HPI Palu 2010

16
 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1.  Latar Belakang Selaras dengan perkembangan zaman dewasa ini, kegiatan pembangunan di  berbagai sektor terus d ilakukan, baik di pusat maupun di daerah. Kewenangan daerah untuk membangun dan mengembangkan daerahnya sendiri yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 32/200 4 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang -undan g  Nomor 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Konkritisasi dari Undang-undang tersebut t elah memberikan peluang yang seluas ± luasnya kepada Pemerintah Daerah untuk memberdayakan potensi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam seperti Sumber Daya Perikanan dan Kelautan sebagai salah satu sumber  pertumbuhan baru dan penggerak pembangunan yang diperuntukkan sebesar -besarnya  bagi kemakmuran rakyat . Paradigma baru ini mengarah kepada efisiensi, efektifitas, akuntabilitas dan  percepatan pembangunan di segala sektor termasuk Perikanan dan Kelautan yang menitikberatkan terhadap kemampuan, daya dukung wilayah dan terus berpacu mengikuti laju perkembangan realitas pertumbuhan pembangunan yang terjadi. Akselerasi  pembangunan sektor Perikanan dan Kelautan khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah, mengedepanka n program -program y ang searah dengan kebijakan pembangunan yang  berada dalam lingkup/koridor yang telah ditetapkan dalam program-program kerja  pemerintah daerah. Pada Sektor Perikanan dan Kelautan, upaya pengembangan usaha budidaya  perikanan masih terbuka luas. Hal ini di dukung oleh potensi sumberdaya lahan dan komoditas yang tersedia di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah yang sangat potensial untuk dikelolah, serta trend permintaan pasar terhadap komoditas yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan yang berorientasi kepada kesejahteraan masyarakat, jumlah industri pengolahan, dan berkembangnya industri pariwisata serta meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan sebagai makanan sehat. Guna pengembangan usaha budidaya perikanan serta memenuhi sasaran  produksi di Sulawesi Tengah, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melalui UPT Balai

Transcript of HPI Palu 2010

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 1/16

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Selaras dengan perkembangan zaman dewasa ini, kegiatan pembangunan di

  berbagai sektor terus dilakukan, baik di pusat maupun di daerah. Kewenangan daerah

untuk membangun dan mengembangkan daerahnya sendiri yang dituangkan dalam

Undang-undang Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang

  Nomor 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Konkritisasi

dari Undang-undang tersebut telah memberikan peluang yang seluas ± luasnya kepada

Pemerintah Daerah untuk memberdayakan potensi Sumber Daya Manusia dan Sumber 

Daya Alam seperti Sumber Daya Perikanan dan Kelautan sebagai salah satu sumber 

  pertumbuhan baru dan penggerak pembangunan yang diperuntukkan sebesar -besarnya

 bagi kemakmuran rakyat.

Paradigma baru ini mengarah kepada efisiensi, efektifitas, akuntabilitas dan

  percepatan pembangunan di segala sektor termasuk Perikanan dan Kelautan yang

menitikberatkan terhadap kemampuan, daya dukung wilayah dan terus berpacu mengikuti

laju perkembangan realitas pertumbuhan pembangunan yang terjadi. Akselerasi

  pembangunan sektor Perikanan dan Kelautan khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah,

mengedepankan program-program yang searah dengan kebijakan pembangunan yang

  berada dalam lingkup/koridor yang telah ditetapkan dalam program-program kerja

 pemerintah daerah.

Pada Sektor Perikanan dan Kelautan, upaya pengembangan usaha budidaya

  perikanan masih terbuka luas. Hal ini di dukung oleh potensi sumberdaya lahan dan

komoditas yang tersedia di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah yang sangat potensial

untuk dikelolah, serta trend permintaan pasar terhadap komoditas yang terus meningkat

seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan yang berorientasi

kepada kesejahteraan masyarakat, jumlah industri pengolahan, dan berkembangnya

industri pariwisata serta meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan

sebagai makanan sehat.

Guna pengembangan usaha budidaya perikanan serta memenuhi sasaran

 produksi di Sulawesi Tengah, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melalui UPT Balai

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 2/16

Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar, secara berkala melaksanakan pembinaan/kegiatan

monitoring, sebagai upaya koordinasi, sosialisasi dan aplikatif dengan pemerintahan

daerah, dimana dalam melakukan upaya ini telah dilakukan koordinasi dan dukungan

terhadap ketersediaan benih yang berasal dari Usaha Perbenihan Rakyat (UPR) dan

swasta, serta Balai Benih Ikan (BBI)/Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) untuk air tawar,

Balai Benih Ikan Pantai, hatchery udang/Ikan Laut dan hatchery Skala Rumah Tangga

(HSRT) untuk budidaya ikan payau dan laut.

