HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN...

74
HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACY DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SISTEM KOLOID SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Kimia Oleh: RIZQA FADHILA APRIANTI NIM: 11150162000046 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Transcript of HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN...

Page 1: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACY

DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA

MATERI SISTEM KOLOID

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh:

RIZQA FADHILA APRIANTI

NIM: 11150162000046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

i

Page 3: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

ii

Page 4: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

iii

Page 5: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

iv

ABSTRAK

Rizqa Fadhila Aprianti (NIM: 11150162000046). Hubungan Adversity Quotient

dan Self-Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi

Sistem Koloid. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Di dalam kerangka kompetensi abad 21 menunjukkan bahwa individu harus

memiliki, keterampilan belajar dan berinovasi (kritis dan kreatif). Kemampuan

berpikir kreatif ternyata dipengaruhi oleh adversity quotient dan self-efficacy.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adversity quotient dan

self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

Metode yang digunakan adalah metode korelasional. Sampel penelitian ini adalah

siswa kelas XII IPA 1 dan 3 SMA Daar El-Qolam yang berjumlah 72 siswa, dengan

menggunakan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan berupa soal tes

uraian berpikir kreatif, angket adversity quotient dan angket self-efficacy. Teknik

korelasi yang digunakan adalah rank Spearman, Karl Pearson product moment, dan

korelasi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) adversity quotient

memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif.

2) self-efficacy memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap kemampuan

berpikir kreatif. 3) adversity quotient dan angket self-efficacy memiliki hubungan

positif yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif. Adversity Quotient,

Self-Efficacy, dan kemampuan berpikir kreatif siswa memiliki hubungan yang

signifikan dengan kategori rendah. Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru

dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa agar memiliki adversity

quotient dan self-efficacy yang tinggi dalam menyelesaikan permasalahan saat

mengerjakan soal.

Kata Kunci: Adversity Quotient, Berpikir Kreatif, Self-Efficacy

Page 6: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

v

ABSTRACT

Rizqa Fadhila Aprianti (NIM: 11150162000046). The Relationship between

Adversity Quotient and Self-Efficacy towards Students’ Creative Thinking Ability

on the Colloid System Subject. Essay. Chemistry Education. Faculty of

Education and Teacher Training. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

The 21th century framework of competence shows that individuals must possess, the

skills to learn and to innovate (critical and creative). The ability to think creatively

is influenced by adversity quotient and self-efficacy. This study aims to examine the

relationship between adversity quotient and self-efficacy towards students’ creative

thinking ability on colloidal system subject. The method used in this research is the

correlational method. The sample of this study is students of XII Science 1 and 3rd

grade of Daar El-Qolam Senior High School, in total there are 72 students,

applying a random sampling technique. The instrument used is in the form of

creative thinking description test questions, adversity quotient questionnaire and

self-efficacy questionnaire. Correlation techniques are adopted from Spearman

rank, Karl Pearson product moment and multiple correlation. The result of this

study indicates that: 1) adversity quotient has a significant positive relationship on

students’ creative thinking ability. 2) self-efficacy has a significant positive

relationship on students’ creative thinking ability. 3) adversity quotient and self-

efficacy questionnaires have a significant positive relationship on the students’

ability to think creatively. This research is expected to help teachers improve

students’ creative thinking skills, so they can increase students’ adversity quotient

and self-efficacy in solving problems when working on a test.

Keywords: Adversity Quotient, Creative Thinking, Self-Efficacy

Page 7: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelasaikan skripsi dengan judul “Hubungan Adversity Quotient dan Self-

Efficacy dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Koloid”.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam

penyusunan skripsi ini. Dengan tulus, penulis ingin menyampaikan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Jakarta beserta staff dan jajarannya.

2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah.

3. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, serta selaku Validator

instrumen yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Dr. Ir. Hj Siti Suryaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, arahan, semangat, serta saran

dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.

5. Buchori Muslim, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

waktu, ilmu, bimbingan, perhatian, motivasi, arahan, semangat, serta saran

dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.

6. Nanda Sari Dewi, M.Si selaku dosen penguji I yang telah meluangkan waktunya

untuk menguji skripsi saya dan memberi bimbingan hingga akhir

7. Dila Fairusi, M.Si selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktunya

untuk menguji skripsi saya dan memberi bimbingan hingga akhir

Page 8: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

vii

8. Salamah Agung, Ph.D., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan, waktu, serta motivasi kepada penulis selama perkuliahan

berlangsung.

9. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Kimia, yang telah mendidik, memberikan

ilmu, serta motivasi kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa di

Jurusan Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Dila Fairusi M.Si, Luki Yunita M.Pd, Rizqy Nur Sholihat, M.Pd., yang sudah

bersedia menjadi validator instrumen penelitian, dan memberikan arahan

kepada penulis.

11. Orang tua tercinta yaitu Bapak Prihanta Wijatmaka dan Ibu Rifiyanti yang

selalu memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi, dan telah menjadi sosok

inspirasi dan kekuatan untuk selalu berjuang dan melakukan yang terbaik dalam

hal apapun.

12. Adek-adek tercinta Nadhifa Qatrunnada dan Shabrina Isytifa Rahmah yang

selalu memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi agar dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik

13. Alusti Cundo Manik, S.Pd sebagai partner kosan setengah tahun, yang sudah

memberikan nasehat, motivasi, saran, bimbingan dan dukungan, yang tidak

berhenti berhentinya juga selalu mengingatkan, dan yang selalu mendampingi

disaat lagi posisi terburuk pun

14. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Kimia angkatan 2015, khususnya

Munirotus Sa’adah, Zaqiyatul Ningsih, Jihan Nisa Amini, Lathifa Utami,

Muthia Alvita, Rizkia Suci, Aulia Nurul, Via Fitriani, Dwi Ratna, Chairunnisa,

Dyah Fadjar, Husnul Khotimah, Dimas Ryandi, Bima Putra, Nurul Iman, yang

telah memberikan waktu, kesempatan, dan motivasi selama masa studi.

15. Teman yang setia mendampingi dan membantu saat penelitian yaitu Aprian

Handayani

16. Teman-teman bimbingan skripsi Bu Asih dan Pak Buchori, yang telah berbagi

waktu, kesabaran, dukungan, motivasi, dan semangat dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Page 9: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

viii

17. Adik-adik kelas XII IPA 1, XII IPA 3 yang sudah bersedia menjadi subjek

penelitian dan membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.

18. Serta semua pihak yang belum bisa disebutkan satu persatu, yang telah

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan

masih memiliki kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan

manfaat bagi siswa dan guru sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan

untuk generasi mendatang. Aamiin.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, April 2020

Rizqa Fadhila Aprianti

Page 10: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. iii

ABSTRACT .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS ................................... 8

A. Deskripsi Teoritik......................................................................................... 8

1. Adversity Quotient ................................................................................... 8

2. Self-Efficacy ............................................................................................ 12

3. Berpikir Kreatif ...................................................................................... 15

4. Koloid ..................................................................................................... 19

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 27

C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 29

D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 33

1. Waktu Penelitian .................................................................................... 33

2. Tempat Penelitian ................................................................................... 33

B. Metode dan Desain Penelitian .................................................................... 33

1. Metode Penelitian ................................................................................... 33

Page 11: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

x

2. Desain penelitian .................................................................................... 33

3. Alur Penelitian ........................................................................................ 34

C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 37

1. Populasi .................................................................................................. 37

2. Sampel .................................................................................................... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37

E. Instrumen Penelitian................................................................................... 38

1. Tes Essay Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi Sistem Koloid .... 38

2. Angket Adversity Quotient ..................................................................... 39

3. Angket Self Efficacy ............................................................................... 40

F. Uji Coba Instrumen .................................................................................... 41

1. Uji Validitas............................................................................................ 41

2. Uji Realibilitas ........................................................................................ 42

G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 42

1. Analisis Deskriptif .................................................................................. 42

2. Analisis Statistik Inferensial ................................................................... 43

H. Hipotesis Statistik ................................................................................... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 48

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 48

1. Analisis Statistik Deskriptif .................................................................... 48

2. Analisis Inferensial ................................................................................. 53

B. Pembahasan ................................................................................................ 69

1. Adversity Quotient .................................................................................. 69

2. Self-Efficacy ............................................................................................ 70

3. Kemampuan Berpikir Kreatif ................................................................. 70

4. Hubungan Adversity Quotient terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa .............................................................................................................. 72

5. Hubungan Self-Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. 76

6. Hubungan Adversity Quotient dan Self-Efficacy terhadap Kemampuan

Berpikir Kreatif Siswa ................................................................................... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 88

Page 12: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

xi

A. Kesimpulan ................................................................................................ 88

B. Saran ........................................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 89

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 98

Page 13: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif ............................ 18

Tabel 2.2 Jenis Sistem Koloid ............................................................................... 22

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Essay Kemampuan Berpikir Kreatif .............. 39

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Adversity Quotient .................................... 39

Tabel 3.3 Pemberian Skor Angket Adversity Quotient ......................................... 40

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Self Efficacy........................................................... 40

Tabel 3.5 Pemberian Skor Angket Self Efficacy ................................................... 40

Tabel 3.6 Hasil Uji Validasi Instrumen soal kemampuan bepikir kreatif pada

materi koloid ......................................................................................................... 41

Tabel 3.7 Kategori Kecendrungan Suatu Variabel ............................................... 43

Tabel 3.8 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi .................................................... 46

Tabel 4.1 Hasil Angket Adversity Quotient .......................................................... 48

Tabel 4.2 Klasifikasi Adversity Quotient .............................................................. 49

Tabel 4.3 Indikator Adversity Quotient ................................................................. 49

Tabel 4.4 Hasil Angket Self-Efficacy .................................................................... 50

Tabel 4.5 Klasifikasi Self-Efficacy ........................................................................ 50

Tabel 4.6 Indikator Self-Efficacy........................................................................... 51

Tabel 4.7 Hasil Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ..................................... 51

Tabel 4.8 Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif ............................................. 52

Tabel 4.9 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ................................................ 52

Tabel 4.10 Uji Normalitas Adversity Quotient ...................................................... 53

Tabel 4.11 Uji Normalitas masing-masing Indikator Adversity Quotient ............. 54

Tabel 4.12 Uji Normalitas Self-Efficacy ............................................................... 54

Tabel 4.13 Uji Normalitas masing-masing Indikator Self-Efficacy ...................... 55

Tabel 4.14 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kreatif ..................................... 55

Tabel 4.15 Uji Normalitas masing-masing Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

............................................................................................................................... 56

Tabel 4.16 Uji Homogenitas pada Masing-masing Variabel ................................ 56

Tabel 4.17 Uji Homogenitas masing-masing Indikator pada masing-masing

Variabel ................................................................................................................. 57

Tabel 4.18 Uji Linearitas Adversity Quotient terhadap Kemampuan Berpikir

Kreatif ................................................................................................................... 58

Tabel 4.19 Uji Linearitas masing-masing Indikator Adversity Quotient terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif ................................................................................ 58

Tabel 4.20 Uji Linearitas Self-Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif .. 59

Tabel 4.21 Uji Linearitas masing-masing Indikator Self-Efficacy terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif ................................................................................ 59

Page 14: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

xiii

Tabel 4.22 Uji Linearitas Adversity Quotient dan Self-Efficacy terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif ................................................................................ 60

Tabel 4.23 Uji Linearitas masing-masing Indikator Adversity Quotient dan Self-

Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Indikator Berpikir Lancar 60

Tabel 4.24 Uji Linearitas masing-masing Indikator Adversity Quotient dan Self-

Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Indikator Keluwesan ........ 61

Tabel 4.25 Uji Linearitas masing-masing Indikator Adversity Quotient dan Self-

Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Indikator Bepikir Orisinil 61

Tabel 4.26 Uji Korelasi Adversity Quotient terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

pada Materi Sistem Koloid.................................................................................... 62

Tabel 4.27 Uji Hipotesis masing-masing Indikator Adversity Quotient terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif ................................................................................ 63

Tabel 4.28 Uji Korelasi Self-Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada

Materi Sistem Koloid ............................................................................................ 64

Tabel 4.29 Uji Hipotesis masing-masing Indikator Self-Efficacy terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif ................................................................................ 65

Tabel 4.30 Uji Korelasi Adversity Quotient dan Self-Efficacy terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi Sistem Koloid ................................... 66

Tabel 4.31 Uji Hipotesis masing-masing Indikator Adversity Quotient dan Self-

Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Indikator Berpikir Lancar 67

Tabel 4.32 Uji Hipotesis masing-masing Indikator Adversity Quotient dan Self

Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Indikator Keluwesan ........ 67

Tabel 4.33 Uji Hipotesis masing-masing Indikator Adversity Quotient dan Self-

Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Indikator Bepikir Orisinil 68

Page 15: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Bepikir .............................................................................. 31

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian ....................................................................... 36

Gambar 4.1 Hubungan masing-masing Indikator Adversity Quotient dengan

Kemampuan Berpikir Kreatif ................................................................................ 73

Gambar 4.2 Contoh Soal dan Jawaban dari Soal Kemampuan Berpikir Kreatif

pada Indikator Flexibility ...................................................................................... 75

Gambar 4.3 Hubungan masing-masing Indikator Self-Efficacy dengan

Kemampuan Berpikir Kreatif ................................................................................ 77

Gambar 4.4 Contoh Soal dan Jawaban dari Soal Kemampuan Berpikir Kreatif

pada Indikator Fluency .......................................................................................... 78

Gambar 4.5 Hubungan masing-masing Indikator Adversity Quotient dan Self-

Efficacy Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Indikator Fluency ........... 81

Gambar 4.6 Contoh Soal dan Jawaban Kemampuan Berpikir Kreatif pada

Indikator Fluency .................................................................................................. 82

Gambar 4.7 Hubungan masing-masing Indikator Adversity Quotient dan Self-

Efficacy Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Indikator Flexibelity ....... 83

Gambar 4.8 Contoh Soal dan Jawaban Kemampuan Berpikir Kreatif pada

Indikator Flexibelity .............................................................................................. 84

Gambar 4.9 Hubungan masing-masing Indikator Adversity Quotient dan Self-

Efficacy Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Indikator Originality ...... 85

Gambar 4.10 Contoh Soal dan Jawaban Kemampuan Berpikir Kreatif pada

Indikator Originality ............................................................................................. 86

Page 16: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi Sistem

Koloid .................................................................................................................... 99

Lampiran 2 Lembar Jawaban Siswa ................................................................... 107

Lampiran 3 Rubrik Penilaian Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ............. 108

Lampiran 4 Tabulasi Data Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen Soal Berpikir

Kreatif pada Materi Koloid ................................................................................. 113

Lampiran 5 Tabulasi Data Instrumen Penelitian Soal Berpikir Kreatif pada Materi

Koloid .................................................................................................................. 116

Lampiran 6 Angket Self-Efficacy ........................................................................ 120

Lampiran 7 Angket Adversity Quotient .............................................................. 122

Lampiran 8 Lembar Angket Adversity Quotient Siswa ...................................... 123

Lampiran 9 Lembar Angket Self-Efficacy Siswa ................................................ 123

Lampiran 10 Hasil Tabulasi Angket Adversity Quotient .................................... 125

Lampiran 11 Tabulasi Hasil Angket Self-Efficacy .............................................. 129

Lampiran 12 Hasil Uji Realibilitas Instrumen Bepikir Kreatif ........................... 133

Lampiran 13 Deskripsi Data Instrumen Adversity Quotient Secara Umum ....... 135

Lampiran 14 Deskripsi Data Instrumen Self-Efficacy Secara Umum ................. 136

Lampiran 15 Deskripsi Data Instrumen Berpikir Kreatif Secara Umum ............ 137

Lampiran 16 Uji Normalitas Instrumen Adversity Quotient Secara Umum ....... 138

Lampiran 17 Uji Normalitas masing-masing Indikator Adversity Quotient ....... 139

Lampiran 18 Uji Normalitas Indtrumen Self-Efficacy Secara Umum ................ 140

Lampiran 19 Uji Normalitas Masing-Masing Indikator Self-Efficacy ................ 141

Lampiran 20 Uji Normalitas Instrumen Berpikir Kreatif Secara Umum ............ 142

Lampiran 21 Uji Normalitas masing-masing Indikator Berpikir Kreatif............ 143

Lampiran 22 Uji Homogenitas Instrumen masing-masing Variabel Secara Umum

............................................................................................................................. 144

Lampiran 23 Data Uji Homogenitas masing-masing Indikator pada Variabel ... 145

Lampiran 24 Data Uji Linearitas Adversity Quotient terhadap Kemampuan

Berpikir Kreatif Secara Umum ........................................................................... 147

Lampiran 25 Data Uji Linearitas Self-Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir

Kreatif Secara Umum .......................................................................................... 148

Lampiran 26 Data Uji Linearitas Adversity Quotient dan Self-Efficacy terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Secara Umum ...................................................... 149

Lampiran 27 Data Uji Linearitas Adversity Quotient terhadap Kemampuan

Berpikir Kreatif masing-masing indikator .......................................................... 150

Lampiran 28 Data Uji Linearitas Self-Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir

Kreatif masing-masing indikator......................................................................... 152

Page 17: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

xvi

Lampiran 29 Data Uji Linearitas Adversity Quotient dan Self-Efficacy terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif masing-masing indikator ..................................... 155

Lampiran 30 Data Uji Hipotesis Adversity Quotient terhadap Kemampuan

Berpikir Kreatif Secara Umum ........................................................................... 162

Lampiran 31 Data Uji Hipotesis Adversity Quotient terhadap Kemampuan

Berpikir Kreatif pada Masing-masing Indikator ................................................. 164

Lampiran 32 Data Uji Hipotesis Self-Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir

Kreatif Secara Umum .......................................................................................... 167

Lampiran 33 Data Uji Hipotesis Self-Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir

Kreatif masing-masing Indikator ........................................................................ 168

Lampiran 34 Data Uji Hipotesis Adversity Quotient dan Self-Efficacy terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Secara Umum ...................................................... 171

Lampiran 35 Data Uji Hipotesis Adversity Quotient dan Self-Efficacy terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Secara Indikator .................................................. 172

Lampiran 36 Surat Bimbingan Skripsi ................................................................ 179

Lampiran 37 Surat Izin Validasi ......................................................................... 182

Lampiran 38 Surat Validasi Sekolah................................................................... 185

Lampiran 39 Surat Izin Penelitian....................................................................... 186

Lampiran 40 Surat Keterangan Sudah Validasi .................................................. 188

Lampiran 41 Surat Keterangan Sudah Penelitian ............................................... 190

Lampiran 42 Lembar Uji Referensi .................................................................... 191

Page 18: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bekembangnya suatu negara dapat dilihat dari sumber daya manusia yang

berkualitas. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa untuk mengembangkan

kemampuan potensi peserta didik, maka ia memiliki akhlak yang mulia,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demoktratis

serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia tentunya harus didukung dengan

kualitas peserta didik dalam pendidikannya.

Ilmu kimia ialah salah satu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, masih banyak peserta

didik yang beranggapan bahwa kimia merupakan mata pelajaran yang sulit. Hal

ini sejalan dengan Shadreck (2017) yang menyatakan bahwa ilmu kimia

memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga sulit untuk dipahami oleh

siswa. Menurut Huddle, White, & Rogers (2000), kesulitan siswa dalam

memahami pelajaran kimia karena ketidakmampuannya dalam memahami

konsep kimia dengan benar. Jika siswa sudah menguasai konsep yang dasar

sebelumnya dengan benar, maka ia tidak lagi mengalami kesulitan karena ilmu

kimia memiliki keterkaitan dengan konsep lainnya (Üce & Ceyhan, 2019).

Salah satu tujuan pendidikan sains ialah mempersiapkan peserta didik dalam

memahami konsep dan meningkatkan kemampuan tingkat berpikir tingkat

tingginya (Gurcay & Ferah, 2018).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi

yang wajib dimiliki siswa di zaman yang modern ini. Kemampuan berpikir

tingkat tinggi meliputi kemampuan pemecahan masalah (problem solving),

berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis (critical thinking),

kemampuan bergargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan

Page 19: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

2

(decision making) (Kemendikbud, 2014, hlm.14). Berdasarkan kelima

kemampuan tingkat tinggi tersebut, kemampuan berpikir kreatif salah satunya

yang wajib dimiliki oleh siswa, sesuai dengan Permendikbud RI nomor 69

tahun 2013 menyatakan bahwa “kurikulum 2013 bertujuan untuk

mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai

pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara, dan peradaban dunia.” (Kemendikbud, 2013, hlm. 4).

Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi yang

sangat diperlukan dalam persaingan global, karena kreativitas dan inovasi

ternyata dibutuhkan untuk bekerja pada abad 21. Di dalam kerangka kompetensi

abad 21 menunjukkan bahwa individu harus memiliki, keterampilan belajar dan

berinovasi (kritis dan kreatif) (Partnership for 21st Century, 2009: 1). Adapun

menurut SCANS (The Secretary’s Commision on Achieving Necessary Skills)

untuk memenuhi tantangan di masa mendatang, individu harus memenuhi

keterampilan yang memadai di antaranya: (i) keterampilan berpikir yang

meliputi kreatif, membuat keputusan, menyelesaikan masalah, melihat

gambaran ide, mengetahui bagaimana belajar, dan menalar. (ii) kepribadian

yang mencakup aspek tanggung jawab, percaya diri, sikap sosial, managemen

diri, dan kejujuran (SCANSS, 1991, hlm.13). Oleh karena itu, kemampuan

berpikir siswa sangat diperlukan dalam persaingan global.

Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-

hal yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya

tidak berhubungan dan mencetuskan solusi atau gagasan baru yang dicerminkan

dari kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir

(Munandar,1999). Kreativitas erat kaitannya dengan berpikir kreatif, Yazar

Soyadı (2015) menjelaskan bahwa berpikir kreatif sebagai rangkaian kegiatan

kognitif yang digunakan setiap individu terhadap suatu objek, masalah dan

kondisi, atau usaha menuju hal tertentu dan masalah berdasarkan kemampuan

Page 20: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

3

individu. Oleh karena itu, dengan berpikir secara kreatif siswa dapat

menemukan hal-hal baru dalam menyelesaikan suatu masalah.

Beradasarkan hasil penelitian Meika & Sujana (2017) menyatakan bahwa

tingkat keterampilan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah. Hal tersebut

sejalan dengan hasil studi internasional 1) Trends in International Mathematics

and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015 menyebutkan bahwa keterampilan

berpikir kreatif siswa di Indonesia masih cenderung kurang dan menempati

posisi empat terbawah dari 48 negara yang berpartisipasi dan skor IPA yang

dimiliki siswa berada pada nilai 397 dari standar yang ditentukan yaitu 500. 2)

Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2015

menyebutkan bahwa Indonesia menempati posisi ke-62 dari 70 negara yang

berpartisipasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa keduanya, baik TIMSS

maupun PISA kemampuan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah

melalui soal-soal, karena soal tergolong memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

Siswa dalam memecahkan suatu masalah tentu mengalami kesulitan yang

dipengaruhi oleh Adversity Quotient. Stolz (2000) menyatakan bahwa adversity

quotient merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengamati

kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki

sehingga menjadi sebuah tantangan untuk diselesaikan.

Oleh sebab itu, Adversity Quotient (AQ) merupakan kemampuan

seseorang untuk bertahan dalam situasi yang sulit. Bila dikontekskan dengan

kimia, AQ adalah kemampuan seseorang untuk bertahan dan berusaha mencari

solusi dalam menghadapi kesulitan sampai menemukan jalan keluar,

memecahkan segala macam permasalahan, mereduksi hambatan dan rintangan

dengan mengubah cara berpikir dan sikap terhadap kesulitan tersebut. Stolz

mengatakan bahwasannya AQ merupakan kecerdasan mengatasi kesulitan

(Sudarman, 2012). Namun cara mengatasi kesulitan setiap orang berbeda-beda,

demikian pula dengan tingkat kecerdasan seseorang relatif berbeda. Setiap

kecerdasan adversitas seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti

bakat, kemauan, karakteristik kepribadian dan keyakinan diri. Ketika seseorang

Page 21: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

4

merasa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, keyakinan tersebut akan

memotivasi dirinya, keyakinan yang dimiliki akan mendorong seseorang untuk

berusaha mendapatkan apa yang diinginkan. Keyakinan diri inilah yang disebut

dengan efikasi diri.

Menurut Lane & Lane (2001), efikasi diri merupakan keyakinan atau

kepercayaan individu mengenai kemampuan yang ada pada dirinya untuk

mengorganisasi dan untuk melakukan suatu tugas tertentu agar dapat mencapai

tujuan yang diinginkan. Sedangkan menurut Cheung (2014) menyatakan bahwa

keyakinan diri dalam sains difenisikan sebagai sejauh mana mereka mampu

untuk menyelesaikan tugas-tugasnya atau sejauh mana mereka dalam

memecahkan masalah sains tertentu. Efikasi diri dapat diartikan juga sebagai

keberhasilan diri yang menunjuk pada kepercayaan pada kemampuan yang

dimiliki setiap individu untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Ketika

seseorang mempunyai efikasi diri yang tinggi maka akan memiliki keyakinan

akan kemampuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan suatu tugas yang

diberikan dengan berbagai bentuk maupun berbagai tingkat kesulitan.

Dalam setiap individu ada keyakinan diri (Self Efficacy) yang menyertai

kecerdasan adversitas (AQ) merupakan suatu penilaian yang mengukur

bagaimana seseorang dalam menghadapi masalah untuk dapat diberdayakan

menjadi peluang (Stoltz, 2003). Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi

adalah ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani

segala peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, percaya pada kemampuan diri

yang mereka miliki, memancang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman.

Sedangkan Individu yang memiliki efikasi diri yang rendah adalah individu

yang merasa tidak berdaya, cepat sedih, apatis, cemas, menjauhkan diri dari

tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi rintangan (Risalatuna,

2013). Sama halnya dengan siswa yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu

mengendalikan diri, mengidentifikasi penyebab kesulitan, menilai kesalahan

yang dilakukan, memperbaiki kesalahan yang dilakukan, membatasi kesulitan

Page 22: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

5

yang dihadapi, tahan dalam menghadapi kesulitan sehingga akan

mempengaruhi inisiasi dan ketahanan diri dalam mengerjakan soal-soal.

Individu yang seperti ini dibutuhkan dalam pembelajaran kimia. Jika

siswa memiliki keyakinan yang tinggi maka mampu menyelesaikan

permasalahan yang didapat baik dalam analisis maupun soal-soal. Salah satu

materi kimia yang dipelajari siswa adalah sistem koloid. Bybee dalam Gazali

(2015) menyebutkan bahwa pada materi sistem koloid memiliki karakteristik

konstektual dan prosedural karena di dalam konsepnya terdapat pembuatan

koloid yang terdapat pada kehidupan sehari-hari. Materi ini menekankan

kemampuan berpikir kreatif agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada

di dalam materi tersebut. Oleh karena itu, untuk memahami konten koloid,

siswa perlu menekankan kemampuan berpikir tingkat tinggi salah satunya

berpikir kreatif (Pusparini, Feronika, & Bahriah, 2017). Selain itu, karena

kemampuan berpikir kreatif sangat penting dan sebagai bahan kajian lebih

lanjut, maka penting untuk melihat bagaimana kemampuan berpikir kreatif

pada siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Adversity

Quotient dan Self Efficacy terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada

Materi Sistem Koloid”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat diidentifikasi

beberapa masalah yang muncul, di antaranya:

1. Siswa beranggapan bahwa kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang

sulit.

2. Siswa dituntut untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya.

3. Berdasarkan hasil studi pendahuluan oleh Meika dan Sujana (2017)

keterampilan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah.

4. Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah dipengaruhi oleh Adversity

Quotient.

Page 23: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

6

5. Self-Efficacy yang rendah dapat mempengaruhi siswa dalam menyelesaikan

tugas-tugas yang sulit.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya,

maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam

penelitian ini yaitu:

1. Siswa yang diteliti yaitu siswa kelas XII yang telah mempelajari materi

koloid.

2. Aspek Adversity Quotient yang digunakan berdasarkan teori Poul Stolz.

3. Aspek Self Efficacy yang digunakan bersarkan teori Albert Bandura.

4. Kemampuan berpikir kreatif mahasiswa pada aspek fluency (kelancaran),

flexibility (keluwesan) dan originality (kebaruan).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hubungan Adversity Quotient dengan kemampuan berpikir

kreatif siswa dalam materi sistem koloid?

2. Bagaimana hubungan Self Efficacy dengan kemampuan berpikir kreatif

siswa dalam materi sistem koloid?

3. Apakah terdapat hubungan Adversity Quotient dan Self Efficacy dengan

kemampuan berpikir kreatif siswa dalam materi sistem koloid?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui adanya hubungan Adversity Quotient dengan

kemampuan berpikir kreatif siswa dalam materi sistem koloid.

2. Untuk mengetahui adanya hubungan Self Efficacy dengan kemampuan

berpikir kreatif siswa dalam materi sistem koloid.

Page 24: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

7

3. Untuk mengetahui adanya hubungan Adversity Quotient dan Self Efficacy

dengan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam materi sistem koloid.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti: Dapat digunakan sebagai pengalaman menulis karya ilmiah.

2. Siswa: Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan untuk siswa agar

mampu menyelesaikan masalah dengan keyakinan dirinya sendiri dan

mampu bertahan dalam kondisi yang sulit sehingga kemampuan berpikir

kreatif dapat dikembangkan.

3. Peneliti lain: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan

juga sebagai referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang

lebih mendalam.

Page 25: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

Deskripsi teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Adversity

Quotient, Self-Efficacy, Bepikir Kreatif dan Sistem Koloid.

1. Adversity Quotient

a. Pengertian Adversity Quotient

Setiap orang pasti memimpikan kesuksesan. Akan tetapi untuk

mencapai kesuksesan itu sendiri dibutuhkan perjuangan yang tidak

mudah, karena akan selalu ada kesulitan yang datang. Istilah adversity

quotient konsep yang dikembangkan oleh Paul G. Stoltz, karena

menurutnya kecerdasan (IQ dan EQ) yang sudah ada saat ini masih

dianggap belum cukup untuk menjadi modal seseorang untuk menuju

kesuksesan, oleh karena itu ia mengembangkan konsep mengenai

kecerdasan adversity (Stoltz, 2000).

Kata adversity menurut bahasa berasal dari bahasa inggris yang

berarti kegagalan atau kemalangan (Echols dan Shadily, 1993).

Adversity quotient merupakan kemampuan seseorang dalam kecerdasan

yang dimilikinya untuk mengarahkan, mengubah cara berpikir serta

bertindak ketika menghadapi hambatan dan kesulitan (Napitupulu,

Nashori, & Kurniawan, 2007). Sedangkan Leman (2007) berpendapat

bahwa adversity quotient merupakan kemampuan seseorang ketika

dihadapkan dengan masalah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Stoltz (2000) bahwasannya adversity quotient sebagai kecerdasan

seseorang dalam menghadapi suatu rintangan ataupun kesulitan secara

teratur.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan diatas adversity

quotient (AQ) adalah kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki

seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan yang

didapatkan serta mampu mengatasi tantangan hidup. Ketika seseorang

Page 26: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

9

memliki kecerdasan adversitas maka ia akan mampu mengahdapi

rintangan atau halangan yang menghadang dalam mencapai tujuan yang

diinginkan.

b. Dimensi Adversity Quotient

Menurut Stoltz (2000) terdapat empat dimensi dalam

menghasilkan kemampuan adversity quotient yang tinggi, yaitu:

1) Control (C)

Control atau kendali erat kaitannya dengan seberapa besar

seseorang bahwa dirinya mampu untuk mengendalikan kesulitan-

kesulitan yang dihadapinya serta sejauh mana seseorang dapat

merasakan bahwa kendali tersebut ikut peran dalam peristiwa yang

menimbulkan kesulitan. Semakin besar kesulitann yang dimiliki

seseorang maka akan semakin besar pula kemungkinan untuk

bertahan dalam menghadapi kesulitan dan tetap berdiri teguh untuk

menyelesaikannya. Demikian pula sebaliknya, jika semakin rendah

kendali seseorang maka ia akan menjadi tidak berdaya dalam

menghadapi kesulitan dan akan mudah menyerah.

2) Endurance (E)

Endurance atau daya tahan erat kaitannya dengan persepsi

seseorang akan lama atau tidaknya kesulitan akan berlangsung.

Daya tahan dapat menimbulkan penilaian tentang situasi yang baik

maupun buruk. Jika seseorang memiliki daya tahan yang tinggi

maka ia juga akan memiliki harapan dan sikap optimis dalam

mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Semakin tinggi daya tahan

yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin besar pula

kemungkinannya untuk memandang kesuksesan sebagai suatu hal

yang bersifat sementara. Namun jika ia memiliki daya tahan yang

rendah ia akan menganggao kesulitan yang sedang didahapinya

sebagai sutu yang sifatnya abadi dan sulit untuk diperbaiki.

Page 27: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

10

3) Reach (R)

Reach atau jangkauan merupakan sejauh mana kesulitan akan

dijangkau oleh individu. Reach juga berarti sejauh mana kesulitan

yang ada akan menjangkau bagian lain dari kehidupan seseorang.

Pada dimensi ini menunjukkan kemampuan dalam melakukan

penilaian mengenai beban kerja yang menimbulkan stress. Semakin

tinggi jangkauan seseorang maka semakin besar pula

kemungkinannya dalam merespon kesulitann sebagai suatu yang

spesifik dan terbatas. Semakin efektif seseorang dalam membatasi

jangkauan kesulitan, maka akan lebih berdaya dan akan putus asa

serta kurang mampu dalam membedakan hal-hal yang relevam

dengan kesulitan yang ada, sehingga ketika dihadapkan dengan

suatu masalah ia tidak harus merasa mengalami kesulitan untuk

seluruh aspek kehidupan tersebut.

4) Origin and ownership (O2)

Dalam dimesi ini origin and ownership dapat disebut juga

kepemilikan, yang berarti asal-usul dan pengakuan akan

mempertanyakan siapa atau apa yang menimbulkan kesulitan serta

sejauh mana seseorang dapat menganggap dirinya mempengaruhu

sendiri dari penyebab asal-usul kesulitan tersebut. Seseorang dengan

asal-usulnya rendah cenderung akan berpikir bahwasannya semua

kesulitan atau permasalah yang datang itu karena kesalahan,

kecerobohan, ataupun kebodohan dirinya.

c. Karakter Manusia berdasarkan Tinggi Rendahnya Adversity

Quotient

Menurut Stotlz (2000) terdapat tiga kelompok tipe manusia dalam

merespon yang ditinjau dari tingkat kemampuannya, yaitu:

1) Quitters

Page 28: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

11

Quitters ialah seseorang dengan tipe ini, mereka cukup puas

dengan semua kebutuhan yang ia penuhi namun dasar atau

fisiologisnya cenderung pasif karena mereka memilih untuk keluar

menghindari perjalanan yang selanjutnya mundur lalu berhenti. Para

quitters menolak untuk menerima tawaran keberhasilan yang

disertai dengan tantangan dan rintangan. Individu yang seperti ini

akan banyak kehilangan kesempatan yang berharga dalam hidupnya.

Dalam hirarki Maslow, seseorang dalam tipe ini berada pada

pemenuhan kebutuhan fisiologis yang letaknya paling dasar dalam

bentuk piramida.

2) Campers

Campers atau sering disebut juga satisficer yang berasal dari

kata satisfied = puas dan suffice = mencukupi. Seseorang dalam tipe

ini memiliki golongan yang sedikit lebih banyak, yaitu

mengusahakan terpenuhnya kebutuhan keamanan dan rasa aman

yang ada pada skala hirarki Maslow. Pada kelompok ini juga tidak

tinggi kapasitasnya untuk perubahan karena terdorong oleh

ketakutan dan mereka hanya akan mencari keamanan dan

kenyamanan. Campers setidaknya telah sudah sedikit melangkah

dan mau menanggapi suatu tantangan, namun setelah mencapai

suatu tahap, campers berhenti meskipun masih ada kesempatan

untuk lebih berkembang lagi.

3) Climbers

Dalam skala hirarki Maslow, kelompok ini selalu berupaya

untuk mencapai puncak kebutuhan aktualisasi diri. Climbers

merupakan tipe sesorang yang berjuang seumur hidup, mereka tidak

peduli dengan apapun bentuk kesulitan yang datang. Tipe ini tidak

dikendalikan oleh lingkungan melainkan dengan dengan berbagai

kreatifitasnya yang berusaha untuk mengendalikan lingkungannya.

Pada tipe ini juga, mereka akan selalu memikirikan berbagai

alternatif suatu masalah, menganggap kesulitan dan rintangan justru

Page 29: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

12

menjadi sebuah peluang untuk lebih maju dan berkembang, serta

mereka akan lebih banyak memperlajari tentang kesulitan dalam

kehidupan.

2. Self-Efficacy

a. Pengertian Self-Efficacy

Self-efficacy merupakan kesatuan kalimat terjemahan dari Bahasa

Indonesia yaitu efikasi diri. Self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh

Albert Bandura. Self-Efficacy menurut Bandura (1994) pada dasarnya

merupakan hasil proses kognitif berupa keyakinan, keputusan atau

penghargaan mengenai sejauh mana kemampuan seseorang dalam

melaksanakan tugas atau tindakan tertentu. Ia juga berpendapat bahwa

efikasi diri didefinisikan tidak pada kemampuan yang dimiliki individu

melainkan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dimana akan

mempengaruhinya di masa yang akan datang. Seseorang yang dengan

self-efficacy yang tinggi akan memiliki keyakinan akan kemampuan

dalam dirinya dalam menyelesaikan tugas dari berbagai bentuk dan

tingkat kesulitan yang diberikan.

Menurut Gist (1987) yang merujuk pendapat dari Bandura,

Addam, Hardy dan Howells, menyatakan bahwa self-efficacy timbul

dari perubahan bertahap pada kognitif yang sifatnya kompleks, social,

linguistik ataupun keahlian fisik melalui pengalaman yang akan

mempertimbangkan, menggabungkan, dan menilai informasi berkaitan

dengan kemampuan yang dimiliki individu kemudian memutuskan

berbagai pilihan dan usaha yang sesuai. Adapun definisi self-efficacy

menurut Gibson et, al, (1997) sebagai keberhasilan diri yang

meyakinkan bahwa seseorang dapat berprestasi dengan baik dalam satu

situasi tertentu, keberhasilan diri ini dibagi atas tiga dimensi yaitu:

tingginya tingkat kesulitan tugas seseorang, keyakinan akann kekuatan

yang dimiliki, serta generalisasi yang berarti harapan dari apa yang telah

dilakukan. Oleh karena itu Ghufron (2010, hlm 75) mengatakan bahwa

Page 30: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

13

siswa yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung untuk megerahkan

upaya dan bertahan lebih lama dalam menyelesaikan tugas yang sulit

sekalipun, juga cenderung mampu mengubah suatu yang terjadi

disekitarnya dibanding dengan siswa yang memiliki self-efficacy yang

rendah. Siswa yang cenderung memiliki self-efficacy rendah, rendah

pula upayanya dalam belajar ataupun menyelesaikan ujian, karena

dirinya tidak percaya bahwa dengan belajar akan membatu

meyelesaikan ujian (Santrock, 2010, hlm 286).

Pengertian-pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa

self-efficacy merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang

dimilikinya dalam melaksanakan tugas-tugas dari yang mudah hingga

yang sulit, dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya,

serta melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Fungsi Self-Efficacy

Menurut Bandura (1994), Self-Efficacy memiliki fungsi dan

pengaruh pada individu dalam berbagai hal seperti berikut:

1) Proses Kognitif

Pada self-efficacy dalam proses kognitif ini mempunyai fungsi

yang beragam, seperti menentukan tingkah laku seseorang dan

menetapkan tujuan. Semakin tinggi self-efficacy seseorang, maka

tujuan yang ditetapkan dan komitmen yang dibuat sesorang akan

semakin tinggi

2) Proses Motivasi

Pada fungsi ini, self-efficacy dengan motivasi memiliki

hubungan yang kasual, seseorang yang menganggap dirinya gagal

akibat usaha yang tidak mencukupi, akan menganggap

kemampuannya memang rendah

3) Proses Seleksi

Self-Efficacy memiliki peran yang penting dalam mengontrol

tingkat kecemasan seseorang saat berada dalam situasi yang sulit,

Page 31: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

14

karena keyakinan seseorang juga berperan penting terhadap stress

dan tingkat kecemasan dalam menghadapi situasi yang sulit

4) Proses Seleksi

Dalam proses seleksi ini self-efficacy dapat memungkinkan

seseorang untuk mengontrol tindakan yang diambil. Seseorang yang

menentukan pilihan karir dalam kehidupannya dapat diberikan

kekuatannya melalui self-efficacy. Semakin tinggi self-efficacy

seseorang, semakin luas rentang pilihan karir yang dipertimbangkan

dengan serius, akibatnya minat untuk mencapainya lebih besar.

c. Dimensi Self-Efficacy

Self-Efficacy dalam setiap individu berbeda-beda, pada setiap

aspek atau dimensiya pun berbeda. Bandura (1977) menyebutkan

dimensi self-efficacy sebagai berikut:

1) Dimensi tingkat (magnitude)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas ketika

sesorang merasa dirinya mampu melakukannya. Apabila seseorang

dihadapkan pada tugas yang disusun berdasarkan tingkat

kesulitannya, maka efikasi diri individu pun akan terbatas pada

tugas-tugas sesuai dengan batas kemampuannya masing-masing,

mulai dari tugas yang mudah, sedang bahkan tugas yang paling sulit

sekalipun

2) Dimensi kekuatan (strength)

Pada dimensi ini, tingkat kekuatan dari keyakinan atau harapan

individu akan berkaitan dengan kemampuannya. Jika pengharapan

lemah makan akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-

pengalaman yang tidak mendukung. Semakin tinggi taraf kesulitan

tugas, maka semakin lemah keyakinan yang dirasakan untuk

menyelesaikannya, karena dimensi ini juga berkaitan langsung

dengan dimensi level.

3) Dimensi generalisasi (generality)

Page 32: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

15

Pada dimensi ini, luas bidang tingkah laku individu berkaitan

dengan rasa keyakinan akan kemampuannya, dan juga berkaitan

dengan pengalaman mengenai sesuatu apakah terbatas pada suatu

aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan

situasi yang bervariasi.

3. Berpikir Kreatif

a. Pengertian Bepikir Kreatif

Berpikir merupakan manipulasi atau pengelolaan dan tranformasi

berupa informasi dalam memori untuk membentuk konsep, nalar, dan

berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif serta memecahkan

masalah (Santrock, 2004, hlm 357). Sedangkan Goodson & Rohani

(1998) berpendapat bahwa ”Higher order thinking skills include

critical, logical, revlective, metacognitive, and creative thinking” yang

artinya bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi mencakup berpikir

kritis, logis, reflektif, metakognitif dan berpikir kreatif. Adapun

Sriraman (2009) menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan

untuk menghasilkan suatu karya yang baru dan asli.

Berpikir kreatif merupakan rangkaian kegiatan kognitif yang

dilakukan seseorang terhadap suatu objek yang spesifik, masalah dan

kondisi, atau usaha menuju hal tertentu dan masalah berdasarkan

kemampuannya masing-masing (Yazar Soyadı, 2015). Adapun berpikir

kreatif menurut Potur & Barkul (2009) sebagai sebuah kemampuan

kognitif orisinil dan proses pemecahan masalah yang dapat

memungkinkan seseorang menggunakan in telegensinya dengan cara

yang unik agar dapat membuahkan hasil. Menurut Norris dan Ennis

dalam (Baten, 1918) berpikir kreatif merupakan pengumpulan dari ide-

ide baru serta sesuatu yang beralasan, produktif dan nonevaluative.

Sedangkan Tep, Maneewan, Chuathong, & Easter (2018) berpendapat

bahwa kemampuan untuk menghasilkan ide serta konsep baru secara

berbeda dan produktif dalam domain akademik.

Page 33: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

16

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat

disimpulkan bahwasannya berpikir kreatif merupakan kemampuan

seseorang dalam membuat ide serta dapat memperluas wawasannya

agar dapat dapat meningkatkan kualitas kemampuannya dalam hal

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

b. Ciri Kreativitas

Kreativitas merupakan perkembangan kecerdasan seseorang untuk

memecahkan masalah dalam bentuk sikap, kebiasaan serta bertindak

untuk melahirkan sesuatu yang baru dan orisinal (Sudarma, 2013, hlm

21). Adapun (Azhari & Somakim, 2014) mengatakan bahwa ciri-ciri

kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut:

1) Keterampilan berpikir lancar

a. Dapat menghasilkan banyak gagasan ataupun jawaban yang

relevan

b. Dapat menghasilkan motivasi belajar

c. Arus pemikiran lancar

2) Keterampilan berpikir lentur

a. Dapat menghasilkan gagasan yang seragam

b. Mampu mengubah cara atau suatu pendekatan

c. Arah pemikiran yang berbeda

3) Keterampilan berpikir orisinil

a. Dapat memberikan jawaban yang tidak lazim

b. Dapat memberikan jawaban yang berbeda dari yang lain

c. Dapat memberikan jawaban yang jarang dijawab oleh

kebanyakan orang

4) Keterampilan berpikir terperinci

a. Dapat mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan

b. Dapat mendetailkan sesuatu secara terperinci

c. Dapat memperluas suatu gagasan

Page 34: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

17

c. Aspek Berpikir Kreatif

Salah satu tes kreativitas yang terbaik, paling mapan dan paling

populer adalah tes berpikir kreatif Torrance (Torrance Test Creative

Thinking) untuk mengukur kreativitas. Adapun terdapat tes Torrance

untuk mengukur aspek berpikir kreatif yaitu fluency (kelancaran),

flexibility (keluwesan) serta originality (kebaruan) (Kaplan & Saccuzzo,

2009). Namun Silver (1997, hlm 76) mengungkapkan bahwasannya

terdapat tiga komponen penilaian kreativitas berdasarkan TTCT yaitu

fluency, flexibility dan novelitiy. Adapun Munandar (2012, hlm 68)

menjelaskan bahwasannya cerminan kreativitas atau berpikir kreatif

dapat dirumuskan dari kelancaran, kelenturan dan orisinalitas

1) Fluency

Silver (1997, hlm 76) mengungkapkan “fluency refers to the

number of ideas generated in response to a prompt”. Fluency

mengacu pada banyaknya ide yang dihasilkan dalam menanggapi

dengan tepat. Berpikir lancar artinya mampu menghasilkan banyak

gagasan atau jawaban yang relevan dan memiliki arus pemikiran

yang lancar (Munandar, 2012, hlm 192).

Dalam aspek ini perilaku siswa dapat dilihat dari kemampuan

siswa dalam menjawab jawaban jika terdapat pertanyaan, lancar

mengungkapkan gagasan-gagasannya, serta dapat dengan cepat

melihat kesalahan atau kekruangan pada situasi tertentu (Munandar,

1992, hlm 88).

2) Flexibelity

Silver (1997, hlm 76) mengungkapkan bawa “Flexibelity to

apparent shifts in approaches taken when generating reponses to a

prompt”. Flexibelity adalah perubahan cara atau pendekatan yang

diambil saat memberikan tanggapan dengan tepat. Menurut

Munandar (2012, hlm 192) Berpikir luwes merupakan individu yang

mampu menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam, mampu

Page 35: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

18

mengubah cara atau pendekatan serta memiliki arah pemikiran yang

berbeda-beda.

Dalam aspek ini saat siswa diberikan suatu masalah, siswa

akan memikirkan berbagai macam cara yang berbeda untuk

menyelesaikannyaserta untuk membahas atau mendiskusikan suatu

situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda-beda untuk

menyelesaikannya.

3) Originality

Silver (1997, hlm 76) mengungkapkan bahwa “Novelity to the

originality of the ideas generated in response to a prompt”.

Kebaruan merupakan keaslian ide-ide yang dihasilkan dalam

menaggapi ide dengan tepat. Menurut Munandar (2012, hlm 192)

berpikir orisinal yang berarti memberikan jawaban yang tidak lazim,

lain dari yang lain, serta jawaban jarang diberikan oleh orang lain.

Dalam aspek ini perilaku siswa dapat terlihat pada saat siswa

mampu memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak

pernah terpikirkan oleh orang lain dan dapat mempertanyakan cara-

cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

(Munandar, 1992, hlm 89)

d. Karakteristik Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif

Berikut merupakan karakteristik dari tingkat kemampuan berpikir

kreatif ditunjukkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Karakteristik Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif

Karakteristik Tingkatan

Kemampuan

Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan

lebih dari satu solusi dan dapat mengembangkan

cara lain untuk menyelesaikannya. Berikut

Tingkat 4 (Sangat

Kreatif)

Page 36: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

19

beberapa masalah memenuhi aspek originality,

flexibility, dan fluency

Siswa dapat menyelesaikan masalah lebih dari

satu solusi, namun tidak bisa mengembangkan

untuk menyelesaikannya. Satu solusi memenuhi

aspek originality. Pada tingkat ini siswa juga

dapat mengembangkan cara lain untuk

memecahkan masalah (flexibility), namun tidak

memiliki cara yang berbeda dari yang lain

(originality)

Tingkat 3 (Kreatif)

Siswa dapat memecahkan masalah dengan satu

solusi yang sifatnya berbeda dari yang lain

(originality) namun tidak dapat memenuhi aspek

fluency dan flexibility. Siswa dapat

menyelesaikan permasalahan dengan

mengembangkan solusinya namun bukan hal

baru dan juga jawaban yang lancar

Tingkat 2 (Cukup

Kreatif)

Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan

lebih dari satu solusi (fluency), namun tidak

dapat mengembangkan solusinya dan tidak

memenuhi aspek kebaruab

Tingkat 1 (Kurang

Kreatif)

Siswa tidak dapat menyelesaikan masalah

denngan lebih dari satu solusi dan juga tidak

dapat mengembangkan cara lain untuk

menyelesaikannya, dan pula tidak bisa

menimbulkan solusi baru.

Tingkat 0 (Tidak

Kreatif)

(Siswono, 2011)

4. Koloid

a. Pengertian Koloid

Page 37: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

20

Koloid dalam bahasa Yunani yaitu cola yang berarti perekat.

Berawal dari Thomas Graham yang dapat merumuskan hukum tentang

difusi karena banyak mempelajaru tentang kecepatan difusi (gerak)

partikel materi. Dari hasil pengamatannya, gerakan partikel zat partikel

zat dalam larutan ternyata ada yang lambat dan cepat. Umumnya yang

berdifusi cepat adalah zat berupa kristal yang disebut kristaloid,

contohnya NaCl dalam air. Akan tetapi istilah ini tidak popular karena

ada zat yang bukan kristal berdifusi cepat, contohnya HCl dan H2SO4.

Yang lambat berdifusi disebabkan oleh partikelnya mempunyai daya

tarik (perekat) satu sama lain, contohnya putih telur dalam ait. Zat yang

seperti ini disebut koloid. (Syukri, 1999, hlm 453). Koloid juga disebut

juga dispersi koloidal atau suspensi koloidal adalah campuran yang

berada antara larutan sejati dan suspensi (Brady, 1999, hlm 575).

Sedangkan menurut Sastrohamidjojo (2005, hlm 244) koloid merupakan

sistem yang tidak dapat dikategorikan homogen maupun heterogen.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa koloid

merupakan campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan

suspensi (larutan kasar).

b. Sifat Koloid

Ukuran partikel yang spesifik, ternyata berpengaruh pada sifat

fisik dari koloid seperti kelarutannya, titik leleh dan beberapa sifat lain.

1. Luas Pemukaan

Fase dispersi dalam sistem koloid terdiri dari partikel-partikel

tang sangat halus dan tersebar ke seluruh bagian mediumnya. Luas

permukaan kontak fasa dispersi ternyata besar sekali dibandingkan

dengan volumenya.

Luas permukaan yang menjadi sangat besar menimbulkan sifat

baru yaitu sifat yang menentukan timbulnya konsep sistem koloid,

diantaranya berkurangnya efek gaya grafitasi bumi terhadap

partikel-partikel tersebut. Ini yang menyebabkan partikel sukar

Page 38: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

21

mengendap walaupun masa jenis partikel lebih besar dari masa jenis

mediumnya. Sifat fisik lain yang berubah misalnya kelarutan, titik

leleh dan warna. (Marheni, et. al 2007, hlm 54-55)

2. Gerak Brown

Gerak brown yaitu, jika partikel yang bebas dalam

mediumnya, partikel koloid selalu bergerak ke segala arah namun

gerakannya selalu lurus dan akan patah bila bertabrakan dengan

partikel lain. Gerakan ini dapat diteliti dengan mikroskop optic,

untuk mengamati cahaya yang lewat dalam koloid dengan latar

belakang gelap. Gerak Brown menunjukkan bahwa partikel koloid

berdifusi lambat. (Syukri, 1999, hlm 456)

3. Efek Tyndall

Efek Tyndall yaitu, jika berkas sinar dilewatkan melalui

larutan atau cairan murni, maka batas berkas sinar tidak terlihat bila

dipandang dari sisi samping. Namun, bila berkasi sinar tersebut

dilewatkan pada koloid, maka dapat terlihat batas atau jalan sinar

karena partikelnya sangat kecil. (Sastrohamidjojo, 2005 hlm. 248)

Ukuran partikel koloid agak besar, maka cahaya yang

melewatinya akan dipantulkan. Arah pantulan itu tidak teratur

karena partikel tersebar secara acak sehingga pantulan cahaya itu

berhamburan ke segala arah. Walaupun partikel koloid berukuran

agak besar, namun tidak dapat dilihat oleh mata. Akan tetapi bila ke

dalam koloid dilewatkan seberkas cahaya di ruang gelap akan

tampak hamburan cahaya, sedangkan dalam cairan murni atau

larutan tidak terjadi hamburan itu. (Syukri, 1999, hlm 456)

4. Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu molekul atau ion

pada permukaan suatu zat. Sistem koloid mempunyai kemampuan

mengadsorpsi karena partikel-partikel koloid mempunyai

permukaan yang sangat luas. Zat yang dipakai untuk mengadsorpsi

disebut adsorban. (Marheni, et. al 2007, hlm 57)

Page 39: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

22

5. Elektroforesis

Dalam pembetukannya beberapa partikel koloid menyerap

banyak ion dari larutan dan menjadi bermuatan listrik. Partikel silika

dalam bentuk koloidnya lebih suka menyerap ion-ion OH- akibatnya

partikel silika bermuatan negatif. Karena mempunyai muatan

diantara muatan yang sejenis, partikel-partikel tersebut saling tolak

menolak. Gaya tolak menolak diantara muatan yang sama ini akan

mencegah pemisahan atau penggumpalan sehingga sistem koloid

menjadi stabil. Tetapi kecendrungan untuk mengendap selalu ada.

