HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT...

27
HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI SALATIGA TRAINING CENTRE OLEH PUTRI MAHARANI 80 2012 047 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Transcript of HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT...

Page 1: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA

ATLET SEPAK BOLA DI SALATIGA TRAINING CENTRE

OLEH

PUTRI MAHARANI

80 2012 047

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

2

Page 3: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

3

Page 4: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya bertanda tangan

di bawah ini :

Nama : Putri Maharani

NIM : 80 2012 047

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan , menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal

bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK

BOLA DI SALATIGA TRAINING CENTRE

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalih

media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 18 November 2016

Yang menyatakan,

Putri Maharani

Mengetahui,

Pembimbing Utama

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Page 5: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Putri Maharani

NIM : 80 2012 047

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK

BOLA DI SALATIGA TRAINING CENTRE

Yang dibimbing oleh :

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri

tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 18 November 2016

Yang memberi pernyataan

Putri Maharani

Page 6: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK

BOLA DI SALATIGA TRAINING CENTRE

Oleh

Putri Maharani

80 2012 047

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui Pada Tanggal : 18 November 2016

Pembimbing

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih., M.S. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA

ALTET SEPAK BOLA DI SALATIGA TRAINING CENTRE

Putri Maharani

Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

i

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan negatif yang

signifikan antara adversity quotient dengan burnout pada atlet sepak bola di Salatiga Training

Center. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis korelasional.

Populasi penelitian ini adalah sebanyak 40 orang atlet sepak bola di Salatiga Training Center

dengan pengambilan sampel secara keseluruhan menggunakan purposive sampling. Adversity

quotient diukur dengan menggunakan skala Adversity Response Profile (ARP) menurut

(Stoltz, 2007), sedangkan burnout diukur dengan menggunakan skala Maslach Burnout

Inventory (MBI) menurut (Maslach dan Jackson, 1981). Kemampuan menghadapi dalam

mengatasi masalah hidup oleh Stoltz disebut dengan Adversity Quotient. Burnout menurut

Maslach adalah orang yang mengalami kelelahan fisik dan emosional, acuh tak acuh terhadap

lingkungan, dan merasa tidak percaya diri akan hasil tugas yang diselesaikan. Data dianalisa

menggunakan uji korelasi product moment (Pearson) dan hasilnya menunjukkan tidak ada

korelasi negatif signifikan antara adversity quotient dengan burnout pada atlet sepak bola di

Salatiga Training Center karena r= 0,123 dan nilai signifikan 0,449 (p > 0,05).

Kata Kunci : Adversity quotient, burnout pada atlet sepak bola di Salatiga Training

Center

Page 9: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

ii

Abstract

The purpose of this study was to determine whether there is a significant negative relation

between adversity quotient toward burnout in soccer athletes in Salatiga Training Center.

The method used is quantitative method with a correlation analysis. The study population

was as many as 40 soccer athletes in Salatiga Training Center with an overall sampling

using purposive sampling. Adversity quotient is measured using a scale Adversity Response

Profile (ARP) by (Stoltz, 2007), while burnout is measured using a scale of Maslach Burnout

Inventory (MBI) by (Maslach and Jackson, 1981). The ability to encounter and solving life's

problems by Stoltz called the Adversity Quotient. Maslach Burnout according to the

individual experiencing physical and emotional exhaustion, indifferent to the environment,

and feel confident in the results of completed jobs. Data were analyzed using product moment

correlation test (Pearson) and the results showed no significant negative correlation between

adversity quotient toward burnout in soccer athletes in Salatiga Training Center for r =

0.123 and significant value of 0.449 (p> 0.05).

Keywords: Adversity quotient, burnout in soccer athletes in Salatiga Training Center

Page 10: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

1

PENDAHULUAN

Sepak bola merupakan olahraga terbesar dan paling banyak digemari diseluruh dunia.

Olahraga sepak bola dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan permainan beregu

dilapangan, menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-

masing terdiri atas sebelas pemain, berlangsung selama 2 x 45 menit, kemenangan ditentukan

oleh selisih goal yang masuk ke gawang lawan. (http://kbbi.web.id/).

