Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

16
HUBUNGAN AKSESIBILITAS MENURUT SISTEM ZONA TRANSPORTASI DENGAN POLA SEBARAN HOTEL DI KOTA SURAKARTA Rina Wulandari, Rizon Pamardhi Utomo, Murtanti Jani Rahayu Email: [email protected] NIM: I 0609025 Periode TA: 17 (April-Juni 2014) Tgl Ujian: 12 Juni 2014 Abstrak Penelitian ini didasarkan pada masalah tingginya jumlah hotel di Kota Surakata di mana dalam penentuan lokasinya mempertimbangkan faktor aksesibilitas. Sedangkan, aksesibilitas di Kota Surakarta tidak merata di seluruh bagian kota. Sementara itu, sebaran dari lokasi hotel di Kota Surakarta dapat membentuk pola keruangan tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang terbentuk dari aksesibilitas menurut sistem zona dengan pola sebaran hotel di Kota Surakarta. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deduktif dengan beberapa teknik analisis, yaitu analisis indeks aksesibilitas dengan persamaan Hansen dan rasio perbandingan, overlay mapping, analisis tetangga terdekat, korelasi Rank Spearman, dan deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola sebaran hotel di Kota Surakarta cenderung mengelompok. Pengelompokkan lokasi hotel tersebut cenderung berada pada zona dengan aksesibilitas untuk dicapai dari zona eksternal dan aksesibilitas antar zona internal yang tinggi, namun zona-zona tersebut merupakan zona dengan aksesibilitas intrazona yang rendah. Kata kunci: aksesibilitas, hotel, lokasi, pola sebaran, sistem zona transportasi

description

Hubungan aksesibilitas yang ditinjau berdasarkqan sistem zona transportasi dengan pola sebaran lokasi hotel di Kota Surakarta

Transcript of Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

Page 1: Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

HUBUNGAN AKSESIBILITAS MENURUT SISTEM ZONA TRANSPORTASI DENGAN POLA SEBARAN HOTEL

DI KOTA SURAKARTA

Rina Wulandari, Rizon Pamardhi Utomo, Murtanti Jani RahayuEmail: [email protected]

NIM: I 0609025Periode TA: 17 (April-Juni 2014)

Tgl Ujian: 12 Juni 2014

Abstrak

Penelitian ini didasarkan pada masalah tingginya jumlah hotel di Kota Surakata di mana dalam penentuan lokasinya mempertimbangkan faktor aksesibilitas. Sedangkan, aksesibilitas di Kota Surakarta tidak merata di seluruh bagian kota. Sementara itu, sebaran dari lokasi hotel di Kota Surakarta dapat membentuk pola keruangan tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang terbentuk dari aksesibilitas menurut sistem zona dengan pola sebaran hotel di Kota Surakarta. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deduktif dengan beberapa teknik analisis, yaitu analisis indeks aksesibilitas dengan persamaan Hansen dan rasio perbandingan, overlay mapping, analisis tetangga terdekat, korelasi Rank Spearman, dan deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola sebaran hotel di Kota Surakarta cenderung mengelompok. Pengelompokkan lokasi hotel tersebut cenderung berada pada zona dengan aksesibilitas untuk dicapai dari zona eksternal dan aksesibilitas antar zona internal yang tinggi, namun zona-zona tersebut merupakan zona dengan aksesibilitas intrazona yang rendah.

Kata kunci: aksesibilitas, hotel, lokasi, pola sebaran, sistem zona transportasi

Page 2: Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

HUBUNGAN AKSESIBILITAS MENURUT SISTEM ZONA TRANSPORTASI DENGAN POLA SEBARAN HOTEL

DI KOTA SURAKARTA

Rina Wulandari, Rizon Pamardhi Utomo, Murtanti Jani RahayuProgram Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Jurusan Arsitektur, Fakultas TeknikUniversitas Sebelas Maret, SurakartaEmail: [email protected]

