hppt

15
BAB II ISI 2.1 Klasifikasi Hama Kingdom : Animalia, Phylum : Arthropoda Class : Insecta, Order : Coleoptera, Family : Curculionidae, Genus : Hypothenemus, Species : H. Hampei. Penggerek Buah Kopi (PBKo) (Hypothenemus hampei), Hyphotenemus hampei

description

Hama pada tanaman Kopi

Transcript of hppt

BAB IIISI

Hyphotenemus hampei2.1Klasifikasi Hama

Kingdom : Animalia,Phylum : ArthropodaClass : Insecta,Order : Coleoptera,Family : Curculionidae,Genus : Hypothenemus,Species : H. Hampei. Penggerek Buah Kopi (PBKo) (Hypothenemus hampei),Famili : Scolytidae,Ordo : Coleoptera

2.2Biologi Hypothenemus hampeiPenggerek buah kopi (PBKo) sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Umumnya, hanya serangga betina yang sudah kawin akan menggerek buah kopi; biasanya masuk ke dalam buah dengan membuat lubang kecil pada ujung buah. Kumbang betina menyerang buah kopi dari mulai buah sedang terbentuk (8minggu setelah berbunga) sampai waktu panen. Buah yang sudah tua paling disukai. Kumbang dan larva PBKo menyerang buah kopi yang sudah cukup keras dengan cara membuat liang gerekan dan hidup di dalamnya sehingga menimbulkan kerusakan yang cukup parah. Hama ini tidak hanya menyerang buah kopi di kebun, tetapi juga menyerang buah di penyimpanan. Selain hidup dalam buah kopi, hama ini juga menyerang tanaman Tephrosia, Crotalaria, Caesalpinia, dan Leucaena glauca yang sering digunakan sebagai tanaman penaung/penutup tanah. Penggerek buah kopi merupakan kumbang berukuran 0,7 1,7 mm, berbadan bulat dengan kepala berbentuk segi tiga yang ditutupi oleh rambutrambut halus. Kumbang ini biasanya akan bertelur dalam lubang gerekan Telurnya menetas dalam waktu sekitar 4 hari, lalu berubah menjadi larva berwarna putih dan bermulut cokelat. Telur menetas 5-9 hari. Stadium larva 10-26 hari dan stadium pupa 4-9 hari. Pada ketinggian 500 m dpl, serangga membutuhkan waktu 25 hari untuk perkembangannya. Pada ketinggian 1200 m dpl, untuk perkembangan serangga diperlukan waktu 33 hari . Lama hidup serangga betina rata-rata 156 hari, sedangkan serangga jantan maksimal 103 hari.

Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30 -50 butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong. Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi(Jumar,2000) Serangga dewasa atau imago, perbandingan antara serangga betina dengan serangga jantan rata-rata 10:1. Namun, pada saat akhir panen kopi populasi serangga mulai turun karena terbatasnya makanan, populasi serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina memiliki umur yang lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi demikian perbandingan serangga betina dan jantan dapat mencapai 500:1. Serangga jantan H.hampei tidak bisa terbang, oleh karena itu mereka tetap tinggal pada liang gerekan di dalam biji. Umur serangga jantan hanya 103 hari (Susniahati,2005)sedang serangga betina dapat mencapai 282 hari dengan rata-rata 156 hari. Serangga betina mengadakan penerbangan pada sore hari, yaitu sekitar pukul 16.00 sampai dengan 18.00. (Kolshoven,1981)

Imago H. hampeiPupa H. hampeiLarva H. hampei

2.3Gejala Serangan

Pada umumnya PBKo menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang terkandung dalam biji. Perkembangan dari telur menjadi imago berlangsung hanya di dalam biji keras yang sudah matang. Kumbang penggerek ini dapat mati secara premature pada biji di dalam endosperma jika tidak tersedia substrat yang dibutuhkan. Kopi setelah pemetikan adalah tempat berkembang biak yang sangat baik untuk penggerek ini, dalam kopi tersebut dapat ditemukan sampai 75 ekor serangga per biji. Kumbang ini diperkirakan dapat bertahan hidup selama kurang lebih satu tahun pada biji kopi dalam kontainer tertutup. PBKo mengarahkan serangan pertamanya pada bagian kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan, serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Betina berkembang biak pada buah kopi hijau yang sudah matang sampai merah, biasanya membuat lubang dari ujung dan meletakkan telur pada buah. Kumbang betina terbang dari satu pohon ke pohon yang lain untuk meletakkan telur. Ketika telur menetas, larva akan memakan isi buah sehingga menyebabkan menurunnya mutu kopi. PBKo masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah. Serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah. PBKo diketahui makan dan berkembang biak hanya di dalam buah kopi saja. Kumbang betina masuk ke dalam buah kopi dengan membuat lubang dari ujung buah dan berkembang biak dalam buah. Imago H. hampei telah merusak biji kopi sejak biji mulai membentuk endosperma. Serangga yang betina meletakkan telur pada buah kopi yang telah memiliki endosperma yang keras. Betina membuat lubang kecil dari permukaan kulit luar kopi (mesokarp) buah untuk meletakkan telur jika buah sudah cukup matang.

2.4Pola Penyebaran Penggerek buah kopi ini mula-mula berasal dari Afrika kemudian menyebar luas sampai ke Brazil, Guatemala, Asia, termasuk India, Indonesia dan beberapa pulau di kepulauan Pasifik, hama ini hanya menyerang buah kopi. Serangga hama ini dikenal dengan bubuk buah kopi atau coffee berry barer, termasuk ordo Coleoptera, famili Scolytidae dan mempunyai penyebaran di Indonesia. Kumbang H. hampei berwarna hitam berkilat atau hitam coklat. Hama bubuk buah kopi, H. hampei serangannya meluas ke Afrika Tengah. Laporan tahunan kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama ini diperkirakan lebih dari $ 500 juta setiap tahun. Disebutkan bahwa hama bubuk buah kopi ini telah ada di negara yang berbeda di mana lebih dari 20 negara, termasuk Puerto Rico juga telah terdapat hama ini. Serangga H. hampei diketahui menyukai tanaman kopi yang rimbun dengan naungan yang gelap. Kondisi demikian tampaknya berkaitan dengan daerah asal dari hama PBKo, yaitu Afrika dimana serangga PBKo menyerang tanaman kopi liar yang berada di bawah hutan tropis yang lembab. Kondisi serupa juga dijumpai di Brazil, di mana serangan berat hama PBKo biasanya terjadi pada pertanaman kopi dengan naungan berat dan berkabut sehingga kelembaban udara cukup tinggi. Berdasarkan fenologi pada pembuahan tanaman kopi, pengelolaan PBKo dapat berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Karena fenologi pembuahan tanaman kopi tersebut sangat bervariasi menurut ketinggian tempat, curah hujan, suhu, tipe tanah, varietas atau klon kopi dan praktek agronomis. Kondisi pertanaman kopi di daerah Sumatera yang tergolong daerah basah dan sebagian besar memiliki tipe iklim B dan A (menurut tipe iklim Schmidt dan Ferguson) akan sulit menerapkan sistem sanitasi untuk memutuskan siklus hidup hama karena pertanaman kopi berbuah sepanjang tahun. Pada daerah dataran tinggi (lebih dari 1200 m dpl.) serangga H. hampei perkembangannya terhambat, sehingga pada daerah-daerah tersebut biasanya intensitas serangan H. hampei juga rendah2.5Pengendalian