Jika sepasang elektroda dimasukkan dalam koloid, dan di dalamnya

dialiri arus searah, maka koloid akan bergerak menuju elektroda.

Dispersi koloid yang bermuatan negatif akan menuju elektoroda

positif dan sebaliknya gejala ini disebut elektroforesis, pada

peristiwa elektroforesis partikel-partikel koloid akan dinetralkan

muatannya dan digumpalkan pada elektroda (Marheni, et. al 2007,

hlm 58).

c. Penggolongan Koloid

Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan,

molekul, atom ataupun ion disebarkan dalam suatu zat kedua. Dengan

cara yang agak mirip, materi koloid dapat dihamburkan atau disebarkan

dalam suatu medium sinambung, sehingga dihasilkan suatu dispersi

(sebaran) koloid atau sistem koloid. Dalam sistem-sistem semacam itu,

partikelkoloid dirujuk sebagai zat terdispersi (tersebarkan) dan materi

kontinu dalam mana partikel itu tersebar disebut zat pendispersi atau

medium pendispersi. Berdasarkan fasa terdispersi dan fasa

pendispersinya, dapat dibagi atas delapan jenis:

Tabel 2.2 Jenis Sistem Koloid

Zat

Terdispersi

Fasa

Pendispersi Nama Tipe Contoh

Page 40: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

23

Gas Cair Busa busa sabun, krim

kocok

Gas Padat busa padat batu apung, karet

busa

Cair Gas aerosol cair kabut, awan

Cair Cair Emulsi mayoneis, susu

Cair Padat emulsi padat keju, mentega

Padat Gas aerosol padat asap, debu

Padat Cair Sol cat, pati, selai

Padat Padat sol padat intan hitam, kaca

rubi, banyak aliase

(Keenan, 1984, hlm 457)

Dipandang dari kelarutannya, koloid dapat dibagi atas:

1. Koloid dispersi, yaitu koloid yang partikelnya tidak dapat larut

secara individu dalam medium. Yang terjadi hanyalah penyebaran

(dispersi) partikel tersebut.

2. Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan

(asosiasi) partikel kecil yang larut dalam medium.

Ditinjau dari interaksi fasa terdispersi dengan fasa pendispersinya

(medium), koloid dapat pula dibagi atas:

1. Koloid liofil, yaitu koloid yang suka berikatan dengan mediumnya

sehingga sulit dipisahkan atau sangat stabil.

2. Koloid liofob, yaitu koloid yang tidak menyukai mediumnya

sehingga cenderung memisah, dan akibatnta tidak stabil

Koloid dapat berubah menjadi tidak koloid atau sebaliknya,

berdasarkan perubahannya yaitu:

1. Koloid reversibel, yaitu suatu koloid yang dapat berubah jadi tak

koloid, dan kemudian menjadi koloid kembali.

2. Koloid irreversibel, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi

bukan koloid tidak dapat menjadi koloid lagi

(Syukri, 1999, hlm 454-455).

Page 41: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

24

d. Pembuatan Koloid

Suatu sistem koloid dapat dibuat dengan cara seperti:

1. Dispersi

Disperi merupakan gumpalan atau suspensi kasar dapat diubah

menjadi lebih kecil sehingga tersebar dan berukuran koloid (Syukri,

1999, hlm 458), yaitu dengan cara sebagai berikut:

1. Cara mekanik, yaitu menggiling suatu zat yang ukuran

partikelnya kasar sampai berukuran koloid

2. Cara peptisasi, yaitu zat tertentu yang dapat menjadi koloid jika

didispersikan dalam medium yang tepat sehingga terjadi

pemecahan langsung oleh mediumnya atau menambah zat ketiga

sedikit demi sedikit atau sekaligus

3. Cara bredig, cara ini banyak dipakai untuk membuat sol logam

dengan cara dispersi.

(Marheni, et. al 2007, hlm 520-521).

2. Cara Kondensasi

Kondensasi adalah kebalikan dari dispersi, yaitu

penggabungan partikel kecil menjadi lebih besar sampai berukuran

koloid. Penggabungan itu terjadi dengan berbagai cara, diantaranya

sebagai berikut:

a. Cara reaksi kimia, yaitu menambahkan pereaksi tertentu ke

dalam larutan sehingga hasilnya berupa koloid

1. Cara reduksi, yaitu menambahkan pereaksi tertentu ke

dalam larutan sehingga hasilnya berupa koloid. Contohnya

membuat koloid emas dengan mereduksi emas klorida

dengan stannic klorida

AuCl3 + 3 SnCl2 2 Au + 3 SnCl4

2. Cara oksidasi, yaitu mengoksidasi unsur dalam senyawa

sehingga terbentuk unsur bebas. Contohnya dalam membuat

Page 42: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

25

koloid belerang dengan mengoksidasi hidrogen sulfida

dengan SO2

2 H2S + SO2 2 S + H2O

3. Cara hidrolisis, yaitu menghidrolisis senyawa ion sehingga

terbentuk senyawa yang sukar larut. Contohnya dalam

membuat koloid Fe(OH)3 dengan memasukkan larutan FeCl3

ke dalamm air panas

FeCl3 + H2O Fe(OH)3 + 3 HCl

4. Reaksi metasis, yaitu penukaran ion sehingga terbentuk

senyawa yang sukar larut. Contohnya dalam membuat AgBr

dengan merekasikan larutan AgNo3 dengan KBr

AgNo3 + KBr AgBr + KNO3

b. Cara pertukaran pelarut, koloid dapat dibuat dengan menukar

pelarut atau menambahkan pelarut lain, jika senyawa lebih sukar

larut dalam pelarut kedua. Contohnya dalam membuat koloid

belerang, dengan menambahkan air ke dalam larutan belerang

dalam alkohol.

c. Pendinginan berlebih, koloid dapat terjadi bila campuran

didinginkan sehingga salah satu senyawa membeku. Contohnya

membuat koloid es dengan mendinginkan campuran eter atau

kloroform dengan air.

(Syukri, 1999, hlm 459-460)

e. Kegunaan Koloid

Terdapat banyak sistem koloid di lingkungan, baik yang alami

maupun buatan manusia. Sistem itu ada yang menguntungkan dan ada

yang merugikan manusia. Beberapa keuntungan koloid yang dapat

digunakan sebagai berikut:

1. Mengurangi polusi udara

Page 43: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

26

Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel

berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut

pengendap Cottrell. Asap buangan itu dimasukkan ke dalam

ruangan bertegangan listrik tinggi sehingga elektron molekul udara.

Partikel asap akan menyerap ion positif dan tertarik ke elektroda

negatif sehingga menggumpal. Akhirnya gas yang keluar bebas asap

dan padatan

2. Penggumpalan lateks

Lateks adalah koloid karet dalam air, berupa sol bermuatan

negatif. Bila ditambah ion postif, lateks menggumpal dan dapat

dibentuk sesuai cetakan

3. Membantu pasien gagal ginjal

Seseorang yang ginjalnya tidak mampu mengeluarkan

senyawa beracun dari darah; seperti urea dan keratin disebut juga

gagal ginjal. Orang ini dapat dibantu dengan cara dialysis, yaitu

meghisap darahnya dan dialirkan ke dalam alat sehingga urea dan

keratin serta ion-ion lain ditarik keluar

4. Penjernihan air

Air yang jernih harus bebas koloid, oleh karena itu air diberi

aluminium sulfat atau tawas. Tawas akan teruari menjadi Al3+ dan

SO42- yang mengkoagulasi partikel koloid sehingga mengendap di

dasar wadah dan air menjadi jernih

5. Sebagai deodoran

Keringat biasanya mengandung protein yang dapat

menimbulkan bau bila diuraikan oleh bakteri yang banyak terdapat

di tempat basah, seperti ketiak. Namun, bila diberi deodoran bau itu

dapat berkurang dan hilang, karena di dalan deodoran mengandung

aluminium klorida untuk mrengendapkan protein dalam keringat

6. Sebagai bahan makanan dan obat

Page 44: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

27

Ada bahan makanan atau obat berwujud padat sehingga tidak

enak dan dulit ditelan. Untuk megatasinya, zat itu dikemas dalam

bentuk koloid sehingga mudah diminum contohnya susu encer.

7. Bahan pencuci

Sabun sebagai pembersih karena dapat mengemulsi minyak

dalam air. Sabun dalam air terion menjadi Na+ dan ion asam lemak.

Kepala asam lemak yang bermuatan negatif larut dalam air,

sedangkan ekornya larut dalam minyak. Hal ini menyebabkan

tetesan minak larut dalam air.

(Syukri, 1999, hlm 463-465)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap

penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian terdahulu, diperoleh

beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nadeem Anwar, et, al. (2012)

“Relationship of Creative Thinking with the Academic Achevements of

Secondary School Students”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara berpikir kreatif dan prestasi akademik

siswa pada setiap aspek berpikir kreatif. Peneliti juga menyatakan bahwa

aspek berpikir kreatif seperti kecerdasan misalnya pada matematis,

linguistik dan interpersonal merupakan contoh masalah yang bisa

diselesaikan melalui berpikir kreatif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tatag Yuli Eko Siswono (2011) “Level of

Students’s Creative Thinking in Classroom Mathematics”. Penelitian

tersebut bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik sesuai dengan

tingkat berpikir kreatif yang didasarkan pada kelancaran, keluwesan dan

kebaruan dalam pemecahan dan pengajuan masalah dalam matematika.

Terdapat 4 tingkatan, pada level 4 siswa memenuhi ketiga komponen

indikator berpikir kreatif (kelancaran, keluwesan, kebaruan). Siswa pada

level 3 memenuhi 2 komponen indikator (keluwesan dan kefasihan serta

Page 45: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

28

kebaruan dan kefasihan). Siswa pada level 2 memenuhi 1 komponen

(keluwesan atau kebaruan). Sedangkan siswa pada level 1 tidak memenuhi

semua komponen indikator berpikir kreatif

3. Penelitian yang dilakukan oleh Fatwa Patimah Nursaa’dah (2016) “Analisis

Kemampuan Berpikir Kreatif Ditinjau dari Adversity Quotient, Sikap

Ilmiah dan Minat Belajar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang siginifikan antara adversity quotient dan kemampuan

berpikir kreatif yaitu sebesar 2,595.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Guntur Suhandoyo dan Pradnyo Widayanti

(2016) “Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan

Soal High Order Thinking Ditinjau dari Adversity Quotient”. Penelitian ini

untuk mengetahui perbedaan profil kemampuan berpikir kreatif

berdasarkan subjeknya (climber, camper dan quitter). Hasil menunjukan

bahwa subjek climber menunjukkan komponen fleksibilitas dan kefasihan.

Subjek camper menunjukkan flesibilitas dan subjek quitter mampu

menunjukkan komponen kefasihan. Namun dari ketiga subjek tersebut

belum menunjukkan pada komponen kebaruan

5. Penelitian yang dilakukan oleh Napis (2018) “Analysis of Physic Problem

Solving in the Perspectif of Self Efficacy and Adversity Quotient”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa analisis pemecahan masalah fisika dengan

self efficacy dan adversity quotient adalah signifikan yaitu 0,05, dimana

kontribusi pemecahan masalah fisika dengan self efficacy sebesar 4,92%,

kontribusi pemecahan masalah dengan adversity quotient sebesar 8,41%

dan kontribusi antara self-efficacy dengan adversity quotient sebesar 7,18%.

Hal ini menunjukkan bahwa adversity quotient memiliki kontribusi yang

lebih besar dalam penyelesaian masalah pada fisika.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Esen Uzuntiryaki-Kondakci dan Ayse Senay

(2015) “Predicting Chemistry Achievment Trough Task Value, Goal

Orientations, and Self Efficacy: A Structural Model”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa self efficacy dengan prestasi kimia memiliki

signifikansi yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki

Page 46: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

29

keyakinan diri yang tinggi dalam keterampilan kognitifnya akan fokus

belajar dalam hal untuk kompetensi maupun bersaing dengan yang lain.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad M Alzoubi, et al. (2016) “The Effect

of Creative Thinking Education in Enhancing Creative Self Efficacy and

Cognitive Motivation”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara pembelajaran berpikir kreatif dengan self

efficacy, hal itu karena pembelajaran berpikir kreatif dapat mengembangkan

keyakinan yang positif terhadap keterampilan kreatif siswa.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nuraeni (2019) “Hubungan Self

Efficacy dengan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi

Kesetimbangan Kimia”. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang positif dengan kategori sedang yaitu sebesar 0,582 antara

self efficacy dengan keterampilan berpikir kritis siswa.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan literatur yang dipelajari sebelumnya, bahwa ilmu kimia ialah

salah satu mata pelajaran sains yang dianggap sulit oleh siswa. Kesulitan siswa

dalam memahami konsep dengan benar merupakan salah satu alasannya.

Namun, berdasarkan kemendikbud nomor 69 tahun 2013 siswa dituntut untuk

mengembangkan kreativitasnya melalui kemampuan berpikir kreatifnya.