Abstract: This research was conducted based on the phenomenon of a high number of hotel investments in Surakarta. However the location’s factor of hotel is accessibility. Each location in Surakarta has the difference access. Spatially, distribution of hotel location in Surakarta shows a certain pattern. This research is aimed to show the correlation between accessibility based zone system and spatial pattern of hotel di Surakarta. Deductive was the approach applied in this research. This research used several analytical technique that accessibility index (Hansen form), overlay mapping, nearest neighbor analysis, rank spearman correlation, and descriptive comparison. The result of this research shows that hotel spatial pattern in Surakarta tends to be in cluster. The location mostly located in the accessibility of reachable location from external zone and of high accessible internal zone. Even though, these zones are the lowest intra-zone accessibility. Keywords: accessibility, hotel, location, spatial pattern, transportation zone system

I. PENDAHULUANKota Surakarta merupakan salah satu

kota di Indonesia yang ramah terhadap investasi. Banyaknya potensi wisata dan ditetapkannya Kota Surakarta sebagai destinasi MICE turut membuat investasi dalam bidang hotel meningkat secara signifikan. Keberadaan hotel di Kota Surakarta menempati tata guna lahan perkotaan yang secara keruangan dapat membentuk pola sebaran tertentu. Sedangkan, fungsi utama dari hotel adalah mengakomodasi dan sebagai titik transit pengunjung menuju lokasi tujuan utama (pusat-pusat kegiatan). Oleh karena itu, pengusaha hotel akan bersaing untuk menempati lokasi dengan aksesibilitas tinggi.

Di samping itu, Kota Surakarta memiliki sistem transportasi yang cukup kompleks, namun tiap bagian wilayah memiliki tingkat kemudahan pencapaian (akses) yang berbeda-beda. Menurut Black (dalam Tamin, 2000: 36) penilaian aksesibilitas di suatu wilayah perkotaan dapat dilakukan dengan menyederhanakan sistem kota dengan membagi wilayah kota ke dalam zona-zona tertentu. Dalam

dokumen Tataran Transportasi Lokal Kota Surakarta Tahun 2009, Kota Surakarta dibagi menjadi 21 zona internal. Tiap zona internal memiliki tingkat keterhubungan dan kegiatan yang dapat memicu pergerakan yang berbeda antara satu dan lainnya. Dengan adanya pembagian zona transpotasi di Kota Surakarta, maka terdapat (4) empat jenis pergerakan yang terbentuk, yaitu pergerakan dari zona eksternal menuju zona eksternal yang melalui zona internal, pergerakan dari zona eksternal menuju zona internal, pergerakan antar zona internal, pergerakan intrazona.

Sedangkan, kawasan dengan aksesibilitas yang tinggi memicu munculnya investasi dan cenderung mengalami perkembangan baik fisik maupun non fisik yang lebih intensif jika dibandingkan kawasan dengan aksesibilitas yang lebih rendah. Mengacu pada hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara aksesibilitas menurut sistem zona transportasi dengan pola sebaran hotel yang terbentuk di Kota Surakarta.

Page 3: Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

II. METODE PENELITIANA. Ruang Lingkup

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah Kota Surakarta secara administratif yang dibagi ke dalam zona-zona transportasi sesuai dengan Dokumen Tataran Transportasi Lokal Kota Surakarta Tahun 2009. Sedangkan, ruang lingkup materi terdiri dari:1. Konsep ukuran fisik aksesibilitas

suatu kawasan berdasarkan sistem zona transportasi di perkotaan. Adanya sistem zona transportasi pada kawasan perkotaan, maka menghasilkan pergerakan-pergerakan yang melibatkan zona internal kawasan perkotaan sebagai zona tujuan yang kemudian dapat dinilai tingkat kemudahan melakukan pergerakan tersebut.

2. Konsep lokasi kegiatan ekonomi terutama kegiatan hotel yang merupakan permintaan turunan dari kegiatan lain dan tercermin dalam penggunaan lahan di perkotaan.

3. Konsep distribusi lokasi yang meliputi jumlah dan kepadatan serta pembentukan pola sebaran dari suatu fenomena pemanfaatan ruang di perkotaan.

B. Metode AnalisisPenelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deduktif, dengan menggunakan data yang bersumber dari pengukuran peta, observasi lapangan, dan studi dokumen terkait pesatnya investasi hotel di wilayah kota dan kondisi sistem zona transportasi Kota Surakarta yang memiliki perbedaan jangkauan pencapaian dan kegiatan yang dapat memicu pergerakan. Adapun tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:1. Analisis aksesibilitas berdasarkan

sistem zona transportasi di Kota Surakarta. Analisis ini meliputi tiga jenis pergerakan yang melibatkan zona internal sebagai zona tujuan pergerakan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui aksesibilitas tiap zona pada

masing-masing pergerakan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan persamaan Hansen untuk aksesibilitas zona internal dicapai dari zona eksternal dan antar zona internal. Sedangkan untuk aksesibilitas intrazona yang hanya melibatkan satu zona, maka teknik analisis yang digunakan adalah rasio perbandingan antara total panjang jalan dengan luas zona (Keputusan Meteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.534/KPTS/M/2001).

2. Analisis distribusi lokasi hotel yang meliputi jumlah dan kepadatan hotel menurut sistem zona transportasi di Kota Surakarta.Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi lokasi hotel pada masing-masing zona transportasi di Kota Surakarta. Teknik analisis yang digunakan adalah Overlay Mapping peta persebaran lokasi hotel dengan peta pembagian zona transportasi di Kota Surakarta

3. Analisis pola sebaran hotel secara keseluruhan di Kota SurakartaAnalisis ini bertujuan untuk mengetahui pola yang terbentuk dari sebaran lokasi hotel di Kota Surakarta. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis tetangga terdekat.

4. Analisis hubungan aksesibilitas pada masing-masing jenis pergerakan pada tiap zona transportasi di Kota Surakarta dengan distribusi lokasi hotel secara kuantitatif.Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan arah hubungan antara aksesibilitas dengan distribusi lokasi hotel menurut sistem zona transportasi di Kota Surakarta. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis korelasi Rank Spearman.

5. Analisis hubungan kondisi aksesibilitas menurut sistem zona transportasi dengan pola sebaran hotel di Kota Surakarta.

Page 4: Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

Analisis ini dilakukan dengan menginterpretasikan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya dengan teori-teori yang sesuai. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif komparatif.

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Aksesibilitas menurut Sistem Zona

Transportasi di Kota SurakartaMenurut Tamin (2000: 93) dengan dilakukan pembagian zona pada kawasan perkotaan, maka terdapat 4 jenis pergerakan, yaitu pergerakan dari zona eksternal menuju zona eksternal yang melintasi zona internal, pergerakan zona eksternal menuju zona internal, pergerakan antar zona internal, dan pergerakan intrazona. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk kemudahan pencapaian atau aksesibilitas zona internal di kawasan perkotaan dapat ditinjau dari tiga jenis pergerakan yang melibatkan zona internal sebagai zona tujuan pergerakan. Berikut gambaran kondisi aksesibilitas menurut sistem zona transportasi di Kota Surakarta:1. Aksesibilitas Zona Internal Kota

Surakarta Dicapai dari Zona EksternalPergerakan zona eksternal menuju zona internal di Kota Surakarta melalui zona penghubung (gateway). Dengan adanya asumsi bahwa pengguna hotel yang mayoritas berasal dari luar kota di mana memiliki kecenderungan menggunakan kendaraan umum, maka zona penghubung pada penelitian ini dapat berupa simpul pergantian moda yang menghubungkan antara zona eksternal dan zona internal, seperti bandar udara, stasiun, terminal, dan pelabuhan. Hasil analisis menunjukkan bahwa zona yang memiliki nilai indeks aksesibilitas tertinggi adalah Zona 8 dengan total nilai indeks aksesibilitas 1,094. Oleh karena itu Zona 8, merupakan zona internal di Kota Surakarta

yang paling mudah untuk dicapai dari zona eksternal. Sedangkan Zona 19 merupakan zona yang memiliki nilai indeks aksesibilitas terendah jika dibandingkan dengan zona lainnya yang secara keseluruhan indeks akseisbilitas di Zona 19 hanya 0,056. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 1.

2. Aksesibilitas antar Zona InternalPenilaian aksesibilitas antar zona internal atau kemudahan pencapaian zona internal dicapai dari zona internal lainnya dilakukan dengan metode yang hampir serupa dengan penilaian aksesibilitas (kemudahan pencapaian) zona internal dari zona eksternal. Hasil analisis menunjukkan bahwa zona yang memiliki indeks aksesibilitas total tertinggi adalah Zona 3 dengan nilai indeks aksesibilitas secara keseluruhan 7,271. Indeks aksesibilitas tersebut menunjukkan bahwa Zona 3 merupakan zona internal di Kota Surakarta yang paling mudah untuk dicapai dari zona internal lainnya. Sedangkan zona yang memiliki indeks aksesibilitas terendah adalah Zona 20, dengan nilai indeks aksesibilitas secara keseluruhan hanya 3,426. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 2.

3. Aksesibilitas IntrazonaAksesibilitas intrazona merupakan kemudahan untuk mencapai tiap-tiap lokasi yang terdapat di dalam suatu zona. Hasil analisis menunjukkan bahwa bahwa secara keseluruhan bahwa jaringan jalan di Kota Surakarta tiap satu kilometer melayani daerah dengan luas 0,057 km2. Sedangkan jika dilihat per zona, zona dengan tingkat pelayanan jalan paling baik adalah Zona 19, yang memiliki indeks aksesibilitas 27,84.. Hal ini bisa terjadi karena zona tersebut memiliki luasan

Page 5: Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

persil dan blok dengan ukuran yang lebih kecil jika dibandingkan zona lainnya. Selain itu, kegiatan di dalam zona ini yang didominasi oleh kegiatan permukiman sehingga jaringan jalan yang ada akan tersebar sesuai dengan kebutuhan tiap persil. Sedangkan aksesibilitas intrazona paling kecil adalah Zona 14 di mana memiliki indeks aksesibilitas 10,91 yang artinya bahwa setiap satu kilometer jalan yang ada melayani 0,092 km2. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 3.

B. Distribusi Lokasi Hotel menurut Sistem Zona Transportasi di Kota Surakarta

Hasil analisis menunjukkan bahwa bahwa lokasi hotel di Kota Surakarta tidak terdistribusi secara merata pada tiap-tiap zona. Dari 21 zona, terdapat 15 zona yang di dalamnya tersebar lokasi hotel dan enam zona yang tidak dijumpai lokasi hotel di dalamnya. Selain itu, pada tabel di atas terlihat bahwa hotel di Kota Surakarta sebagian besar berada di Zona 13, Zona 7 dan Zona 8. Sedangkan berdasarkan kepadatannya, Zona 8 memiliki kepadatan hotel tertinggi jika dibandingkan dengan zona lainnya di Kota Surakarta, yaitu 30,3 tiap km2. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 4.

C. Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

Sebaran lokasi hotel di Kota Surakarta yang tercermin dalam penggunaan lahan dapat diidentifikasi pola keruangan yang terbentuk. Pola keruangan dari sebaran hotel di Kota Surakarta dapat diidentifikasi menggunakan pendekatan analisis tetangga terdekat yang dilakukan dengan menghitung

parameter T (Bintarto & Hadisumarno, 1991)Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai parameter T dari sebaran hotel di Kota Surakarta adalah sebesar 0,599, yang artinya membentuk pola yang mengelompok

D. Hubungan Aksesibilitas dengan Distribusi Lokasi Hotel menurut Sistem Zona Transportasi di Kota SurakartaHubungan antara aksesibilitas dengan distribusi lokasi hotel menurut sistem zona transportasi di Kota Surakarta secara kuantitatif menggunakan teknik analisis korelasi Rank Spearman. Sebelum melakukan analisis korelasi Rank Spearman, maka terlebih dahulu dilakukan penentuan peringkat pada masing-masing variabel. Berikut analisis hubungan aksesibilitas dengan distribusi lokasi hotel menurut sistem zona transportasi di Kota Surakarta:1. Hubungan Aksesibilitas Zona