Sejarah perkembangan, olahraga sepak bola di Indonesia telah banyak meraih prestasi

yang sangat gemilang dan mengharumkan nama bangsa Indonesia. Pada tahun 2011 adalah

masa emas bagi Tim Mutiara Hitam Persipura Jayapura yang menjadi juara dua sepak bola

Asean Games 2011. (www.suaraperempuanpapua.net/). Kemudian tim nasional sepak bola

Indonesia dengan pemain yang berusia 19 tahun meraih gelar juara AFF (Asean Football

Federation) tahun 2013 yang pertama kalinya berhasil menjadi juara setelah mengalahkan

Vietnam. (https://id.wikipedia.org/wiki/). Tahun 2012, rekor buruk tercipta sepanjang tahun

2012 dengan kekalahan 0-10 yang diderita timnas saat bertemu Bahrain di penyisihan Pra

Piala Dunia 2014 (http://bola.viva.co.id/).

Majunya prestasi sepak bola tidak terlepas dari peran para atletnya. Menurut Nixon,

(dalam Setyobroto, 2002) atlet adalah orang yang berkecimpung dalam bidang olahraga yang

mencurahkan segala tenaga dan pikirannya sesuai dengan olahraga yang dikuasinya untuk

mencapai hasil yang berdaya guna dan berhasil bagi kepentingan diri, masyarakat dan

bangsanya.

Seorang atlet sepak bola yang handal melalui proses yang cukup berat dalam berlatih.

Maka dari itu disediakan tempat berlatih untuk para atlet sepak bola salah satunya yang

bernama Salatiga Training Center (STC). Salatiga Training Center adalah tempat atau mess

para atlet sepak bola dan yang melaksanakan sekolah bola setiap harinya. Berdasarkan hasil

Page 11: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

2

wawancara yang dilakukan pada tanggal 18 November 2015 di mess Salatiga Training Center

Salatiga, dengan Bapak Kamit sebagai pelatih serta Joe sebagai asisten pelatih menjelaskan

tentang jadwal keseharian para atlet tersebut. Jadwal latihan bola yang dilakukan selama 6

hari setiap pagi dan sore, lalu 1 hari hanya untuk libur untuk beristirahat dan tidak melakukan

kegiatan apapun dalam pelatihan bola. Jadwal jam yang dilakukan setiap pagi dimulai dari

pukul 04.30 hingga pukul 06.00 lalu pukul 07.00 para atlet bersekolah formal seperti anak-

anak pada umumnya, kemudia pulang sekolah pukul 15.00 dan latihan sore pada pukul 15.30

hingga 17.45. Jenis pelatihan yang dilakukan di STC ada warm up, dribbling , shooting,

juggling, eggilty dan defend or attacking one or one serta masih banyak jenis latihan yang

dilakukan para atlet bola di STC (jadwal rutin STC).

Peneliti tidak hanya melakukan wawancara dengan pelatih saja tetapi juga melakukan

wawancara terhadap para atlet secara langsung pada hari yang sama. Dalam hasil wawancara,

proses pelatihan tidak terlepas dari kejenuhan yang dialami tiap masing-masing individu atlet.

Hal itu disebabkan seringnya para atlet berlatih setiap hari dan tidak terlepas dari tuntutan

yang diarahkan untuk para atlet, seperti adanya tuntutan dari luar yaitu dari pelatih, dari

yayasan ataupun dari orang tua. Para atlet juga dituntut untuk menjadi yang terbaik dari

semua yang terbaik di sekitar lingkungannya. Hal seperti ini terkadang menimbulkan konflik

saat individu sedang berlatih dan menghadapi situasi yang kompleks sehingga menimbulkan

perasaan lelah, letih, lesu dan merasa tertekan. Dari 20 orang yang diwawancarai dan hanya

satu orang yang tidak mengalami kejenuhan dan sangat menikmati aktivitas setiap harinya.

Permasalahan yang muncul akan membuat atlet merasakan kelelahan baik secara fisik

maupun emosi. Dengan begitu banyaknya tuntutan dan tanggung jawab yang harus dijalani

oleh seorang atlet menunjukan bahwa sebagai seorang atlet rentan sekali mengalami burnout.

Burnout adalah seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami

kelelahan emosional, sikap sinis, dan pengurangan sosialisasi juga penghargaan diri sendiri

Page 12: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

3

(Maslach & Jackson, 1986). Kemudian definisi burnout menurut para ahli yang lain seperti

(Pines & Aronson, 2001), burnout merupakan tahap-tahap kelelahan emosional, fisik, dan

mental disebabkan keterlibatan yang lama dalam situasi yang menuntut secara emosional.

Menurut (Maslach & Jackson, 1986), ada tiga aspek burnout, yaitu kelelahan

emosional, depersonalisasi, dan penurunan pencapain pribadi : a) Kelelahan Emosional,

perasaan kehabisan atau terlampau banyak kehilangan energi emosi. b) Depersonalisasi

merupakan sikap kurang menghargai atau kurang memiliki pandangan yang positif terhadap

orang lain yang ditandai dengan menjauhnya individu dari lingkungan sosial, apatis, tidak

peduli terhadap lingkungan atau orang disekitarnya. c) Penurunan Pencapain Pribadi,

kecenderungan untuk mengevaluasi diri negatif, individu merasa tidak mampu dan tidak puas

melakukan tugas yang dibebankan padanya secara tepat.

Fenomena ini juga tampak pada para atlet sepak bola di STC Salatiga ketika sedang

mengalami burnout biasanya dengan tidak mengikuti latihan, lalu banyak tidur, sering

beralasan sakit diseluruh tubuh, sering dikamar, kemudian apapun efek yang dirasakan

walaupun ikut berlatih setiap harinya yaitu mudah terpicunya emosi marah, latian yang tidak

maksimal, sering dimarahi pelatih karena yang tadinya tidak membantah intruksi pelatih

menjadi pembangkang, menjadi orang yang tidak menyenangkan pada biasanya.

Dampak dari burnout menurut (Leiter & Maslach, 2005), adalah : a) burnoutis lost

energy, atlet yang mengalami burnout akan merasa stress menjaga jarak dengan lingkungan

yang akan mempengaruhi performa dalam berlatih maupun prestasi semakin menurun. b)

burnout is lost enthusiasm, keinginan dalam berlatih semakin menurun, semua hal yang

berhubungan dengan pekerjaan menjadi tidak menyenangkan. Kreatifitas, ketertarikan

semakin berkurang sehingga hasil proses latihan sangat minim yang didapat. c) burnout is

lost confidence, tanpa adanya energi dan keterlibatan aktif pada proses berlatih akan

Page 13: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

4

membuat atlet tidak maksimal dalam berlatih. Atlet merasa ragu dengan kemampuan yang

dimilikinya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Pines & Aranson, 1988) ditemukan

faktor yang mempengaruhi munculnya burnout, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal meliputi : lingkungan, kurangnya dukungan sosial, tuntutan pekerjaan. Lalu

faktor internelnya meliputi : usia, harga diri dan karakteristik kepribadian. Salah satu faktor

karakteristik kepribadian yang dimiliki individu adalah adversity quotient.

Atlet bukan hanya memiliki raga saja, tetapi juga memiliki jiwa dan emosi. Karena

atlet sering mengalami gangguan psikis (seperti kepribadian, motivasi, pengelolaan emosi).

salah satu ketahanan aspek psikis yang harus dimiliki oleh atlet dan yang penting dikelola

dengan baik adalah pengelolaan emosi. Adversity quotient menurut Stoltz (2007) adalah

kemampuan yang dimiliki individu untuk mengelola, mengatasi dan merespon permasalahan

di saat permasalahan tersebut muncul atau dengan kata lain kemampuan hambatan dan

kemampuan untuk mengatasinya.

Penelitian Stoltz (2007) mengatakan adversity quotient terdiri atas empat dimensi

yang disingkat dengan CO2RE (Control, Origin and Ownership, Reach, Endurance). a)

Control atau kendali adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan mengelola

sebuah peristiwa yang dianggap menimbulkan kesulitan. b) Origin dan Ownership atau asal-

usul dan pengakuan merupakan Origin adalah kemampuan individu dalam menempatkan rasa

bersalah atas kesulitan dan kegagalan yang dihadapi, sedangkan Ownership adalah

kemampuan individu untuk mengakui atau tidak penyebab timbulnya kesulitan. c) Reach atau

jangkauan adalah kemampuan individu memperkecil akibat dari kesulitan, agar kesulitan

yang dihadapi tidak mempengaruhi sisi lain dari kehidupannya. d) Endurance atau daya tahan

adalah kemampuan individu untuk bertahan dalam kesulitan yang dihadapinya.

Page 14: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

5

Jika seseorang memiliki adversity quotient lebih tinggi, maka cenderung tidak akan

menyalahkan orang lain karena merasa bahwa kegagalan yang dilakukan adalah bagian dari

kesuksesan yang tertunda yakin siap untuk menghadapi tantangan yang akan ditemukan serta

siap untuk menyelesaikan masalah yang akan dihadapi (Stoltz, 2007). Orang dengan

adversity quotient tinggi secara garis besar adalah orang yang memiliki kecenderungan untuk

mengubah segala kesulitan menjadi suatu peluang (Stoltz, 2007). Orang dengan adversity

quotient sedang memiliki kemampuan cukup baik dalam menghadapi tantangan, kesulitan

maupun hambatan (Stoltz, 2007). Dengan adversity quotient yang tinggi, burnout akan

cenderung rendah serta bisa menangani permasalahan yang sedang terjadi.

Lalu orang dengan adversity quotient rendah cenderung cepat menyerah merasa

kewalahan, dan putus asa saat menghadapi kesulitan, menghindari situasi dan pekerjaan yang

menantang (Stoltz, 2007). Ketika adversity quotient rendah, tingkat burnout akan lebih

meningkat dan semakin tinggi (Christian, 2015). Menurut (Jaya, 2007) bahwa adanya

hubungan negatif yang signifikan antara adversity quotient dengan stress kerja, yang dapat

disimpulkan makin tinggi adversity quotient maka makin rendah stress kerjanya. Sebaliknya

makin rendah adversity quotient yang dimiliki, maka makin tinggi stress kerjanya. Sementara

itu ada beberapa hasil penelitian yang menunjukan adanya hubungan positif stress kerja

dengan burnout. Penelitan (Prestiana & Purbandini, 2012) menunjukan bahwa terdapat

hubungan positif dan signifikan antara variabel stress kerja dengan variabel

burnout.Kemudian menurut (Femmy, 2015) ada hubungan positif yang signifikan antara

stress kerja dengan burnout. Hal ini bermakna bahwa stress yang tinggi akan diikuti pula

dengan burnout yang tinggi.

Bahwa atlet merupakan profesi yang memiliki banyak tuntutan dan tanggung jawab

yang dapat memicu terjadinya burnout. Disisi lain seorang atlet dianggap sebagai seorang

yang membanggakan bagi diri sendiri ataupun di lingkungan sekitarnya. Dengan adanya

Page 15: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

6

adversity quotient pada diri seorang atlet dapat mengurangi terjadinya burnout pada atlet

tersebut dan tentu akan berdampak pada majunya perkembangan cara bermain.

Atlet sepak bola memang mendapatkan latihan yang cukup berat dan sangat disiplin,

karena untuk menghasilkan bibit atlet yang terbaik dan bisa membawa nama baik bangsa

Indonesia. Oleh sebab itu, atlet-atlet sangat keras dalam berlatih tiap harinya walaupun

terkadang sang atlet merasakan kejenuhan dan harus pandai untuk mengolah kejenuhan

tersebut.

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin meneliti, “Apakah ada korelasi negatif antara

adversity quotient dengan burnout pada atlet sepak bola di Salatiga Training Centre?”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis bahwa ada hubungan yang negatif

dan signifikan antara adversity quotient dengan burnout pada atlet sepak bola di Salatiga

Training Centre.

Page 16: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

7

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel pada populasi mess atlet sepak bola di Salatiga

Training Centre dilakukan dengan metode Purposive Sampling. Purposive sampling adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, yaitu dengan memilih sampel yang

benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian (Martono, 2012).

Populasi berarti keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti

(Sugiarto, 2003). Populasi dalam penelitian ini populasinya adalah semua atlet atau murid

yang berada di mess STC dengan berjumlahkan total semua atlet atau murid mess

berjumlahkan 40 orang.

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan

keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan keberadaan populasi yang

sebenarnya (Sugiarto, 2003). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan sampling jenuh adalah teknik sampling yang menggunakan seluruh anggota

populasi sebagai sampel subjek penelitian. Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil

atau kurang dari 100.

Skala Pengukuran

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket yang diberikan

langsung kepada partisipan. Angket ini terdiri dari dua skala, yaitu skala adversity quotient

dan skala burnout.

Page 17: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

8

1. Skala Adversity Quotient

Dalam skala adversity quotient menggunakan skala ARP (Adversity Response Profile)

yang memberikan suatu gambaran singkat yang penting mengenai apa yang

mendorong dan apa yang menghambat seseorang untuk melepaskan seluruh

potensinya (Stoltz, 2000). Skala ini memiliki empat dimensi yang disingkat CO2RE

(Control, Origin and Ownership, Reach, Endurance) menurut (Stoltz, 2000).

Reliabilitas yang diukur dengan teknik uji Alpha Cronbach menunjukkan skor 0,842.

Demikian hanya ada 40 item yang di skor inilah yang akan menunjukkan profil AQ

berdasarkan 4 dimensi AQ. Gugur item berjumlah 14 item. Sehingga tersisa 26 aitem

valid. Sebaran nilai korelasi aitem skor total dalam analisis aitem skala ini adalah

0,456 hingga 0,860.

2. Skala Burnout

Dalam skala burnout menggunakan skala Maslach Burnout Inventory (MBI) yang

disusun oleh (Maslach & Jackson, 1981) serta terdiri dari tiga aspek, yaitu: kelelahan

emosional, depersonalisasi, penurunan pencapaian pribadi. Berdasarkan pada

perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala burnout terdiri dari 25 item dengan

gugur 8 item sehingga tersisa 17 item valid. Sebaran nilai korelasi aitem dengan skor

total dalam analisis aitem skala ini adalah 0,399 hingga 0,775. Untuk menguji

reliabilitas digunakan teknik koefisien Alpha Cronbach dengan koefisien Alpha pada

skala burnout sebesar 0,737.

Page 18: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

9

HASIL PENELITIAN

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Burnout Adversity Quotient

N 40 40

Normal Parametersa Mean 40.65 81.95

Std. Deviation 7.567 16.978

Most Extreme

Differences

Absolute .112 .087

Positive .112 .087

Negative -.053 -.074

Kolmogorov-Smirnov Z .708 .550

Asymp. Sig. (2-tailed) .698 .923

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas, kedua variabel memiliki memiliki siginifikansi p

> 0.05 . Variabel burnout memiliki K-S-Z sebesar 0,708 dengan probabilitas (p) atau

signifikansi sebesar 0, 698 (p > 0.05). Oleh karena nilai signifikansi p > 0,05 , maka distribusi

data burnout berdistribusi normal.

Page 19: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

10

Hal ini juga terjadi pada variabel adversity quotient yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,550

dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,923 (p > 0,05). Dengan demikian data

adversity quotient juga berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

ANOVA Tablea

Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

Burnout *

Adversity

Between Groups (Combined) 1644.933 29 56.722 .964 .561

Within Groups 588.167 10 58.817

Total 2233.100 39

a. The grouping variable adversity is a string, so the test for linearity cannot be

computed.

Uji linearitas yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antara variabel

adversity quotient (variabel bebas) terhadap variabel burnout (variabel tergantung). Peneliti

mendapatkan hasil bahwa kedua variabel tersebut mempunyai linear yaitu variabel adversity

quotient dengan burnout memiliki signifikansi sebesar 0,561 (p>0,05).

Page 20: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

11

3. Uji Korelasi

Correlations

Adversity Burnout

Adversity Pearson

Correlation

1 .123

Sig. (2-tailed) .449

N 40 40

Burnout Pearson

Correlation

.123 1

Sig. (2-tailed) .449

N 40 40

Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara burnout dengan

adversity quotient sebesar r = 0,123 dengan sig = 0,449 > (p > 0,05) yang berarti tidak ada

hubungan signifikan antara adversity quotient dengan burnout.Analisis Deskriptif

a. Burnout

Kategori burnout dibuat berdasarkan nilai tertinggi yaitu 17 X 4 = 85 dan nilai terendah yaitu

17 x 1 = 17, dengan 4 kategori yaitu sangat rendah, rendah, tinggi dan sangat tinggi, dan

diperoleh interval sebesar 12,75. Untuk mengetahui interval maka digunakan rumus milik

(Sugiyono, 2012). Kategorisasi burnout sebagai berikut.

Page 21: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

12

Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Burnout

No. Interval Kategori Mean N Persentase

1. 55,25≤X≤68 Sangat Tinggi 56.722 2 5%

2. 42,5≤X<55,25 Tinggi 14 35%

3. 29,75≤X<42,5 Rendah 22 55%

4. 17≤X<29,75 Sangat rendah 2 5%

SD = 7,567 Min

=27

Max 58

X = Skor Burnout

Dari tabel di atas, yang memiliki burnout yang berada di kategori rendah yaitu 22 orang

sebesar 55%. Di tingkat tinggi yaitu 14 orang sebesar 35%. Pada tingkat sangat tinggi dan

sangat rendah, tiap masing-masingnya sebanyak 2 orang sebesar 5% dan rata-ratanya 56,722.

b. Adversity Quotient

Kategori adversity quotient dibuat berdasarkan nilai tertinggi yaitu 26 x 5 = 130 dan

nilai terendah yaitu 26 x 1 = 26, dengan 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah,

sedang, tinggi dan sangat tinggi, dan diperoleh interval sebesar 20. Kategorisasi

adversity sebagai berikut.

Page 22: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

13

Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Adversity Quotient

No. Interval Kategori Mean N Persentase

1. 109,2≤X≤130 Sangat Tinggi 2 5 %

2. 88,4≤X<109,2 Tinggi 12 30%

3. 67,6≤X<88,4 Sedang 81.95 21 52.5%

4. 46,8≤X<67,6 Rendah 5 12.5 %

5. 26≤X<46,8 Sangat rendah 0 35%

SD = 16,978 Min

26

40 Max= 125

X = Skor Adversity Quotient

Dari tabel diatas, yang memiliki adversity quotient pada kategori rendah yaitu 5 orang

sebesar 12,5%. Di kategori sangat tinggi yaitu 2 orang sebesar 5%. Lalu kategori sedang

yaitu 21 orang sebesar 52,5%. Pada kategori tinggi yaitu orang 12 mendapatkan sebesar 30%.

Sedangkan pada kategori sangat rendah tidak memiliki nilai. Rata-ratanya adalah 81,95.

Page 23: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

14

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara adversity quotient dengan burnout

pada atlet sepak bola di Salatiga Training Center, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan

yang negatif signifikan antara adversity quotient dengan burnout pada atlet sepak bola di

Salatiga Training Center. Yang berarti tidak ada hubungan antara adversity quotient dengan

burnout . Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki nilai r sebesar 0,123

dengan signifikansi 0,449 (p>0,05) yang berarti kedua variabel yaitu adversity quotient

dengan burnout tidak memiliki hubungan yang signifikan.

Hal ini dapat terjadi karena tidak tertutup kemungkinan sebagian atlet dengan

adversity quotient yang tinggi dapat memiliki tingkat burnout yang sedang. Atlet dengan

adversity quotient yang tinggi cenderung merasa bertanggung jawab dan terus bertahan

dalam menghadapi segala permasalahan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Stoltz

(2000) yang menjelaskan bahwa dalam diri setiap orang dengan tingkat adversity quotient

yang tinggi memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk terus mengembangkan diri mereka

dan senantiasa termotivasi. Namun di sisi lain tidak dapat dipungkiri juga bahwa dalam

proses pelatihan diperhadapkan dengan berbagai tuntutan, baik berasal dalam diri maupun

lingkungannya. Tuntutan tersebut sangat memungkinkan untuk mengakibatkan tingkat

burnout semakin tinggi, jika atlet mengalami hambatan. Hal ini sesuai dengan yang

digambarkan oleh Yenny dan Nugraha (2007) mengenai burnout pada atlet, yaitu respon

yang muncul karena banyaknya tuntutan dari mess/klub, mempunyai pemikiran yang

berorientasi pada prestasi yang tinggi.

Dengan adanya hasil yang mengindikasikan tidak adanya korelasi yang signifikan antara

adversity quotient dengan burnout pada atlet sepak bola di Salatiga Training Center, maka

dapat diartikan adversity quotient pada atlet sepak bola lebih dipengaruhi oleh faktor lain

Page 24: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

15

dibandingkan dengan tingkat adversity quotient pada atlet yang bersangkutan. Hal ini sejalan

dengan pendapat yang diungkapkan oleh Pines dan Aronson (dalam Sutjipto, 2001), burnout

adalah kelelahan emosional, fisik dan mental disebabkan keterlibatan yang lama dalam situasi

yang menuntut secara emosional. Dengan demikian, selain faktor yang berasal dari dalam diri

sendiri, individu masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat burnout.

Faktor yang menyebabkan terjadinya burnout menurut Pines dan Aronson (1988),

yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berasal dari luar diri seseorang,

meliputi lingkungan kesehariannya, kurangnya dukungan sosial, tuntutan dari atasan. Faktor

internal berasal dari dalam diri seseorang, meliputi usia, jenis kelamin, harga diri, dan

karakteristik kepribadian.