Selain itu, kemampuan berpikir kreatif siswa diperlukan dalam

memahami ilmu kimia yang ditunjukkan dengan adanya korelasi antara

adversity quotient dan self efficacy. Dalam menyelesaikan tugas-tugas siswa

membutuhkan kecerdasan adversitas dalam menyelesaikan masalahnya, siswa

akan terus berusaha bertahan dengan kesulitan dalam mengerjakan tugas-

tugasnya hingga menemukan jalan keluar, serta mereduksi hambatan dan

rintangan dengan mengubah cara berpikir dan sikap terhadap kesulitan tersebut.

Begitu pula dengan seseorang mempunyai efikasi diri yang tinggi maka akan

memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan

suatu tugas yang diberikan dengan berbagai bentuk maupun berbagai tingkat

kesulitan.

Page 47: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

30

Indikator yang dapat menunjukkan adversity quotient, yaitu: (1) Control

(Kendali) (2) Origin (Kepemilikan atau original) dan (3) Endurance (Daya

tahan) (Stoltz, 2000). Sedangkan untuk indikator self efficacy, meliputi: (1)

Magnitude (level) (2) Strengh (Kekuatan) (3) Generality (Generalitas)

(Bandura, 1977). Dalam penelitian ini untuk indikator tes kemampuan berpikir

kreatif yaitu: (1) Fluency (Kelancaran) (2) Flexibelity (Keluwesan) (3)

Originality (Originalitas) (Silver, 1997). Berikut merupakan kerangka berpikir

yang digambarkan secara umum pada (Gambar 2.1)

Page 48: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

31

Gambar 2. 1 Kerangka Bepikir

Identifikasi kecerdasan Adversity Quotient dan Self-Efficacy

melalui soal-soal keterampilan berpikir kreatif pada materi koloid

Adversity Quotient dan Self Efficacy mempunyai

hubungan dengan kemampuan berpikir kreatif

Indikator

Adversity

Quotient:

1. Control

2. Origin

3. Endurance

Indikator Self

Efficacy:

1. Magnitude

2. Strengh

3. Generality

Indikator

Kemampuan

Berpikir Kreatif:

1. Fluency

2. Flexibility

3. Originality

Siswa dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam berpikir

kreatif berdasarkan Kemendikbud No.69 Tahun 2013

Banyak siswa beranggapan bahwa mata pelajaran kimia sulit

dipahami karena beum mampu memahami konsep dengan benar

yang saling berkaitan dengan konsep lain

Page 49: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

32

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori-teori yang melandasi objek kajian penelitian serta

mengacu pada hasil penelitian yang relevan, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Adversity Quotient dengan

kemampuan berpikir kreatif

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara Self-Efficacy dengan

kemampuan berpikir kreatif

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara Adversity Quotient dan Self-

Efficacy dengan kemampuan berpikir kreatif

Page 50: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada November 2019.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAS Daar El-Qolam.

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatan

kuantitatif, karena dalam penelitian ini menggunakan penelitian survey.

Menurut Siregar (2013, hlm. 30) yang termasuk pendekatan kuantitatif

merupakan pengujian teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan

antarvariabel, memberikan deskripstif statistik, menafsir dan meramalkan

hasilnay. Adapun pemilihan metode korelasional ini dilakukan karena dalan

penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan antar variabel terhadap

apa yang diteliti. Menurut Arikunto (2014, hlm. 313) “Penelitian

korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan

apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu”,

yaitu hubungan antar variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

Dalam penelitian korelasi ini, peneliti menyelidiki dan

menghubungkan suatu variabel dengan variabel yang lainnya, yaitu antara

adversity quotient dan self efficacy dengan kemampuan berpikir kreatif

siswa pada materi sistem koloid.

2. Desain penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adversity

quotient dan self efficacy dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa

Page 51: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

34

pada materi koloid. Pada penelitian ini peneliti tidak memberikan perlakuan

melainkan ingin menghubungkan antara variabel X1 dan X2 (sebagai

variabel bebas) dan Y (sebagai variabel terikat) yang diharapkan dapat

memberikan informasi terkatit dengan masalah yang diteliti. Berikut

merupakan desain penelitian yang akan dilakukan:

Keterangan:

X1 = Variabel Adversity Quotient (variabel bebas)

X2 = Variabel Self Efficacy (variabel bebas)

Y = Variabel kemampuan berpikir kreatif (variabel terikat)

3. Alur Penelitian

Untuk memberikan gambaran pada penelitian ini, peneliti merancang

tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Mengumpulkan literatur (buku, jurnal dan internet).

b. Menentukan permasalahan berdasarkan studi literatur.

c. Mengadopsi dan menerjemahkan instrumen penelitian yaitu

instrument berupa angket skala adversity quotient dan self efficacy.

d. Membuat instrumen berupa soal-soal kemampuan berpikir kreatif

terkait materi sistem koloid.

e. Menguji validitas instrumen yang telah dibuat kepada mahasisiwa

untuk mengetahui validitas dan realibilitas. Apabila sudah layak

maka instrumen tersebut diperbanyak dan siap untuk digunakan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menyebarkan instrumen soal-soal berpikir kreatif kepada siswa.

X1

X2

Y

Page 52: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

35

b. Menyebarkan instrumen angket skala adversity quotient dan self

efficacy.

3. Tahap Penyelesaian

a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.

b. Menuliskan hasil dan pembahasan.

c. Menarik kesimpulan.

Adapun skema alur penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada

gambar 3.1.

Page 53: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

36

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Penyelesaian

Gambar 3. 1 Bagan Alur Penelitian

Studi Literatur

Adversity Quotient Self Efficacy Kemampuan berpikir kreatif

Masalah

Menyusun instrumen angket skala

Adversity Quotient dan Self Efficacy

Menyusun instrumen soal kemampuan berpikir kreatif

Angket Adversity Quotient, Self Efficacy

dan soal berpikir kreatif

Uji Coba Revisi

Validitas dan

realibilitas Tidak Valid

Valid Memperbanyak instrumen

Penelitian: Pengambilan

data dan pemberian

soal-berpikir kreatif

Mengolah dan menganalisis data

Pembahasan dan

kesimpulan

Page 54: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

37

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Riduwan (2003, hlm 8), populasi diartikan subjek yang

berada pasa suatu wilayah tertentu dan memenuhi syarat-syarat yang

berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas XII SMAS Daar El-Qolam.

2. Sampel

Menurut Riduwan (2003, hlm 10), sampel merupakan bagian dari

populasi dimana populasi tersebut memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu

sehingga dapat digunakan oleh peneliti. Sampel yang diambil yaitu siswa

kelas XII IPA A dan XII IPA C yang berjumlah 72 siswa. Sampel diambil

dari populasi terjangkau secara random sampling. Teknik random sampling

merupakan teknik pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan

srata yang ada di dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2008, hlm 64).

D. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh teknik pengumpulan data

yang digunakan. Hal ini dikarenakan data yang diperlukan dan dikumpulkan

oleh peneliti yang berfungsi untuk menjawab masalah penelitian yang diperoleh

melalui teknik pengumpulan data. Untuk memperoleh data-data dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Soal Tes Berpikir Kreatif

Tes merupakan sejumlah pertanyaan atau latihan yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2014, hlm.193).

Pada penelitian ini, tes yang digunakan bertujuan untuk mengukur

kemampuan berpikir kreatif siswa yang berupa pemberian soal. Soal yang

diberikan kepada siswa meruapakan soal yang jawabannya bersifat terbuka.

Soal dibuat dengan mengacu dalam ketiga aspek dalam berpikir kreatif,

Page 55: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

38

yaitu aspek kefasihan (fluency), keluwesan (flexibility), dan kebaruan

(originality).

2. Angket Adversity Quotient tentang soal sistem koloid

Menurut Arifin (2011, hlm 228), angket adalah instrumen penelitian

yang berisi serangkaian pertanyaan untuk menjaring data atau informasi

yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya.

Dalam penelitian ini angket yang digunakan untuk menanyakan respon

mahasiswa terhadap adversity quotient yang dimiliki terkait soal berpikir

kreatif pada materi sistem koloid.

3. Angket Self Efficacy

Dalam penelitian ini angket yang digunakan untuk menanyakan

respon mahasiswa terhadap self efficacy yang dimiliki terkait soal berpikir

kreatif pada materi sistem koloid. Adapun angket menurut Riduwan (2003,

hlm 53) adalah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu

masalah.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes Essay Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi Sistem Koloid

Peneliti menggunakan instrumen berupa tes atau soal-soal tes. Soal tes

terdiri dari banyak butir tes (item) yang masing-masing mengukur satu jenis

variabel (Arikunto, 2014, hlm 194). Instrumen tes yang digunakan dalam

penelitian ini berupa tes essay, karena dapat menuntut siswa dengan

jawaban yang kreatif dan dilengkapi dengan rubrik penilaian komponen

berpikir kreatif (Marwiyah et, al, (2015). Soal terdiri dari 15 soal

menggunakan indikator kemampuan berpikir kreatif. Soal tesebut disusun

berasarkan kisi-kisi instrumen yang telah dibuat.

Page 56: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

39

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Essay Kemampuan Berpikir Kreatif

Keterangan *: Soal yang tidak valid

2. Angket Adversity Quotient

Instrumen yang digunakan yaitu instrumen non tes berupa angket.

Menurut Subana (2001, hlm 127), “Instrumen yang tergolong non-tes di

antaranya dapat berupa angket, wawancara, observasi atau studi

dokumentasi”. Instrumen angket dalam penelitian ini menggunakan angket

tertutup. Menurut Arifin (2011: 228), bentuk angket tertutup yaitu angket

yang setiap pertanyaannya sudah tersedia berbagai alternatif jawaban.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari Juwita (2017).

Adapun kisi-kisi instrumen penelitian yang digunakan terdapat pada table

3.2.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Adversity Quotient

No Dimensi Adversity

Quotient

Nomor

Pernyataan

Jumlah

Item

1. Control 5, 10, 11, 12, 15 5

2. Origin 3, 4, 6, 7, 9 5

3. Endurance 1, 2, 8, 13, 14 5

Jumlah 15

Indikator Deskripsi Indikator Item Soal

Bepikir Lancar

(fluency)

Mencetuskan banyak

gagasan, jawaban,

penyelesaian masalah,

atau pertanyaan

1*, 2*, 3, 4, 5

Keluwesan

(flexibility)

Memberikan penafisran

(interpretasi) terhadap

suatu masalah

6*, 7, 8, 9, 10*

Berpikir Orisinil

(originality)

Mampu melahirkan

ungkapan yang baru dan

unik

11, 12, 13*,

14, 15

Page 57: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

40

Instrumen pada penelitian ini dibuat dengan menggunakan skala likert

yang mempunyai empat kemungkinan jawaban yaitu sangat setuju (SS),

setuju (S), Ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) yang

setiap jawabannya memiliki skor tersendiri sesuai dengan pernyataan.

Kategori skor dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pemberian Skor Angket Adversity Quotient

(Siregar ,

2013, hlm

50)

3. Angket Self Efficacy

Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari

Gafoor & Ashraf (2006) Berikut adalah kisi-kisi instrumen Self Efficacy:

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Self Efficacy

No Dimensi Self

Efficacy Nomor Pernyataan Jumlah Item

1. Level 1, 14, 15, 16, 17 5

2. Strengh 10, 11, 12, 13, 14,20 5

3. Generality 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 18, 19 10

Jumlah 20

Instrumen pada penelitian ini dibuat dengan menggunakan skala likert

yang mempunyai empat kemungkinan jawaban yaitu sangat setuju (SS),

setuju (S), Ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) yang

setiap jawabannya memiliki skor tersendiri sesuai dengan pernyataan.

Kategori skor dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Pemberian Skor Angket Self Efficacy

(Siregar, 2013, hlm. 50)

Alternatif Jawaban Skor Item

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Ragu-Ragu (R) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Alternatif Jawaban Skor Item

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Ragu-Ragu (R) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Page 58: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

41

F. Uji Coba Instrumen

Sebelum dilakukan penelitian, instrumen terlebih dahulu dilakukan uji

validitas dan realibilitas.

1. Uji Validitas

“Validitas berhubungan dengan kemampuan untuk mengukur secara

tepat sesuatu yang ingin diukur” (Siregar, 2013, hlm 75). Uji validitas

instrumen digunakan untuk mengetahui kesahihan butir pertanyaan

sehingga data yang digunakan dalam analisis selanjutnya adalah data yang

diambil berdasarkan butir pertanyaan yang valid. Item yang tidak valid

berarti tidak dapat mengukur apa yang ingin diukur sehingga hasil yang

tidak valid harus dibuang atau diperbaiki. Data yang diperoleh dianalisis

dengan menggunakan SPSS versi 20.0.

Uji coba soal berpikir kreatif dilakukan siswa berjumlah 52 siswa.

Data uji coba instrumen soal tersebut kemudian ditabulasi dengan tujuan

untuk menghitung hasil uji coba. Butir soal dikatakan valid jika nilai rhitung

> rtabel. Jika diketahui n = 52, maka nilai rtabel dengan taraf kesalahan 5%

sebesar 0,2681. Jika koefisien korelasi setiap butir soal lebih besar dari

0,2681 maka butir soal instrumen tersebut dinyatakan valid.

Berdasarkan data hasil uji coba validitas instrumen butir soal

kemampuan berpikir kreatif pada materi koloid terdapat 2 butir soal yang

tidak valid dan 10 butir soal yang valid. Hal tersebut dikarenakan butir yang

tidak valid mempunyai rhitung < rtabel yaitu kurang dari 0,2681. Butir soal

yang tidak valid dinyatakan gugur dan tidak dapat digunakan dalam

penelitian karena item yang valid masih cukup mewakili masing-masing

indikator yang digunakan seperti pada table 3.3 berikut.

Tabel 3.6 Hasil Uji Validasi Instrumen soal kemampuan bepikir

kreatif pada materi koloid

No Butir Soal rhitung rtabel 5% (52) Keterangan

1 -0,024 0,2681 Tidak Valid

Page 59: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

42

2 0,160 0,2681 Tidak Valid

3 0,413 0,2681 Valid

4 0,638 0,2681 Valid

5 0,489 0,2681 Valid

6 0,598 0,2681 Valid

7 0,5542 0,2681 Valid

8 0,513 0,2681 Valid

9 0,470 0,2681 Valid

10 0,473 0,2681 Valid

11 0,665 0,2681 Valid

12 0,709 0,2681 Valid

2. Uji Realibilitas

“Keandalan (realibility) bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

hasil pengukuran tetap konsisten” (Siregar, 2013, hlm 87). Uji realibilitas

ini dilakukan untuk mengukur ketepatan instrument soal tes. Instrumen

yang tidak reliabel maka tidak dapat konsistensi untuk pengukuran sehingga

hasil pengukuran tidak dapat dipercaya. Uji realibiltas menggunakan rumus

Cronbach Alpha.

Perhitungan uji realibilitas menggunakan SPSS 20.0. Instrumen

penelitian dikatakan reliabel jika mempunyai tingkat keandalan koefisien ≥

0,600. Hasil perhitungan instrumen butir soal pada penelitian ini sebesar

0,727. Oleh karena itu, dapat disimpulkan instrumen dalam penelitian ini

reliabel dengan kriterian reliabilitas tinggi. Nilai interpretasi kriteria

realibilitas pada interval 0,71 – 0,90 termasuk dalam kategori tinggi

(Sya’ban, 2005).

G. Teknik Analisis Data

Teknik statistik dalam penelitian ini digunakan untuk mengolah dan

menganalisis data yang telah terkumpul dalam penelitian. Pengolahan data yang

dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu tahap analisis statistik deskriptif dan

analisis statistik inferensial. Adapun tahapan dari kedua statistik tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Page 60: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

43

Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum

data yang diperoleh. Analisis statistik deskriptif yang digunakan meliputi

nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), modus, standar deviasi, nilai

tertinggi dan terendah serta range pada siswa.

Kecendrungan suatu variabel hubungan adversity quotient dan self

efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif digunakan skor rata-rata

(mean) dan simpangan baku ideal (standar deviasi) tiap variabel. Cara

menghitung skor rata-rata (Mi) = 1

2 x (skor tertinggi + skor terendah),

sedangkan standar deviasi ideal (SDi) = 1

2 x (skor tertinggi - skor terendah)

(Sya’ban, 2005). Kecendrungan skor tiap variabel dibagi menjadi empat

kelompok, dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7 Kategori Kecendrungan Suatu Variabel

No Kategorisasi Data Kategori Skor

1 Mi + 1,5 SDi ≤ x Sangat Baik

2 Mi ≤ x Mi + 1,5 SDi Baik

3 Mi – 1,5 SDi ≤ x ≤ Mi Cukup Baik

4 X < Mi – 1,5 SDi Kurang Baik

(Sya’ban, 2005)

2. Analisis Statistik Inferensial

Sebelum pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji

prasyarat analisis

a. Uji prasyarat analisis

Untuk memenuhi persyaratan sebelum dilakukan pengujian

hipotesis, maka perlu adanya uji prasyarat yakni uji normalitas dan

homogenitas.

1) Uji Normalitas

Kadir (2015, hlm. 144) menjelaskan bahwa uji normalitas

dapat digunakan sebagai analisis pendahuluan dan uji prasyarat

sebelum uji hipotesis dilakukan. Uji normalitas bertujuan untuk

mengetahui apakah data yang dianalisis terdistribusi normal atau

tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini

Page 61: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

44

menggunakan SPSS versi 20.0 adalah uji normalitas Kolmogorov

Smirnov.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari output uji normalitas

Kolmogorov Smirnov adalah syarat penerimaan atau penolakan H0

sebagai berikut (Kadir, 2015, hlm. 157):

H0: Data hasil penelitian berdistribusi normal.

H1: Data hasil penelitian berdistribusi tidak normal.

Jika Sig. > α (0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika Sig. < α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan teknik statistic

yang akan digunakan pada uji korelasi. Data yang berdistribusi

normal menggunakan teknik parametris, sedangkan data yang tidak

berdistribusi normal menggunakan teknik non parametris. Menurut

Sugiyono (2008, hlm. 95) statistik parametris memerlukan terpenuhi

banyak asumsi, yang terpenting yaitu data harus berdistribusi

normal, sedangkan statistik non parametris tidak harus berdistribusi

normal karena statistik ini tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi.

2) Uji Homogenitas

Menurut kadir (2015, hlm. 143) homogenitas dalam suatu

penelitian survey korelasi lebih mengacu pada homogenitas secara

konseptual daripada homogenenitas secara empiris melalui

pengujian dengan data sampel. Pengujian homogenitas dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah data Adversity

Quotient dan Self Efficacy dengan Kemampuan Berpikir Kreatif

siswa pada materi system koloid dapat dikatakan homogen. Uji

homogenitas menggunakan teknik uji Levene Statistic (Test

Homogenity of Varians) menggunakan SPSS 20.0.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari output uji homogenitas

Levene Statistic yaitu dengan syarat ketentuan penerimaan atau

penolakan H0 sebagai berikut:

Page 62: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

45

H0 : Distribusi data hasil penelitian homogen, jika Sig. (2-tailed) atau

nilai probabilitas (p-value) > 0,05. H0 diterima

H1 : Distribusi data hasil penelitian homogen, jika Sig. (2-tailed) atau

nilai probabilitas (p-value) < 0,05. H0 ditolak

3) Uji Linearitas

Pengujian linearitas data kemampuan berpikir kreatif atas

adversity quotient dan self efficacy bertujuan untuk mengetahui

apakah data yang diteliti mempunyai hubungan yang linear atau

tidak. Apabila nilai data yang diperoleh menunjukkan sig > α (0,05)

maka ditribusi data linear, sedangkan nilai sig < α (0,05) maka

distribusi data tidak linear (Siregar, 2013, hlm 178).

4) Uji Hipotesis

Setelah uji prasyarat terpenuhi, maka dapat dilakukan

pengujian hipotesis. Cara pembuktian dari hipotesis yang telah

dikemukakan adalah dengan mengolah data yang dperoleh dari hasil

penelitian dengan menggunakan teknik analisis korelasi. Teknik

analisis tersebut digunakan dalam mengetahui hubungan antara

adversity quotient (variabel X1) dan self efficacy (variabel X2)

terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi system

koloid (variabel Y).

Pada penelitian ini menggunakan uji hipotesis berganda, karl pearson

product moment dan spearman’s. Data yang berdistribusi normal dianalisis

dengan menggunakan statistik parametris. Statistik parametris dalam uji

korelasi dapat berupa korelasi karl pearson product moment. Sedangkan

data yang tidak berdistribusi normal dianalisis dengan statistik non

parametris dalam uji korelasi dapat berupa korelasi spearman’s. Kriteria

pengujian pada korelasi Spearman’s Rank sebagai berikut.

Jika sig > α (0,01) maka H0 diterima

Jika sig < α (0,01) maka H0 ditolak

Kriteria pengujian korelasi karl pearson product moment sebagai berikut.

Jika sig > α (0,05) maka H0 diterima

Page 63: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

46

Jika sig < α (0,05) maka H0 ditolak

Sedangkan kriteria pengujian korelasi berganda sebagai berikut.

Jika sig > α (0,05) maka H0 diterima

Jika sig < α (0,05) maka H0 ditolak

Menentukan interpretasi dari nilai korelasi dapat digunakan tabel 3.8

berikut:

Tabel 3.8 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Riduwan, 2003, hlm. 228)

H. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang akan diuji dalam rangka pengambilan keputusan

penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis statistik hubungan antara adversity quotient terhadap kemampuan

berpikir kreatif yang telah ditetapkan, yaitu:

H0 : r = 0

H1 : r ≠ 0

Keterangan:

r : Nilai koefisien korelasi

H0 : Tidak terdapat hubungan antara adversity quotient terhadap

kemampuan berpikir kreatif

H1 : Terdapat hubungan antara adversity quotient terhadap

kemampuan berpikir kreatif

b. Hipotsis statistik hubungan antara self efficacy terhadap kemampuan

berpikir kreatif yang telah ditetapkan yaitu:

H0 : r = 0

H1 : r ≠ 0

Keterangan:

Page 64: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

47

r : Nilai koefisien korelasi

H0 : Tidak terdapat hubungan antara self efficacy terhadap

kemampuan berpikir kreatif

H1 : Terdapat hubungan antara self efficacy terhadap kemampuan

berpikir kreatif

c. Hipotsis statistik hubungan antara adversity quotient dan self efficacy

terhadap kemampuan berpikir kreatif yang telah ditetapkan yaitu:

Ho : rx1.x2.y = 0

Ha : rx1.x2.y ≠ 0

Keterangan:

r : Nilai koefisien korelasi

H0 : Tidak terdapat hubungan antara adversity quotient dan self

efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif

H1 : Terdapat hubungan antara adversity quotient dan self efficacy

terhadap kemampuan berpikir kreatif

Page 65: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

88

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Adversity Quotient memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap

kemampuan berpikir kreatif berdasarkan nilai koefisien korelasi sebesar

0,349 berada pada kategori rendah.

2. Self-Efficacy memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap

kemampuan berpikir kreatif berdasarkan nilai koefisien korelasi sebesar

0,270 berada pada kategori rendah.

3. Adversity Quotient dan Self-Efficacy memiliki hubungan positif yang

signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif berdasarkan nilai koefisien

korelasi sebesar 0,355 berada pada kategori rendah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, peneliti

memberi saran diantaranya:

1. Siswa hendaknya memiliki ketahanan serta keyakinan diri dalam

menghadapi masalah, karena jika ketahanan dan keyakinan diri yang

dimiliki tinggi akan memahami segala suatu masalah dengan mudah.

2. Siswa hendaknya meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya dengan

mengeksplorasi kemampuannya sendiri pada saat memahami sebuah

konsep pembelajaran.

3. Pada penelitian selanjutnya hendaknya penulis mampu menganalisis

tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan mengembangkan

adversity quotient, self-efficacy dan kemampuan berpikir kreatif pada

mahasiswa.

Page 66: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

89

DAFTAR PUSTAKA

Adi, I. N., Herawati, N. T., & Atmadja, A. T. (2019). Pengaruh Self-Efficacy,

Metode Mengajar, dan Minat Terhadap Keberhasilan Studi Mahasiswa (Studi

Kasus Pada Alumni Mahasiswa Jurusan Akuntansi Program S1 Fakultas

Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha). E-Journal S1 Ak Universitas

Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1, 10(1).

Ait, K., Rannikmäe, M., Soobard, R., Reiska, P., & Holbrook, J. (2015). Students’

Self-Efficacy and Values Based on A 21st Century Vision of Scientific

Literacy – A Pilot Study. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 177(July

2014), 491–495. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.02.403

Alzoubi, M.A., Al-Qudah, M.F., Albursan, S.I., Bakhiet, F.S., & Abduljabar, S.A.,

(2016). The Effect of Creative Thinking Education in Enchancing Creative

Self-Efficacy and Cognitive Motivation. Journal of Education and

Development Psychology. (6)1, 1-14. doi: 10.5539/jedp.v6n1p117

Antara, H., Dan, A., Dengan, I., Setyabudi, I., Psikologi, F., Esa, U., & Jakarta, U.

(2011). Hubungan Antara Adversiti Dan Inteligensi Dengan Kreativitas.

Jurnal Psikologi, 9(1), 1–8.

Anwar, A. I. D. (2009). Hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara

di depan umum pada mahasiswa fakultas psikologi universitas sumatera utara.

Psikovidya Volume 18 Nomor 1 April 2014, 18(April), 1–81.

Arifin, Khoirol. (2018). Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Korosi

Melalui Model Pembelajaran Berbasis Otak (Brain-Based Learning). Skripsi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azhari, A., & Somakim, S. (2014). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Melalui Pendekatan Konstruktivisme Di Kelas Vii Sekolah

Menengah Pertama (Smp) Negeri 2 Banyuasin Iii. Jurnal Pendidikan

Matematika, 8(1). https://doi.org/10.22342/jpm.8.1.992.1-12

Bandura, Albert. (1977). Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavorial

Page 67: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

90

Change. Phycological Review, 2(84): 191-215.

Bandura, ALbert. (1994). Self-efficacy. Stanford University.

Baten, C. E. (1918). Your Classroom. In Journal of Education (Vol. 88).

https://doi.org/10.1177/002205741808801819

Beghetto, R. A. (2006). Creative self-efficacy: Correlates in middle and secondary

students. Creativity Research Journal, 18(4), 447–457.

https://doi.org/10.1207/s15326934crj1804_4

Brady, James E. (1999). Kimia Universitas dan Asas Struktur. Jakarta: Binarupa

Aksara

Bouchard, B. T., Parent, S., & Larivee, S., (19910. Influence of Self-Efficacy on

Self-Regulation and Perfomance among Junior and Senior High-School Age

Students. International Journal of Behavorial Development, 14(2), 153-164.

Carson, J. (2007). A Problem With Problem Solving: Teaching Thinking Without

Teaching Knowledge. Mathematics Educator, 17(2), 7–14.

Cheung, D. (2014). The Combined Effects of Classroom Teaching and Learning

Strategy Use on Students’ Chemistry Self-Efficacy. Research in Science

Education, 45(1), 101–116. https://doi.org/10.1007/s11165-014-9415-0

Chuang, C. F., Shiu, S. C., & Cheng, C. J. (2010). The relation of college students’

process of study and creativity: The mediating effect of creative self-efficacy.

World Academy of Science, Engineering and Technology, 43(7), 960–963.

Cristina, M., & Santos, J. (2012). Researchers esearchers esearchers esearchersW

W W World orld orld orld. Science & Commerce International Refereed

Research Journal ■ Www.Researchersworld.Com ■, 4(2), 13–23. Retrieved

from www.researchersworld.com

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dewi, Mulyana & Suhendri, H. (2017). Pengaruh Kemandirian dan Ketahan

malangan (Adversity Quotient) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika. (3), 724–735.

Gafoor, A., Ashraf, M. (2006). Academic Self-Efficacy Scale. Journal

Departement of Education, University of Calicut

Page 68: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

91

Gazali, Zulkarnain. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Kimia Materi Koloid untuk

SMA Kelas XI IPA Semester II Berdasarkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing.

Jurnal Kependidikan. 14(4): 417-425.

Ghanizadeh, A., & Ghonsooly, B. (2014). A tripartite model of EFL teacher

attributions, burnout, and self-regulation: Toward the prospects of effective

teaching. Educational Research for Policy and Practice, 13(2), 145–166.

https://doi.org/10.1007/s10671-013-9155-3

Gibson, L. J., Ivancevich, M. J., Donnelly, H. J. Konopaske, R., (2009).

Organizations: Behavior, Structure, Processes. America New York: Texas

States University.

Gist, M. E. (1987). Self-Efficacy: Implications for Organizational Behavior and

Human Resource Management. Academy of Management Review, 12(3), 472–

485. https://doi.org/10.5465/amr.1987.4306562

Goodson, L., & Rohani, F. (1998). Higher Order Thinking Skills • Definition •

Teaching Strategies • Assessment. Thinking, 18, 458. Retrieved from

http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf

Gurcay, D., & Ferah, H. O. (2018). High School Students’ Critical Thinking

Related to Their Metacognitive Self-Regulation and Physics Self-Efficacy

Beliefs. Journal of Education and Training Studies, 6(4), 125.

https://doi.org/10.11114/jets.v6i4.2980

Hanifah, N. (2012). Peningkatan Self Efficacy Dan Berpikir Kritis Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Materi Pokok Asam Basa Kelas Xi

Sman 9 Surabaya (Increase in Self Efficacy and Critical Thinking Through

Implementation Model Study of Inkuiry on Subject Matter O. UNESA Journal

of Chemical Education, 1(2), 27–33.

Helsinki, E. P. (1997). The state-of-art in mathematical creativity. ZDM -

International Journal on Mathematics Education, 29(3), 63–67.

https://doi.org/10.1007/s11858-997-0001-z

Heong, Y. M., Yunos, J. M., Othman, W., Hassan, R., Kiong, T. T., & Mohamad,

M. M. (2012). The Needs Analysis of Learning Higher Order Thinking Skills

for Generating Ideas. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 59, 197–203.

Page 69: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

92

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.265

Hoffman, B., & Schraw, G. (2009). The influence of self-efficacy and working

memory capacity on problem-solving efficiency. Learning and Individual

Differences, 19(1), 91–100. https://doi.org/10.1016/j.lindif.2008.08.001

Huddle, P. A., White, M. D., & Rogers, F. (2000). Using a Teaching Model to

Correct Known Misconceptions in Electrochemistry. Journal of Chemical

Education, 77(1), 104–110. https://doi.org/10.1021/ed077p104

Juwita, Intan. (2017). Hubungan Adversity Quotient dan Self-Efficacy dengan

Stress pada Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) IAIN

Langsa. Tesis. Univesritas Medan Area

John M. Echols dan Hasan Shandily. (2000). Kamus Inggris Indonesia An English

-Indonesia Dictionary. Jakarta: PT. Gramedia.

Kaplan, R. M., & Saccuzzo, D. P. (2009). Psychologiucal testing.

Kadir. (2015). Statistika Terapan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Permendikbud Republik

Indonesia Nomor 59 Tahun 2013 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah

Atas/ Madrasah Aliyah.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Modul Penyusunan High Order

Thinking (HOTS). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Keenan, Charles W. (1984). Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Kondakci, Esen Uzuntiryaki, & Ayse Senay. (2015). Preticting Chemistry

Achievment Trough Task Value, Goal orientations, and Self-Efficacy: A

Structural Model, Croatian Journal of Education, 17(03): 725-753.

Lane, J., & Lane, A. (2001). Self-efficacy and academic performance. Social

Behavior and Personality, 29(7), 787–798.

https://doi.org/10.2224/sbp.2001.29.7.687

Lasmono, Hari, K,. (2001). Tinjauan Singkat Adversity Quotient. Indonesian

Psychological Journal, 17(01), 63-68.

Liberna, H. (2018). Hubungan Efikasi Diri Terhadap Pemahaman Berpikir Kreatif

Matematika. 132–139.

Page 70: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

93

Lisliana, Hartoyo, A., & Bistari. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Pada Materi Segitiga Di SMP. Jurnal

Pendidikan Dan Pembelajaran Untan Pontianak, 5(11), 1–11. Retrieved from

https://www.neliti.com/id/publications/192481/analisis-kemampuan-berpikir-

kreatif-siswa-dalam-menyelesaikan-masalah-pada-materi-segitiga

Marheni. (2007). Materi Pokok Kimia Dasar 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Marwiyah, S., Kamid, & Risnita., 2015. Pengembangan Instrumen Penilaian

Keterampilan Berpikir Kreatif pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Materi Atom,

Ion, dan Molekul SMP Islam Al Falah. Mahasiswa Program Magister

Pendidikan IPA Universitas Jambi, 4(1), 26-31.

Masfingatin, T. (2013). Proses Berpikir Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam

Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Adversity Quotient

(Penelitian dilakukan di MTs Negeri Dolopo Tahun Ajaran 2011/2012). Jipm,

2(1), 1–8. https://doi.org/http://doi.org/10.25273/jipm.v2i1.491

Meika, I., & Sujana, A. (2017). Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa Sma. Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran

Matematika, 10(2), 8–13. https://doi.org/10.30870/jppm.v10i2.2025

Merianah, M. (2019). Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Adversity Quotient

terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SDIT IQRA’1

Kota Bengkulu. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 4(1), 29–35.

https://doi.org/10.33449/jpmr.v4i1.7526

Muhidin, Sambas Ali. (2011). Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam

Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Munandar, Utami. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

Jakarta: PT. Grasindo

Murtafiah, W. (2017). Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa dalam

Mengajukan Masalah Persamaan Diferensial. JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan

Matematika), 5(2), 73. https://doi.org/10.25273/jipm.v5i2.1170

Muslim, Buchori. (2014). Pengaruh Model Pemecahan Masalah Terhadap

Keterampilan Berpikir Kritis dan Efikasi Diri Siswa pada Konsep Hidrolisis

Garam. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Page 71: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

94

Napis, N. (2018). Analysis Of Physics Problem Solving In The Perspective Of Self

Efficacy and Adversity Quotient. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA,

8(1), 31–42. https://doi.org/10.30998/formatif.v8i1.2298

Napitupulu, L., Nashori, F., & Kurniawan, I. N. (2007). Pelatihan Adversity

Intelligence Untuk Meningkatkan Kebermaknaan Hidup Remaja Panti

Asuhan. Psikologika: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 12(23).

https://doi.org/10.20885/psikologika.vol12.iss23.art4

Novanda, B. F. (2018). Hubungan Antara Self-Efficacy Dan Motivasi Berprestasi

Siswa Kelas Xi Ipa Dalam Mata Pelajaran Kimia Di Sma Negeri 3 Pontianak.

AR-RAZI Jurnal Ilmiah, 6(2), 8–17. https://doi.org/10.29406/arz.v6i2.1098

Nuraeni, Siti. (2019). Hubungan Self-Efficacy dengan Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa pada Materi Kesetimbangan Kimia. Skripsi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Nursa’adah, F. P., & Rosa, N. M. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif

Kimia Ditinjau dari Adversity Quotient, Sikap Ilmiah dan Minat Belajar.

Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(3), 197–206.

https://doi.org/10.30998/formatif.v6i3.992

Partnership for 21st Century Learning. P21 Framework Definision. [Online]

Potur, A. A., & Barkul, mr. (2009). Gender and creative thinking in education: A

theoretical and experimental overview. A|Z ITU Journal of Faculty of

Architecture, 6(2), 44–57.

Pusparini, S. tri, Feronika, T., & Bahriah, E. S. (2017). Jurnal Riset Pendidikan

Kimia ARTICLE. Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 7(1), 38–51.

https://doi.org/https://doi.org/10.21009/JRPK.072.10

Rahmi, D. (2015). Identifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI

Menggunakan Soal Tes Open-Ended Problem Pada Materi Koloid Di

SMA/MA Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia

(JIMPK), 1(4), 60–69.

Ren, J., & Wang, N. (2018). Production-Oriented Approach and Its Implications

for the Cultivation of Critical Thinking Skills in College English Instruction

in Mainland China. English Language Teaching, 11(5), 33.

Page 72: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

95

https://doi.org/10.5539/elt.v11n5p33

Riduwan. (2003). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Saidah, S., Aulia, A. L., (2014). Hubungan Self-Efficacy dengan Adversity

Quotient. Jurnal Psikologi, 2(2), 54-61

Saputro, N. E., & Sudjono, I. (n.d.). Hubungan Adversity Quotient ( Aq ) , Motivasi

Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Mata Pelajaran Alat Ukur

Di Smkn 1 Nanang Eko Saputro Purnomo Imam Sudjono. (1), 315–325.

Sastrohamidjojo, Hardjono. (2005). Kimia Dasar Edisi Ke-2. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

SCANS. (1991). What Work Requires of Schools. America: U.S. Departement of

Labor.

Schunk, D. H., (1991). Self-Efficacy and Academic Motivation. Educational

Pscycologys, 26, 207-231.

Shadreck, Mandina., Enunuwe. O.C (2017). Problem Solving Intruction for

Overcoming Student's Difficulties in Stoichiometric Problems : S Trategies

and S Elf - Regulated LEarning. Acta Didactica Napocensia, 4(1), 21-30.

Siaahan, P., Sumiati, E., Sari, M. I,. (2013). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar. Jurnak Pengajaran

MIPA, 18(01), 60-68.

Siswono, T. Y. E. (2011). Level of student’s creative thinking in classroom

mathematics. Educational Research and Reviews, 6(7), 548–553.

Silver, E. A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich In Mathematical

Problem Solving and Problem Posing. International Reviews on Mathematical

Education, 29 (3), 75-80.

Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:

PT. Bumi Aksara

Sriraman, B. (2009). The characteristics of mathematical creativity. ZDM -

International Journal on Mathematics Education, 41(1–2), 13–27.

https://doi.org/10.1007/s11858-008-0114-z

Sudarman, Momon. (2013). Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Page 73: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

96

Sudarman. (2012). Adversity Quotient: Kajian Kemungkinan Pengintegrasiannya

dalam Pembelajaran Matematika. Aksioma, 1(1), 55–62. Retrieved from

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111506&val=5154

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2010). Metode Penenelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suhandoyo, G., & Wijayanti, P. (2016). Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

dalam Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Ditinjau dari Adversity

Quotient (AQ). Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 3(5), 156–

165.Retrievedfromhttps://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/mathedune

sa/article/download/18523/16898

Suharsimi, Arikunto. (2014). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Supardi U.S., S. U. S. (2015). Pengaruh Adversity Qoutient terhadap Prestasi

Belajar Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 3(1), 61–71.

https://doi.org/10.30998/formatif.v3i1.112

Sya’ban, A. (2005). Teknik analisis data penelitian Aplikasi program SPSS dan

Teknik Menghitungnya. Pelatihan Metode Penelitian.

Syukri, S. (1999). Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Stoltz, Paul G. (2007) Adversity Quotient, Mengubah Hambatan Menjadi Peluang.

Jakarta: PT. Gramedia. Cetakan ketujuh

Tep, P., Maneewan, S., Chuathong, S., & Easter, M. A. (2018). A Review of

Influential Factors Affecting Undergraduate Students’ Creative Thinking.

SSRN Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.3303354

Üce, M., & Ceyhan, İ. (2019). Misconception in Chemistry Education and Practices

to Eliminate Them: Literature Analysis. Journal of Education and Training

Studies, 7(3), 202. https://doi.org/10.11114/jets.v7i3.3990

Warsito, Hadi. (2009). Hubungan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian

Akademik dan Prestasi Akademik. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 9(01), 1-

19.

Wilson, K., & Narayan, A. (2016). Relationships among individual task self-

efficacy, self-regulated learning strategy use and academic performance in a

computer-supported collaborative learning environment. Educational

Page 74: HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN SELF-EFFICACYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...self-efficacy terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem koloid.

97

Psychology, 36(2), 236–253. https://doi.org/10.1080/01443410.2014.926312

Winarsih, P., Masfufah, H. S., & Kadarisma, G,. (2018). Hubungan Self Confidence

terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa MTS. Jurnal

Pembelajaran Matematika Inovatif, 1(05), 1-8

Wulansari, Suganda, I.S., & Fitriana, Y.A., Hubungan Self-Efficacy terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SMP pada Materi Bangun

Datar Segitiga dan Segiempat. Journal of Education. 1(03), 1-7.

Yazar Soyadı, B. B. (2015). Creative and Critical Thinking Skills in Problem-based

Learning Environments. Journal of Gifted Education and Creativity, 2(2), 71–

71. https://doi.org/10.18200/jgedc.2015214253