Horti

38
D. Pemeliharaan Tanaman Secara umum, pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman sayuran yang dibudidayakan secara pertikal, adalah meliputi: penyiraman, penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. 1. Penyiraman Penyiraman tanaman pada fase-fase awal pertumbuhan, dapat dilakukan sebanyak 2 – 3 hari sekali atau dengan melihat tingkat kekeringan tanah. Pada tingkat pertumbuhanyang lebih lanjut, perlu dilakukan pada sore hari agar kehilangan air melalui penguapan pada siang harinya dapat segera tergantikan. Sehingga dengan demikian, keesokan harinya tanaman dapat menjadi sehat dan segar kembali. Penyiraman dapat dilakukan dengan menggunakan gayung, gembor, selang dari tempat penampungan {tandon} air, ataupun dengan sistem tetes melaluipengaliran air dalam pralon-pralon kecil yang dilewatkan di atas kolom-kolom tanaman. 2. Penyiangan 1

description

horti

Transcript of Horti

Page 1: Horti

D. Pemeliharaan Tanaman

Secara umum, pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman sayuran

yang dibudidayakan secara pertikal, adalah meliputi: penyiraman, penyiangan,

pemupukan, dan pengendalian hama penyakit.

1. Penyiraman

Penyiraman tanaman pada fase-fase awal pertumbuhan, dapat

dilakukan sebanyak 2 – 3 hari sekali atau dengan melihat tingkat

kekeringan tanah. Pada tingkat pertumbuhanyang lebih lanjut, perlu

dilakukan pada sore hari agar kehilangan air melalui penguapan pada siang

harinya dapat segera tergantikan. Sehingga dengan demikian, keesokan

harinya tanaman dapat menjadi sehat dan segar kembali. Penyiraman dapat

dilakukan dengan menggunakan gayung, gembor, selang dari tempat

penampungan {tandon} air, ataupun dengan sistem tetes melaluipengaliran

air dalam pralon-pralon kecil yang dilewatkan di atas kolom-kolom

tanaman.

2. Penyiangan

Penyiangan atau pembersihan terhadap tanaman pesaing {gulma}

perlu dilakukan, mengingat gulma tersebut dapat menghalangi

pertumbuhan tanaman pokok (tanaman sayuran) dan merebut zat-zat

makanan yang diperlukan tanaman pokok. Selain itu, gulma tersebut justru

dapat menjadi tempat hidup atau sumber makanan bagi hama dan penyakit

yang nantinya dapat menyerang tanaman pokok. Penyiangan dalam hal ini

1

Page 2: Horti

hanya dilakukan pada bagian-bagian kolom/wadah media yang terbuka

saja.

3. Pemupukan

Pemupukan merupakan proses penambahan zat-zat makanan

(unsur hara) ke dalam tanah, agar kebutuhan tanaman akan zat-zat tersebut

dapat terpenuhi dan tanaman dapat tumbuh secara optimal. Beberapa zat

yang diperlikan bagi pertumbuhan tanaman, namun sering kali hanya

tersedia dalam jumlah yang sedikit (kurang) di dalam tanah, adalah

sebagai berikut.

a. N (Nitrogen)

Unsur N berguna bagi pertumbuhan pucuk daun dan bagian

vegetatif lainnya. Pemberian pupuk N akan menyebabkan daun-daun

menjadi cepat besar dan berwarna hijau. Oleh karena itu, pupuk ini

sangat baik diberikan pada fase awal pertumbuhan tanaman sayuran

daun.

Adapun tanda-tanda bahwa tanaman mengalami kekurangan

(defisiensi) unsur N, adalah sebagai berikut.

1) Laju pertumbuhan tanaman lambat.

2) Daun berwarna kekuning-kuningan (hijau pucat)

3) Daun berukuran kecil-kecil.

4) Hasil produksi rendah.

Sementara, tanaman yang kelebihan unsur N, antara lain

menunjukan tanda-tamda sebagai berikut.

Page 3: Horti

1) Daun berwarna hijau gelap.

2) Mudah terserang penyakit daun.

Beberapa jenis pupuk yang merupakan sumber unsur N

adalah: ZA, Urea, sendawa chili, pupuk hijau, pupuk kandang,

kotoran burung, dan lain sebagainya.

b. P (Phospor)

Unsur P diperlukan bagi pertumbuhan generatif tanaman, yaitu

dalam fase pembentukan bunga, buah, dan biji. Disamping itu juga

dapat berfungsi merangsang pertumbuhan akar agar dapat tumbuh

lebih panjang dan kuat, sehingga tanaman tahan terhadap kekeringan.

Pupuk ini baik diberikan pada tanaman sayuran buah dan umbi.

Adapun tanda-tanda bahwa tanaman mengalami kekurangan

unsur P adalah sebagai berikut.

1) Pertumbuhan lambat, daun berdiri tegak, dan tidak nampak

rimbun.

2) Buah kecil atau sangat sedikit dan lambat matang.

3) Daun berwarna keunguan atau coklat.

Beberapa jenis pupuk yang merupakan sumber unsur P adalah

DS, TSP, pupuk hijau, pupuk kandang, dan kotoran burung

c. K (Kalium)

Unsur K sangat penting (diperlukan) dalam pertumbuhan zat

tepung (gula) pada tanaman; memperkuat tanaman sehingga tidak

mudah rebah; daun, bunga, dan buah tiadak mudah lepas dari

Page 4: Horti

tangkainya, serta umumnya tanaman menjadi lebih tahan terhadap

penyakit.

Adapun tanda-tanda bahwa tanaman mengalam kekurangan

unsur K adalah sebagai berikut.

1) Daun paling bawah berwarna kuning atau cokelat.

2) Tepi daun pucuk cokelat kering atau seperti terbakar.

3) Tanaman tidak tahan kekurangan air.

4) Hasil buah dan daun berkurang.

5) Mudah terserang penyakit.

Beberapa jenis pupuk yang merupakan sumber unsur K adalah:

ZK, KCl, patent kali, abu kayu, dan lain sebagainya (AAK, 1989).

Namun dalam pelaksanaannya, pemberian pupuk harus dilakukan

secara berimbang antara pupuk alami/organik dengan pupuk buatan,

disamping itu juga harus dilakukan dengan melihat kebutuhan tanaman

agar pemupukan dapat optimal.

Adapun contoh pemberian pupuk secara berimbang pada

beberapa jenis tanaman sayuran, dapat dilihat dalam Tabel

Tabel Takaran Pupuk Berimbang pada Beberapa Jenis Sayuran

Tanaman Pupuk

kandang

N(Urea+ZA)

kg/ha

P2O5 (TSP)

kg/ha

K2O

(KCl)

Page 5: Horti

ton/ha kg/ha

Cabai 20 - 30 150 + 450 100 – 150 100 – 150

Bawang

merah

5 – 10 100 + 250 150 – 200 50

Kubis 20 – 30 100 + 250 250 – 300 200

Tomat 20 250 300 200

Terung 10 – 20 150 300 150

Ketimun 10 – 20 100 + 200 100 – 200 100 – 200

Sawi - 150 - -

Penggunaan pupuk dasar (P) dapat dilakukan dengan terlebih

dahulu mencampurkannya dalam media tanam, sebelum kemudian

dimasukan ke dalam kolam-kolam/wadah media tanam. Sementara,

pupuk N dan K dapat diberikan dengan dosis yang sama seperti pada

pertanian horizomtal. Misalnya, bila dalam 1 kolom terdapat 10

tanaman dan setiap tanaman membutuhkan pupuk sebanyak 20 g,

maka kebutuhan pupuk adalah 10 x 20 g = 200 g/kolom. Pemberian

pupuk tersebut dapat dilakukan 5 – 10 kali dengan cara dilarutkan

dalam air penyiraman dengan konsentrasi 10 g – 20 g/10 liter air atau 1

g – 2 g/liter air (Nitisapto, 1993).

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dalam

usaha budi daya pertanian. Maksudnya adalah bahwa bila hama atau

Page 6: Horti

penyakit kemudian datang dan menyerang tanaman yang kita usahakan,

maka kemungkinan produksi tanaman tersebut akan terganggu dan

menurun. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengendalian hama

atau penyakit secara tepat, sehingga produksi tanaman tetap dapat

dipertahankan dan bahkan jika mungkin ditingkatkan.

a. Pengendalian Hama

Hama merupakan makhluk hidup yang dapat mengurangi

ketersediaan, jumlah dan kualitas dari sumber daya yang diusahakan

manusia. Dengan demikian, hama tanaman sayuran dalam hal ini

merupakan segala jenis makhluk hidup yang mengganggu dan merusak

tanaman sayuran sehingga mengakibatkan penurunan produksi.

Umumnya, bertindak sebagai hama dalah golongan serangga. Namu,

binatang lain seperti misalnya tungau, nematoda, siput/keong, tikus,

dan burung dapat pula bertindak sebagai hama. Beberapa jenis hama

utama tanaman sayuran dan tanda atau gejala serangganya dapat dilihat

dalam Tabel

Jenis

Tanaman

Jenis

Hama

Nama Ilmiah Bagian

Diserang

Tanda/Gejala

Serangan

Kubis

bunga

Ulat

bawang

Spodoptera

exigua

Daun Daun

transparan,

hanya tersisa

lapisan

epidermis

Page 7: Horti

Ulat

grayak

Spodoptera

litura

Daun

daunnya saja

Daun

berlubang-

lubang tidak

beraturan.

Pada

serangan

berat, hanya

akan tersisa

tulang

daunnya saja

Kailan Ulat

buah

Helicoverpa

armigera

Krop Krop/jantung

tanaman

rusak

Petsai Ulat

daun

Plutella

xylostella

Crocidolomia

Daun

Daun,

Pada

serangan

berat, hanya

akan tersisa

lapisan

epidermis

bagian

atasnya saja

Pada

Page 8: Horti

Ulat krop binotalis krop serangan

berat, hanya

akan tersisa

tulang

daunnya saja

Bawang

merah

Ulat

bawang

Spodoptera

exigua

Daun Daun rusak,

berbercak-

bercak putih

menyerupai

tambalan

(karena hanya

tersisa lapisan

epidermis

daunnya saja)

dan layu.

Pada daun

terdapat

goresan-

goresan

seperti

terparut

berwarna

keperakan.

Page 9: Horti

Trips Thrips

parvispinus

Daun

Pada

serangan

berat, goresan

tersebut akan

menjadi

bercak yang

lebih besar

dan akhirnya

mati.

Bawang

putih

Trips

Tungau

Thrips

parvispinus

Tetranychidae

Daun

Pangkal

daun

Pada daun

terdapat

goresan-

goresan

seperti

terparut

berwarna

keperakan.

Pangkal daun

menjadi kaku

dan keriting.

Cabai Trips Thrips

parvispinus

Daun,

bunga

Mula-mula

terdapat noda

keperakan

Page 10: Horti

Ulat

grayak

Ulat

buah

Spodoptera

litura

Helicoverpa

armigera

Daun

Buah

tidak

beraturan,

kemudian

menjadi

cokelat muda

dan daun-

daun

mengeriting

ke atas.

Daun

berlubang-

lubang tidak

beraturan dan

sering kali

hanya

meninggalkan

tulang

daunnnya

saja.

Buah

berlubang

khas dan

jelas, yang

Page 11: Horti

Lalat

buah

Wereng

daun

Tungau

kuning

Bactrocera

dorsalis

Empoasca

lybica

Polyphagotarso-

nemus latus

Buah

Daun

Daun

muda

merupakan

jalan masuk

ulat ke dalam

buah.

Buah

membusuk

dan berair.

Terdapat

bintik-bintik

putih pada

permukaan

daun bagian

atas.

Daun kaku,

berwarna

abu-abu

kecoklatan,

dan

selanjutnya

mengeriting

ke bawah

menyerupai

sendok

Page 12: Horti

terbalik.

Kubis Ulat

daun,

tritip

Ulat

krop,

jantung

kubis

Ulat

tanah

Plutella

xylostella

Crocidolomia

binotalis

Agrotis ipsilon

Daun

muda

Daun tua

dan muda,

krop

Tanaman

muda

Pada daun

hanya akan

tersisa lapisan

epidermis

bagian

atasnya saja,

kerena ulat

memakan

bagian bawah

daun.

Titik tumbuh

atau

krop/jantung

tanaman

rusak.

Daun-daun

muda

terpotong dan

batang

menjadi

Page 13: Horti

rebah.

Tomat Ulat

tanah

Ulat

buah

Agrotis ipsilon

Helicoverpa

armigera

Tanaman

muda

Buah

Batang,

cabang, dan

tangkai daun

terpotong

pada bagian

tangkainya.

Buah

berlubang-

lubang khas

dan jelas,

yang

merupakan

jalan masuk

ulat ke dalam

buah.

Dalam pelaksanaannya, pengendalian terhadap hama dapat

dilakukan dengan berpedomankan pada prinsip-prinsip PHT

(Pengendalian Hama Terpadu) yang meliputi sebagai berikut.

1) Melaksanakan budi daya tanaman sehat, dalam arti bahwa dalam

mengusahakan tanaman hendaknya dipilih benih/bibit yang sehat

Page 14: Horti

dan baik, tahan terhadap hama, dan pemeliharaan tanaman

dilakukan secara baik.

2) Melestarikan musuh alami yaitu musuh hama yang memang sudah

ada di alam, yang berupa pemangsa hama (predator), parasitoid

hama (umumnya dari golongan tabuhan, yaitu sejenis lebah

dengan ukuran tubuh yang sangat kecil), dan patogen (penyebab

sakit pada hama) yang umumnya meliputi bakteri, jamur, dan

virus. Agar musuh alami itu dapat berkembang dengan baik, maka

kita harus memelihara lingkungan di antaranya dengan sesedikit

mungkin menggunakan pestisida yang dapat membunuh musuh

alami tersebut. Sehingga apabila pada suatu saat di pertanaman kita

temukan adanya hama, jangan langsung di semprot dengan

pestisida. Namun, dipertimbangkan terlebih dahulu jumlah hama

yang ada dengan tingkat kerusakan yang mungkin ditimbulkan dan

adanya musuh alami di sekitarnya. Apabila hama tersebut

diperkirakan tidak terlalu berbahaya, maka dapat dilakukan

pengendalian dengan cara sebagai berikut.

a) Pengendalian secara mekanis, yaitu dengan mengambil

langsung hama yang ada dan kemudian dimatikan/dibunuh.

b) Penyemprotan dengan air, air sabun, air tembakau, ataupun

ramuan alamiah pada bagian tanaman yang terserang.

Namun, apabila populasi hama nampaknya sangat tinggi

dan diperkirakan akan sangat merusak tanaman, maka pestisida

Page 15: Horti

dapat digunakan untuk mengendalikannya. Sehingga dengan

demikian, penggunaan pestisida buatan merupakan alternatif

pengendalian hama terakhir yang dapat dilakukan, apabila sudah

tidak ada cara lain yang dapat dilakukan. Melalui langkah-langkah

tersebut, maka penghematan dapat dilakukan (karena pestisida

mahal), musuh alami dapat hidup bebas, dan sayuran yang kita

hasilkan bebas pestisida sehingga kita tidak merasssa was-was

akan adanya dampak pestisida terhadap kesehatan kita.

3) Melakukan pengamatan secara teratur, untuk mengetahui

bagaimana perkembangan tanaman, hama dan musuh alami.

Melalui pengamatan ini pula, keputusan perlu tidaknya

pengendalian dapat dilakukan.

4) Menjadi ahli dan pelaku PHT, artinya bahwa kita yang

mengusahakan budi daya tanaman diharapkan dapat menguasai dan

bertanggung jawab terhadap apa yang kita usahakan, termasuk

pengelolaannya.

b. Pengendalian Penyakit

Umumnya penyakit tanaman sayuran banyak berjangkit pada

musim hujan. Namun demikian, pada musim kemarau pun bila

keadaan suatu daerah lembap, maka penyakit dapat muncul pula.

Penyakit tanaman umumnya disebabkan oleh agensia yang berukuran

sangat kecil seperti misalnya jamur, bakteri, nematoda dan virus yang

tersebar di mana-mana. Agensia tersebut dapat menyebar melalui

Page 16: Horti

gumpalan tanah, aliran air, udar, tanaman, atau bahkan melalui

manusia.

Akibat pengaruh alam dan manusia, agensia ini kemudian

menimbulkan berbagai penyakit tanaman yang di kenal sebagai busuk

buah, hawar, kanker pada pepohonan, bercak pada bunga, keriput pada

biji, menguningnya tanaman, layu dan sebagainya. Tanaman yang

kurang baik pertumbuhannya relatif peka terhadap hadirnya penyakit.

Beberapa penyakit utama pada tanaman sayuran beserta tanda/gejala

serangannya.

Agar tanaman yang kita budi dayakan sesedikit mungkin

mendapat gangguan penyakit, maka ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan baik yang berkaitan denagn cara bertanam maupun

pengendaliannya, yaitu sebagai berikut.

1) Cara Bertanam

Berkaitan dengan cara bertanam, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan, yaitu antara lain sebagai berikut.

a) Penggunaan benih/bibit yang baik dan sehat.

b) Pengaturan jarak antara tanaman agar terlalu rapat sehingga

kondisi sekitar lahan tidak menjadi terlalu lembap dan tidak

disukai penyakit atau jamur.

c) Pemberian air (pengairan) dilakukan secara tepat untuk

memperkuat tanaman sehinnga lebih tahan terhadap penyakit.

Page 17: Horti

d) Pemupukan N, P, K, dan unsur-unsur mikro harus diberikan

secara seimbang.

e) Penggunaan pupuk organik seperti misalnya kompos dan pupuk

hijau, dapat mengurangi timbulnya penyakit karena kesuburan

tanah meningkat dan dapat memacu antagonisma dalam tanah.

f) Pengendalian gulma perlu dilakukan, karena gulma mengganggu

tanaman pokok melalui persaingan dalam memperebutkan zat-

zat makanan. Gulma juga dapat meningkatkan kelembapan

lokasi pertanaman sehingga menjadi sumber infeksi bermacam-

macam penyakit.

2) Pengendalian secara Fisik dan Mekanik

Berkaitan dengan pengendalian secara fisik dan mekanik,

ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu antara lain sebagia

berikut.

a) Pemotongan/pencabutan dan pembakaran tanaman yang sakit,

dengan tujuan mengurangi sumber infeksi. Demikian juga

cabang-cabang/ranting yang mati harus dipotong untuk

kemudian dibakar.

b) Pemanasan terlebih dahulu terhadap tanah-tanah yang akan

dijadikan sebagai media tanam, sebelum dimasukkan ke dalam

wadah-wadah/kolom-kolom/pot. Pemanasan tersebut sebaiknya

dilakukan dengan menggunakan uap panas, air panas, atau

dengan dijemur selama beberapa hari.

Page 18: Horti

3) Pengendalian secar Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan

menggunakan fungisida. Namun demikian, penggunaan fungisida

ini sebiknya baru dilakukan bila beberapa car yang lain dianggap

tidak mampu memberikan pengaruh nyata terhadap seranagn

penyakit. Sehingga dengan demikian, fungisida digunakan sebagai

pilihan terakhir.

E. Panen dan Pasca Panen

Agar tanaman sayuran yang dibudidayakan dapat menghasilkan

produksi dalam jumlah dan kualitas yang baik, maka pemungutan hasil atau

pemanenan harus dilakukan berdasarkan umur panen yang optimal. Sehingga

dengan demikian, pemanenan tidak dilakukan terlalu awal maupun terlalu

lambat.

1. Penentuan Umur Panen

Umur tanaman dan beberapa ciri fisik tanaman seperti misalnya

tingkat pertumbuhan tanaman serta ukuran dan warna buah, dapat

digunakan sebagai indikator dalam menentukan umur panen yang optimal.

Adapun umur tanaman dan ciri fisik beberapa jenis tanaman sayuran yang

dapat dijadikan sebagai indikator waktu pemanenan yang tepat dapat dilihat

dalam Tabel

Jenis Tanaman Umur Panen Ciri Fisik

Petsai 2 bulan Telah terbentuk krop

yang besar dan penuh.

Page 19: Horti

Bawang putih 100-120 hari 50%-60% dari seluruh

tanaman menguning,

bongkolan (pangkal

batang) mengeras,

ukuran umbi maksimal

Bawang merah 60-90 hari 60%-90% leher batang

lemas, daun-daun

mengunig, kering dan

umbi keras/padat atau

kompak.

Kubis 80-90 hari Daun-daun yang

membulat (=telur kubis)

keras.

Seledri 40-50 hari Ukuran helaian daun

dan panjang batang

maksimal

Bayam cabut 20-25 hari Ukuran maksimal,

belum berbunga, batang

lunak.

Brokoli 47-67 hari Kuntum bunga belum

membuka kompak

Kol bunga 75-85 hari Bunga kompak, warna

cemerlang.

Page 20: Horti

Cabai besar dataran

tinggi

70-75 hari Ukuran buah maksimal,

2/3 bagiannya berwarna

semburat merah

(kemerah-merahan).

Cabai besar dataran

rendah

3-4 bulan 2/3 bagian buah

berwarna semburat

merah.

Cabai rawit 4-5 bulan Warna semburat merah

Daun bawang 2 bulan Diameter sudah

maksimal.

Kailan 2 bulan Batang sudah

menggelembung

Kangkung cabut 25 hari Batang masih lunak

Sawi/caisin 30-40 hari Pelepah maksimal,

batang belum

memanjang.

Selada keriting 35 hari Ukuran daun besar,

berwarna hijau segar,

batang belum

memanjang.

Terung 90 hari Buah besar, warna

cemerlang

Tomat 2-3 bulan Warna kemerah-

Page 21: Horti

merahan atau merah

masak.

Beberapa dari jenis sayuran di atas mempunyai waktu panen yang

panjang atau dapat dipanen berulang kali secara berangsur-angsur, karena

tumbuhnya bunga atau tingkat pertumbuhan tanaman tidak serempak.

2. Cara Pemanenan

Pemanenan sayuran dapat dilakukan dengan cara yanga berbeda-

beda, tergantung pada macam atau jenis sayurannya. Namun demikian, pada

umumnya terdapat 3 cara pemanenan sayuran yang sering dilakukan, yaitu

sebagai berikut:

a. Dipetik: misalnya cabai, tomat, terung, kacang-kacangan, dan

sebagainya.

b. Dipotong: misalnya petsai, selada, kol bunga, kailan,seledri, dan

sebagainya.

c. Dicabut: misalnya bayam, bawang merah, bawang putih, selada, dan

sebagainya.

3. Pembersihan dan Pengeringan

Sayuran yang telah dipanen sebaknya dibersihkan terlebih

dahulu,sebelum dikonsumsi ataupun dipasarkan. Pembersihan tersebut

bertujuan untuk mencegah masuknya mikroba dari kotoran yang melekat,

memperkecil resiko adanya bahaya residu pestisida, dan untuk lebih

mempercantik penampilan. Pembersihan dapat dilakukan dengan cara

Page 22: Horti

menghilangkan bagian-bagian yang tidak berguna dan harus dibuang,

seperti misalnya daun busuk, daun-daun tua dan bagian lain yang tidak

dikonsumsi. Pencucian dapat juga dilakukan asal tidak merusak sayuran

yang akan dipasarkan. Pencucian ini sebaiknya dilakukan dengan air bersih

yang mengalir.

Selanjutnya sayuran dikeringkan dengan menggunakan lap yang

bersih dan lembut atau dengan mengalirkan udara menggunakan kipsa angin.

Untuk sayuran umbi-umbian, pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan

sinar matahari dan dengan meletakannya dalam rak atau para-para bambu

yang digantungkan di atas tungku dapur.

4. Sortasi

Sortasi dilakukan dengan tujuan untuk memilih dan memisahkan

sayur-sayuran berdasarkan parameter=perameter sebagai berikut:

a. Keseragaman bentuk dan ukuran.

b. Tingkat kematangan dan ketuaan.

c. Tingkat kerusakan atau keberadaan cacat pada buah.

Adapun beberapa ciri sayuran yang segar dan baik adalah sebagai

berikut:

a. Tidak layu.

b. Tidak rusak.

c. Tidak berubah warna.

d. Tidak busuk.

Page 23: Horti

Bila ayuran tersebut akan dipasarkan, hasil sortasi dengan kualitas terbaik

dapat dicoba ditawarkan ke pasar swalayan, hotel, ataupun rumah makan,

sedangkan kualitas lainnya dapat di pasarkan di pasar-pasar tradisional.

5. Pengemasan

Pengemasan atau penggunaan wadah mempunyai tujuan sebagai

berikut:

a. Melindungi sayuran dari kerusakan mekanis akibat gesekan atau

benturan.

b. Mempermudah dalam penghitungan.

c. Mempermudah dalam pengankutan dan pendistribusian.

Adapun beberapa macam kemasan/wadah produk yang umum dipakai

khususnya dalam proses pengangkutan adalah sebagai berikut:

a. Karung goni (misalnya untuk sayuran umbi/buah).

b. Peti kayu (misalnya untuk tomat).

c. Keranjang rajut dari bambu (misalnya untuk sayuran daun).

6. Pengangkutan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengangkutan

sayuran adalah sebagai berikut:

a. Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada sore atau malam hari agar

sayuran tetap dalam keadaan segar.

b. Diusahakan agar terlindung dari huajn secara langsung, oleh karena itu

perlu adanya penutup.

Page 24: Horti

c. Seandainya pengangkutan terpaksa dilakukan pada siang hari, maka

perlu digunakan pelindung/ penutup, dan memang bila diperlukan dapat

dipercikan dengan sedikit air.

7. Penyimpanan

Sebelumdijual langsung ke konsumen, adakalanya sayuran tersebut

ka=harus ditampung (disimpan) terlebih dahulu. Dalam hal ini, tempat

yang digunakan untuk menyimpannya harus bersih dan mempunyai

ventilasi yang cukupagar sirkulasi udara segar dapat berjalan dengan baik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penampungan dan penyimpanan

sayuran adalah sebagai berikut:

a. Sayuran harus dalam tingkat kematangan atau ketuaan yang tepat dan

bebas dari hama/penyakit.

b. Gunakan wadah/kemasan yang kuat agar sayuran tidak mudah rusak jika

terpaksa harus disimpan dengan cara ditumpuk.

c. Jangan menyimpan berbagai macam sayuran dalam satu wadah.

d. Simpan sayuran daun dalam suasanan yang lebih lembap dibandingkan

dengan jenis sayuran lainnya agar tidak cepat layu, sedangkan untuk

sayuran umbi dalam suasana yang lebih kering untuk mencegah

terjadinya pertunasan.

e. Usahakan agar penyimpanan hanya dilakukan dalam waktu yang relatif

pengek sajasehingga sayuran tidak menjadi busuk.

f. Berhati-hatilah dalam memasukan/mengeluarkan sayuran agar tidak

terjadi kerusakan yang dapat mempercepat proses pembusukan.

Page 25: Horti