HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA
Transcript of HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA
PADA FOTOGRAFER DI YOGYAKARTA
Destin Diaz Hakim
Ike Agustina
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah ada hubungan antara beban kerja dan stres kerja pada fotografer di Yogyakarta. Analisis ini menggunakan variabel independen yaitu beban kerja dan variabel dependen yaitu stres kerja. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan positif yang signifikan antara beban kerja dan stres kerja pada fotografer di Yogyakarta.
Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di perusahaan fotografi X di Yogyakarta dengan jumlah subjek sebanyak 33 orang yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 12 orang perempuan dengan rentang usia 18-55 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan metode kuesioner. Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu Skala Stres Kerja menggunakan General Work Stres Scale (GWSS) yang disusun oleh De Bruin (2006) dan Skala Beban Kerja menggunakan Quantitative Workload Inventory (QWI) yang disusun oleh Spector & Jex (1998).
Hasil analisis dengan menggunakan SPSS 18.0 for windows menunjukkan bahwa hipotesis ditolak, yaitu tidak ada hubungan yang sangat signifikan antara beban kerja dan stres kerja (r=0,056; p=0,379).
Kata Kunci: Stres Kerja, Beban Kerja, Fotografi
A. PENGANTAR
Salah satu indikator keberlangsungan perusahaan dapat terlihat dari
bagaimana cara perusahaan memperlakukan serta mengelola tenaga kerja atau
sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya dengan baik. Sehingga, sebuah
perusahaan dapat dinilai berhasil mencapi tujuannya jika sistem yang berlangsung
di dalamnya sudah berlangsung efektif dalam mencapai tujuan perusahaan
(Setiawan, 2015). Hal ini menegaskan bahwa sumber daya manusia yang unggul
adalah salah satu aset terpenting dalam kemajuan perusahaan.
Apabila beban pekerjaan seorang fotografer melebihi batas kemampuan
maka akan timbul suatu tekanan yang dirasakan karyawan, hal tersebut dapat
memicu terjadinya stres kerja. Sehingga beban kerja berperan dalam memicu
munculnya stres kerja. Beban kerja yang berlebih serta adanya tekanan dalam
waktu penyelesaian pekerjaan yang berasal dari internal seperti dari atasan, hingga
yang berasal dari eksternal seperti dari konsumen, dapat mengakibatkan karyawan
mengalami stres kerja. Seiring perkembangannya, menurut Tashandra (2018), tren
berikutnya yang muncul adalah foto dan video prewedding yang tentunya akan
membuat tren jasa bisnis dokumentasi pernikahan menjadi kian populer dan
bersaing.
Hubungan antara beban kerja dan stres kerja dapat dilihat pada beberapa
perusahaan yang bersaing dengan mengikuti tren masa kini. Hal ini muncul dari
keinginan dari setiap perusahaan yang tampaknya ingin menarik minat konsumen
pada penawaran yang diberikan sehingga akhirnya pun dapat memberikan
pelayanan yang baik bagi para konsumen. Fotografi dan videografi dapat
dikategorikan sebagai tren yang dimaksud. Sebuah kegiatan pendokumentasian
yang awalnya merupakan sebuah hobi mengalami perkembangan menjadi sebuah
bisnis yang tampak menjanjikan. Primus (Kompas, 2018) menuliskan bahwa
perkembangan bisnis fotografi terdongkrak lantaran perkembangan teknologi
digital yang semakin maju.
Beban kerja adalah suatu keadaan dari pekerjaan dengan beberapa rincian
tugasnya yang harus diselesaikan oleh karyawan dalam waktu tertentu (Munandar,
2008). Penelitian sebelumnya mengenai beban kerja dan stres kerja salah satunya
adalah penelitian Rizky dan Afrianty (2018) yang berjudul Pengaruh Beban Kerja
Terhadap Stres Kerja Dengan Work Life Balance Sebagai Variabel Intervening.
Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa beban kerja berpengaruh positif yang
signifikan terhadap stres kerja.
Karyawan yang mengalami stres kerja akan terlihat dari performansinya.
Seorang fotografer akan selalu menerima banyak order yang masuk. Jika project
satu orang klien belum terselesaikan, maka project selanjutnya akan bertumpuk.
Pekerjaan yang menumpuk akan membuat seorang fotografer mengalami
kecemasan ketika menjalankan pekerjaannya. Misalkan, pada proses editing yang
masih terus memiliki revisi dari klien, akan membuat perasaan cemas dan
khawatir ketika sedang melakukan proses shooting. Setelah kembali dari proses
shooting, pekerjaan editing tersebut masih harus diselesaikan hingga klien merasa
puas dengan hasilnya.
Tahapan pertama yang harus dilakukan seorang fotografer adalah menerima
detail order yang masuk dari seorang klien seperti tanggal acara dan jenis paket
apa yang dipilih oleh klien. Selanjutnya, jika paket yang dipilih oleh klien adalah
paket yang memiliki spesifikasi fotografer yang lebih dari satu orang, maka
kemudian fotografer tersebut harus menghubungi fotografer lainnya dan
mengadakan pertemuan bersama klien. Kemudian hal yang akan dibahas adalah
penentuan konsep (untuk prewedding) seperti penentuan lokasi, model pakaian,
properti-properti yang dibutuhkan, serta mengurus surat ijin ke lokasi prewedding.
Dimulai dari penentuan lokasi dan pakaian, seorang fotografer harus dapat
menyesuaikan lokasi dan pakaian agar tidak salah konsep. Fotografer harus berani
untuk meminta klien pakaian apa yang mereka kenakan, namun tidak sedikit klien
yang merasa malas untuk mencari pakaian yang sesuai konsep sehingga
menjadikan foto yang diambil tidak sesuai dengan konsep awal yang diinginkan.
Permasalahan selanjutnya adalah ketika seorang fotografer tidak dapat membuat
mood klien menjadi bagus sehingga proses shooting berjalan dengan lancar.
Banyak klien yang pada akhirnya menyesal ketika mendapatkan hasil fotonya,
mimik wajah mereka tidak tampak bagus terlebih lagi jika mereka memiliki
permasalahan dengan pasangannya ketika hari shooting berlangsung. Klien yang
telah mendapatkan foto yang masih belum diedit kemudian hanya memiliki waktu
untuk merevisi fotonya sebanyak 3 kali, namun pada kenyataannya, revisi yang
diminta oleh klien dapat melebihinya.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan atasan di perusahaan
fotografi X, dalam rangkaian acara wedding, berbeda lagi dengan prewedding,
shooting pada acara pernikahan akan dimulai pada pagi hari bahkan sebelum
adzan Subuh berkumandang dan selesai ketika hari sudah tengah malam bahkan
dapat mencapai pukul 12 malam jika acara tersebut masih memiliki rangkaian
kegiatan lainnya. Seperti pada acara pernikahan adat contohnya, adat Batak akan
memiliki waktu pendokumentasian acara yang dapat mencapai waktu satu minggu
lamanya sehingga seorang fotografer akan mengalami kelelahan dan kekurangan
stamina untuk melakukan kegiatan selanjutnya. Setelah foto sudah sampai tahap
editing, klien juga hanya memiliki waktu untuk revisi adalah sebanyak 3 kali.
Namun seringkali permintaan klien yang beragam bahkan ada yang cenderung
aneh akan menjadi tuntutan klien. Sebelum itu, klien akan diberikan dua pilihan,
antara akan memilih sendiri foto yang akan diedit, atau dipilihkan oleh fotografer.
Seringkali jika klien memutuskan untuk memilih sendiri namun mereka tak
kunjung memiliki waktu untuk memilih sehingga melebihi batas waktu yang ada
di kontrak, seringkali fotografer yang akan disalahkan oleh pihak keluarga karena
dianggap proses yang dilakukan sangat lama. Berbeda dengan yang dipilih oleh
fotografer, setelah diedit, seringkali klien merasa tidak cocok dengan pilihan
fotografer sehingga fotografer harus mengedit kembali foto yang diinginkan klien
dan membuat waktu fotografer berkurang banyak sehingga tidak bisa
mengerjakan pekerjaan yang lainnya.
Yang menjadi hal yang sangat penting selanjutnya adalah mengenai
penyimpanan data. Setelah rangkaian acara sebuah pernikahan telah selesai,
seluruh foto harus segera di back up di 2 hardisk dan tidak boleh ditinggal pergi
atau bahkan ditinggal tidur. Fotografer harus memastikan bahwa seluruh foto
telah di back up baru boleh menghapus foto yang berada di kartu memori. Jika
seorang fotografer lalai dalam memback up keseluruhan data sehingga
menyebabkan seluruh foto menjadi hilang, maka akan terjadi permasalahan besar.
Fenomena inilah yang kemudian memantik keinginan peneliti untuk
melakukan riset dalam melihat hubungan antara beban kerja dan stres kerja pada
karyawan perusahaan fotografi di Yogyakarta.
B. METODE PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dilibatkan adalah karyawan yang bekerja
sebagai fotografer di perusahaan fotografi X yang berjumlah 33 orang yang
memiliki usia di antara 18 tahun hingga 55 tahun, berjenis kelamin pria
maupun wanita, dan memiliki waktu bekerja minimal 1 tahun di perusahaan
fotografi X.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah metode angket atau kuesioner dengan tujuan untuk
mendapatkan jenis data kuantitatif. Skala dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Skala stres kerja
Skala stres kerja merupakan skala yang digunakan sebagai alat
ukur untuk mengukur tingkat stres kerja fotografer. Skala ini
merupakan skala yang dibuat oleh peneliti sebelumnya yaitu De Bruin
(2006). Stres kerja menurut De Bruin (2006) adalah keadaan yang
tidak nyaman dari tekanan psikologis yang dihasilkan dari penilaian
bahwa tuntutan yang dirasakan melebihi sumber daya individu untuk
berhasil memenuhi tuntutan.
Skala stres kerja yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan pada skala General Work Stres Scale (GWSS) yang
disusun oleh De Bruin (2006) dengan tiga aspek stres kerja, yaitu
motivasi, kognitif, dan afektif. Skala ini terdiri dari 9 aitem bersifat
favorable. Skala ini menggunakan model skala Likert dengan lima
alternatif jawaban, yaitu “Tidak Pernah”, “Jarang”, Kadang”, “Sering”,
dan “Selalu”. Skor aitem pada skala ini adalah Tidak Pernah = 1,
Jarang = 2, Kadang = 3, Sering = 4, dan Selalu = 5.
2. Skala Beban Kerja
Skala beban kerja merupakan skala yang digunakan sebagai alat
ukur unutk mengukur tingkat beban kerja fotografer. Skala ini
merupakan skala yang dibuat oleh peneliti sebelumnya yaitu Spector
dan Jex (1998). Menurut Spector dan Jex (1998), beban kerja adalah
volume atau jumlah pekerjaan yang dimiliki dari seorang karyawan.
Skala beban kerja yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan pada skala Quantitative Workload Inventory (QWI) yang
disusun oleh Spector & Jex (1998) yang mengukur beban kerja
berdasarkan volume dan kecepatan dalam bekerja. Skala ini terdiri dari
lima aitem yang semuanya bersifat favorable dan menggunakan model
skala Likert. Skala QWI memiliki lima alternatif jawaban dan skor,
yaitu : “Tidak Pernah” = 1, “Sekali atau Dua Kali Dalam Satu Bulan”
= 2, “ Sekali atau Dua Kali Dalam Satu Minggu” = 3, “Sekali atau Dua
Kali Dalam Satu Hari” = 4, dan “ Beberapa Kali Dalam Satu Hari” = 5.
3. Metode Analisis Data
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan beban kerja
dan stres kerja pada karyawan perusahaan fotografi X di Yogyakarta. Untuk
membuktikan hipotesis, analisis data yang akan digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah analisis statistik. Uji normalitas dilakukan
dengan analisis statistik Saphiro-Wilk (p = > 0.05), uji linearitas dengan
melihat nilai p < 0.05. Uji hipotesis dilakukan melalui analisis statistik
Product Moment Spearman. Hipotesis diterima apabila hasil analisis data
menunjukkan nilai p < 0,01. Hubungan antara stres kerja dan beban kerja
digunakan uji korelasi product moment dengan Statistical Package for
Sosial Science (SPSS) 18.0 for windows.
C. HASIL PENELITIAN
1. Uji Asumsi
a) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data
variabel bebas dan variabel tergantung berdistribusi normal atau tidak.
Distribusi dikatakan normal apabila p = > 0.05, sedangkan apabila p =
< 0.05 maka distribusi dikatakan tidak normal. Teknik yang
digunakan untuk uji normalitas adalah teknik Shapiro-Wilk.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada variabel stres kerja, diperoleh
p = 0,167. Hasil pengolahan data pada variabel beban kerja p =
0,019. Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh adalah
normal.
b) Uji Linearitas
Uji linearitas ini dilakukan untuk mengetahui linearitas
hubungan antara variabel stres kerja dan beban kerja. Uji linearitas ini
bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antara kedua variabel
adalah linear. Kedua variabel dapat dikatakan linear jika p < 0.05
sedangkan dapat dikatakan tidak linear apabila kedua variabel
memiliki nilai p > 0.05. Dari hasil pengolahan data menunjukkan
bahwa pada variabel stres kerja dan beban kerja nilai f = 0,010 dengan
p = 0,920. Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan antara stres kerja
dan beban kerja bersifat tidak linear.
c) Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang
diajukan dalam penelitian. Uji hipotesis dilakukan menggunakan
teknik korelasi Product Moment dari Spearman. Teknik korelasi ini
dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18.0 for
windows. Hipotesis diterima apabila hasil analisis data menunjukkan
nilai p < 0,01. Peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu
terdapat hubungan positif antara beban kerja dan stres kerja pada
karyawan perusahaan fotografi X di Yogyakarta.
Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel stres
kerja dan variabel beban kerja (r = 0,056 dengan p = 0,379). Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara
stres kerja dan beban kerja, sehingga hipotesis yang diajukan ditolak.
D. PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja dan stres
kerja pada karyawan di perusahaan fotografi X di Yogyakarta. Menurut Menurut
De Bruin (2006) aspek-aspek stres kerja adalah gangguan motivasi, kognitif, dan
afektif. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data guna
mengetahui hubungan ketiga aspek stres kerja tersebut dengan beban kerja.
Analisis dari hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Program for Social Science) versi 18.0 for windows. Teknik analisis
yang dilakukan adalah korelasi Pearson One Tailde. Dari hasil analisis yang
dilakukan menunjukkan adanya hubunngan yang negatif antara beban kerja dan
stres kerja pada fotografer yang berarti hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Hal
ini terlihat dari hasil uji hipotesis bahwa semakin tinggi beban kerja belum tentu
semakin tinggi pula tingkat stres kerjanya. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
adanya aspek-aspek lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres kerja selain
beban kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2011) yang
telah melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan
Stres Kerja Terhadap Karyawan Bagian Produksi PT Pertamina Refinery Unit V
Balikpapan”, menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara kecerdasan emosional dengan stres kerja yang terlihat dari koefisien
korelasi (r) = 0,917 dengan p = 0,000. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa
hipotesis penelitiannya diterima. Sehingga dapat terlihat bahwa selain beban
kerja, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres kerja. Selain itu,
dapat dilihat juga dari aspek yang digunakan peneliti adalah aspek berdasarkan
teori De Bruin (2006) yaitu motivasi, kognitif dan afektif. Sedangkan jika dilihat
dari aspek berdasarkan teori lainnya seperti teori dari Robbins & Judge (2011),
yang membagi aspek stres kerja menjadi aspek fisiologis, psikologis, dan
perilaku. Aspek fisiologis menurut Robbins dan Judge (2011), yaitu stres dapat
menyebabkan penyakit di dalam tubuh yang ditandai dengan perubahan
metabolisme tubuh seperti peningkatan tekanan darah, sakit kepala, jantung
berdebar, serta dapat menyebabkan penyakit jantung yang tidak terdapat pada
aspek-aspek yang dikemukakan oleh De Bruin (2006). Kemudian aspek kedua
yaitu aspek psikologis seperti mudah marah, kebosanan, sikap suka menunda
sehingga dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan dalam hidup. Yang ke tiga,
adalah aspek perilaku, seperi perubahan dalam produktivitas, meningkatnya
absensi, dan tingkat keluarnya karyawan. Terlihat dari 3 aspek yang dikemukakan
oleh Robbins dan Judge (2011), bahwa masih banyak pertanyaan dalam alat ukur
yang belum sepenuhnya membahas mengenai penyebab-penyebab stres kerja.
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu yang terlihat dari pertanyaan-
pertanyaan pada alat ukur stres kerja oleh De Bruin (2006) yang hanya berjumlah
9 aitem dan aitem beban kerja yang juga memiliki jumlah aitem yang sangat
sedikit yaitu hanya berjumlah 5 aitem. Subjek dalam penelitian ini pun hanya
sedikit, yaitu berjumlah 33 orang. Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang
berpengaruh terhadap stres kerja seperti beberapa faktor internal seperti
kecerdasan emosi (Efendi & Noviati, 2011; Safrizal dan Noviati, 2012) dan modal
psikologis (Yudha & Noviati, 2013), serta faktor eksternal seperti dukungan social
(Handayani & Noviati, 2011). Sehingga dapat disimpulkan, masih terdapat
kemungkinan aspek-aspek lainnya yang dapat menyebabkan stres kerja menjadi
meningkat.
E. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa
saran yang dapat dikemukakan peneliti bagi pihak-pihak terkait dan penelitian
selanjutnya.
1. Bagi Subjek Penelitian
Subjek penelitian diharapkan mampu untuk dapat mengatasi beban
kerja yang berat sebagai sebuah tantangan untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan tersebut sehingga tidak akan terjadi stres kerja.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti dapat menggali lebih
dalam lagi terkait teori-teori yang berkaitan dengan gaya mengemudi dan
perilaku mengemudi berisiko. Serta peneliti juga diharapkan mampu
menggunakan alat ukur yang lebih baik lagi, sehingga didapatkan hasil
yang lebih baik dan relevan. Selanjutnya, peneliti dalam penelitian
selanjutnya diharapkan dapat mengawasi responden selama pengisian
kuisioner agar responden dapat mengisi dengan sungguh-sungguh sehingga
data yang didapatkan adalah data yang sesuai dengan keadaan sebenar-
benarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, A. P. (2018). Rutinitas Kerja, Penyebab Stres yang Paling Umum. Diambil dari https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/22/182932320/rutinitas-kerja-penyebab stres yang-paling-umum
Bruin G. P. D. & Taylor N. (2006). The Job Demand-Control Model of Job Strain
Across Gender. Diambil dari https://www.researchgate.net/profile/Gideon_De_Bruin2
Efendi, A. N. & Noviati, N. P. (2011). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Stres
Kerja terhadap Karyawan Bagian Produksi PT Pertamina Refinery Unit V Balikpapan. Naskah Publikasi, tidak diterbitkan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Handayani, J., & Noviati, N. P. (2011). Modal Psikologis dan Stres Kerja pada
Karyawan CV Media Printika (Medprint Offset). Naskah Publikasi, Tidak Diterbitkan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Kreitner, R., & Kinicki, A. (2005). Perilaku Organisasi. Edisi 5. Jakarta: Salemba
Empat. Luthans, F. (2005). Organizational Behavior. New York. McGraw-Hill, Inc. Michie, S. (2002). Causes and Management of Stres at Work. Occupational &
Environmental Medicine. Diambil dari https://www.scirp.org/(S(351jmbntvnsjt1aadkposzje))/reference/ReferencesPapers.aspx?ReferenceID=1815769
Primus, J. (2018). Tawaran Bisnis Fotografi Mulai dari Ujung Jari. Diambil dari
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/20/194042326/tawaran-bisnis-fotografi-mulai-dari-ujung-jari.
Qureshi, M. L., dkk. (2013) Relationship between Job Stres, Workload,
Environment and Employees Turnover Intentions: What We Know, What Should We Know. World Applied Sciences Journal. 764-770.
Rizky, D. & Afrianty, T. W. (2018). Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Kerja
dengan Work Life Balance Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Administrasi Bisnis. 47-53.
Robbins, S. P. (2006). Perilaku Organisasi. Edisi Lima. Terjemahan oleh Halida
dan Dewi Sartika. Jakarta: Erlangga.
Safrizal, T., & Noviati, N. P. (2012). Stres Kerja Ditinjau dari Kecerdasan Emosi
pada Perawat Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta. Naskan Publikasi, Tidak Diterbitkan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Senja, A. M. M. P. (2016). Pernikahan Tradisional Masih Tren di Kalangan
Muda. Diambil dari https://lifestyle.kompas.com/read/2016/09/16/060600520/pernikahan.tradisional.masih.tren.di.kalangan.muda.
Setiawan, W. A. (2015). Sempat Jaminkan KTP, Kini Wahyu Sukses dengan Tas
Merek Sendiri. Diambil dari https://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/06/07/224700626/Sempat.Jaminkan.KTP.Kini.Wahyu.Sukses.dengan.Tas.Merek.Sendiri.
Spector, P. E. & Steve, M. J. (1998). Development of Four Self-Report Measures
of Job Stresors and Strain: Interpersonal Conflict at Work Scale, Organizational Constraints Scale, Quantitative Workload Inventory, and Physical Symptomps Inventory. Diambil dari http://paulspector.com/scales/our-assessments/quantitative-workload-inventory-qwi/
Tashandra, N. (2018). Cerita Darwis Triadi Soal Tren Pre-Wedding yang Hanya
Ada di Indonesia. Diambil dari https://lifestyle.kompas.com/read/2018/06/07/073124620/cerita-darwis-triadi-soal-tren-pre-wedding-yang-hanya-ada-di-indonesia.
Yudha, P. D. J., & Noviati, N. P. (2013). Stres Kerja Ditinjau Dari Kecerdasan
Emosi pada Perawat Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta. Naskah Publikasi, Tidak Diterbitkan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
IDENTITAS PENULIS
Nama : Destin Diaz Hakim
Alamat Kampus : Universitas Islam Indonesia, Fakultas Psikologi dan
Ilmu Sosial Budaya, Program Studi Psikologi, Jl.
Kaliurang Km. 14,5 Besi, Sleman, Yogyakarta
Alamat Rumah : Jalan Sengkan Raya no. 30, Condong Catur, Depok,
Sleman, Yogyakarta
Alamat e-mail : [email protected]
No kontak : 081238880910