HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta...

16

Transcript of HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta...

Page 1: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
Page 2: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

The Perfect Stranger Haldep.indd 3 4/17/2018 9:20:00 AM

Page 3: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang­Undang Nomor 28 Tahun 2014tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Se­cara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta se­bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta seba­gaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana pen­jara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

The Perfect Stranger Haldep.indd 4 4/17/2018 9:20:00 AM

Page 4: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

Anne Gracie

PENERBIT PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO

The Perfect Stranger Haldep.indd 5 4/17/2018 9:20:00 AM

Page 5: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

THE PERFECT STRANGER By Anne GraciePublished in 2006 by Berkley Sensation EditionThis edition published by arrangement with The Berkley Publishing Group, an imprint of Penguin Publishing Group, a division of Penguin Random House LLC

Copyright © 2006 by Anne GracieAll rights reserved.

PRIA ASING YANG SEMPURNAAlih bahasa: Prima Sari Woro Dewanti

Hak Cipta Terjemahan IndonesiaPenerbit PT Elex Media KomputindoHak Cipta dilindungi oleh Undang­UndangDiterbitkan pertama kali oleh tahun 2018 olehPenerbit PT Elex Media KomputindoKelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

718030734ISBN: 978­602­04­6012­3

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab Percetakan

The Perfect Stranger Haldep.indd 6 4/17/2018 9:20:00 AM

Page 6: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

Satu

Betapa panjang dan beratnya jalan keluar dari neraka untuk menuju cahaya.JOHN MILTON

DEKAT CALAIS, PRANCIS, SEPTEMBER 1818

Suara-suara. Terdengar suara-suara dari kegelapan, di perbukitan pasir. Suara laki-laki.

Faith Merridew menegakkan duduknya. Sebentuk cahaya bergerak naik-turun di perbukitan pasir di atas-nya. Cahaya itu bergerak pelan dan goyah ke arah tempat persembunyiannya.

“Ou es-tu, ma jolie poulet?” (Di mana kau, ayam beti-na ku yang cantik?) Pria itu, entah siapa itu, terdengar mabuk.

Faith mendengar seorang laki-laki lain berjalan sem-poyongan dalam kegelapan, dan menabrak salah satu semak belukar yang bertebaran di perbukitan pasir. Orang itu mengumpat. “Kau yakin dia di sini?” tanya laki-laki itu dalam bahasa Prancis kasar.

“Oui. Tadi aku melihatnya masuk dan tidak keluar lagi. Dia sedang menunggu kita, meringkuk dalam sarang kecilnya.” Orang yang bicara itu tertawa kasar.

The Perfect Stranger.indd 1 05/04/2018 23:59:08

Page 7: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

Anne Gracie

2

Dua orang lainnya ikut tertawa. Tiga orang, mungkin lebih.

Faith tidak menunggu untuk memastikan lagi. Ia me nyambar jubah wolnya yang sederhana dan tas ta-ngan nya, lalu mulai merayap pergi sejauh yang ia bisa, dengan tubuh tetap merunduk.

Kota terletak di belakangnya; di depannya, siapa yang tahu? Namun ia tidak berniat kembali ke kota. Tidak pada malam hari. Kota tidak akan memberinya perlindungan. Ia telah belajar dari pengalaman buruk. Kota penuh dengan orang-orang seperti ini. Terutama para pria yang telah membuatnya harus bersembunyi di perbukitan pasir.

Tidak ada pilihan lain. Ia mulai bergerak ke arah pantai.

“La-bas!” (Ke sana!) Mereka melihat dan mengejar-nya.

Sudah terlambat untuk memikirkan suara gaduh. Ia berlari secepat mungkin, bergerak zigzag di antara semak belukar kerdil dan rerumputan rendah. Roknya tersangkut ranting-ranting semak dan duri-duri run-cing. Ia merenggut roknya sekuat tenaga dengan kedua tangan dan terus berlari. Ranting dan duri menggores tungkainya, namun ia tidak menyadari. Di belakang-nya, para pria tadi menyerbu melewati semak belukar. Mereka sudah mulai menyusulnya.

