HPI

download HPI

of 9

Transcript of HPI

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Kontrak Kerjasama antara Pertamina dan Karaha Bodas Company sebagai Bentuk Formal Suatu Perbuatan HukumPaper ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Hukum Perdata Internasional Disusun Oleh: Muh. Harun Al-Rasyid Pascalis Jiwandono Ariana Fathia Fathurahman Rangga Aditya Teguh Megantara Ruben Iskandar Muhamad Zacharia Martin Oktavianus (110110090396) (110110090377) (110110090399) (110110090339) (110110090325) (110110090416) (110110090417) (110110090328) (110110090421)

UNIVERSITAS PADJAJARAN FAKULTAS HUKUM 20111

AbstrakHukum Perdata Internasional adalah keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku dan apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antar warga (warga negara) pada suatu waktu tertentu memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidahkaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan kuasa setempat 1. Dalam Hukum Perdata Internasional (selanjutnya disebut HPI) dikenal adanya suatu ketentuan yang menyatakan bahwa semua perbuatan hukum ditentukan menurut undang-undang yang berlaku di negara atau tempat ia melakukannya. Hal ini merupakan suatu asas klasik dalam HPI yang sudah diterima sejak dahulu.2 Dengan adanya asas ini maka suatu perbuatan hukum itu sangat dipengaruhi oleh peraturan perundang-undangan suatu negara atau tempat dimana dilakukannya perbuatan hukum itu atau dalam istilah bahasa Latin-nya dikenal dengan Locus Regit Actum. Menurut ketentuan pasal 18 AB, yang mengatur mengenai bentuk formal suatu perbuatan hukum, sah tidaknya segi-segi formal dari suatu perbuatan hukum dilihat dari sisi hukum yang berlaku pada tempat dilangsungkannya perbuatan bersangkutan. Namun hal ini bukanlah berarti bahwa ada pembatasan kepada suatu perbuatan-perbuatan dalam suatu wilayah tertentu. Kemudian, ketentuan hukum ini mengisyaratkan bahwa semua perbuatan yang dilakukan dalam suatu negara, baik itu penduduk asli negara tersebut ataukah penduduk asing, semua tunduk pada ketentuan hukum negara tersebut. Artinya ketentuan hukum ini tidak membatasi diri pada orang khusus saja, seperti penduduk asli, namun juga berlaku umum. Sebagai konsekuensi logisnya, pasal 18 ini, perbuatan-perbuatan yang dilakukan di luar negeri, baik oleh penduduk asli suatu negara maupun penduduk asing, akan diakui sah apabila dilakukan pada tempat bersangkutan dengan memenuhi formalitas-formalitas yang berlaku setempat.3 Kasus Karaha Bodas Vs Pertamina dapat menjadi contoh kasus yang dapat dianalisis mengenai1 2

Penyelesaian sengketa bisnis melalui arbitrase internasional Maspurbas Weblog.htm Prof. Mr. Dr. Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia.Alumni. Bandung, 1995. Hal. 455 3 Ibid. Hal 458

2

permasalahan bentuk formil perbuatan hukum. Kasus Karaha Bodas Vs Pertamina merupakan kasus yang berkaitan dengan perbuatan hukum formil dalam hal perikatan yang berdimensi kontrak internasional. Dalam kontrak kontrak berdimensi internasional, penentuan pilihan hukum (choice of law) adalah sangat penting untuk menghindarkan terjadinya conflict of law, mengingat para pihak yang terlibat, tempat transaksi dan sistem hukum yang terkait berbeda-beda dan bahkan mungkin bertentangan atau berkebalikan antar satu jurisdiksi hukum dengan jurisdiksi hukum lainnya. Bahkan sekalipun choice of law telah ditetapkan dalam suatu kontrak atau perjanjian, hukum perdata internasional tetap menyisakan persoalan-persoalan mendasar dalam proceedings suatu perkara. Hal ini berakar dari perbedaan kualifikasi antara berbagai sistem hukum perdata internasional di dunia.4 Kasus Karaha Bodas Vs Pertamina berawal paada tanggal 4 Desember 1994, disepakati dua kontrak sebagai bagian dari Proyek Karaha. Kedua kontrak tersebut adalah Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract/ JOC) dan Kontrak Penjualan Energi (Energy Sales Contract/ ESC). Kasus Karaha Bodas Vs Pertamina akan kami analisis dari hal perbuatan kontrak dan pemutusan kontrak ini serta bagaimana penyelesaiannya ditinjau dari teori hukum perdata internasional.

4

Penyelesaian sengketa bisnis melalui arbitrase internasional Maspurbas Weblog.htm

3

Kasus PosisiPT. Pertamina vs Karaha Bodas Company LLC5 Pada November 1994 PT. Sumarah Dayasakti bersama dengan Java Geothermal (terdiri dari Caithness Energy, FPL Group, dan Japan Tomen Power) dan Duval Corp membentuk Karaha Bodas Company LLC (KBC) yang berkedudukan di Kepulauan Cayman. Pada 4 Desember 1994 terjadi penandatanganan kontrak kerja sama dan penjualan energi atau Joint Operation Contract (JOC) selama 30 tahun antara KBC dan Pertamina untuk membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi di Desa Wanaraja, Garut, Jawa Barat, berkekuatan 210 megawatt, dengan biaya US$ 349 juta. Kemudian di tanggal yang sama PLN sebagai pihak pertama mengajukan perjanjian kerjasama atau Energy Supply Contract (ESC) dengan Pertamina dan KBC sebagai pihak kedua untuk memasok kebutuhan listrik PLN dengan memanfaatkan tenaga panas bumi di Karaha Bodas, Garut, Jawa Barat. Pada Mei 1997 KBC menyelesaikan pengeboran sumur dalam sebagai tes pertama untuk produksi komersial di Karaha bagian selatan. Pada 30 September 1997 KBC memberikan notice of resource confirmation yang berisi perkiraan cadangan panas bumi Karaha Bodas kepada Pertamina, padahal konfirmasi itu seharusnya diberikan pertengahan September. Pada 20 September 1997 keluar Keppres Nomor 39 tahun 1997 tentang penghentian/penundaan beberapa proyek pemerintah, termasuk Proyek Karaha Bodas, karena krisis moneter. Pada 17 November 1997 keluar Keppres Nomor 47 tahun 1997 tentang revisi Keppres no.39 tahun 1997. Dan kemudian Proyek Karaha Bodas bisa dijalankan kembali.

5

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2002/08/05/EB/mbm.20020805.EB79638.id.html4

Pada 10 Januari 1998, Proyek Karaha Bodas kembali ditunda dengan keluarnya Keppres Nomor 5 tahun 1998 tentang pencabutan Keppres no.47 tahun 1997. Pada 1999 KBC akhirnya mengajukan gugatan kepada Pertamina.

5

TabelFakta Choice of Jurisdiction Forum Berwenang Titik Taut Primer Hukum orang Klasifikasi Hukum Benda Perikatan Perbuatan Melawan HukumPerjanjian Kontrak antara Pertamina dan KBC untuk kerja sama pengelolaan SDA di Karah Bodas, Garut, Jawa Barat

Titik Taut Sekunder

Choice of Law Lex Cause Penyelesaian

Pengadilan Negeri Tempat Tergugat

Perjanjian (Penandatang anan Kontrak) dilakukan di Jakarta

X

Tempat di tanda tanganinya kontrak di

Hukum Indonesia

Di

Pengadilan Jakarta Hukum

Negeri dengan

Indonesia

Prinsip Locus Regit Aktum atau

Indonesia

Perjanjian dilakukan di Indonesia

PN JakartaKrisis Moneter menyebabkan seluruh proyek BUMN dan Swasta di tangguhkan termasuk Proyek Karaha Bodas

Prinsip Locus Actus (Tempat suatu Perbuatan

Karena penangguhan Proyek tersebut maka KBC mengajukan gugatan terhadap Pertamina yang berkedudukan di Indonesia

dilakukan)

6

AnalisisFakta menunjukkan bahwa terjadi perjanjian kerjasama antara Pertamina dengan KBC untuk pengelolaan SDA di Karaha Bodas, Garut, Jawa Barat. Penandatangan kontrak dilakukan di Indonesia. Karena krisis moneter seluruh proyek BUMN dan swasta ditangguhkan, tak terkecuali Proyek Karaha Bodas. Karena penangguhan proyek tersebut, maka akhirnya KBC mengajukan gugatan terhadap Pertamina. Kontrak Perjanjian Kerjasama antara Pertamina dan KBC merupakan bentuk formal dari Perbuatan Hukum. Menurut analisa kami maka pengajuan gugatan diajukan ke PN Jakarta sebagai forum yang berwenang untuk menangani kasus ini. Hal itu didasari atas perjanjian atau penandatanganan kontrak dilakukan di Jakarta, hal tersebut merupakan titik taut primer atau keadaan yang menciptakan suatu hubungan hukum antar tata hukum. Kontrak tersebut diklasifikasikan sebagai bentuk dari perikatan, dan kemudian titik taut sekundernya berpatokan pada tempat ditandatanganinya kontrak di jakarta. Sehingga dalam choice of law, digunakan Hukum Indonesia untuk menyelesaikan kasus ini dengan penyelesaian dilakukan di PN Jakarta.

7

KesimpulanDengan demikian perjanjian kontrak kerjasama yang dilakukan antara Pertamina dan KBC merupakan bentuk formal dari perbuatan hukum. Penangguhan proyek Karaha Bodas menyebabkan digugatnya pihak Pertamina oleh KBC. Penyelesaian kasus tersebut di lakukan di Indonesia dengan PN Jakarta sebagai forum yang berwenang untuk mengadili. Hal tersebut didasari atas perjanjian kontrak sebagai bentuk klasifikasi perikatan sehingga menimbulkan prinsip LocusRegit Aktum atau Prinsip Locus Actus yaitu tempat suatu perbuatan dilakukan, kemudian itu juga merupakan titik taut primer dari kasus tersebut. Proses penyelesaian kasus di PN Jakarta dengan Hukum Indonesia juga didasari atas tempat ditandatanganinya kontrak antara Pertamina dan KBC, yaitu di Indonesia. Tempat ditandatanganinya kontrak tersebut merupakan faktor yang menentukan berlakunya suatu sistem tertentuatau dengan kata lain sebagai titik taut sekunder dari kasus ini. Oleh karena itu penyelesaian kasus tersebut dilakukan di PN Jakarta dengan Hukum Indonesia.

8

Daftar PustakaBuku dan Literatur Prof. Mr. Dr. Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia.Bandung: Alumni. 1995. Peraturan Perundang-undangan Keppres Nomor 39 tahun 1997 Keppres Nomor 47 tahun 1997 Keppres Nomor 5 tahun 1998 Sumber Lain http://waspurbas.blogspot.com/Penyelesaian-sengketa-bisnis-melalui-arbitrase-internasional http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2002/08/05/EB/mbm.20020805.EB79638.id.html http://politik.kompasiana.com/2010/05/07/pepertamina-vs-karaha-bodas-mengadili-persepsi-hukum-di-indonesia/

9