hoh

15
10/3/2015 Miracle is Hardwork data:text/html;charset=utf8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102%… 1/15 LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU PERILAKU AGONISTIK IKAN CUPANG (Betta splendens) Disusun oleh : Nama : Fifin Nurcholis NIM : 1211702026 Dosen : Ucu Julita M,Si Asisten : Dewi Yulinda Tanggal Praktikum : 26 November 2013 Tanggal Laporan : 2 Desember 2013 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman untuk memahami hewan telah membuat etologi topik yang berkembang pesat, dan sejak pergantian abad ke21, sebelum pemahaman yang terkait dengan berbagai bidang seperti komunikasi hewan, menggunakan nama pribadi simbolis, hewan emosi, budaya hewan,belajar,dan bahkan seksual telah dipahami dengan baik. Dengan demikian, mempelajari perilaku ikan. Pada ikan cupang (Betta Splendens) merupakan salah satu aspek penting untuk dipahami dalam hal permodelan dalam perilaku agonistik. Perilaku agonistik merupakan salah satu bentuk konflik yang menunjukkan perilaku atau postur tubuh atau penampilan yang khas (display) yang melibatkan mengancam (threat), perkelahian (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) antarindividu dalam populasi atau antarpopulasi. Populasi untuk mengetahui perilaku agonistik ini digunakanlah ikan cupang adu

description

Pdf

Transcript of hoh

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102%… 1/15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKUPERILAKU AGONISTIK IKAN CUPANG (Betta splendens)

Disusun oleh : Nama : Fifin Nurcholis NIM : 1211702026

Dosen : Ucu Julita M,SiAsisten : Dewi Yulinda

Tanggal Praktikum : 26 November 2013 Tanggal Laporan : 2 Desember 2013

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG2013BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeiring dengan perkembangan zaman untuk memahami hewan telah membuat etologi topik

yang berkembang pesat, dan sejak pergantian abad ke­21, sebelum pemahaman yang terkait denganberbagai bidang seperti komunikasi hewan, menggunakan nama pribadi simbolis, hewan emosi,budaya hewan,belajar,dan bahkan seksual telah dipahami dengan baik. Dengan demikian,mempelajari perilaku ikan. Pada ikan cupang (Betta Splendens) merupakan salah satu aspek pentinguntuk dipahami dalam hal permodelan dalam perilaku agonistik.

Perilaku agonistik merupakan salah satu bentuk konflik yang menunjukkan perilaku ataupostur tubuh atau penampilan yang khas (display) yang melibatkan mengancam (threat), perkelahian(fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) antarindividu dalam populasi atauantarpopulasi. Populasi untuk mengetahui perilaku agonistik ini digunakanlah ikan cupang adu

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102%… 2/15

sebagai hewan uji. Pada ikan cupang adu (Betta splendens) merupakan jenis ikan laga, individujantan yang dapat sangat agresif terhadap jantan lainnya dalam sebuah arena bertarung. Denganadanya akuarium sebagai media bertarung, maka diharapkan dapat dengan mudah diamati perilakuagonistik diantara ikan cupang.

Menganalisis perilaku memerlukan pengamatan yang tajam dan kesabaran yang tinggi.Pergerakan­pergerakan harus dijelaskan, dikategorikan dan dipetakan sebelum fungsi perilaku tersebut dipastikan. Apa yangmungkin terlihat sebagai pergerakan yang acak, tidak berhubungan, mungkin sebenarnya cocok pada suatu polayang didesain untuk membantu reproduksi, nutrisi, atau beberapa fungsi hidup penting lainnya untuk sintas. Bagietolog­etolog profesional, analisis suatu perilaku hewan bisa berlangsung berbulan­bulan atau bertahun­tahun,tetapi disini kita hanya melakukan sebagian kecil dari suatu perilaku kompleks yang diamati oleh para etologtersebut.

1.2 TujuanUntuk mengetahui adanya perilaku agonistic pada masing­masing individu ikan cupang (Betta splendens).

1.3 HipotesisAdanya perilaku agonistic pada ikan cupang (Betta splendens), baik pada ikan cupang adu maupun ikan

cupang hias.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Setiap organisme memiliki kemampuan untuk hidup, tumbuh, dan berkembang biak pada habitatyang sesuai dengannya. Salah satu cara untuk mempertahankan hidupnya adalah denganmempertahankan perilaku keseharian pada saat musim berbiak. Faktor yang sangat menentukan perilakuini di antaranya habitat tempat tinggalnya meliputi keamanan dan ketersediaan sumber daya hayati yangdapat mendukung kelestariannya terutama pada saat berbiak, di mana organisme membutuhkankeamanan dan ketersediaan makanan lebih baik dibandingkan pada saat tidak memasuki musim berbiak.Perilaku harian organisme merupakan faktor yang berasal dari hewan itu sendiri. Setiap hewan memilikikarakter perilaku harian yang berbeda sesuai anatomi dan morfologi tubuh yang dimilikinya(Jumilawatyi, 2001).

Perilaku merupakan tindakan atau suatu tingkah laku yang dipengaruhi oleh otot ataupun kelenjaryang berada dibawah kontrol sistem syaraf,dan komunikasi sel dari sel otak menuju system syaraf sertamerupakan bentuk respon atau tindakan yang dipengaruhi oleh suatu lingkungan. Apabila disimpulkan,perilaku merupakan sejumlah respon makhluk hidup terhadap rangsangan internal ataupun eksternallingkungan (Kikkawa, 1974). Agonistik (dari bahasa Yunani, yang berarti "juara") didefinisikansebagai perilakuhewan yang dipamerkan selama, kontes pertempuran, serangan, melarikandiri,ataukeberadaan diantara dua hewan. Istilah ini sering digunakan untukmenggambarkanperilaku Betta splenden, perilaku yang ditunjukkan oleh hewan jantan saatmerekabersaing untuk kawin, peluang dengan betina (Sheenan, 2010).

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102%… 3/15

Perilaku agonistik adalah perilaku yang berhubungan dengan konflik, termasuk berkelahi(fighting), melarikandiri (escaping), dan diam (freezing) (Lehner, 1996). Perilaku agonistik meliputi pula beragam ancaman atauperkelahian yang terjadi antar individu dalam suatu populasi (Campbell et al, 2003). Perilaku agonistik berkaitan eratdengan agresivitas, yaitu kecenderungan untuk melakukan serangan atau perkelahian (Scott, 1969). Bentuk­bentukperilaku tersebut dapat berupa postur tubuh maupun gerakan yang diperlihatkan oleh individu pemenang maupunindividu yang kalah dalam kontes perkelahian. Invidu yang aggressive dan mampu menguasai arena perkelahian(teritori) akan memunculkan individu yang kuat (dominan) dan lemah (submissive/ subordinat) (Kikkawa & Thorne,1974).

Invidu yang aggressive dan mampu menguasai arena perkelahian (teritori) akan memunculkanindividu yang kuat (dominan) dan lemah (submissive/ subordinat). Populasi untuk mengetahui perilakuagonistik ini digunakanlah ikan cupang adu sebagai hewan uji. Cupang adu (Betta splendens) merupakanjenis ikan laga; individu jantan dapat sangat agresif terhadap jantan lainnya dalam sebuah arenabertarung. Dengan adanya akuarium sebagai media bertarung, maka diharapkan dapat dengan mudahdiamati perilaku agonistik diantara ikan cupang jantan perkelahian (Kikkawa, 1974).

Ikan Betta splendens merupakan ikan yang memiliki banyak bentuk (Polimorphisme), sepertiekor bertipe mahkota crown tail, ekor penuh full tail dan bertipe slayer, dengan sirip panjang danberwarna­warni. Keindahan bentuk sirip dan warna sangat menentukan nilai estetika dan nilai komersialikan cupang Betta splendensMenurut Kottelat (1996) mengatakan bahwa penampakan warna pada jenisikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, kematangan gonad, genetik dan faktorgeografi. Ikan hias Betta splendens disebut juga ikan laga fighting fish atau ikan cupang. Ikan jantanmemiliki warna mencolok, sirip panjang dan ukuran tubuh lebih kecil dibanding betinanya. Ikan Bettasplendens jantan memiliki nilai komersial tinggi sehingga sangat disukai dan diburu oleh pecinta ikanhias. Salah satu kendala budidayanya adalah untuk mendapatkan ikan jantan cenderung lebih sukar,karena jumlah benih jantan yang diperoleh setiap pemijahan sangat rendah dan kualitasnya tidak sesuaidengan yang diinginkan. Agar produksi benih ikan sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang diharapkan,diperlukan informasi dan data tentang aspek biologi reproduksi ikan. Betta splendens atau yang lebihdikenal dengan nama ikan cupang. Ikan jantan sangat agresif dan memiliki kebiasaan saling menyerang apabila ditempatkan dalam satu wadah (Ostrow, 1989).

Baik secara instinktif maupun perilaku terlatih, ikan cupang (Betta splendens) memiliki karakteristik respon

agresif. Dalam suhu air kira­kira antara 24­29oC, ikan cupang secara normal merupakan ikan yang berperikau sangataktif. Terdapat sepuluh perilaku agonistik yang dapat dideskripsikan, yaitu menjelajah (explore), mendekati(approach), bergerak memutar (circle), mengancam dari samping (side threat), mengancam dari depan (frontalthreat), mengibaskan ekor (tail flagging), mengejar (chase), kontak mulut (mouth­to mouth contact), menggigit (bite),dan melarikan diri (flight) (Campbell et al., 2003 dan Lehner, 1996).

Betta splendens jantan berjuang untuk mengklaim wilayah, atau untuk melindungitelurmereka atau keturunan dari pesaing jantanlain. Tapi pertempuran fisik selaludidahului oleh tampilan kadang­kadangdisebut "flaring". Ketika dirangsang oleh penampilan ikanjantan saingan, seekor Betta splendens jantan akan menunjukkanbeberapa jenis secaragenetis ditentukan agresif gerakan (pola aksi tetap). Ikan akan

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102%… 4/15

mengibaskan sirip nya, bergidik tubuhnya, memperpanjang gill opercula dan membran,dan umumnyaakan tampil jauh lebih besar dari ukuran biasanya. Betta splendens tidak mengenali diri merekadalam cermin, dan akan menunjukan perilaku agresif, mengirarefleksi mereka sebagai ikan jantan yanglain (Sheenan, 2010).

Ikan cupang jantan, memiliki sifat daya perhatiannya terhadap ikan cupang betina cukup tinggi. Sinyal yangditimbulkan saat ikan cupang jantan berhadapan dengan ikan cupang betina, yaitu dengan mengibaskan ekor siripdengan frekuensi yang cepat (McGregor et al., 2001 ). Keagresifan lain pada ikan cupang ini, dipisahkan menjadiappetitive, kawin dan pasca kawin (Klein, Figler and Peek, 1976). Komponen yang appetitive ini, ditandai denganperilaku kejenuhan warna tubuh, ereksi penutup overculum, atau insang, orientasi dan gerakan karakteristik(Simpson, 1968). Komponen termasuk menggigit, mengunci rahang antara lawan dan mencolok ekor. Respon yangditunjukan oleh ikan cupang dari tiap individu, yang berkaitan dengan pembuahan, dapat kita amati dengan ujimenggunakan model subjek dalam aquarium yang diberi sekat cermin. Dengan memperhitungkan durasi, danfrekuensi demonstrasi merupakan presiktor dan perkelahian yang nyata (McGregor et al., 2001 ).

BAB IIIMETODE KERJA

3.1 Alat dan BahanPada praktikum kali ini dengan judul perilaku agonistic pada ikan cupang kami sesuai dengan judul

memakai ikan cupang atau Betta splendens sebagai spesies uji. Sebagai tempat penyimpanannya kamimenyediakan aquarium berukuran 45 x 25 m yang sudah diisi dengan air. Cermin sebagai alat pengamat perilakupada ikan cupang. Botol botol kecil yang digunakan untuk menyimpan sementara ikan cupang individu.Stopwatch untuk penanda waktu dan alat penanda sebagai penanda.

3.2 Cara Kerja Pengamatan morfologi

Amati masing­masing individu ikan cupang adu.

Kenali dan catat perbedaan fisik, antara lain warna tubuh, bentuk sirip (dada, punggung, perut,dubur, ekor) dan ciri khas lainnya (mulut, operculum, gurat sisi, bentuk tubuh) tiap individu .

Persiapan dan tagging. Aquarium yang telah berisi air ± 3/4 bagian dibagi menjadi dua bagian olehsebuah cermin sekat pemisah sebagai kompartemen (a) dan kompartemen (b), dan tiap kompartemendiisi oleh seekor ikan Betta splendens yang telah diidentifikasi ciri­cirinya dan jika memungkinkan diberipenandaan pada bagian toraks telebih dahulu. Beri penamaan untuk setiap individu (misalnya individu(a), individu b), individu (c), dst) berdasarkan ciri­ciri yang sudah dikenali. Ukur pula masing­masingluasan kedua kompartemen.

Pengamatan IPada salah satu kompartemen yang berisi cermin (misalnya kompartemen (a)), amati perilaku

individu Betta splendens (a) dan catat semua perilaku yang tampak saat individu ikan (a) tersebut melihat

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102%… 5/15

bayangannya sendiri di dalam cermin. Lakukan pengamatan I selama ± 10 menit. Setelah selesai, lakukanhal yang sama dengan individu ikan (b) yang berada dalam kompartemen (b) dengan cara membalikkancermin kearah kompartemen (b) selama 10 menit.

Pengamatan IISetelah pengamatan I selesai, angkat dinding pemisah/cermin dari aquarium. Saat cermin

diangkat dan tidak ada lagi pembatas diantara kedua kompartemen (a) dan (b) catatlah waktunya sebagaiwaktu ke­0 (t = 0). Lakukan pengamatan segera setelah waktu ke­0 tersebut terhadap perkelahiansebenarnya diantara kedua individu cupang selama 15 menit. Catat dan hitung semua perilaku yangtampak (frekuensi pemunculan untuk tiap perilaku yang berbeda).

5. Pengamatan IIIAngkat individu cupang (a) dan (b) dari aquarium, kemudian masing­masing ikan disimpan

dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan. Ulangi pengamatan I (percobaan pada cermin) pada individuikan cupang lainnya, individu (c) dan (d) masing­masing selama 10 menit.

Pengamatan IVUlangi pengamatan II (percobaan perilaku antagonistik) pada individu cupang lainnya yaitu

individu ikan (c) dan ikan (d). Pengamatan V

Angkat kembali individu cupang (c) dan (d) dari aquarium, kemudian masing­masing ikandisimpan dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan selama 15 menit. Setelah itu lakukan pengamatanperilaku antagonistik antara dua ikan cupang dominan hasil pengamatan pertarungan I dan II selama 15menit.

Pengamatan VIAngkat kembali kedua individu cupang pada pengamatan V dari aquarium, kemudian masing­

masing ikan disimpan dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan kembali. Setelah itu lakukanpengamatan perilaku agonistik antara dua ikan cupangsubmissive/subordinat hasil pengamatanpertarungan I dan II selama 15 menit.

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini mengenai perilaku agonistic dari ikan cupang (Betta splendens) kamimenggunakan 4 ikan cupang sebagai sampel uji. 2 ikan cupang adu dan juga 2 ikan cupang hias dan kamimengamati morfologinya dengan mengidentifikasi bagian sirip dada, sirip perut, sirip ekor, warna tubuh,bentuk tubuh, sirip punggung dan bentuk mulut. Pada ikan cupang adu yang pertama warna tubuhnya

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102%… 6/15

berwarna biru, warna siripnya juga biru, warna ekornya kemerahan dan bentuk siripnya lebih pendek daricupang hias. Pada ikan cupang adu yang kedua warna dasar pada tubuhnya warna biru kemerahan, warnasiripnya kehitaman, warna ekornya kehitaman dan bentuk dari siripnya lebih pendek daripada cupanghias. Pada cupang hias yang pertama warna dasarnya biru cerah dan memiliki warna sirip merah danwarna ekor yang merah juga, bentuk siripnya lebih panjang dan lebar bila dibandingkan dengan ikancupang adu. Pada ikan cupang hias yang kedua warna dasar dari ikan cupang adalah biru sama denganikan cupang hias yang kedua, hanya saja warna sirip ikan hias ini berwarna biru.

Ikan Cupang Adu 1 Ikan Cupang Adu 2

Ikan Cupang Hias 1 Ikan Cupang Hias 2

Ikan Betta splendens merupakan ikan yang memiliki banyak bentuk (Polimorphisme), sepertiekor bertipe mahkota crown tail, ekor penuh full tail dan bertipe slayer, dengan sirip panjang danberwarna­warni. Keindahan bentuk sirip dan warna sangat menentukan nilai estetika dan nilai komersialikan cupang Betta splendensMenurut Kottelat (1996) mengatakan bahwa penampakan warna pada jenisikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, kematangan gonad, genetik dan faktorgeografi. Ikan hias Betta splendens disebut juga ikan laga fighting fish atau ikan cupang. Ikan jantanmemiliki warna mencolok, sirip panjang dan ukuran tubuh lebih kecil dibanding betinanya. Ikan Bettasplendens jantan memiliki nilai komersial tinggi sehingga sangat disukai dan diburu oleh pecinta ikanhias. Salah satu kendala budidayanya adalah untuk mendapatkan ikan jantan cenderung lebih sukar,

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102%… 7/15

karena jumlah benih jantan yang diperoleh setiap pemijahan sangat rendah dan kualitasnya tidak sesuaidengan yang diinginkan. Agar produksi benih ikan sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang diharapkan,diperlukan informasi dan data tentang aspek biologi reproduksi ikan. Betta splendens atau yang lebihdikenal dengan nama ikan cupang. Ikan jantan sangat agresif dan memiliki kebiasaan saling menyerang apabila ditempatkan dalam satu wadah (Ostrow, 1989).

Menurut (Efendi, 1997) ciri khusus ikan cupang (Betta splendens) dapat dilihat dari beberapabentuk tubuhnya seperti bentuk badan memanjang dan warna yang beraneka ragam yakni cokelat, hijau,merah, biru, kuning, abu­abu, putih dan sebagainya, sirip punggung lebar dan terentang hingga kebelakang dengan warna cokelat kemerah­merahan dan dihiasi garis­garis berwarna­warni, sirip ekorberbentuk agak bulat dan berwarna seperti badannya serta dihiasi strip berwarna hijau, sirip perutpanjang mengumbai dihiasi aneka warna dan lehernya berdasi dengan warna yang indah, ujung siripnyasering kali dihiasi warna putih susu, sirip analnya berwarna hijau kebiru­biruan dan memanjang. Lebihlanjut dikemukakannya adalah ikan cupang betina memiliki bentuk tubuh rata ­ rata lebih kecil daripadaikan cupang jantan. Ikan cupang jantan memiliki panjang tubuh dapat mencapai 5 – 9 cm, sedangkanikan cupang betina lebih pendek dari ukuran tersebut.

Daya tarik lain dari ikan cupang adalah keindahan warna dan sirip­siripnya, terutama ikan cupangjantan. Ikan ini juga senang berkelahi terhadap sesamanya sehingga di juluki “fighting fish”, tetapibersikap toleran terhadap ikan jenis lain. Toleransi ikan cupang terhadap temperatur berkisar 28o C.Pertumbuhan ikan cupang relatif cepat sehingga masa pembesarannya tidak terlalu lama (Perkasa,2001). Ikan cupang adu (Betta spendens) merupakan anggota dari famili Anabantidae. Anabantidaemerupakan satu­satunya famili yang mencakup seluruh ikan berlabirin. Betta splendens memiliki tubuhyang lonjong dengan bagian depan sedikit membulat dan memipih pada bagian belakang. Mulutnyadapat disembulkan dengan lubang mulut terletak serong pada bagian depan kepala. Badan dan kepalabersisik kasar. Ikan betina berwarna kusam, tetapi ikan jantan mempunyai warna metalik yang mengkilat.Ikan cupang jantan maupun betina memiliki sisik gurat sisi berjumlah 29­33 keping (Djuanda, 1981).

Berikut adalah klasifikasi ikan cupang adu (Betta spendens) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : ChordataClass : Osteichthyes

Sumber : Picstopin.com

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102%… 8/15

Ordo : PercomorphoideiFamili : AntibantidaeGenus : BettaSpesies : Betta splendens

Setelah mengamati morfologi dari masing­masing ikan cupang, kami juga mengamati perilakuagonistic dari ikan cupang tersebut. Dan berikut adalah beberapa parameter perilaku agonistic capungyang diketahui antara lain : Approach (Ap), Bite,Chase (Ch), Frontal threat (FT), Side Threat(ST), Mouth to mouth contact (MC), Flight (Fl), Tail flagging (TF), Circle (Cl) dan Explore (Ex). Ke­10perilaku ini wajib untuk dihafal agar lebih mudah untuk mengamati perilaku agonistic dari masingmasing ikan cupang. Pengamatan yang pertama kali diamati adalah perilakunya menghadapi kaca yangada dihadapannya. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ia menganggap kaca tersebutmusuhnya atau bukan.

Dependent Variable : Frekuensi

SourceType III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

CorrectedModel 3230.200a 12 269.183 4.332 .001

Intercept 1677.025 1 1677.025 26.988 .000Individu 494.475 3 164.825 2.652 .069Perilaku 2735.725 9 303.969 4.892 .001Error 1677.775 27 62.140Total 6585.000 40

Corrected Total 4907.975 39

R Squared = .658 (Adjusted R Squared = .506)

Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai signifikan dari individu yaitu 0,069. Nilai inimenunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara satu individu dengan yang lain. Tidak adanyaperbedaan yang nyata berarti ikan cupang A, B, C, D memiliki individu yang berbeda­beda sepertihalnya dilihat segi morfologi warna, bentuk tubuh, warna sirip dan yang lain­lain. Menurut Kottelat(1996) mengatakan bahwa penampakan warna pada jenis ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitujenis kelamin, kematangan gonad, genetik dan faktor geografi. Nilai signifikan yang kedua adalah nilaisignifikasi dari perilaku ikan cupang. Nilai signifikasi dari perilaku ini adalah 0,001 yang menunjukkanadanya perbedaan yang nyata antar individu. Dimana perilaku­perilaku ikan cupang A, B, C dan Dmemiliki perilaku yang berbeda beda karena menurut (Campbell,2003) bahwa Individu yang aggressivedan mampu menguasai area perkelahian (teritori) akan memunculkan individu yang kuat dan lemah.

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102%… 9/15

Grafik 1. Hubungan antara individu A, B, C dan D

Dari pengamatan grafik diatas didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa individu B terlihat memilikikeagresifan yang tinggi dan paling menonjol diantara yang lain, individu ini ditunjukkan dengan garis berwarna hijau.Individu B ini sering sekali melakukan Fight Treat, Side Treat dan Tail Flagging. Yang kedua adalah individu C yangterlihat hampir menyamai posisi dari individu B, individu C ini sangat sering melakukan Fight Treat, SideTreat dan Tail Flagging. Pada individu A terlihat yang paling sering dilakukan juga Fight Treat, Side Treat dan TailFlagging. Pada individu yang terakhir yaitu individu D juga terlihat melakukan hal yang sama dengan individu A, Bdan C yaitu Fight Treat, Side Treat dan Tail Flagging. Jika dilihat dari tingkat keagresifan individu B terlihat sangatagresif dibandingkan yang lain, terlihat angat seringnya ia menyerang lawan baik dari depan maupun dari sampingdan juga sering sekali melakukan pengibasan pada ekornya. Perilaku agresif yang sering dilakukan oleh keempatikan tersebut adalah tail flagging. Tail flagging adalah perilaku mengibaskan ekor, kecenderungan ikan cupangmelakukan tail flagging (mengibaskan ekor), merupakan bentuk ketidak nyamanan terhadap situasi. Dan berusahauntuk mengusir sesuatu yang dianggap pengganggu (McGregor et al., 2001 ). Sekalipun individu yang lain jugamelakukan hal sama, tetapi individu B ini terlihat sangat mewaspadai cermin sebagaimusuhnya.Betta splendens jantan berjuang untuk mengklaim wilayah, atau untuk melindungi telur mereka atauketurunan dari pesaing jantan lain. Tapi pertempuran fisik selalu didahului oleh tampilan kadang­kadangdisebut "flaring". Ketika dirangsang oleh penampilan ikan jantan saingan, seekor Bettasplendens jantan akanmenunjukkan beberapa jenis secara genetis ditentukan agresif gerakan (polaaksi tetap). Ikan akanmengibaskan sirip nya, bergidik tubuhnya, memperpanjang gill opercula dan membran, dan umumnya akantampil jauh lebih besar dari ukuran biasanya. Betta splendens tidak mengenali diri mereka dalam cermin, dan akanmenunjukan perilaku agresif, mengira refleksimereka sebagai ikan jantan yang lain (Sheenan, 2010).

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102… 10/15

Grafik 2. Tabel hubungan perkelahian antara individu A dan individu B

Dari data grafik diatas terlihat perkelahian antara individu A dan individu B. dan padaperkelahian ini dimenangkan oleh individu B. Jika diamati pada individu B ini lebih cenderungmenyerang, terlihat peristiwa chase sangat tinggi bila dibandingkan dengan individu A. Selain itu terlihatbahwa individu B cenderung lebih sering menyerang dari arah samping dan sering sekali melakukan TailFlagging. Seperti yang kami tahu bahwaTail flagging merupakan salah satu perilaku agresif dari ikancupang terhadap musuhnya. Invidu yang aggressive dan mampu menguasai arena perkelahian (teritori)akan memunculkan individu yang kuat (dominan) dan lemah (submissive/subordinat) (Kikkawa &Thorne, 1974).

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102… 11/15

Grafik 2. Tabel hubungan perkelahian antara individu C dan individu D

Dari grafik diatas diketahui bahwa individu C cenderung lebih agresif bila dibandingkan denganindividu D. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku chase yang sangat tinggi pada individu C terhadapindividu D, sedangkan pada individu D terlihat sangat tinggi perilaku flightnya atau melarikan diri. Padaindividu C ini juga terdapat perilaku mengibaskan ekor yang sangat tinggi, hal ini terjadi karena iamenganggap musuhnya ini adalah ancaman besar baginya. Dan dapat disimpulkan bahwa individu C iniadalah individu yang agresif dan memenangkan perkelahian antar individu D.

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102… 12/15

Grafik 2. Tabel hubungan perkelahian antara individu B dan individu C

Dari hasil grafik diatas didapat bahwa individu B cenderung lebih agresif daripada individu C.Awalnya masing­masing individu hanya beberapa kali melakukan pendekatan masing­masing atauApproach. Tapi setelah itu pada peristiwa chase terlihat bahwa individu C lebih dominan daripadaindividu B, sejalan dengan itu individu B terlihat menghindar dan berlari menhindari individu C. padaperistiwa front treat kedua individu terlihat sama­sama menyerang walaupun sebelumnya individu Bhanya menghindar jika dikejar oleh individu C tapi setelahnya mereka sama­sama menyerang,menyerang dari depan maupun dari belakang. Tetapi perilaku mengibaskan ekor yang paling banyakadalah pada individu C daripada individu B. yang diketahui bahwa perilaku mengibaskan ekor adalahsalah satu perilaku agresif pada ikan cupang. Individu B merupakan individu yang agresif danmemenangkan perkelahian kali ini. Jika dibandingkan dengan perkelahian A dan B, individu B jugamemenangkan perkelahian dan lebih agresif. Invidu yang aggressive dan mampu menguasai arenaperkelahian (teritori) akan memunculkan individu yang kuat (dominan) dan lemah(submissive/subordinat) (Kikkawa & Thorne, 1974).

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102… 13/15

Grafik 2. Tabel hubungan perkelahian antara individu A dan individu D

Dilihat dari grafik diatas terlihat sangat jelas bahwa perilaku agresif dimiliki oleh individu A. Perkelahianini dilakukan oelh individu yang mengalami kekalahan pada saat ronde pertama dan kami adu lagi. Ternyataindividu A pemenangnya padahal pada saat ronde pertama individu D kalah, begitu juga dengan individu D.Awalnya individu A mendekati individu D tapi individu D tidak merespon, dan individu A pun mengejar danmeyerangnya dari depan juga dari samping. Terlihat perilaku melarikan diri dari individu D. Mungkin karenaindividu D ini adalah ikan cupang hias sedangkan individu A merupakan ikan cupang adu maka individu Amemenangkan pertandingan. Selain itu individu D melakukan perilaku (Tail flagging) mengibaskan ekor dan (circle) bergerak memutar arah setelah mendekati lawan. Dan artinya ikan cupang D memunculkan individu yanglemah (submissive/subordinat). Tail flagging adalah perilaku mengibaskan ekor, kecenderungan ikan cupangmelakukan tail flagging (mengibaskan ekor), merupakan bentuk ketidak nyamanan terhadap situasi. Danberusaha untuk mengusir sesuatu yang dianggap pengganggu (McGregor et al., 2001 ).

Kegemaran berkelahi Ikan cupang adu akan semakin memuncak apabila ikan cupang diletakkan dibaskom, akuarium, toples, atau tempat pemeliharaan lain. Hal ini dikarenakan ikan cupang telah terbiasa hidupdi tempat yang lebih nyaman bila dibandingkan dengan selokan atau tempat lainnya. Ketika melakukanpertarungan, ikan cupang jantan menghampiri lawan tandingnya. Kemudian ikan cupang jantanmempertontonkan sirip pada musuhnya. Sirip yang semula terlihat lemas dalam hitungan detik akanmengembang (Gouveia, 2007).

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102… 14/15

BAB VKESIMPULAN

Dilihat dari morfologi keempat ikan cupang tersebut, ikan C dan D termasuk ikan hias karenamempuyai keindahan bentuk sirip dan warna. Sedangkan ikan cupang A dan B termasuk ikan cupangadu. Ikan cupang B lebih agresif dibandingkan ikan cupang yang lain, sehingga bisa menguasaiperkelahian. Invidu yang aggressive dan mampu menguasai arena perkelahian (teritori) akanmemunculkan individu yang kuat (dominan) dan lemah (submissive/subordinat) (Kikkawa & Thorne,1974). DAFTAR PUSTAKAAfandi, R. & Tang, U.M. 2000. Biologi Reproduksi Ikan. Laporan. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kawasan

Pantai dan PerairanCampbell, N. A., Reece J.B, Mitchell LG.dkk. 2003. Biologi .Jilid 2. Erlangga. Jakarta.Djuanda, T. 2002. Dunia Ikan. Penerbit Armico. Bandung Efendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Pustaka NusantaraGouveia, A., Caio M. de Oliveira, Cynthia F. R., Thiago M de Brito, Dora F.V. 2007. Effects Trophic

Poisoning With Methylmercury On The Appetitive Elements Of The Agonistic Sequence InFighting­Fish (Betta Splendens). Spanish Journal of Psychology. Vol 10: 436­448.

Jumilawaty, 2001. Perilaku Harian Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostis) Saat Musim Berbiak DiSuaka Margasatwa Pulau Rambut Jakarta. Jurnal Biologi Sumatera. Padang Bulan, Medan. Vol.

10/3/2015 Miracle is Hardwork

data:text/html;charset=utf­8,%3Cdiv%20align%3D%22center%22%20class%3D%22MsoNormal%22%20style%3D%22color%3A%20rgb(102%2C%20102… 15/15

1, No. 1. , hlm. 20 – 23

Kikkawa, J. & M. J. Thorne. 1974. The Behaviour of Animals. John Murray (Publishers) LTD. London.

Klein, R.M., Figler, M.H., & Peeke, H.V.S. 1976. Modification of consummatory (attack) behavior resultingfrom pior habituation of appetitive (threat) components of the agonistic sequence in male Bettasplendens (Pisces, Belontiidae). Animal Behaviour. Vol 58: 1­25.Kottelat, Whitten, J.A., Wirjoatmodjo, S. & Kartikasari.1996. Freshwater Fishes of Western Indonesia

and Sulawesi. Periplus. Jakarta.Linke, H . 1994. Eksplorasi Ikan Cupang di Kalirnantan. Trubus. No.297. Agustus. hal 86­89.

Mc Gregor P. K., Tom M.P & Helene M.L. 2001. Fighting Fish Betta splendens Extract Relative InformationFrom Apparent Interactions: What Happens When What You See Is Not What You Get. AnimalBehaviour. Vol 62: 1059­1065.Ostrow, M.E. 1989. Bettas.T.F.H. Publications Inc. United State.Perkasa, B.E. 2001. Budidaya Cupang Hias dan Adu. Jakarta: Penebar SwadayaSanford, G. 1995. An Illustrated Encylopedia of Aquarium fish. Apple Press. London. hal 68.Scott, J.P. 1969. Introduction to Animal Behaviour. In : The Behaviour of Domestic Animals. E.S.E.

Hafez (ed). The Williams & Wilkins Co. Baltimore, USA. p 31­21.Sheenan, F. 2010. Betta Behavior. Available at http://www.bettatalk.com/betta_behavior.htmSugandy, I. 2002. Budidaya Cupang Hias. Jakarta: Argo Media Pustaka.Susanto, H. & Lingga, P. 1997. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.