Duk! Faith tersandung akar dan terhempas ke tanah. Ledakan rasa sakit menyengat wajahnya. Ia terbaring di atas tanah berpasir, kehabisan napas, paru-parunya yang kosong bergerak kembang-kempis, mencari udara yang

The Perfect Stranger.indd 2 05/04/2018 23:59:08

Page 8: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

The Perfect Stranger

3

tak kunjung datang. Akhirnya udara kembali meng-alirinya, dan ia bisa bernapas lagi.

Dengan susah payah ia berusaha berdiri dan men-dengarkan suara orang-orang yang mengejarnya. Dan pada saat itulah ia mendengarnya. Musik. Lirih, namun tidak jauh.

Di mana ada musik pasti ada orang. Orang yang mung kin bisa menolongnya. Atau tidak. Bisa jadi me-reka sama seperti orang-orang di kota, seperti para pria yang sedang mengejarnya.

Tak ada pilihan. Ia tidak boleh membiarkan dirinya dihabisi seperti seekor kelinci oleh segerombolan anjing pemburu. Ia harus mengambil risiko. Ia akan berlari, terus berlari ke arah suara musik itu, dan berdoa me-mohon keselamatan.

Musik pernah menjadi perlindungannya. Dan bela-kangan ini menjadi kehancurannya.

Dengan mempertaruhkan segalanya demi bisa cepat-cepat pergi dari situ, ia terjun ke hamparan pantai ter-buka, turun ke tepi perairan yang pasirnya lebih kukuh. Hunjaman rasa sakit menikam pergelangan kakinya se-iring setiap langkahnya. Ia mendengar teriakan-teriakan saat para pengejar melihatnya. Faith terus berlari, berlari sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri, berlari ke arah suara musik.

Sepatu botnya yang berat memperlambat geraknya. Sepatu itu telah melindungi kakinya di semak belukar yang kasar dan tajam—sepatu sandal tidak akan sanggup bertahan dari azab itu—tapi kini pasir yang lembut mengisap sepatu botnya. Tak ada waktu untuk berhenti

The Perfect Stranger.indd 3 05/04/2018 23:59:08

Page 9: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

Anne Gracie

4

dan melepaskannya. Ia menarik napas dengan susah payah dan terus berlari. Rasa sakit menyengat dengan tajam pada rusuknya. Ia mengabaikannya dan terus berlari.

Ia memutari sebuah tanjung kecil. Tampak nyala api yang bersinar di dasar perbukitan pasir. Dengan paru-paru kembang-kempis, ia berlari menuju cahaya itu. Api unggun. Sebuah panci masak tergantung di atasnya. Nelayankah?

Sebentuk sosok samar terlihat sedang duduk di samping kobaran api, memainkan musik dengan suara pelan; yang kedengarannya seperti lagu Spanyol dan mengalir ke dalam kegelapan malam seperti air, atau wine. Pria. Orang gipsi? Seekor anjing bertubuh sa-ngat besar bangkit dari kegelapan. Faith membeku. Minggu lalu ia telah dua kali menjadi incaran anjing. Bina tang yang satu ini memiliki ukuran yang mampu mengoyakkan lehernya dalam satu gigitan.

“La-bas!” Para pengejarnya menyerbu melewati tan-jung. Tidak ada yang lebih menakutkan daripada apa direncanakan orang-orang ini, bahkan seekor anjing dari neraka pun tidak. Kengerian mendorongnya untuk maju.

“Aidez-moi!” ucapnya dengan napas tersengal sambil bergerak terhuyung ke arah pria itu. “Aidez-moi … je vous implore!” (Tolonglah aku, kumohon!)

Alunan musik berhenti. Geraman lirih anjing tadi berubah menjadi sebuah hiruk-pikuk kegusaran.

“Diam, Wulf!” Gonggongan berat itu berhenti se-ketika, namun hewan itu tetap menggeram.