Internal dicapai dari Zona Eksternal dengan Distribusi Lokasi HotelAnalisis hubungan aksesibilitas zona dicapai dari zona eksternal dengan jumlah hotel menghasilkan koefisien korelasi 0,761. Sedangkan aksesibilitas zona dicapai dari zona eksternal dengan kepadatan hotel menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,782. Kedua koefisien korelasi tersebuit menunjukkan bahwa adanya hubungan yang sangat kuat dan searah, di mana jika terdapat peningkatan peringkat pada salah satu variabel, maka hal yang sama juga terjadi pada variabel lainnya, dan sebaliknya.

2. Hubungan Aksesibilitas antar Zona Internal dengan Distribusi Lokasi HotelAnalisis hubungan aksesibilitas antar zona internal dengan jumlah hotel menghasilkan koefisien korelasi 0,638. Koefisien korelasi tersebut

Page 6: Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat. Sedangkan aksesibilitas antar zona internal dengan kepadatan hotel menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,728. Koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang sangat kuat. Selain itu, kedua koefisien korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang searah, di mana jika terdapat peningkatan peringkat pada salah satu variabel, maka hal yang sama juga terjadi pada variabel lainnya, dan sebaliknya.

3. Hubungan Aksesibilitas Intrazona dengan Distribusi Lokasi HotelAnalisis hubungan aksesibilitas intrazona dengan jumlah hotel menghasilkan koefisien korelasi -0.472 Sedangkan aksesibilitas intrazona dengan kepadatan hotel menghasilkan koefisien korelasi sebesar -0.531. Kedua koefisien korelasi tersebuit menunjukkan bahwa adanya hubungan yang sangat sedang/ moderat dan berlawanan arah. Hal ini menandakan bahwa jika zona yang mendapatkan peringkat pada variabel aksesibilitas tinggi, maka zona tersebut mendapatkan peringkat yang sebaliknya pada variabel jumlah hotel.

E. Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Lokasi Hotel di Kota SurakartaBerdasarkan jenis pergerakan yang timbul dari pembagaian zona transportasi, maka berikut pembahasan hubungan aksesibilitas menurut sistem zona transportasi dengan pola sebaran hotel di Kota Surakarta yang dilakukan dengan menginterpretasikan hasil analisis korelasi antara aksesibilitas dengan distribusi lokasi hotel menurut sistem zona transportasi dan pola sebaran hotel yang terbentuk pada skala kota

untuk dikomparasikan dengan teori-teori terkait:1. Hubungan Aksesibilitas Zona

Internal dicapai dari Zona Eksternal dengan Pola Sebaran Hotel di Kota SurakartaPengelompokan lokasi hotel secara keruangan terlihat pada Zona 8, Zona 13, Zona 12, Zona 6, dan Zona 7 yang merupakan zona yang mudah dicapai dari zona penghubung Terminal Tirtonadi, Stasiun Balapan, dan Staiun Purwosari. Ketiga zona tersebut dilalui oleh jalan utama Kota Surakarta yang menghubungkan pusat zona dengan zona penghubung tersebut secara langsung. Secara spasial dapat dilihat pada lampiran 5. Kondisi di atas, sesuai dengan pendapat Warpani dan Warpani (2007: 112) bahwa hotel merupakan sarana akomodasi yang berfungsi sebagai titik transit kedatangan pengguna jasa menuju lokasi tujuan utamanya di dalam kota. Oleh karena itu, lokasinya cenderung mempertimbangkan kemudahan untuk dicapai pengguna jasa yang mayoritas berasal dari luar kota. Di sisi lain, menurut Chase (dalam Tjiptono, 1996: 35) hotel merupakan salah satu jenis jasa yang membutuhkan kontak tinggi dengan pengguna jasa, sehingga lokasi hotel cenderung akan mendekati pengguna. Sedangkan, pengguna hotel mayoritas berasal dari luar kota, oleh karena itu lokasi hotel pun akan cenderung mendekati pintu masuk kota (zona penghubung) atau lokasi yang mudah dicapai dari luar kota.

2. Hubungan Aksesibilitas antar Zona Internal dengan Pola Sebaran Hotel di Kota SurakartaZona 6, Zona 7, Zona 8, Zona 12 dan Zona 13 yang memiliki tingkat kepadatan hotel dan aksesibilitas yang cenderung tinggi jika dibandingkan dengan

Page 7: Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

zona lainnya di Kota Surakarta. Terdapat 93 unit hotel pada kelima zona tersebut yang menunjukkan bahwa sebagian besar lokasi hotel di Kota Surakarta cenderung mengelompok pada zona dengan aksesibilitas antar zona internal yang tinggi. Secara spasial dapat dilihat pada lampiran 6.Kondisi di atas sesuai dengan pendapat Warpani dan Warpani (2007: 112) hotel berfungsi sebagai tempat transit bagi pengunjung hotel yang berasal dari luar kota untuk mencapai lokasi tujuan di dalam kota tersebut. Oleh karena itu, lokasi hotel juga mudah dijangkau dari dalam kota karena pengunjung hotel akan melakukan perjalanan dari hotel menuju lokasi tujuan di dalam kota tersebut. Di samping itu, dapat dilihat pula bahwa kelima zona di atas selain memiliki aksesibilitas antar zona internal yang tinggi juga merupakan zona dengan aksesibilitas untuk dicapai dari zona eksternal yang cenderung tinggi di Kota Surakarta. Berdasarkan sifatnya, hotel merupakan kegiatan pelayanan komersial yang berorientasi pada keuntungan secara ekonomi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Isard dalam Tarigan (2004: 92) bahwa suatu usaha cenderung menempati lokasi yang dapat memaksimalkan laba, yang dilihat dari faktor kemudahan pencapaian lokasi dari dan menuju pasar (kegiatan yang membutuhkan layanan usaha tersebut).

3. Hubungan Aksesibilitas Intrazona dengan Pola Sebaran Hotel di Kota SurakartaHotel merupakan salah satu jenis kegiatan dengan fungsi ekonomi yang tinggi, menurut Alonso (dalam Yunus, 2010:74) bahwa kegiatan dengan fungsi ekonomi yang lebih tinggi akan menguasai kawasan-kawasan sentral yang

ditunjang dengan aksesibilitas yang tinggi. Namun, secara spasial pengelompokan lokasi hotel yang terjadi di Kota Surakarta berada pada zona dengan aksesibilitas intrazona yang rendah. Selain itu, jumlah lokasi hotel yang mengelompok pada zona dengan aksesibilitas intrazona yang rendah tersebut semakin sedikit. Secara spasial dapat dilihat pada lampiran 7. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa aksesibilitas intrazona memiliki hubungan dengan pola yang terbentuk dari lokasi hotel di Kota Surakarta, namun hubungan yang dimiliki tidak sekuat jika dibandingkan dengan aksesibilitas lainnya. Namun zona dengan aksesibilitas intrazona yag rendah justru memiliki aksesibilitas zona untuk dicapai dari zona eksternal dan internal yang tinggi.

IV. KESIMPULANZona transportasi di Kota Surakarta

memiliki tingkat aksesibilitas yang berbeda-beda untuk tiap pergerakan. Perbedaan tingkat aksesibilitas ini disebabkan oleh perbedaan ketersediaan jaringan transportasi dan jenis kegiatan yang menempati lahan di dalam zona-zona transportasi di Kota Surakarta

Berdasarkan analisis distribusi lokasi hotel menurut sistem zona transportasi di Kota Surakarta, telah diketahui bahwa lokasi hotel tidak terdistribusi secara merata di seluruh zona. Terdapat pengelompokan lokasi hotel pada zona tertentu. Selain itu, parameter tetangga terdekat dari sebaran lokasi hotel di Kota Surakarta juga menunjukkan pola yang mengelompok.

Berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman, telah diketahui bahwa aksesibilitas zona untuk dicapai dari zona eksternal memiliki hubungan paling kuat dengan distribusi lokasi hotel, kemudian diikuti dengan aksesibilitas antar zona internal lalu aksesibilitas intrazona. Aksesibilitas zona dicapai dari zona eksternal dan antar zona internal memiliki

Page 8: Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

hubungan yang searah dengan distribusi lokasi, sedangkan aksesibilitas intrazona memiliki hubungan yang berlawanan arah dengan distibusi lokasi hotel.

Hotel lebih cenderung mempertimbangkan kemudahan lokasi untuk dicapai dari luar kota yang melalui zona penghubung dan kemudahan lokasi untuk dicapai dari dalam kota (antar zona internal). Oleh karena itu, pengelompokan lokasi hotel terjadi pada zona-zona dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi dan sedang untuk dicapai dari zona eksternal maupun zona internal. Zona-zona tersebut justru merupakan zona dengan aksesibilitas intrazona yang rendah.

REFERENSI

Bintarto, R & Hadisumarno, S. 1991. Metode Analisa Geografi. Cetakan I. Jakarta : LP3ES

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/ KPTS/ M/ 2001 Tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal, Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman, dan Pekerjaan Umum

Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung : ITB

Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara

Tjiptono, Fandy. 1996. Manajemen Jasa. Yogyakarta : Andi

Warpani, Suwardjoko & Indira. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung : ITB

Yunus, Hadi Sabari 2010. Struktur Tata Ruang Kota, Cetakan VIII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 9: Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 210.000

0.200

0.400

0.600

0.800

1.000

1.200

Indeks Aksesibilitas tiap Zona Internal Kota Surakarta untuk dicapai dari Zona Eksternal

Zona

Inde

ks A

kses

ibili

tas

Lampiran 2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 210.0001.0002.0003.0004.0005.0006.0007.0008.000

6.525

5.184

7.271

4.3675.05

86.56

07.23

9

6.635

5.965

3.939 4

.411

6.1876.20

7

5.2615.73

75.71

1

3.7453.80

74.236

3.4263.67

7

Indeks Aksesibilitas antar Zona Internal tiap Zona Transpoortasi di Kota Surakarta

Zona

Inde

ks A

kses

ibili

tas

Lampiran 3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 210.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

14.9216.0

114.5

3

20.50

17.56

12.7812.4

715.1

516.1

114.9

117.8

618.1

6

14.44

10.9115.8

519.6

6

16.39

22.9327.8

4

20.65

12.77

Indeks Aksesibilitas Intrazona pada Tiap Zona Transportasi di Kota Surakarta

Zona

Inde

ks A

kses

ibili

tas

Page 10: Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

Lampiran 4

NoNama Zona

Luas Zona (km2) Jumlah HotelKepadatan Hotel

1 Zona 1 1,106 3 2,712 Zona 2 1,801 5 2,783 Zona 3 1,501 6 4,004 Zona 4 2,208 0 0,005 Zona 5 1,607 0 0,006 Zona 6 1,003 14 13,967 Zona 7 1,586 21 13,248 Zona 8 0,660 20 30,309 Zona 9 1,930 2 1,0410 Zona 10 1,449 0 0,0011 Zona 11 2,305 14 6,0712 Zona 12 1,346 14 7,1913 Zona 13 1,272 24 18,8714 Zona 14 1,214 2 1,6515 Zona 15 1,575 5 3,1716 Zona 16 2,063 1 0,4817 Zona 17 3,929 9 2,2918 Zona 18 2,583 0 0,0019 Zona 19 5,088 0 0,0020 Zona 20 5,329 0 0,0021 Zona 21 2,486 4 1,61

Jumlah 0 44041 3,23

Lampiran 5

Page 11: Hubungan Aksesibilitas menurut Sistem Zona Transportasi dengan Pola Sebaran Hotel di Kota Surakarta

Lampiran 6

Lampiran 7