Sehubungan dengan hal tersebut, dapat diasumsikan bahwa burnout yang berasal dari luar

diri atlet, seperti tekanan atau tuntutan dari pelatih, teman sebaya, kurangnya dukungan lebih

menentukan tingkat burnout pada atlet sepak bola di Salatiga Training Center.

Dengan demikian, disimpulkan bahwa tidak adanya korelasi antara adversity quotient

dengan burnout pada atlet sepak bola di Salatiga Training Center. Burnout pada atlet sepak

bola di Salatiga Training Center dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar adversity

quotient yang kurang bisa dikendalikan dengan baik oleh atlet sepak bola yang bersangkutan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat korelasi

yang signifikan antara adversity quotient dengan burnout pada atlet sepak bola di Salatiga

Training Center atau tidak ada hubungan antara kedua variabel. Atlet sepak bola memiliki

adversity quotient pada kategori sedang dan memiliki burnout pada kategori sedang.

Page 25: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

16

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan hal-hal

sebagai berikut:

1.Bagi atlet sepak bola di Salatiga Training Center

Subyek penelitian diharapkan dapat menyesuaikan diri serta berpikir positif terhadap situasi

rutin yang dilakukan setiap harinya.

2.Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini terdapat banyak kekurangan sehingga disarankan untuk peneliti selanjutnya

melihat faktor lain yang memengaruhi burnout tidak hanya terpaku pada adversity quotient.

Karena banyak faktor lain seperti dukungan keluarga adanya semangat dari dalam diri.

Page 26: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

17

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Bola Viva (2012). Rekor Fantastis Sepak Bola Indonesia

Diakses dari http ://bola.viva.co.id/news/read/377912-kilas-2012-rekor-fantastis-sepakbola-

indonesia

Christian, (2015). Hubungan Antara Komitmen Organisasi dengan Burnout di Kantor

Regional IX Badan Kepegawaian Negara (BKN) Jayapura. Skripsi. Salatiga:

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Femmy., (2015). Hubungan Antara Stress Kerja Dengan Burnout Pada Perawat di RSUD

Dr. M. Haulussy Kota Ambon. Skripsi. Salatiga : Universitas Kristen Satya

Wacana

Jaya, S. (2007). Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Stress Kerja Guru SD “X” di

Surabaya. Skripsi Sarjana Strata 1. Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Martono, N. (2012). Metode penelitian kuantitatif: Analisis isi dan analisis data sekunder.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Maslach & Jackson., (1981). The Measrement Of Experienced Burnout. Journal Of

Ocuppational Behaviour.2,99-113

Maslach & Jackson ,. (1986). Maslach Burnout Inventory (2nd ed). Palo Alto, CA :

Consulting Psychologists Press

Maslach,. C., & Leiter, M.P. (2005). The Truth About Burnout. : How Organization Cause

Personal Stress and What to do about it., San Farnsisco: Jossey-Bass

Pengertian Sepak Bola. Diakses dari http://kbbi.web.id/sepak%20 bola

Pines, A. &Aronson, E. (2001) Career Burnout : Causes and Cures. New York : The Free

Press

Prestiana & Purbandini (2011). Hubungan Antara Efikasi Diri dan Stress Kerja Dengan

Kejenuhan Kerja (Burnout) Pada Perawat IGD & ICU RSUD Kota Bekasi. Jurnal

Soul, 5 (2), 1-14

Suara Perempuan Papua (2011): Masa Emas Bagi Tim Mutiara Persipura. Diakses dari :

www. Suaraperempuanpapua.net/index.php/laporan-utama-item/459-masa emas

persipura

Stoltz, P,G. (2007). Adversity Quotient. Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, Jakarta:

Grasindo

Stoltz, P. G. (2000). Adversity Quotient. Jakarta: PT. Gramedia Widiasara Indonesia

Sugiarto, (2003). Teknik Sampling. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Page 27: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13073/1/T1_802012047_Full...HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN BURNOUT PADA ATLET SEPAK BOLA DI

18

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

ALFABETA, CV.

Kejuaraan Remaja U19AFF2013. Diakses dari:

https://id.wikipedia.org./wiki/Kejuaraan_Remaja_U-19_AFF_2013

Setyobroto,S.2002. Psikologi Olahraga.Jakarta: Universitas Negeri Jakarta