The Perfect Stranger.indd 4 05/04/2018 23:59:08

Page 10: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

The Perfect Stranger

5

“Aidez-moi!” ucapnya dengan tersengal, napasnya mendengking karena paru-paru yang kehabisan tenaga. Kata-kata itu mengalir dalam rupa bisikan.

Entah bagaimana, orang itu mendengarnya. Pria itu mengulurkan satu tangan ke arahnya, sebentuk tali penyelamat yang terukir dalam nyala api. “A moi, petite,” hanya itu yang dikatakannya. (Kemarilah, gadis kecil.)

Suara pria itu begitu berat, tenang dan pasti, serta seperti bicara kepada sesuatu yang berada jauh dalam diri Faith. Maka, walaupun ia tidak bisa melihat wajah pria itu, meskipun dengan keberadaan hewan bertubuh raksasa yang menggeram dengan ganas di sisi pria itu, Faith mengumpulkan sisa kekuatannya dan bergerak ter-huyung ke arah orang itu. Ia begitu jangkung dan kukuh, suaranya seperti mengandung kekuatan dan kepastian. Mungkin saja pria itu tidak sejahat mereka yang ada di belakangnya, pikir Faith, lagi pula, ia sudah tak sanggup berlari lagi.

Tumit sepatu botnya tersangkut lagi ke semak belu-kar. Pergelangan kakinya yang cedera tertekuk, dan ia terlempar ke depan serta terhempas ke tubuh pria di depannya. Pria itu menahan tubuhnya kuat-kuat ke dada nya, tapi tubrukan membuat orang itu terhuyung mundur dan jatuh telentang.

Faith terbaring sesaat di atas tubuh orang itu, ke le-lahan, bernapas terengah-engah di atas tubuh yang besar dan keras itu. Di bawah Faith, pria itu terbaring diam, seolah napasnya ikut terenggut. Kedua lengan pria itu me lingkar erat ke tubuh Faith. Dengan otot-otot yang

The Perfect Stranger.indd 5 05/04/2018 23:59:08

Page 11: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

Anne Gracie

6

keras dan kuat. Pria itu beraroma segar, perpaduan antara garam, asap kayu bakar, dan sabun.

Anjing itu menyalak lagi, tapi kini ancaman hewan itu tertuju ke kegelapan. Para pengejarnya pasti sudah hampir sampai.

Sambil berjuang untuk bangun dari tubuh pria itu, Faith mencoba memikirkan kata-kata dalam bahasa Prancis untuk menjelaskan, untuk memohon perto-long an. Tak satu kata maupun ungkapan yang terlintas dalam benaknya yang dicekam ketakutan. Ia berlutut di samping orang itu di pasir, berusaha menenangkan diri.

Wajah pria itu berbayang, membentuk siluet dengan latar belakang perapian. “Mademoiselle?” Suaranya ter-dengar parau dan berat.

Mulut Faith membuka dan menutup dengan gerak-an lemah. “Maaf, maafkan aku,” bisiknya dalam bahasa Inggris. “Aku tidak bisa mengingat kata-katanya. Oh Tuhan!” Faith tidak bisa melihat wajah pria itu. Wajah-nya sendiri diterangi oleh nyala perapian.

Suara pria itu menajam. “Kau orang Inggris!” Orang itu berdiri dengan tiba-tiba. Ia bertubuh luar biasa jang-kung.

Faith mengangguk. “Ya. Ya, benar. Dan kau—” Kata-kata pria itu menembus kabut dalam benaknya. Rupa-nya ia juga orang Inggris.

“Syukurlah, terima kasih Tuhan,” bisiknya. Meski-pun ia tidak tahu mengapa ia merasa lebih aman ber-sama orang itu hanya karena dia orang Inggris dan juga bertubuh bersih. Tapi entah bagaimana, itulah yang dirasakannya.

