :
No. HP responden :
Pendidikan terakhir :
Petunjuk Pengisian Angket
Berikut ini adalah angket tentang self-efficacy, bapak/ibu guru diminta untuk menanggapi
pertanyaan dan pernyataan di bawah ini sesuai dengan persepsi bapak/ibu guru dengan tanda
ceklis (√) pada salah satu pilihan yang cocok dengan diri bapak/ibu guru. Dengan Keterangan
SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) STS (Sangat Tidak Setuju). Berikut angket
yang bapak/ibu guru isi.
No. PERNYATAAN Jawaban
SS S TS STS
44. Hubungan guru dengan kepala sekolah baik.
45. Hubungan guru dengan karyawan
menyenangkan.
46. Guru dan orang wali murid saling berkerjasama
dalam peningkatan perkembangan anak.
47. Saya dapat menjalin keakraban dengan pihak-
pihak yang ada di lingkungan sekolah.
48.
Saya dapat dukungan dari siswa dan orang tua
dalam melaksanakan berbagai kegiatan di
sekolah.
49. Guru sering terlambat masuk kelas.
50. Kepala sekolah membiarkan guru yang sering
terlambat masuk kelas.
51. Guru dan kepala sekolah saling mengetahui latar
belakang keluarga satu sama lain.
52. Guru dan pihak sekolah saling mengetahui latar
belakang keluarga anak didik.
53. Guru dan wali murud saling bertukar informasi
terkait perkembangan anak.
54. Kepala sekolah dan staf saling terbuka terkait
keuangan sekolah.
55. Sekolah menanggapi positif masalah yang
disampaikan para guru.
77
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
56. Dalam melaksanakan kegiatan, tim bekerja
kompak.
57. Sekolah antusias mendukung ide atau gagasan
para guru.
58. Guru dan wali murid menjalin hubungan yang
harmonis satu sama lain.
59. Saya sangat menikmati pekerjaan saya sebagai
pendidik anak usia dini.
60. Saya dan guru-guru lainnya berusaha untuk tidak
terlihat lelah ketika mengajar.
61. Saya dan guru-guru lainnya mengajar dengan
berbagai metode baru.
62. Wali murid menyembunyikan masalah
perkembangan anak.
63. Ide atau gagasan aneh, langsung dikritik teman
lain.
64. Kami berdiskusi untuk kemajuan sekolah atau
masalah pembelajaran di kelas.
65. Kami menyampaikan pendapat berbeda-beda
pada saat pertemuan atau rapat.
66.
Guru diberi kesempatan memaparkan penemuan
baru dalam pembelajaran, sebagai bahan
pengembangan dan tukar pengalaman.
67. Sekolah memberi penghargaan pada guru yang
memilki gagasan maupun karya kreatif.
68. Guru yang kompeten berhak mendapatkan hak
yang sesuai dengan prestasi yang dicapainya.
69.
Kami mendidik anak usia dini dengan sungguh-
sungguh demi mengembangkan aspek
perkembangan anak.
70. Kami diingatkan agar tidak lupa tujuan setiap
kegiatan.
71. Staf kantor memiliki hak untuk memberikan
pendapat saat rapat sekolah.
72. Jam mengajar selalu sesuai dengan yang
dijadwalkan oleh kepala sekolah.
78
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
73. Guru diberikan kesempatan untuk mengutarakan
pendapat saat rapat.
74. Kami terlibat aktif dalam menentukan tujuan
sekolah.
75. Jam pulang dari sekolah selalu sesuai dengn
jadwal.
76. Kami mengajar sesuai dengan kurikulum yang di
tentukan oleh sekolah.
77. Pihak sekolah selalu mengawasi kami ketika
mengajar.
78. Kepala sekolah sangat teliti ketika mengawasi
guru yag sedang melangsungkan KBM.
79. Guru mendidik anak dengan kasih sayang.
80. Sekolah menyediakan dana atau anggaran bagi
guru untuk berkreasi dalam pembelajaran.
81. Fasilitas mengajar guru sudah terpenuhi semua.
82. Sarana bermain di luar kelas sudah lengkap.
83. Ruang istirahat guru sudah disediakan oleh pihak
sekolah.
84. Ruang tunggu penjemputan murid tersedia
dengan baik.
85. Keamanan kerja guru terjamin.
86. Sekolah pemperkerjakan petugas keamanan
untuk menjamin keamanan lingkungan sekolah.
79
LAMPIRAN 4
DATA PENELITIAN
80
81
82
LAMPIRAN 5
SURAT-SURAT PENELITIAN
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI PENELITIAN
97
Kegiatan belajar di RA Pena Audi
Kegiatan belajar di RA As-Salaam
Kegiatan belajar di RA As-Salaam
98
Kegiatan periksa kesehatan di RA Ar-ridho
kegiatan belajar di RA Al-Islamiyyah
kegiatan Belajar di RA Raudhatul Huda
99
Kegiatan belajar di RA Amanah
acara kegiatan pelepasan peserta didik di RA Al-Ikhwan
100
RIWAYAT HIDUP
Fikri Amalia Siregar, lahir pada 31 Juli 1995 di Jakarta Barat, DKI
Jakarta. Penulis merupakan anak ke 2 dari 5 saudari, dari pasangan
Asrul Sukri Siregar dan Siti Khodijah S.PdI.
Penulis pertama kali masuk pendidikan formal di MI Ar-Rohman
Kamal-Kalideres Jakarta Barat pada tahun 2000 dan tamat pada tahun
2007. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke
SMPN 190 Jakarta Barat dan lulus pada tahun 2010. Setelah tamat SMP, penulis melanjutkan
pendidikan ke Pondok Pesantren Attahiyyah Cipondoh Tangerang Banten dan lulus pada
tahun 2013. Setahun kemudian penulis mendaftarkan diri ke Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Dan
terdaftar sebagai mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini.