Horti
-
Upload
rina-wulandari -
Category
Documents
-
view
220 -
download
4
description
Transcript of Horti
D. Pemeliharaan Tanaman
Secara umum, pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman sayuran
yang dibudidayakan secara pertikal, adalah meliputi: penyiraman, penyiangan,
pemupukan, dan pengendalian hama penyakit.
1. Penyiraman
Penyiraman tanaman pada fase-fase awal pertumbuhan, dapat
dilakukan sebanyak 2 – 3 hari sekali atau dengan melihat tingkat
kekeringan tanah. Pada tingkat pertumbuhanyang lebih lanjut, perlu
dilakukan pada sore hari agar kehilangan air melalui penguapan pada siang
harinya dapat segera tergantikan. Sehingga dengan demikian, keesokan
harinya tanaman dapat menjadi sehat dan segar kembali. Penyiraman dapat
dilakukan dengan menggunakan gayung, gembor, selang dari tempat
penampungan {tandon} air, ataupun dengan sistem tetes melaluipengaliran
air dalam pralon-pralon kecil yang dilewatkan di atas kolom-kolom
tanaman.
2. Penyiangan
Penyiangan atau pembersihan terhadap tanaman pesaing {gulma}
perlu dilakukan, mengingat gulma tersebut dapat menghalangi
pertumbuhan tanaman pokok (tanaman sayuran) dan merebut zat-zat
makanan yang diperlukan tanaman pokok. Selain itu, gulma tersebut justru
dapat menjadi tempat hidup atau sumber makanan bagi hama dan penyakit
yang nantinya dapat menyerang tanaman pokok. Penyiangan dalam hal ini
1
hanya dilakukan pada bagian-bagian kolom/wadah media yang terbuka
saja.
3. Pemupukan
Pemupukan merupakan proses penambahan zat-zat makanan
(unsur hara) ke dalam tanah, agar kebutuhan tanaman akan zat-zat tersebut
dapat terpenuhi dan tanaman dapat tumbuh secara optimal. Beberapa zat
yang diperlikan bagi pertumbuhan tanaman, namun sering kali hanya
tersedia dalam jumlah yang sedikit (kurang) di dalam tanah, adalah
sebagai berikut.
a. N (Nitrogen)
Unsur N berguna bagi pertumbuhan pucuk daun dan bagian
vegetatif lainnya. Pemberian pupuk N akan menyebabkan daun-daun
menjadi cepat besar dan berwarna hijau. Oleh karena itu, pupuk ini
sangat baik diberikan pada fase awal pertumbuhan tanaman sayuran
daun.
Adapun tanda-tanda bahwa tanaman mengalami kekurangan
(defisiensi) unsur N, adalah sebagai berikut.
1) Laju pertumbuhan tanaman lambat.
2) Daun berwarna kekuning-kuningan (hijau pucat)
3) Daun berukuran kecil-kecil.
4) Hasil produksi rendah.
Sementara, tanaman yang kelebihan unsur N, antara lain
menunjukan tanda-tamda sebagai berikut.
1) Daun berwarna hijau gelap.
2) Mudah terserang penyakit daun.
Beberapa jenis pupuk yang merupakan sumber unsur N
adalah: ZA, Urea, sendawa chili, pupuk hijau, pupuk kandang,
kotoran burung, dan lain sebagainya.
b. P (Phospor)
Unsur P diperlukan bagi pertumbuhan generatif tanaman, yaitu
dalam fase pembentukan bunga, buah, dan biji. Disamping itu juga
dapat berfungsi merangsang pertumbuhan akar agar dapat tumbuh
lebih panjang dan kuat, sehingga tanaman tahan terhadap kekeringan.
Pupuk ini baik diberikan pada tanaman sayuran buah dan umbi.
Adapun tanda-tanda bahwa tanaman mengalami kekurangan
unsur P adalah sebagai berikut.
1) Pertumbuhan lambat, daun berdiri tegak, dan tidak nampak
rimbun.
2) Buah kecil atau sangat sedikit dan lambat matang.
3) Daun berwarna keunguan atau coklat.
Beberapa jenis pupuk yang merupakan sumber unsur P adalah
DS, TSP, pupuk hijau, pupuk kandang, dan kotoran burung
c. K (Kalium)
Unsur K sangat penting (diperlukan) dalam pertumbuhan zat
tepung (gula) pada tanaman; memperkuat tanaman sehingga tidak
mudah rebah; daun, bunga, dan buah tiadak mudah lepas dari
tangkainya, serta umumnya tanaman menjadi lebih tahan terhadap
penyakit.
Adapun tanda-tanda bahwa tanaman mengalam kekurangan
unsur K adalah sebagai berikut.
1) Daun paling bawah berwarna kuning atau cokelat.
2) Tepi daun pucuk cokelat kering atau seperti terbakar.
3) Tanaman tidak tahan kekurangan air.
4) Hasil buah dan daun berkurang.
5) Mudah terserang penyakit.
Beberapa jenis pupuk yang merupakan sumber unsur K adalah:
ZK, KCl, patent kali, abu kayu, dan lain sebagainya (AAK, 1989).
Namun dalam pelaksanaannya, pemberian pupuk harus dilakukan
secara berimbang antara pupuk alami/organik dengan pupuk buatan,
disamping itu juga harus dilakukan dengan melihat kebutuhan tanaman
agar pemupukan dapat optimal.
Adapun contoh pemberian pupuk secara berimbang pada
beberapa jenis tanaman sayuran, dapat dilihat dalam Tabel
Tabel Takaran Pupuk Berimbang pada Beberapa Jenis Sayuran
Tanaman Pupuk
kandang
N(Urea+ZA)
kg/ha
P2O5 (TSP)
kg/ha
K2O
(KCl)
ton/ha kg/ha
Cabai 20 - 30 150 + 450 100 – 150 100 – 150
Bawang
merah
5 – 10 100 + 250 150 – 200 50
Kubis 20 – 30 100 + 250 250 – 300 200
Tomat 20 250 300 200
Terung 10 – 20 150 300 150
Ketimun 10 – 20 100 + 200 100 – 200 100 – 200
Sawi - 150 - -
Penggunaan pupuk dasar (P) dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu mencampurkannya dalam media tanam, sebelum kemudian
dimasukan ke dalam kolam-kolam/wadah media tanam. Sementara,
pupuk N dan K dapat diberikan dengan dosis yang sama seperti pada
pertanian horizomtal. Misalnya, bila dalam 1 kolom terdapat 10
tanaman dan setiap tanaman membutuhkan pupuk sebanyak 20 g,
maka kebutuhan pupuk adalah 10 x 20 g = 200 g/kolom. Pemberian
pupuk tersebut dapat dilakukan 5 – 10 kali dengan cara dilarutkan
dalam air penyiraman dengan konsentrasi 10 g – 20 g/10 liter air atau 1
g – 2 g/liter air (Nitisapto, 1993).
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dalam
usaha budi daya pertanian. Maksudnya adalah bahwa bila hama atau
penyakit kemudian datang dan menyerang tanaman yang kita usahakan,
maka kemungkinan produksi tanaman tersebut akan terganggu dan
menurun. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengendalian hama
atau penyakit secara tepat, sehingga produksi tanaman tetap dapat
dipertahankan dan bahkan jika mungkin ditingkatkan.
a. Pengendalian Hama
Hama merupakan makhluk hidup yang dapat mengurangi
ketersediaan, jumlah dan kualitas dari sumber daya yang diusahakan
manusia. Dengan demikian, hama tanaman sayuran dalam hal ini
merupakan segala jenis makhluk hidup yang mengganggu dan merusak
tanaman sayuran sehingga mengakibatkan penurunan produksi.
Umumnya, bertindak sebagai hama dalah golongan serangga. Namu,
binatang lain seperti misalnya tungau, nematoda, siput/keong, tikus,
dan burung dapat pula bertindak sebagai hama. Beberapa jenis hama
utama tanaman sayuran dan tanda atau gejala serangganya dapat dilihat
dalam Tabel
Jenis
Tanaman
Jenis
Hama
Nama Ilmiah Bagian
Diserang
Tanda/Gejala
Serangan
Kubis
bunga
Ulat
bawang
Spodoptera
exigua
Daun Daun
transparan,
hanya tersisa
lapisan
epidermis
Ulat
grayak
Spodoptera
litura
Daun
daunnya saja
Daun
berlubang-
lubang tidak
beraturan.
Pada
serangan
berat, hanya
akan tersisa
tulang
daunnya saja
Kailan Ulat
buah
Helicoverpa
armigera
Krop Krop/jantung
tanaman
rusak
Petsai Ulat
daun
Plutella
xylostella
Crocidolomia
Daun
Daun,
Pada
serangan
berat, hanya
akan tersisa
lapisan
epidermis
bagian
atasnya saja
Pada
Ulat krop binotalis krop serangan
berat, hanya
akan tersisa
tulang
daunnya saja
Bawang
merah
Ulat
bawang
Spodoptera
exigua
Daun Daun rusak,
berbercak-
bercak putih
menyerupai
tambalan
(karena hanya
tersisa lapisan
epidermis
daunnya saja)
dan layu.
Pada daun
terdapat
goresan-
goresan
seperti
terparut
berwarna
keperakan.
Trips Thrips
parvispinus
Daun
Pada
serangan
berat, goresan
tersebut akan
menjadi
bercak yang
lebih besar
dan akhirnya
mati.
Bawang
putih
Trips
Tungau
Thrips
parvispinus
Tetranychidae
Daun
Pangkal
daun
Pada daun
terdapat
goresan-
goresan
seperti
terparut
berwarna
keperakan.
Pangkal daun
menjadi kaku
dan keriting.
Cabai Trips Thrips
parvispinus
Daun,
bunga
Mula-mula
terdapat noda
keperakan
Ulat
grayak
Ulat
buah
Spodoptera
litura
Helicoverpa
armigera
Daun
Buah
tidak
beraturan,
kemudian
menjadi
cokelat muda
dan daun-
daun
mengeriting
ke atas.
Daun
berlubang-
lubang tidak
beraturan dan
sering kali
hanya
meninggalkan
tulang
daunnnya
saja.
Buah
berlubang
khas dan
jelas, yang
Lalat
buah
Wereng
daun
Tungau
kuning
Bactrocera
dorsalis
Empoasca
lybica
Polyphagotarso-
nemus latus
Buah
Daun
Daun
muda
merupakan
jalan masuk
ulat ke dalam
buah.
Buah
membusuk
dan berair.
Terdapat
bintik-bintik
putih pada
permukaan
daun bagian
atas.
Daun kaku,
berwarna
abu-abu
kecoklatan,
dan
selanjutnya
mengeriting
ke bawah
menyerupai
sendok
terbalik.
Kubis Ulat
daun,
tritip
Ulat
krop,
jantung
kubis
Ulat
tanah
Plutella
xylostella
Crocidolomia
binotalis
Agrotis ipsilon
Daun
muda
Daun tua
dan muda,
krop
Tanaman
muda
Pada daun
hanya akan
tersisa lapisan
epidermis
bagian
atasnya saja,
kerena ulat
memakan
bagian bawah
daun.
Titik tumbuh
atau
krop/jantung
tanaman
rusak.
Daun-daun
muda
terpotong dan
batang
menjadi
rebah.
Tomat Ulat
tanah
Ulat
buah
Agrotis ipsilon
Helicoverpa
armigera
Tanaman
muda
Buah
Batang,
cabang, dan
tangkai daun
terpotong
pada bagian
tangkainya.
Buah
berlubang-
lubang khas
dan jelas,
yang
merupakan
jalan masuk
ulat ke dalam
buah.
Dalam pelaksanaannya, pengendalian terhadap hama dapat
dilakukan dengan berpedomankan pada prinsip-prinsip PHT
(Pengendalian Hama Terpadu) yang meliputi sebagai berikut.
1) Melaksanakan budi daya tanaman sehat, dalam arti bahwa dalam
mengusahakan tanaman hendaknya dipilih benih/bibit yang sehat
dan baik, tahan terhadap hama, dan pemeliharaan tanaman
dilakukan secara baik.
2) Melestarikan musuh alami yaitu musuh hama yang memang sudah
ada di alam, yang berupa pemangsa hama (predator), parasitoid
hama (umumnya dari golongan tabuhan, yaitu sejenis lebah
dengan ukuran tubuh yang sangat kecil), dan patogen (penyebab
sakit pada hama) yang umumnya meliputi bakteri, jamur, dan
virus. Agar musuh alami itu dapat berkembang dengan baik, maka
kita harus memelihara lingkungan di antaranya dengan sesedikit
mungkin menggunakan pestisida yang dapat membunuh musuh
alami tersebut. Sehingga apabila pada suatu saat di pertanaman kita
temukan adanya hama, jangan langsung di semprot dengan
pestisida. Namun, dipertimbangkan terlebih dahulu jumlah hama
yang ada dengan tingkat kerusakan yang mungkin ditimbulkan dan
adanya musuh alami di sekitarnya. Apabila hama tersebut
diperkirakan tidak terlalu berbahaya, maka dapat dilakukan
pengendalian dengan cara sebagai berikut.
a) Pengendalian secara mekanis, yaitu dengan mengambil
langsung hama yang ada dan kemudian dimatikan/dibunuh.
b) Penyemprotan dengan air, air sabun, air tembakau, ataupun
ramuan alamiah pada bagian tanaman yang terserang.
Namun, apabila populasi hama nampaknya sangat tinggi
dan diperkirakan akan sangat merusak tanaman, maka pestisida
dapat digunakan untuk mengendalikannya. Sehingga dengan
demikian, penggunaan pestisida buatan merupakan alternatif
pengendalian hama terakhir yang dapat dilakukan, apabila sudah
tidak ada cara lain yang dapat dilakukan. Melalui langkah-langkah
tersebut, maka penghematan dapat dilakukan (karena pestisida
mahal), musuh alami dapat hidup bebas, dan sayuran yang kita
hasilkan bebas pestisida sehingga kita tidak merasssa was-was
akan adanya dampak pestisida terhadap kesehatan kita.
3) Melakukan pengamatan secara teratur, untuk mengetahui
bagaimana perkembangan tanaman, hama dan musuh alami.
Melalui pengamatan ini pula, keputusan perlu tidaknya
pengendalian dapat dilakukan.
4) Menjadi ahli dan pelaku PHT, artinya bahwa kita yang
mengusahakan budi daya tanaman diharapkan dapat menguasai dan
bertanggung jawab terhadap apa yang kita usahakan, termasuk
pengelolaannya.
b. Pengendalian Penyakit
Umumnya penyakit tanaman sayuran banyak berjangkit pada
musim hujan. Namun demikian, pada musim kemarau pun bila
keadaan suatu daerah lembap, maka penyakit dapat muncul pula.
Penyakit tanaman umumnya disebabkan oleh agensia yang berukuran
sangat kecil seperti misalnya jamur, bakteri, nematoda dan virus yang
tersebar di mana-mana. Agensia tersebut dapat menyebar melalui
gumpalan tanah, aliran air, udar, tanaman, atau bahkan melalui
manusia.
Akibat pengaruh alam dan manusia, agensia ini kemudian
menimbulkan berbagai penyakit tanaman yang di kenal sebagai busuk
buah, hawar, kanker pada pepohonan, bercak pada bunga, keriput pada
biji, menguningnya tanaman, layu dan sebagainya. Tanaman yang
kurang baik pertumbuhannya relatif peka terhadap hadirnya penyakit.
Beberapa penyakit utama pada tanaman sayuran beserta tanda/gejala
serangannya.
Agar tanaman yang kita budi dayakan sesedikit mungkin
mendapat gangguan penyakit, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan baik yang berkaitan denagn cara bertanam maupun
pengendaliannya, yaitu sebagai berikut.
1) Cara Bertanam
Berkaitan dengan cara bertanam, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu antara lain sebagai berikut.
a) Penggunaan benih/bibit yang baik dan sehat.
b) Pengaturan jarak antara tanaman agar terlalu rapat sehingga
kondisi sekitar lahan tidak menjadi terlalu lembap dan tidak
disukai penyakit atau jamur.
c) Pemberian air (pengairan) dilakukan secara tepat untuk
memperkuat tanaman sehinnga lebih tahan terhadap penyakit.
d) Pemupukan N, P, K, dan unsur-unsur mikro harus diberikan
secara seimbang.
e) Penggunaan pupuk organik seperti misalnya kompos dan pupuk
hijau, dapat mengurangi timbulnya penyakit karena kesuburan
tanah meningkat dan dapat memacu antagonisma dalam tanah.
f) Pengendalian gulma perlu dilakukan, karena gulma mengganggu
tanaman pokok melalui persaingan dalam memperebutkan zat-
zat makanan. Gulma juga dapat meningkatkan kelembapan
lokasi pertanaman sehingga menjadi sumber infeksi bermacam-
macam penyakit.
2) Pengendalian secara Fisik dan Mekanik
Berkaitan dengan pengendalian secara fisik dan mekanik,
ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu antara lain sebagia
berikut.
a) Pemotongan/pencabutan dan pembakaran tanaman yang sakit,
dengan tujuan mengurangi sumber infeksi. Demikian juga
cabang-cabang/ranting yang mati harus dipotong untuk
kemudian dibakar.
b) Pemanasan terlebih dahulu terhadap tanah-tanah yang akan
dijadikan sebagai media tanam, sebelum dimasukkan ke dalam
wadah-wadah/kolom-kolom/pot. Pemanasan tersebut sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan uap panas, air panas, atau
dengan dijemur selama beberapa hari.
3) Pengendalian secar Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan fungisida. Namun demikian, penggunaan fungisida
ini sebiknya baru dilakukan bila beberapa car yang lain dianggap
tidak mampu memberikan pengaruh nyata terhadap seranagn
penyakit. Sehingga dengan demikian, fungisida digunakan sebagai
pilihan terakhir.
E. Panen dan Pasca Panen
Agar tanaman sayuran yang dibudidayakan dapat menghasilkan
produksi dalam jumlah dan kualitas yang baik, maka pemungutan hasil atau
pemanenan harus dilakukan berdasarkan umur panen yang optimal. Sehingga
dengan demikian, pemanenan tidak dilakukan terlalu awal maupun terlalu
lambat.
1. Penentuan Umur Panen
Umur tanaman dan beberapa ciri fisik tanaman seperti misalnya
tingkat pertumbuhan tanaman serta ukuran dan warna buah, dapat
digunakan sebagai indikator dalam menentukan umur panen yang optimal.
Adapun umur tanaman dan ciri fisik beberapa jenis tanaman sayuran yang
dapat dijadikan sebagai indikator waktu pemanenan yang tepat dapat dilihat
dalam Tabel
Jenis Tanaman Umur Panen Ciri Fisik
Petsai 2 bulan Telah terbentuk krop
yang besar dan penuh.
Bawang putih 100-120 hari 50%-60% dari seluruh
tanaman menguning,
bongkolan (pangkal
batang) mengeras,
ukuran umbi maksimal
Bawang merah 60-90 hari 60%-90% leher batang
lemas, daun-daun
mengunig, kering dan
umbi keras/padat atau
kompak.
Kubis 80-90 hari Daun-daun yang
membulat (=telur kubis)
keras.
Seledri 40-50 hari Ukuran helaian daun
dan panjang batang
maksimal
Bayam cabut 20-25 hari Ukuran maksimal,
belum berbunga, batang
lunak.
Brokoli 47-67 hari Kuntum bunga belum
membuka kompak
Kol bunga 75-85 hari Bunga kompak, warna
cemerlang.
Cabai besar dataran
tinggi
70-75 hari Ukuran buah maksimal,
2/3 bagiannya berwarna
semburat merah
(kemerah-merahan).
Cabai besar dataran
rendah
3-4 bulan 2/3 bagian buah
berwarna semburat
merah.
Cabai rawit 4-5 bulan Warna semburat merah
Daun bawang 2 bulan Diameter sudah
maksimal.
Kailan 2 bulan Batang sudah
menggelembung
Kangkung cabut 25 hari Batang masih lunak
Sawi/caisin 30-40 hari Pelepah maksimal,
batang belum
memanjang.
Selada keriting 35 hari Ukuran daun besar,
berwarna hijau segar,
batang belum
memanjang.
Terung 90 hari Buah besar, warna
cemerlang
Tomat 2-3 bulan Warna kemerah-
merahan atau merah
masak.
Beberapa dari jenis sayuran di atas mempunyai waktu panen yang
panjang atau dapat dipanen berulang kali secara berangsur-angsur, karena
tumbuhnya bunga atau tingkat pertumbuhan tanaman tidak serempak.
2. Cara Pemanenan
Pemanenan sayuran dapat dilakukan dengan cara yanga berbeda-
beda, tergantung pada macam atau jenis sayurannya. Namun demikian, pada
umumnya terdapat 3 cara pemanenan sayuran yang sering dilakukan, yaitu
sebagai berikut:
a. Dipetik: misalnya cabai, tomat, terung, kacang-kacangan, dan
sebagainya.
b. Dipotong: misalnya petsai, selada, kol bunga, kailan,seledri, dan
sebagainya.
c. Dicabut: misalnya bayam, bawang merah, bawang putih, selada, dan
sebagainya.
3. Pembersihan dan Pengeringan
Sayuran yang telah dipanen sebaknya dibersihkan terlebih
dahulu,sebelum dikonsumsi ataupun dipasarkan. Pembersihan tersebut
bertujuan untuk mencegah masuknya mikroba dari kotoran yang melekat,
memperkecil resiko adanya bahaya residu pestisida, dan untuk lebih
mempercantik penampilan. Pembersihan dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan bagian-bagian yang tidak berguna dan harus dibuang,
seperti misalnya daun busuk, daun-daun tua dan bagian lain yang tidak
dikonsumsi. Pencucian dapat juga dilakukan asal tidak merusak sayuran
yang akan dipasarkan. Pencucian ini sebaiknya dilakukan dengan air bersih
yang mengalir.
Selanjutnya sayuran dikeringkan dengan menggunakan lap yang
bersih dan lembut atau dengan mengalirkan udara menggunakan kipsa angin.
Untuk sayuran umbi-umbian, pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan
sinar matahari dan dengan meletakannya dalam rak atau para-para bambu
yang digantungkan di atas tungku dapur.
4. Sortasi
Sortasi dilakukan dengan tujuan untuk memilih dan memisahkan
sayur-sayuran berdasarkan parameter=perameter sebagai berikut:
a. Keseragaman bentuk dan ukuran.
b. Tingkat kematangan dan ketuaan.
c. Tingkat kerusakan atau keberadaan cacat pada buah.
Adapun beberapa ciri sayuran yang segar dan baik adalah sebagai
berikut:
a. Tidak layu.
b. Tidak rusak.
c. Tidak berubah warna.
d. Tidak busuk.
Bila ayuran tersebut akan dipasarkan, hasil sortasi dengan kualitas terbaik
dapat dicoba ditawarkan ke pasar swalayan, hotel, ataupun rumah makan,
sedangkan kualitas lainnya dapat di pasarkan di pasar-pasar tradisional.
5. Pengemasan
Pengemasan atau penggunaan wadah mempunyai tujuan sebagai
berikut:
a. Melindungi sayuran dari kerusakan mekanis akibat gesekan atau
benturan.
b. Mempermudah dalam penghitungan.
c. Mempermudah dalam pengankutan dan pendistribusian.
Adapun beberapa macam kemasan/wadah produk yang umum dipakai
khususnya dalam proses pengangkutan adalah sebagai berikut:
a. Karung goni (misalnya untuk sayuran umbi/buah).
b. Peti kayu (misalnya untuk tomat).
c. Keranjang rajut dari bambu (misalnya untuk sayuran daun).
6. Pengangkutan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengangkutan
sayuran adalah sebagai berikut:
a. Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada sore atau malam hari agar
sayuran tetap dalam keadaan segar.
b. Diusahakan agar terlindung dari huajn secara langsung, oleh karena itu
perlu adanya penutup.
c. Seandainya pengangkutan terpaksa dilakukan pada siang hari, maka
perlu digunakan pelindung/ penutup, dan memang bila diperlukan dapat
dipercikan dengan sedikit air.
7. Penyimpanan
Sebelumdijual langsung ke konsumen, adakalanya sayuran tersebut
ka=harus ditampung (disimpan) terlebih dahulu. Dalam hal ini, tempat
yang digunakan untuk menyimpannya harus bersih dan mempunyai
ventilasi yang cukupagar sirkulasi udara segar dapat berjalan dengan baik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penampungan dan penyimpanan
sayuran adalah sebagai berikut:
a. Sayuran harus dalam tingkat kematangan atau ketuaan yang tepat dan
bebas dari hama/penyakit.
b. Gunakan wadah/kemasan yang kuat agar sayuran tidak mudah rusak jika
terpaksa harus disimpan dengan cara ditumpuk.
c. Jangan menyimpan berbagai macam sayuran dalam satu wadah.
d. Simpan sayuran daun dalam suasanan yang lebih lembap dibandingkan
dengan jenis sayuran lainnya agar tidak cepat layu, sedangkan untuk
sayuran umbi dalam suasana yang lebih kering untuk mencegah
terjadinya pertunasan.
e. Usahakan agar penyimpanan hanya dilakukan dalam waktu yang relatif
pengek sajasehingga sayuran tidak menjadi busuk.
f. Berhati-hatilah dalam memasukan/mengeluarkan sayuran agar tidak
terjadi kerusakan yang dapat mempercepat proses pembusukan.