The Perfect Stranger.indd 6 05/04/2018 23:59:08

Page 12: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

The Perfect Stranger

7

Anjing itu tiba-tiba saja mulai menyalak lagi dengan riuh-rendah, dan Faith berusaha menenangkan diri. “Orang-orang itu, mereka akan sampai ke sini sebentar lagi—”

Pria itu bahkan tidak berusaha melirik ke kegelapan. Orang itu membungkuk dan mengulurkan tangan kepada Faith. “Kau bisa berdiri?” Samar-samar ia me-nya dari pria itu bicara tanpa aksen. Malah, nada bicara-nya terdengar seperti pria dari kalangan terhormat.

Faith mengangguk, meski kedua tungkainya geme-taran. Pria itu membantunya berdiri dengan pegangan tangan yang kukuh dan lemah lembut. Ia menatap dengan ketakutan ke dalam kegelapan. Si anjing meng-geram dan memamerkan giginya, jelas merasakan keha-diran para pengejar Faith, meskipun mereka bergerak dengan diam-diam. “Cukup, Wulf!” Anjing itu terdiam, lalu sunyi.

Tiga bayangan gelap tampak samar-samar dengan latar belakang cahaya redup dari bentangan laut dan langit malam.

“Mereka mengejarku.”“Sepertinya begitu. Tapi kenapa mereka mengejar-

mu? Apakah kau telah mencuri—”“Tidak!” sahut Faith dengan jengkel. “Mereka ingin

—mereka pikir—mereka pikir aku adalah—”Pria itu memandanginya, menilainya dengan eks-

presi dingin. “Aku mengerti,” ujarnya singkat.Pria itu berpikiran sama, Faith tahu dari nada suara-

nya. Gadis itu menunduk, terlalu malu untuk bicara.

The Perfect Stranger.indd 7 05/04/2018 23:59:08

Page 13: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

Anne Gracie

8

“Duduklah di sana, dekat perapian,” perintahnya. “Akan kuurus mereka.”

“Tapi mereka bertiga! Mungkin lebih.”Gigi orang itu berkilauan membentuk senyuman

bengis. “Bagus.”Bagus? Faith menatap wajah berbayang itu, berharap

bisa melihat pria itu sepenuhnya. Apa gerangan yang dimaksudnya dengan bagus?

Sebuah suara dari kegelapan berteriak dengan kasar dalam bahasa Prancis, “Hei, kau! Perempuan itu milik kami.”

“Oui, kembalikan dia, dengan begitu tidak akan ada masalah,” tambah sebuah suara lain.

Pria jangkung itu menyahut dalam bahasa Prancis. “Wanita ini milikku.” Anjingnya menggeram, seolah mempertegas kata-kata tuannya.

“Wanita ini milikku.” Sebuah pernyataan tegas yang tanpa kompromi. Apakah sekarang ia harus melari-kan diri dari empat laki-laki dan bukannya tiga? Faith mendongak memandang pria itu, sebentuk siluet yang tinggi dan tak berwajah. Semburan amarah melanda nya. Ia bukan wanita milik pria mana pun. Sejak ia me ning-galkan Felix, semua pria berpikir mereka bisa meman-faatkan dirinya. Benarkah itu baru sepuluh hari yang lalu? Rasanya seperti sebuah mimpi buruk yang tiada habisnya, yang semakin lama semakin mengerikan.

Laki-laki yang pertama mengumpat. “Pelacur itu milik kami. Kami yang lebih dulu menemukannya.” Orang itu meludah. “Kau boleh mendapatkannya sete-lah kami selesai berurusan dengannya.”

The Perfect Stranger.indd 8 05/04/2018 23:59:08

Page 14: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

The Perfect Stranger

9

Mereka berencana untuk berbagi dirinya? Oh Tuhan! Faith mulai gemetar lagi. Ia memandang ber ke li ling untuk mencari senjata, entah pisau atau bah kan seba-tang kayu yang berat, namun ia tidak melihat apa pun yang bisa berguna. Potongan-potongan kayu yang paling besar telah dilemparkan ke perapian. Ia harus berlari. Lagi. Tikaman rasa sakit di rusuknya telah mereda, dan aliran napasnya telah kembali normal—hampir. Wajah-nya nyeri dan pergelangan kakinya berdenyut-denyut, namun ia berada dalam kondisi yang lebih baik untuk terus berlari dibandingkan sepuluh menit sebelumnya. Dengan diam-diam ia membungkuk dan mulai me-lepaskan tali sepatu botnya. Ia akan bisa bergerak lebih cepat di atas pasir dengan bertelanjang kaki.

Pria bertubuh jangkung itu membungkuk ke sam-ping dan meraih satu pergelangan tangannya dengan sebuah genggaman kuat. “Hentikan,” perintahnya sam-bil menarik Faith untuk menegakkan diri lagi. “Kau tidak perlu melarikan diri. Aku berjanji kau akan aman.”

Pria itu kembali bersuara lantang dan mengumum-kan dengan nada mengancam namun penuh kete nang-an, “Gadis ini milikku, dan aku tidak suka berbagi. Dia akan tetap bersamaku.” Pria itu berkata kepada Faith dengan suara pelan, “Kau lihat tas-tas pelana yang di sebelah sana itu, di atas selimut di samping gitar? Ada se-pasang pistol di dalamnya. Ambilkan pistol itu untukku, gadis pintar. Aku harus terus mengawasi para jahanam ini.”

“Gadis pintar?” Itu tidak terdengar seperti perkata an seorang calon pemerkosa.

The Perfect Stranger.indd 9 05/04/2018 23:59:08

Page 15: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

Anne Gracie

10

“Kami yang lebih dulu menemukannya,” seseorang berteriak lagi dengan penuh kemarahan.

“Kalian menginginkannya? Kalau begitu datanglah dan ambil dia. Tapi kalian harus membunuhku terlebih dulu.” Dan yang membuat Faith takjub, pria itu kem bali tersenyum. Tidak ada kelembutan maupun ke jenakaan dalam senyuman itu. Sebentuk senyum yang benar-benar buas; seringai lebar yang ganas dalam se mangat menghadapi sebuah pertarungan.

Sebuah tawa mencemooh terdengar dari dalam ke-gelapan. “Bah, Orang Inggris, kami bertiga melawan kau yang cuma sendirian. Kami akan menjadikanmu san tapan ikan!”

Pria Inggris Faith menyunggingkan senyum menge-rikan itu dan mengangkat bahu, seolah hendak berkata, Kita lihat saja.

Faith menemukan kedua pistol yang dimaksud dan bergegas kembali dan menyodorkannya ke dalam geng -gaman pria itu. Orang-orang yang berada dalam ke ge lap-an itu bergumam, bicara dengan suara-suara samar. Se-akan mereka sedang berdebat. Atau menyusun rencana.

Pria itu memeriksa kedua pistol dengan tidak ter-buru-buru. Faith menatapnya, mengagumi ketenangan pria itu. Satu lawan tiga. Orang itu bertubuh jangkung dan berbahu bidang, namun tidak sekekar ketiga laki-laki itu. Sepertinya mereka adalah jenis penjahat yang sudah pasti juga memperlengkapi diri dengan pisau. Dan sekalipun pria ini memiliki dua pucuk pistol, sen-jata itu paling banyak hanya akan cukup untuk melum-puhkan dua orang.

The Perfect Stranger.indd 10 05/04/2018 23:59:08

Page 16: HR: The Perfect Stranger Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

T entang P engarang

Penulis peraih-penghargaan Anne Gracie meng habis kan masa kecil dan remajanya dengan berpindah-pin dah. Kehidupan berpindah-pindah ini mengajarkan kepada-nya bahwa humor dan cinta adalah bahasa universal dan bahwa buku-buku kesukaan dapat mem bawamu pulang, di mana pun kau berada. Selain me nulis, Anne mengajar untuk melek huruf, melempar bola untuk anjingnya, menikmati tamannya, dan memeli hara lebah.

The Perfect Stranger.indd 525 05/04/2018 23:59:21