Hal tersebut di atas merupakan aktivitas yang mendukung percepatan gerak 

roda pembangunan yang kesemuanya diawali dengan suatu perencanaan yang partisipatif,

realistik, dan holistik. Namun demikian sangat disadari bahwa tanpa didukung oleh

 pemanfaatan sumberdaya seoptimal mungkin termasuk kegiatan monitoring dan evaluasi

  pelaksanaannya, maka pencapaian target yang direncanakan dapat saja tidak terealisasi

sesuai dengan yang diharapkan. Terlebih bila perencanaan tahun-tahun berikutnya sama

sekali tanpa memperhatikan hasil pelaksanaan pembangunan tahun sebelumnya, niscaya

dampak hasil pembangunan akan semakin bias dari visi dan misi pembangunan.

1.2. Tujuan Dan Sasaran 

1.2.1. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk :

  Memperoleh informasi mengenai potensi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan

  budidaya yang ada di Kawasan Timur Indonesia khususnya Provinsi Sulawesi

Tengah serta upaya pengembangannya.

  Mengetahui kondisi areal budidaya melalui parameter kualitas dan lingkungan yang

menjadi acuan dalam proses pembudidayaan guna mengantisipasi penyakit dan

 pencemarannya.

1.2.2  Sasaran

Sasaran dari kegiatan monitoring ini adalah untuk mengetahui bentuk 

 pengelolaan budidaya perikanan, serta pengendalian penyakit dan lingkungan.

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 3/16

BAB II. GAMBARAN UMUM

2.1. Kondisi Fisik Wilayah

Sulawesi Tengah yang terletak di bagian barat kepulauan Maluku dan bagian

selatan Philipina membuat pelabuhan di daerah ini sebagai persinggahan kapal-kapal

Portugis dan Spanyol lebih dari 500 tahun yang lampau. Setelah perang dunia kedua

wilayah yang merupakan Provinsi Sulawesi Tengah dewasa ini dibagi menjadi beberapa

 bagian dan sub bagian hingga pada tahun 1964 terbentuk menjadi Provinsi tersendiri yang

terpisah dari Sulawesi Utara yang bergabung sejak 1960. Akhirnya tanggal 13 April 1964

diangkatlah Gubernur tersendiri untuk Provinsi ini yang hingga saat ini tanggal tersebut

tetap diperingati sebagai hari ulang tahun Provinsi ini.

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Sulawesi Tengah pada tahun 2004

di ketahui bahwa Provinsi ini memiliki jumlah penduduk 2.242.914 jiwa, untuk golongan

  penduduk usia kerja (15+) sebanyak 1.501.726 jiwa, dengan tingkat pertumbuhan

ekonomi sebesar 4,99 persen.

2.2. Strategi Pengembangan Kawasan

Propinsi sulawesi Tengah telah mengembangkan kawasan melalui 3 zona

didasarai oleh adanya wilayah laut Sulawesi Tengah yaitu Laut Sulawesi dan Selat

Makassar, Teluk Tomini serta Teluk Tolo. Adapun pembagian Zona adalah sebagai

  berikut :

Sulawesi Tengah merupakan Provinsi terbesar di pulau Sulawesi,

dengan luas wilayah daratan 68.033 km2 yang mencakup

semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara

serta kepulauan Togian di Teluk Tomini dan Kepulauan Banggai

di Teluk Tolo, dengan luas wilayah laut adalah 189.480 km2.

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 4/16

1.  Zona I, merupakan wilayah laut Sulawesi, yang meliputi Kab. Toli toli dan

Kab. Buol dan merupakan wilayah Selat Makassar meliputi kab. Donggala

dan Kota Palu.

2.  Zona II, merupakan wilayah teluk tomini yang meliputi kab. Parigi Mautong,

Poso dan kab. Banggai.

3.  Zona III, merupakan wilayah Teluk Tolo yang meliputi Kab. Morowali dan

Kab. Banggai Kepulauan.

Aktualisasi konsep pengembangan kawasan melalui Zona ini didukung oleh

 program Perikanan dan Kelautan Sulawesi Tengah yang meliputi pengembangan wilayah

  pesisir dan potensi kelautan serta pengawasan sumberdaya kelautan serta pengawasan

sumberdaya kelautan dan perubahan dengan arah kebijakan memanfaatkan ketahanan

 pangan, peningkatan sarana dan prasarana Perikanan dan Kelautan dalam meningkatkan

komoditas unggulan.

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 5/16

BAB III. POTENSI PERIKANAN BUDIDAYA

Potensi sumberdaya Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Tengah cukup

  besar dan pemanfaatannya belum optimal, investasi yang ditanamkan juga relatif kecil.Padahal peluang usaha di bidang Kelautan dan Perikanan sangatlah besar dan berprospek 

sangat baik. Salah satu potensi yang sangat urgen dikembangkan adalah perikanan

  budidaya yang diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi penghasilan

  perolehan daerah dan devisa negara. Beberapa komoditas unggulan budidaya perikanan

Prov. Sulawesi Tengah yang salah satunya adalah budidaya tambak air payau :

Tabel 1. Potensi Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Sulawesi Tengah

TAMBAK 

No. Kab/Kota Potensi (Ha) Existing Area Produksi (ton)

1 Banggai6.925 1.802,0 3.447,1 

2 Banggai Kepulauan- - -

3 Poso245 152,0 34,7

4 Morowali7.295 989,0 1.619,5

5 Donggala5.150 2.194,1  1.640,5

6 Parigi Moutong10.306 3.760,0 2.670,2

7 ToliToli 3.399 930,2 1.862,0

8 Buol8.350 469,7 290,4

9 Tojo Una-Una425 87,0 124,0

10 Palu- - -

Total 42.095 10.384,0 11688,4

 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan TK I Sulawesi Tengah 2009 .

Peluang pemanfaatan potensi perikanan sesungguhnya sangat besar, hal ini

tergambar dari informasi yang berdasarkan data statistik melalui tabel di atas

menunjukkan bahwa dari keseluruhan potensi berdasarkan luas lahan dan fakta

eksploitasi di sektor budidaya ini masih di bawah 50% dari pengelolaan potensi yang ada.

Padahal tuntutan baik sebagai komoditas ekspor, tingkat konsumsi hasil perikanan

ditingkat domestik masih memungkinkan untuk ditingkatkan dengan tingkat konsumsi

mencapai 48 kg/ tahun.

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 6/16

Data di bawah ini mengilustrasikan tentang informasi angka produksi per 

kabupaten di prov. Sulawesi Tengah hubungannya dengan jenis teknologi budidaya. Di

mana produksi perikanan terbesar dihasilkan dari kabupaten Banggai kepulauan dengan

  jumlah 278.324,3 ton (tahun 2009), yang produksinya hanya pada sektor kegiatan

  budidaya laut dan untuk jumlah produksi terbesar pada aktivitas budidaya tambak 

menurut jenis ikan tertinggi dari Kabupaten Banggai dengan produksi 8.201,1 ton,

dimana budidaya udang windu masih mendominasi dan diminati oleh usaha skala besar 

maupun tradisional.

Tabel 2. Data Produksi Budidaya Rumput Laut Sulawesi Tengah Tahun 2009

RUMPUT LAUT

No. Kab/Kota Potensi (Ha) Existing Area Produksi (TON)

1 Banggai10.694,0 7,5 51,0

2 Banggai

Kepulauan 21.792,0 3.350,0 24.985,5

3 Poso3.295,0 5,0 12,0

4 Morowali15.265,0 1.512,0 14.950,5

5 Donggala1

0.588,0 25,0 95,06 Parigi Moutong

13.500,0 250,0 632,0

7 ToliToli11.403,0 31,0 27,5

8 Buol4.390,0 23,0 137,5

9 Tojo Una-Una14.723,0 137,0 925,0

10 Palu818,0 19,5 219,4

Total 106.468,0 5.360,0 42.035,4

Pengembangan perikanan budidaya yang diorientasikan untuk dapat

meningkatkan produksi dan produktifitas. Komoditas ekspor Sulawesi Tengah berupa

udang windu, bandeng, rumput laut, ikan kerapu/ sunu, ikan kakap, mutiara dan ikan nila

serta berbagai jenis ikan lainnya, dengan tidak mengganggu aktivitas sekitar pada lokasi

yang telah ditetapkan serta dengan melibatkan peran serta masyarakat setempat. Secara

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 7/16

rinci berbagai komoditas yang dibudidayakan di Prop. Sulawesi Tengah dapat di lihat

 pada table 3 berikut ini;

Tabel 3. Produksi / Jenis Komoditas Budidaya di Sulawesi Tengah

NO

Jenis

Ikan 

Produksi/Jenis Budidaya (ton)  

Jumlah 

Tambak BD. Laut Kolam Karamba Japung Sawah

1. Mas - - 1.074,64 30,30 - - 1.104,94

2. Nila - - 543,18 14,10 - - 557,28

3. Mujair - - 5,20 - - - 5,20

4. Gurame - - 0,40 - - - 0,40

5. Lele - - 3,90 - - - 3,90

6. Bandeng 4.792,57 - - - - - 4.792,57

7.UdangWindu 3.623,84 - - - - - 3.623,84

8.

Udang

Vaname 1.757,81 - - - - - 1.757,81

9. Kerapu - 36,90 - - - - 36,90

10. Kakap - - - - - - -

11. Teripang - 1,90 - - - - 1,90

12.RumputLaut

(Berat

Basah) 8.915,10 220.235,50 - - - - 229.150,60

13.

Ikan

Lainnya 3,99 - 2,50 - - - 6,49

Jumlah  19.095,36 220.274,30 1.629,82 44,40 - - 241.043,88 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan TK I Sulawesi Tengah 2007 .

Sedangkan untuk produksi dari sektor perikanan dalam kegiatan budidaya rumput

laut pada umumnya dilakukan di tambak dan budidaya laut. Jumlah produksi tertinggi

  berdasarkan bentuk/jenis budidaya yang dilakukan pada kegiatan budidaya laut dengan

total produksi 758.141,9 ton, seperti data terlampir.

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 8/16

BAB IV. METODOLOGI

4.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15 ± 18 Juni 2010, pada kawasan

  budidaya udang Windu dan Vannamei Kab. Parigi Mautong, Palu, Provinsi Sulawesi

Tengah.

4.2. Alat dan Bahan

a.  Peralatan Laboratorium (Kualitas Air dan Penyakit)

 b.  Dokumentasi.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah metode observasiyaitu dengan

melakukan pengamatan langsung di lapangan pada kawasan budidaya dan melakukan

wawancara dengan para pembudidaya dengan didampingi oleh Staf Dinas Kelautan dan

Perikanan dan Teknisi BBIP Kampal untuk lebih memperjelas maksud dan tujuan serta

 penanganan teknis budidaya dan penyebaran penyakit.

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 9/16

BAB V. HASIL PENGAWASAN LAPANGAN

5.1.  Kawasan Budidaya Tambak Udang

Dalam kegiatan pengawasan yang dilakukan, ada beberapa kawasan tambak 

yang di survei, kedua tambak terletak pada kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi

Muotong, Prov. Sulawesi Tengah. Model yang diterapkan di kedua tambak tersebut

menerapkan sistem tradisional plus. Kondisi real di lapangan memiliki ciri sebagai

  berikut : 1) Sumber pemasukan dan pengeluaran air bergantung sepenuhnya dengan

kondisi pasang surut, 2) Bentuk petakan tambak tidak teratur, 3) Kondisi umum dari

kedua lokasi tambak hanya mempunyai satu pintu air untuk pemasukan dan keluar, 4)

Kedalaman air > 100 cm.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, untuk 

tambak pertama yang berlokasi di desa Dolago, yang merupakan tambak tradisional ini

memiliki luasan 2 Ha 80 are, dengan padat tebar 20.000 ekor. Jenis udang yang

dibudidayakan adalah udang windu (  Panaeus monodon). Sistem tambak percontohan ini

didamping oleh tenaga teknis dari Dinas Perikanan & kelautan setempat, di mana

 pemilikan tanah tetap oleh masyarakat dalam hal ini Bapak Haris Ranga. Arah kegiatan

ini agar masyarakat dapat mengadopsi teknologi serta diberikan bantuan modal dengan

orientasi ke depan masyarakat dapat lebih produktif, mandiri dan sejahtera karena dapat

memanfaatkan potensi alam secara optimal dan berkesinambungan.

Gambar 1. Monitoring Tambak Tradisional

Desa Tindaki, Kab. Parigi,

Sulawesi Tengah

Gambar 2. Budidaya Udang Windu Tradisional

Desa Dolago, Kab. Parigi,

Sulawesi Tengah.

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 10/16

10

Pada tambak binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Sulawesi Tengah, yang

  berlokasi di desa Tindaki, kab. Parigi Moutong, juga dengan sistem tambak tradisional

 plus dengan luasan masing-masing petak sekitar 1 Ha dan produktif beroperasi ada lima

  petak. Fasilitas saluran air yang hanya satu saluran untuk air masuk dan keluar, tetapi

kendala pada tambak ini adalah sumber air yang di pompa dari sumber air tawar di sungai

yang terdapat di bagian timur tambak, telah merekonstruksi pematang tambak pada

tahun anggaran 2008 ini dan juga sumber air dengan mengambil air asin dari air laut yang

terletak di bagian barat tambak. Komoditas budidaya adalah udang windu ( Panaeus

monodon), kondisi tambak di lokasi ini telah dilengkapi kincir angin sebanyak satu buah

untuk tiap petakan tambak dan kedalam air < 100 cm. Di lokasi tambak ini, informan

mengungkapkan bahwa jumlah produksi yang dicapai per Ha pada umumnya yaitu di

 bawah 1 ton dengan total penebaran 18 ribu ekor. Untuk sementara tambak tersebut di

  budidayakan ikan Nila Nirwana, mengingat kondisi iklim/ cuaca, air tambak lebih

cenderung ke tawar.

Gambar 3. Tambak Udang Windu Dinas Perikanan & Kelautan Prop.Sulawesi

Tengah, Desa Tindaki Kab. Parigi Sulawesi ± Tengah.

Berdasarkan hasi pengujian kualitas air yang dilakukan pada kedua tambak 

tradisional plus menunjukkan bahwa secara umum tambak tersebut masih berada dalam

 batas kelayakan untuk lahan budidaya. Tabel, di bawah ini merupakan hasil pengukuran

  beberapa parameter kualitas air dari tambak tradisional plus di desa Dolago dan Desa

Tindaki, Kecamatan Parigi Selatan, Kab. Parigi Moutong, Prov. Sul-Teng.

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 11/16

11

Tabel 5. Hasil Pengujian Parameter Kualitas Air Tambak Percontohan, Desa Tindaki,

Kab. Parigi Moutong.

Kode Parameter Ukur Keterangan

 pH Suhu ( C ) Salinitas ( %) Waktu pengukuran jam10.30 wita,

cuaca cerah

A 6,89 34 16

A1 8,99 34 16

B 7,16 33 16

B1 8,95 35 16

Keterangan :

A : Air Saluran pertama

A 1 : Air Saluran kedua

B : Air tambak pertama

B 1 : Air tambak ke dua

Tabel 6. Hasil Pengujian Parameter Kualitas Air Tambak Desa Dolago, Kab. Parigi

Moutong.

Kode Parameter Ukur Keterangan

 pH Suhu ( C ) Salinitas ( %) Waktu

 pengukuran jam13.00 wita,cuaca cerah.

P 8,87 32 15

P1 8,29 32 15

Q 8,90 32 15

Q1 8,83 32 15

Keterangan :

P : Air Saluran pertama

P 1 : Air Saluran kedua

Q : Air tambak pertama

Q 1 : Air tambak ke dua

Untuk pengujian redoks di peroleh nilai -55, jika di analisis hasil pengukuran

untuk beberapa parameter di atas, dan merunut pada studi literatur dengan kisaran pH >

6; Redoks > -50, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi tanah pada tambak tersebut

  belum mengalami penurunan kualitas lingkungan. Berdasarkan informasi dari Dinas

Kelautan dan Perikanan Prov. Sulawesi Tengah, di ketahui bahwa jenis tanah tambak 

termasuk ke dalam kategori alluvial, mediteran, dan latasol.

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 12/16

12 

Gambar 4. Teknik Wawancara dan Pembinaan Lapangan, Pengambilan Sample Udang

serta Analisa Kualitas Air secara In Situ di Lokasi Monitoring.

Tabel 7. Hasil Analisa Parasitologi Kondisi Udang di BBIP dan Tambak Kab. Parigi

Moutong, Prov. Sulawesi Tengah.

NO. PARAMETER Hasil  Satuan  Lokasi

1. Total Vibrio 6,1 x 102 CFU/ml Tambak Masyarakat

3. Total Vibrio 1,2 x 102

CFU/ml Tambak Binaan

Dinas KP

7. WSSV    Negatif Sampel UW Tambak 

Masyarakat (S.1)

8. WSSV Negatif Sampel UW Tambak 

Dinas KP (S.2)

Keterangan :

S : Sample

Pada tambak tradisional untuk komoditas udang Windu yang terletak di Desa

Dolago, kabupaten Parigi Moutong waktu kegiatan monitoring berlangsung, tambak 

tersebut sudah ditebar udang Windu (umur  

60 hari). Sedangkan Hasil analisa

  parasitologi untuk tambak tradisional plus yang terletak di Desa Tindaki, tidak 

menunjukkan adanya/terjangkitnya virus pada komoditas udang yang dibudidayakan.

5.3.  Potensi Rumput Laut di Sulawesi Tengah

Salah satu komoditi sektor perikanan budidaya andalan di Sulawesi Tengah

adalah budidaya rumput laut, selama melakukan kegiatan pengawasan dan pembinaan,

didapati hampir disepanjang garis pantai di kota palu dan sekitarnya, dimanfaatkan untuk 

 budidaya rumput laut jenis  E uchema cottoni oleh masyarakat pembudidaya. Berdasarkan

informasi yang diperoleh, bahwa jumlah produksi untuk rumput laut terbesar diperoleh

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 13/16

13 

dari hasil produksi di Kabupaten Banggai kepulauan kemudian produksi dari Kabupaten

Morowali. Hal ini juga dapat analisis dari data sekunder yang ada menunjukkan bahwa

 produksi budidaya yang dilakukan di laut merupakan produksi dengan jumlah terbesar di

 provinsi ini sebesar 278.320,0 ton, disusul produksi dari budidaya rumput laut di tambak.

Informasi dari Pemda Provinsi Sul-Teng mengungkapkan bahwa upaya

  pengembangan budidaya rumput laut di provinsi ini terus ditingkatkan melihat potensi

wilayah pantai dengan kapasitas terbentang seluas 14.175.950 ha dan

  pengolahan/pemanfaatan masih berada pada kisaran 3.470.100 ha, jika ditilik dari

karakteristik wilayah provinsi ini sangat potensial untuk pengembangan budidaya rumput

laut dan pemda setempat mengupayakan wilayah ini dapat menjadi sentra rumput laut di

Indonesia.

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 14/16

14 

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil pengawasan melalui kegiatan monitoring Hama dan Penyakit ikan di

Provinsi Sulawesi Tengah, secara umum disimpulkan bahwa kondisi lingkungan perairan

dan tanah di wilayah ini sangat potensial untuk pengembangan kegiatan budidaya

  perikanan, perairan yang masih alami dan pengelolaan ramah lingkungan, belum ada

indikasi potensi pencemaran skala massal. Hal ini berdasar dari tiap sektor dalam

aktivitas pembudidayaan yang masih belum optimal eksploitasinya jika dibandingkan

dengan potensi wilayah yang tersedia.

6.2. Saran

Pada sektor budidaya daerah ini masih mengalami beberapa permasalahan

sehingga menjadi salah satu faktor penghambat terhadap peningkatan produksi secara

optimal dan berkesimbungan, oleh karena itu di perlukan peningkatan kualitas

sumberdaya manusia yang cakap secara teknis baik di tingkat institusi pemerintah selaku

  pembina di lapangan maupun masyarakat pembudidaya pada umumnya agar mampu

mengolah sumberdaya alam yang tersedia karena hal ini berimbas pada keterbatasan

akses dan penguasaan teknologi yang belum standart terutama dalam hal pembenihan dan

  penanganan induk untuk komoditas-komoditas seperti udang, ikan dan rumput laut di

daerah ini.

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 15/16

15 

LAMPIRAN 1 :

Gambar 5. Persiapan Tambak dengan mesin bajak (lokasi tambak Bapak Haris Ranga)

Gambar 6. Jenis Trisipan (hama penyaing) dan Sampel udang yang terserang penyakit.

Gambar 7. Pengambilan sampel darah pada udang windu.

5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 16/16

16 

MONITORING HAMA DAN PENYAKIT IKAN

PROPINSI SULAWESI TENGAH

Pelaksana Tugas :

No. 14/BBAPT/TU.420/VI/2010

Ilham Usman, A.Pi / NIP. 197404141999031005

Ir. Muhammad. Asa¶at / NIP.1963061719991002

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU TAKALAR 

2010