Pengendalian dengan sanitasi sangat efektif untuk menurunkan intensitas serangan hama H. hampei. Tindakan rampasan (memetik seluruh buah yang ada di pohon setelah panen) yang dipraktekkan pada suatu perkebunan pada tahun 1922 mampu menurunkan intensitas serangan H. hampei dari 40-90% menjadi 0,5-3%. Di Brazil, tindakan sanitasi dilaporkan juga sangat efektif untuk mengendalikan hama PBKo. Memutus daur hidup H. hampei, meliputi tindakan petik buah, yaitu mengawali panen dengan memetik semua buah masak yang terserang H. hampei maupun tidak 15 - 30 hari menjelang panen besar. Lelesan, yaitu pemungutan semua buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah terserang maupun buah tidak terserang. Racutan atau rampasan, yaitu memetik semua buah yang ada di pohon pada akhir panen. Semua bahan hasil petik bubuk, lelesan, dan racutan direndam dalam air panas kurang lebih 5 menit (PPKI, 2006). Pemangkasan merupakan salah satu upaya pengendalian secara kultur teknis yang dimaksudkan untuk memutus siklus hidup hama utama pada pertanaman kopi. Pemangkasan dilakukan baik pada tanaman kopi maupun terhadap tanaman penaung. Tindakan pemangkasan pada tanaman kopi ditujukan untuk menghindari kelembaban yang tinggi, memperlancar aliran udara sehingga proses penyerbukan dapat berlangsung secara intensif, membuka kanopi agar tanaman mendapat penyinaran merata guna merangsang pembungaan, dan membuang cabang tua yang kurang produktif atau terserang hama atau penyakit sehingga hara dapat didistribusikan kecabang muda yang lebih produktif.Pengendalian hayati dengan menggunakan musuh alami memiliki prospek untuk dikembangkan. Musuh alami terdiri dari predator, parasitoid dan patogen. Predator (pemangsa) menangkap dan memakan serangga hama (dan binatang lain). Serangga yang berperan sebagai predator di perkebunan kopi antara lain laba-laba, tawon kertas, cecopet, belalang sembah, kumbang kubah, kumbang harimau, kumbang tanah, capung dan beberapa macam kepik Parasitoid adalah serangga yang hidup di dalam atau pada tubuh serangga lain, dan membunuhnya secara pelan-pelan dari dalam. Ada empat parasitoid dari H.hampei yaitu Stephanoderis cephalonomia & Prorops nasuta (Bethylids), Phymastichus Coffea (Eulophid), dan Coffeicola heterospilus braconid semua berasal dari Afrika. Kelompok bethylids secara luas tersebar di seluruh kopi yang tumbuh di wilayah Amerika Latin dan telah memberikan hasil yang menjanjikan sebagai agen biokontrol dari hama.Seperti manusia dan binatang, serangga juga bisa kena penyakit. Penyakit serangga bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk mengendalikan banyak jenis hama. Penyakit disebabkan oleh organisme patogen (jamur, virus, bakteri, protozoa dan nematoda). Jamur Beauveria bassiana adalah patogen yang telah tersedia dan prospektif untuk dikembangkan. Menurut PCW (2002) bahwa penggunaan jamur entomopatogen Beauvaria bassiana berhasil menyebabkan kematian H. hampei sebesar 80% di Kolombia. Berbagai upaya untuk mengendalikan hama, di daerah-daerah penghasil kopi di dunia masih diarahkan pada pengendalian secara kimia terutama dengan menggunakan endosulfan. Hasil penelitian di Kaledonia Baru menunjukan bahwa hama bubuk buah kopi ini telah mengembangkan ketahanannya pada endosulfan dan lindane. Hasil penelitian dengan menggunakan insektisida monokrotofos 150 g/l, metamidofos 200 g/l dan fosfamidon 500 g/l pada tanaman kopi di kecamatan Modoinding, Sulawesi Utara menunjukkan bahwa jenis-jenis insektisida ini dapat menekan populasi hama bubuk buah kopi.

DAFTAR PUSTAKAJumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta, Jakarta.Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops In Indonesia, Revised & Translated by P. A. Van Der Laan. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.[PPKKI] Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2006. Pedoman Teknis Budi Daya Tanaman Kopi. Indonesia Coffee and Cacao Research Institute Jember, Jawa Timur.Susniahti, N., Sumeno, H. dan Sudrajat. 2005. Ilmu Hama Tumbuhan. Universitas Padjadjaran, Bandung.

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukuppenting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,sumber pendapatan dan devisa negara. Perkebunan kopi mampu menyediakanlapangan kerja dan pendapatan kepada lebih dari 2 juta kepala keluarga petani danmenghasilkan devisa lebih dari US$ 500 juta/tahun pada periode 1994-1998. Predikat kopi Sidikalang yang diolah dari kopi robusta pernah mencapai masa kejayaan, bahkan secara ekonomis mengangkat harkat masyarakat .Belakangan ini popularitas kopi Sidikalang semakin surut seiring fluktuasi harga dan rendahnya produksi, akibatnya petani beralih ke tanaman kopi jenis arabika.Tanamaan kopi dikenal sebagai salah satu tanaman yang disukai oleh banyakjenis serangga hama. Sampai saat ini tercatat lebih dari 900 jenis serangga hama padatanaman kopi yang tersebar diseluruh dunia. Di Indonesia terdapat beberapa jenis hama utama kopi, yaitu: hama penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei. Hama ini berbadan sangat kecil dan dapat menyebabkan kerugian yang cukup parah. Karena pentingnya hama ini pada tanaman kopi, maka dibuatlah makalah tentang Hypothenemus hampei ini.

1.2 Tujuana. Untuk mengertahui biologi Hypothenemus hampeib. Dapat mengetahui siklus hidup Hypothenemus hampeic. Mengetahui dasrah asala atau penyebaran Hypothenemus hampeid. Dapat mengetahui cara pengendalian Hypothenemus hampei

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanPenggerek buah kopi (PBKo) sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Siklus hidupnya adalah dari telur-larva-pupa-imago. Gejala serangan yang disebabkan oleh hypothenemus hampei menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur