Hisan Kapal

24

Click here to load reader

Transcript of Hisan Kapal

Page 1: Hisan Kapal

1. Higiene Lingkungan Kerja. Higiene lingkungan kerja adalah usaha untuk membuat suasana atau keadaan lingkungan kerja yang baik bagi seseorang yang bekerja di dalamnya sehingga orang tersebut terhindar dari penyakit atau gangguan–gangguan fisik lainnya.

a. Faktor–Faktor yang mempengaruhi Higiene lingkungan kerja. Pada waktu seseorang bekerja maka ia memerlukan udara untuk bernafas, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan lain sebagainya, yang pada umumnya dapat dikatakan bahwa semua bagian–bagian tubuhnya akan mengadakan kontak dengan lingkungan kerja sekitarnya, yang berupa udara, penerangan, kebisingan. Maka ketiga faktor inilah yang akan mempengaruhi pekerjaan tersebut. Demikian pula seorang anak buah kapal akan merasakan pengaruh–pengaruh dari ketiga faktor tersebut apabila mengingat bahwa meja tempat ia bekerja adalah ruangan yang relatif sempit dengan penerangan buatan dan adanya kebisingan yang disebabkan oleh mesin kapal.

b. Pengaruh udara. Pengaruh udara dapat di lihat dari beberapa hal yakni: ventilasi, volume ruangan dan temperatur serta kelembaban udara.

1) Ventilasi. Udara yang kita hisap mengandung 20,96 % O2 dan 78,60 % N2 sedangkan gas–gas lain terdapat dalam jumlah kecil seperti CO2 (0,04 %) dan uap air 0,40 %. Bila O2 yang kita hisap persentasenya kurang dari 20 % maka kita akan mengalami hipoksia, oleh karena itu kadar ini harus tetap diperhatikan. Biasanya kadar ini berubah pada ketinggian (altitude) yakni semakin tinggi suatu tempat semakin berkurang kadar O2, bila ruangan tidak mempunyai ventilasi yang baik atau bila terjadi suatu kebakaran pada ruang yang tertutup. Oleh karena itu suatu ruangan yang baik bagi kita adalah ruangan yang mempunyai ventilasi yang cukup sehingga selalu terjadi aliran udara yang segar/baru dari luar ke dalam ruangan. Untuk maksud tersebut di atas, dapat dipakai lubang angin atau jendela dan juga dapat dipasang kipas angin (exhaust fan). Standar untuk jendela adalah 15 % dari luas lantai sedangkan jika mempergunakan exhaust fan maka sebaiknya kecepatan aliran hawa yang berada di sekitar adalah di atas 1,5 meter/menit. Kecepatan aliran ini dapat menjamin kebutuhan udara minimal bagi setiap orang yakni 300 cc/orang/menit. Pada ruangan yang ber AC ventilasi udara sudah diatur oleh AC dan dilarang untuk mengubahnya.

2) Volume ruangan. Dari keterangan di atas terlihat bahwa semakin banyak orang di dalam suatu ruangan akan semakin sedikit O2 yang dapat terhisap.

Oleh karena itu harus diatur agar setiap anak buah kapal mendapatkan hawa udara yang cukup dengan cara memberi ruangan–ruangan yang memenuhi persyaratan. Adapun standar per kapal untuk pengaturan ruangan adalah sebagai berikut:

Volume ruangan : 3–4 meter kubik (m³).Luas lantai : 1,5 meter persegi(m²).Bila di dalam ruangan tidur maka jarak antara tempat tidur ± 1 meter. Kemudian

diperlukan pula kebutuhan WC kamar mandi, tempat cuci tangan dan urinoir untuk anak buah kapal yakni :

WC : 1 untuk 18 ABKUrinoir : 1 untuk 40 ABKKamar mandi : 1 untuk 60 ABKTempat cuci tangan : 1 untuk 15 ABK

3) Temperatur dan kelembaban udara. Agar seseorang dapat bekerja dengan baik tanpa menimbulkan kelelahan yang cepat haruslah diatur temperatur udara sekitar serta kelembaban nisbinya. Hal ini dilaksanakan dengan memasang AC atau exhaust fan. Temperatur yang baik untuk bekerja adalah antara 22º C-26º C dengan kelembaman nisbi antara 65–90 %. Pemasangan air conditioner yang tepat dan efisien adalah paling sedikit 45 cm di atas lantai.

c. Penerangan. Ruangan di dalam kapal sebagian besar tidak mendapatkan sinar langsung dari matahari maka agar ABK tidak mengalami gangguan atau kerusakan pada mata haruslah ruangan–ruangan kapal tersebut diberi penerangan buatan (lampu). Kekurangan dari lampu–lampu ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian ruangan. Sebagai satuan untuk penerangan adalah lilin (foot candle/Fc). Foot Candle ialah penerangan yang dihasilkan oleh satuan lilin standard, pada jarak 1 kaki (feet) = 33,33 cm untuk memberikan penerangan kepada bagian dalam bola yang berjari–jari 1 feet, sedemikian rupa sehingga sinar mengenai permukaan tegak lurus. Di bawah ini tertera daftar kebutuhan penerangan berdasarkan Peraturan. Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1984.

1) Penerangan darurat 0,5 FC.

2) Halaman dan jalan 2 FC.

3) Membeda–bedakan barang besar 5 FC.

4) Membeda–bedakan barang kecil secara sepintas 10 FC.

1

Page 2: Hisan Kapal

5) Membeda–bedakan barang kecil agak teliti dan halus 20 FC.

6) Membeda–bedakan barang kecil secara teliti dan halus 30 FC.

7) Membeda–bedakan barang–barang halus dengan kontras yang kurang dan lama 50–100 FC.

8) Membeda–bedakan barang halus dengan kontras yang sangat kurang dan lama 200 FC.

Selain hal–hal yang sudah disebutkan di atas maka dalam menggunakan penerangan buatan perlu juga diperhatikan pengaturan letak lampu ataupun jenisnya agar tidak menyebabkan kesulitan kepada anggota.

d. Kebisingan. Suara yang bising dan berlangsung lama akan mempengaruhi tingkah laku dan pendengaran manusia (ketulian). Untuk itu perlu diketahui penanggulangan/pemecahan bising akibat suara–suara mesin ataupun letusan senjata di kapal.

1) Pengertian.

a) Trauma akustik. Lesi yang ditimbulkan akibat bising (letusan senjata/meriam, suara–suara mesin di sel/turbin dan lain-lain) yang merusak sebagian ataupun seluruh pendengaran.

b) Kebisingan. Bunyi yang didengar sebagai rangsangan getaran melalui media elastis yang tidak dikehendaki.

c) Frekuensi. Jumlah getaran/gelombang getaran yang sampai ke telinga setiap detik. Frekuensi dinyatakan dalam satuan Hertz (Hz).

d) Intensitas. Kekuatan bunyi dengan frekuensi 100 Hz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal. Intensitas dinyatakan dalam satuan decibel (dB).

2) Pengaruh kebisingan terhadap manusia.

a) Pengaruh di luar indra pendengaran, berapa gangguan tingkah laku seperti: mudah marah, sukar konsentrasi, mudah lelah, pusing (vertigo) dan lain–lain.

b) Pengaruh terhadap indra pendengaran berupa berkurangnya daya pendengaran baik sebagian atau seluruhnya yang bersifat temporer maupun permanen.

3) Proses terjadinya ketulian akibat bising. Telinga seorang dewasa muda yang normal, peka terhadap frekuensi antara 20–20.000 Hz (kepekaan tertinggi terutama pada frequency 1000–4000 Hz). Pada intensitas 130–140 dB bunyi dirasakan sebagai rasa nyeri di telinga. Kebisingan yang terus menerus dan berlangsung secara lama, akanmenimbulkan kerusakan serabut–serabut syaraf dalam telinga sehingga terjadi ketulian yang bersifat menetap. Ketulian ini terjadi pada permulaan pada frekuenci yang cukup tinggi (4000 Hz) sehingga tidak mempengaruhi pembicaraan sehari–hari. Bila berlangsung terus maka ketulian akan berkembang ke frekuensi pembicaraan.

4) Faktor–faktor yang mempengaruhi ketulian akibat bising. Ketulian akibat bising tidak terjadi begitu saja pada tiap ada kebisingan tetapi dipengaruhi oleh faktor berikut:

a) Intensitas bising. Frekuensi 100 Hz dengan intensitas 86 dB jika di dengar selama 4 jam maka tidak akan mempengaruhi pendengaran. Semakin tinggi bising semakin tinggi pula resiko ketulian.

b) Frekuensi bising. Semakin tinggi frekuensi bising semakin berbahaya.

c) Lamanya menerima rangsangan bising. Semakin lama berada dalam lingkungan bising semakin besar kemungkinan untuk menderita ketulian.

d) Sifat bising. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas sering menimbulkan gangguan pendengaran.

e) Waktu istirahat di luar lingkungan bising. Waktu istirahat di lingkungan yang tenang akan mengurangi terhadap resiko ketulian.

f) Kepekaan individu. Ada individu yang sangat peka terhadap bising tetapi ada pula yang lebih tahan.

g) Umur. Umur semakin tua lebih besar resikonya dibandingkan dengan yang berusia muda.

2

Page 3: Hisan Kapal

5) Resiko ketulian dan waktu bekerja yang aman di lingkungan bising. Sesuai dengan hasil keputusan higiene perusahaan dan kesehatan kerja di Indonesia maka sebagai patokan waktu yang aman adalah: 8 jam sehari untuk intensitas bising 85 dB. Table hubungan antara intensitas bising dengan waktu maksimal yang masih aman frekuensi antara 400 Hz-8000 Hz.

Intensitas suara Waktu maximal yang masih aman dalam dalam dB jam – menit per hari

90 dB 8 jam 91 dB 6 jam 15 menit 93 dB 4 jam 94 dB 3 jam 5 menit 96 dB 2 jam 99 dB 1 jam102 dB 30 menit105 dB 15 menit110 dB Kurang dari 5 menit120 dB Kurang dari 20 detik

6) Pencegahan ketulian akibat bising yang dapat dilaksanakan di kapal.

a) Pengendalian sumber bising. Dilaksanakan dengan jalan memasang peredam suara pada mesin–mesin atau pengganti mesin yang bising dengan yang kurang bising.

b) Pemeriksaan yang teratur terhadap pendengaran ABK yang bekerja dalam lingkungan bising. Bila pendengaran anggota tersebut sangat cepat menurun maka ia harus dipindahkan ke lingkungan kerja yang tidak bising.

c) Melindungi pendengaran anggota terhadap bising, dengan cara melindungi telinga maka intensitas bunyi diantar melalui udara akan dilemahkan sebelum sampai kegendang telinga.

Perlindungan ini dengan menggunakan:

(1) Sumbat tutup telinga (ear plug).

(2) Penutup telinga (ear muff).

(3) Penutup kepala.

Pemakaian pelindung telinga ini harus dilaksanakan bila bekerja di tempat yang mempunyai intensitas bising yang tinggi lebih dari 85 dB pada kondisi sebagai berikut:

(1) Suara bising yang terlalu keras sehingga sukar berbicara dengan orang lain.

(2) Terdengar suara mendering dalam telinga selama beberapa jam setelah selesai bekerja dalam ruangan yang bising.

(3) Berkurangnya pendengaran setelah bekerja beberapa jam dalam ruangan yang bising.

d) Pengaturan daftar jaga dan rehabilitasi. Daftar jaga di lingkungan bising perlu disesuaikan dengan waktu maksimal yang diperbolehkan sesuai dengan intensitas bising yang diterima anggota.

e) Penerangan kesehatan. Memberikan ceramah–ceramah mengenai pentingnya penggunaan alat pelindung pendengaran.

2. Sanitasi Kapal

a. Air minum.

1) Syarat fisik.

a) Suhu : di bawah suhu udara–kamar.

b) Warna : jernih (5 satuan warna platinum cobalt).

c) Rasa : tidak terasa.

d) Bau : tidak berbau.

3

Page 4: Hisan Kapal

e) Kekeruhan : kurang dari 5 satuan kekeruhan dalam mgr/liter Si02 (silikat/kaca).

2) Syarat – syarat kimia.

a) CO2 (gas asam arang) agresif tidak ada.

b) H2S (asam sulfida) tidak ada.

c) NH4 (amoniak) tidak ada.

d) NO3 (senyawa Nitrat) tidak ada.

e) F (Fluor) 1–1,5 mg/liter.

f) pH (Derajat keasaman) 6,5 – 9.

g) Kesadahan 5º - 10º D.

h) Zat yang larut kurang dari 100 mg/liter.

i) Zat organik kurang dari 10 mg/liter.

j) Cl (Klor) kurang dari 20 mg/liter.

k) SO4 (senyawa sulfat) kurang dari 250 mg/liter.

l) Mg (senyawa mangesium) kurang dari 125 mg/liter.

m) Fe (senyawa besi) kurang dari 0,2 mg/liter.

n) Mn (senyawa mangan) kurang dari 0,1 mg/liter.

o) As (senyawa arsen) kurang dari 0,005 mg/liter.

p) Pb (senyawa timbal) kurang dari 0,005 mg/liter.

q) Cu (senyawa tembaga) kurang dari 1,0 mg/liter.

r) Zn (senyawa seng) kurang dari 5,0 mg/liter..

s) Sc (senyawa scandium) kurang dari 0,005 mg/liter.

t) Krom bivalen kurang dari 0,005 mg/liter.

u) Sinar radio aktif (alfa/beta) kurang dari 10 m C.

v) Fenol kurang dari 0,001 mg/liter.

Keterangan: Bahan–bahan yang terdapat mulai No. Urut ”o” s.d ”t” adalah termasuk bahan kimia beracun, sedang yang lainnya adalah bahan yang dapat menimbulkan kesulitan (gangguan kesehatan).

3) Syarat- syarat bakteriologi.

a) Angka kuman dalam 1 cc harus kurang dari 100.

b) Angka bakteri “E–Coli “ dalam 100 cc harus tidak ada.

4) Kesimpulan. Air yang baik untuk keperluan sehari–hari terutama sebagai air minum, adalah air yang:

a) Tidak mengandung bahan mineral, terlarut, organik yang berlebihan.

b) Bebas dari bahan–bahan yang beracun.

c) Tidak mengandung kuman–kuman penyakit.

4

Page 5: Hisan Kapal

5) Prosedur penyediaan air kapal. Pangkalan menyediakan air untuk kapal dengan menggunakan tiga cara:

a) Melalui hidran (air di dermaga).

b) Melalui tongkang.

c) Melalui mobil tangki air.

Air tersebut akan ditampung dalam tangki air tawar, yang dapat berjumlah lebih dari satu tergantung pada tonase kapal. Dari tangki ini air tersebut akan didistribusikan ke ruangan kapal. Pemasukan air dari pangkalan ke kapal harus dilaksanakan secara higienis yakni:

a) Hidran, tongkang mobil, tangki air beserta saluran pipanya harus bebas kuman dari zat kimia yang berbahaya (beracun).

b) Personel yang menangani harus dalam keadaan bersih dan sehat.

c) Sebelum air dialirkan ke kapal maka terlebih dahulu diadakan pencucian/pembilasan terhadap pipa penghubung dengan menggunakan larutan klor atau kaporit dengan dosis 50–100 PPM (50–1000 mg/liter) selama 1 menit.

d) Setelah selesai digunakan maka ujung–ujung pipa sumber air maupun tangki kapal harus ditutup, untuk mencegah kontaminasi bakteri dan zat yang berbahaya (beracun).

6) Prosedur pemeriksaan air kapal. Pemeriksaan air dilakukan untuk menetapkan kualitas air yang akan digunakan untuk keperluan sehari–hari terutama sebagai air minum. Ada dua jenis pemeriksaan air:

a) Pemeriksaan air primer (untuk pertama kali). Pemeriksaan air primer dikerjakan secara lengkap meliputi fisik, kimia dan bakteriologis. Pelaksanaan pemeriksaan air primer ini dilakukan terhadap air yang berasal dari sumber (hidran, tongkang, dan mobil tangki air) sebelum dimasukkan ke dalam tangki kapal.

b) Pemeriksaan air secara bakteriologis dilaksanakan sebagai berikut:

(1) Bersihkan kran yang akan diperiksa kemudian bakar kran tersebut selama 2–3 menit, agar kuman–kuman yang terdapat pada mulut kran tersebut mati.

(2) Alirkan air kran tersebut selama 2–3 menit dan airnya dibuang.

(3) Ambillah botol yang sudah bebas kuman, buka tutupnya kemudian mulut botol dilewatkan di atas api sesaat setelah itu isilah dengan air contoh sebanyak ± 300 cc dan tutup kembali.

(4) Berilah label keterangan mengenai:

(a) Tempat pengambilan.

(b) Tanggal, hari dan Jam.

(c) Untuk pemeriksaan apa.

(d) Nama yang mengambil sampel air.

(e) Lain–lain yang perlu.

(5) Penyimpanan contoh air ini dilaksanakan dalam lemari es.

c) Pemeriksaan air secara kimia dan fisik dilaksanakan dengan cara:

(1) Sediakan tempat penampungan contoh air yang bersih dan bebas dari bahan–bahan kimia dengan ukuran sekitar 2 liter. Sebaiknya botol atau gelas yang tidak berwarna, dengan tutup yang tidak larut oleh air.

(2) Bilas tempat contoh air tersebut sekurang–kurangnya tiga kali dengan air yang akan diperiksa.

(3) Isilah tempat air dengan air contoh sebanyak ± 2 liter kemudian tutuplah tempat penampungan air tersebut sehingga tidak mudah tumpah.

5

Page 6: Hisan Kapal

(4) Berikan label dengan keterangan tentang:

(a) Tempat pengambilan.

(b) Tanggal, hari dan Jam.

(c) Untuk pemeriksaan apa.

(d) Nama yang mengambil sampel air.

(e) Lain–lain yang perlu.

(5) Pemeriksaan dapat ditangguhkan paling lama satu bulan dan tidak memerlukan penyimpanan dalam lemari es.

d) Sambil menunggu hasil pemeriksaan air tersebut maka disarankan kepada Komandan kapal untuk memasak air sampai mendidih sebelum digunakan sebagai air minum. Setelah hasil pemeriksaan diketahui akan terdapat tiga kemungkinan:

(1) Jika hasil pemeriksaan air tidak memenuhi persyaratan kesehatan, maka hal ini akan dilaporkan kepada pangkalan sebagai penanggung jawab, untuk mengadakan perbaikan terhadap kualitas air di pangkalan.

(2) Jika hasil pemeriksaan memenuhi persyaratan kesehatan maka dilanjutkan dengan pemeriksaan di kran distribusi dalam kapal. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah tangki air kapal maupun pipa distribusi tidak terkontaminasi, cara pemeriksaan sama dengan pemeriksaan pertama kali.

(3) Jka hasil pemeriksaan air dalam tangki maupun distribusi tidak baik, maka hal ini berarti telah terjadi pencemaran di dalam tangki atau pipa distribusi kapal. Hal ini harus dilaporkan kepada Komandan kapal, untuk diadakan tindakan–tindakan perbaikan.

Tindakan–tindakan perbaikan yang diambil adalah:

(a) Klorinasi.

(b) Pengurasan tangki dan disinfeksi tangki.

(c) Perbaikan tangki, bila tangki berkarat atau mengalami kebocoran pada lapisan dalamnya.

(d) Tindakan lain sesuai dengan hasil laboratorium, misalnya bila kekurangan mineral maka selama air tersebut digunakan, dilakukan fortifikasi makanan (pemberian vitamin dan mineral pada anggota).

e) Pemeriksaan air secara rutin. Pemeriksaan air secara rutin adalah pemeriksaan air kapal yang dikerjakan secara berkala. Pemeriksaan rutin itu dilaksanakan dengan memeriksa:

(1) Keadaan Klor aktifnya.

(2) PH.

(3) Contoh air secara lengkap.

7) Selain mengadakan pemeriksaan terhadap air kapal juga perlu dilaksanakan pemeriksaan–pemeriksaan/tindakan–tindakan terhadap tangki maupun pipa distribusinya. Pelaksanaan sebagai berikut:

a) Keutuhan pipa distribusi air minum dan air limbah. Maksud pemeriksaan ini adalah agar segera dapat diketahui adanya kebocoran dari pipa air limbah ke pipa air minum.

b) Pemeriksaan terhadap kebersihan tangki air. Tangki air ini sebaiknya dikuras setiap enam bulan sekali. Adapun cara menguras atau mendesinfeksi tangki air kapal adalah sebagai berikut:

(1) Air dalam tangki dikuras, lumpur–lumpur dibuang, lubang–lubang atau karat dibersihkan dan ditambal dengan semen. Bila perlu diadakan pengecatan ulang dengan cat khusus.

6

Page 7: Hisan Kapal

(2) Jika tangki dalam keadaan berkarat atau berlumpur maka hanya diperlukan pembersihan dengan sikat atau alat lainnya.(3) Setelah tangki bersih maka dilakukan desinfeksi tangki tersebut dengan membiarkan air sekitar setengah dari volume tangki, kemudian dicampur dengan kaporit atau larutan klor dengan dengan kadar klor aktif 50 ppm (50 mg/liter) dan dibiarkan selama 24 jam atau 1 jam. Selama mendiamkan 24 jam atau 1 jam hendaknya dibantu dengan menyiram–nyiramkan larutan tersebut keseluruh dinding tangki kapal.

(4) Setelah waktunya cukup, baik memakai methoda yang 24 jam ataupun yang 1 jam, maka air harus dikeluarkan. Air yang dikeluarkan dari tangki dapat digunakan untuk berbagai keperluan selain mencuci makanan dan sebagai air minum.

c) Klorinasi terhadap tangki air minum dilaksanakan jika:

(1) Dalam pelaksanaan pemeriksaan rutin kadar klor aktif dalam air nol (0).

(2) Hasil pemeriksaan air tersebut dari laboratorium menunjukkan angka kumannya dalam 1 cc lebih dari 100 atau terdapat kuman E coli dalam 100 cc air.

(3) Terjadinya wabah penyakit muntaber atau penyakit perut lainnya yang kemungkinan penyebarannya melalui air.

(4) Adapun cara mengadakan klorinasi terhadap air adalah sebagai berikut :

(a) Hitung volume air yang ada dalam tangki.

(b) Siapkan bahan desinfektannya yang dapat dipilih dari salah satu di bawah ini:

(i) Larutan klor (Cl2) mempunyai 100 % klor aktif.

(ii) Kaporit: mempunyai 50 – 79 % Klor aktif.

(iii) Zat penglantang (CaOCl2) : mempunyai 15 – 30 % klor aktif.

Umpama kita hanya mempunyai kaporit maka hitung berapa gram kaporit yang harus kita tuangkan ke dalam air tersebut sehingga kadar sisa klor aktifnya memenuhi syarat sebagai air minum. Syarat sisa klor aktif dari air minum adalah: 0,1–0,2 PPM dan masih diizinkan sampai 0,5 PPM, tergantung dari kondisi air yang akan diklorinasi.

d) Cara menghitung jumlah kaporit yang akan dipakai dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

D X PPM X 100 = ………… gram 1.000.000 X

Keterangan:

D = Jumlah air yang akan di klorinasi dalam satuan cc

PPM = Kesatuan jumlah sisa klor aktif yang harus tersisa atau yang kita kehendaki berada dalam air.

X = Kesatuan aktif klor dari zat desinfektan yang dipakai untuk mengklorinasi air dalam % ( persen )

Sebagai contoh:

Jika kita mengklorinasi air sejumlah 20 ton dengan kaporit yang mengandung 50 % klor aktif, berapa jumlah kaporit yang kita pakai bila kita inginkan air tersebut mengandung 0,2 PPM sisa klor aktifnya.

Jawab: 20.000.000 X 0,2 X 100 = 40 gram

1.000.000 50

Jadi kaporit yang dibutuhkan sebanyak 40 gram.

7

Page 8: Hisan Kapal

Penyakit–penyakit yang dapat ditularkan melalui air digolongkan sebagai berikut:

1) Golongan penyakit yang disebabkan oleh bakteri:

a) Penyakit perut:

(1) Typhus abdominalis, para typhus A,B.

(2) Cholera.

(3) Dysentri basiler, Amuba dan penyakit lainnya.

b) Penyakit kulit:

(1) Scabies (gudig).

(2) Ulcera (koreng).

(3) Iritasi kulit dan penyakit lainnya.

c) Penyakit lain:

(1) Polio myelitis.

(2) Leptospirosis dan lain–lainnya.

2) Golongan penyakit yang tidak disebabkan oleh bakteri:

a) Caries pada gigi, disebabkan karena kekurangan zat Fluor (F).

b) Mottled enamel (email gigi yang rusak), disebabkan karena kelebihan zat fluor dalam air.

c) Gondok (struma), disebabkan karena kekurangan zat Iodium (I).

d) Blue Baby (perubahan warna darah dan menghalang–halangi tenaga darah untuk membawa oksigen) disebabkan karena kelebihan zat Nitrogen (NO3) di dalam air.

e) Penimbunan karang pada ginjal atau saluran kencing disebabkan karena kelebihan zat persenyawaan Mg dan Ca dalam air.

f) Mencret (Diare).

b. Makanan.

Makanan dapat juga sebagai perantara masuknya kuman–kuman penyakit atau sebagai racun bagi tubuh bila tidak diperhatikan kebersihannya. Dalam hal ini kita dapat membagi penyebab penyakit yang ditimbulkan dengan perantara makanan yakni: infeksi bakteri, racun bakteri, parasit protozoa dan cacing, racun kimia dan racun alamiah. Tindakan–tindakan khusus diperlukan untuk mencegah penyakit–penyakit yang disebabkan oleh hal–hal di bawah ini:

1) Racun bakteri yang disebabkan kontaminasi kuman Clostridium botulinium, Staphylococcus untuk mencegah hal tersebut maka makanan hendaknya disimpan di dalam lemari es sehingga pertumbuhan kuman tersebut terhambat. Racun bakteri biasanya tahan panas sehingga tak mungkin dirusakkan dengan jalan pemanasan yang terus menerus.

2) Infeksi bakteri sebagai hasil kontaminasi kuman–kuman penyebab penyakit:

a) Demam tifoid.

b) Salmonellosis.

c) Disentri basiler.

d) Infeksi Streptococcus atau Staphylococcus.

3) Kontaminasi makanan dengan kuman–kuman tersebut di atas disebabkan oleh:

a) Lalat, lipas, serangga lain atau kutu.

8

Page 9: Hisan Kapal

b) Pengurus makanan yakni orang–orang yang bersangkutan dengan penerimaan bahan makanan, memasak dan menyajikan makanan yang sudah masak. Mereka ini bila kurang memperhatikan kebersihan akan menyebabkan terkontaminasinya makanan.

c) Wadah makanan yang tidak bersih.

4) Infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing misalnya cacing pita yang terdapat pada babi. Hal ini dapat dihilangkan dengan pemanasan atau dengan pemasakan yang baik.

5) Racun kimia didalam makanan biasanya disebabkan oleh wadah makanan yang mengandung Pb (timah hitam) atau cadmium dan karena tercemarnya sayur–sayuran oleh racun serangga.

Oleh karena itu sebaiknya wadah makanan jangan terbuat dari bahan logam Pb atau Cd, dan dicuci agar tak tercemari oleh racun serangga

Penerimaan bahan makanan. Bahan makanan yang diperlukan oleh kapal terdiri dari bahan makanan basah dan bahan makanan kering. Kedua jenis bahan makanan ini harus diterima oleh suatu komisi yang beranggotakan unsur perbekalan, provoost dan kesehatan. Masing–masing anggota menerima bahan makanan dan memeriksa sesuai dengan bidangnya. Bila komisi menyetujui, barulah makanan tersebut dapat diterima. Anggota kesehatan haruslah memperhatikan syarat–syarat kesehatan yakni kebersihannya adanya kuman–kuman penyakit dan busuk tidaknya bahan makanan tersebut. Untuk mengetahui hal–hal tersebut di atas maka jenis–jenis makanan tersebut akan dibahas satu persatu.

1) Penerimaan bahan makanan basah yang terdiri dari daging (sapi, kambing, ayam), ikan, telur, harus diperiksa terlebih dahulu sebagaimana akan diuraikan di bawah ini, sebelum dinyatakan diterima.

a) Daging (sapi, kambing, ayam): Pemeriksaan ditunjukan pada beberapa kelenjar jantung, dan lidah, apabila mencurigakan, diperiksa pula selaput perut kelenjar limfa, kelenjar kelamin. Alat–alat yang dipergunakan (meja potong, pisau dan sebagainya) harus bersih. Pisau dan alat–alat yang lain yang telah dipakai memotong hewan yang berpenyakit, harus disterilkan terlebih dahulu dengan merebus sebelum dipakai lagi.

(1) Tanda–tanda daging yang baik adalah warna merah coklat, mengkilat, sedangkan untuk daging ayam putih kekuning–kuningan. Makin berumur hewannya makin tua warnanya. Pada kambing warna ini lebih kemerah–merahan. Baunya sepertinya daging murni, untuk itu sebaiknya pisau ditusukkan ke dalam daging kemudian dicium untuk mengetahui apakah bagian dalamnya masih baik. Pada perabaan daging yang baik berkonsistensi kenyal, tidak basah waktu dipegang, tidak ada edema dan emfisema.

(2) Tanda–tanda daging yang tidak baik/tidak segar:

(a) Warna daging pucat.

(b) Basah, lengket, dan bergetah.

(c) Bau yang tidak enak.

(d) Edema dan emfisema positip.

(e) Tampak tanda–tanda khusus seperti tuberkel, telur cacing pita, luka terbuka, peneumonia, patah tulang. Bila terdapat tuberkel maka seluruh daging ditolak.

(3) Bila daging dibekukan (freezer) maka pemeriksaan dilakukan kepada baik buruknya pembekuan tersebut yakni:

(a) Tusukkan suatu tangkai besi ke dalam daging. Bila pembekuan baik maka tangkai akan melenting.

(b) Gunakan sebuah gurdi (bor) bila penembusannya gampang berarti pembekuan daging baik.

(c) Gunakan pisau untuk memotong, bila permukaan potongan licin berarti pembekuan baik.

(4) Penyimpanan daging di ruangan pendingin adalah pada temperatur 0 - 3º C. Untuk yang dibekukan, pada temperatur kurang dari 12º C dipakai untuk waktu lama.

9

Page 10: Hisan Kapal

b) Ikan. Seperti halnya pada pemeriksaan daging, maka pada pemeriksaan ikan juga kita perhatikan tanda–tanda ikan yang masih baik dan tanda–tanda ikan yang tidak baik.

(1) Tanda–tanda ikan yang baik ialah:

(a) Kelihatan mengkilat.

(b) Mata masih menonjol dan jernih.

(c) Insang jernih dan kemerah–merahan.

(d) Sisik mengkilat, tidak mudah lepas.

(e) Perut kecil dan elastis (tidak mengembung).

(2) Tanda – tanda ikan yang tak baik ialah:

(a) Kelihatan tidak mengkilat.

(b) Mata kebiru–biruan.

(c) Insang kebiru–biruan.(d) Sisik mudah lepas.

(e) Perut kembung dan tidak elastis.

(f) Berbau tak sedap..

(3) Penyimpanan ikan pada ruangan pendingin adalah 0 – 3 º C. Untuk yang dibekukan pada temperatur kurang dari -12º C. Ikan yang dibekukan dipakai untuk jangka waktu yang lama (± 6 bulan).

c) Telur. Telur yang masih baik dapat dilihat dengan melihat ruangan kosong yang ada di dalamnya dengan jalan memegang telur tersebut di tempat terang lalu mata memandang ke dalam isi telur. Bila ruangan ini tak ada berarti bahwa telur tersebut sudah hampir menetas sehingga tak baik untuk digoreng/direbus. Telur tak boleh di simpan bersama bahan–bahan yang berbau tajam (bawang, daging, dan lain sebagainya) karena bau tersebut akan segera meresap kedalam telur dan telur akan kehilangan rasanya. Temperatur penyimpanan telur sekitar 5º - 7º C.

d) Sayur dan buah–buahan. Sayur dan buah–buahan yang baik dapat dilihat pada daun, tangkai maupun kulit yang masih segar, tidak layu dan utuh. Perhatikan jangan sampai sayur–sayuran tercampur dengan obat penyemprot serangga. Yang mungkin terjadi karena pencegahan terhadap serangga ketika tanaman sedang tumbuh ditanah. Temperatur yang baik bagi penyimpanan sayur dan buah–buahan adalah sekitar 7º - 10º C. Bila temperatur sekitar 5º C sedangkan ruangan temperatur tertutup rapat maka akan banyak CO2 yang dikeluarkan dan hal ini merupakan racun. Penyimpanan sayur memerlukan pengecekan berkala terhadap suhu.

e) Susu. Pemeriksaan susu dilakukan terhadap keadaan fisik maupun bakteriologi.

(1) Pemeriksaan fisika:

(a) Babcock test untuk menetapkan kadar lemak yakni sekitar 3,5 untuk Indonesia sekitar 2,7 – 2,8 (maksimum 3).

(b) Berat jenis untuk melihat apakah diencerkan atau tidak. Berat jenis standar sering diperiksa dengan titik beku, apabila tinggi berarti diencerkan dengan air.

(2) Pemeriksaan kimia: Hanya dilakukan apabila pada susu telah ditambah bahan–bahan pengawet seperti gula dan lain sebagainya.

(3) Pemeriksaan bakteriologi: Dihitung jumlah bakteri dalam 1 cc (plate count) susu baik mengandung bakteri 1 juta. Oleh kerena pemeriksaan dengan plate count memerlukan waktu lama (2 – 3 hari) biasanya dikerjakan pada laboratorium yang cukup besar. Untuk menyingkat waktu pemeriksaan, dapat juga digunakan “reduksi test “ dengan methyllen blue yang memerlukan waktu 8 jam.

(4) Untuk mendapatkan susu yang baik (safe).

10

Page 11: Hisan Kapal

(a) Harus berasal dari sapi yang sehat tidak menderita TBC, Morbus Beng, Brucellosis atau penyakit menular lainnya serta bebas penyakit menular pada mamaenya (kelenjar susunya).

(b) Pemerahan susu bebas penyakit.

(c) Kandang bersih.

(d) Kamar susu terhubung dengan fasilitas air bersih.

(e) Alat–alat yang dipakai baik dan steril.

(f) Segera didinginkan agar pengalengan baik serta bersih.

(g) Pasteurisasi yang baik. Bila persyaratan penerimaan bahan makanan basah tersebut sudah dipenuhi maka segera disimpan di dalam kamar pendingin. Hendaknya bahan makanan basah diterima dalam kondisi keadaan terbungkus.

f) Penerimaan bahan makanan kering. Sebagaimana halnya dengan bahan makanan basah maka bahan makanan keringpun diperiksa lebih dahulu sebelum dapat diterima. Bahan makanan kering adalah: beras, gula, garam, kopi, teh, susu bubuk, kacang hijau dan kabin. Pemeriksaan dilakukan terhadap beratnya maupun kualitasnya. Pada pemeriksaan kualitas perlu diperhatikan:

(1) Apakah bahan makanan tercampur dengan bahan–bahan lain seperti tanah, kerikil dan lain sebagainya.

(2) Apakah bahan makanan tersebut masih utuh atau sebagian sudah rusak atau bercampur.

(3) Apakah bahan makanan terkontaminasi dengan serangga maupun larva, bila kualitasnya memenuhi syarat maka bahan makanan tersebut dimaksudkan ke dalam gudang bahan makanan kering.

g) Penerimaan makanan kaleng. Dalam menerima makanan kaleng maka harus diperhatikan hal–hal sebagai berikut:

(1) Kaleng dalam keadaan utuh (tidak penyok, bocor).

(2) Kaleng tidak mengembung, bila mengembung berarti sudah terjadi proses pembentukan gas.

(3) Kaleng tidak berkarat.

(4) Label kaleng masih tertempel dengan baik.

(5) Waktu kadaluwarsanya, hal ini penting untuk penyimpanan dan pendistribusian di mana dianut prinsip First in First out. Jenis makanan kaleng yang dapat diterima kapal dalam operasi adalah: sarden, corned beef, nasi goreng, buah, sayur–sayuran dan susu.

Penyimpanan. Dalam penyimpanan bahan makanan tersebut dibedakan antara bahan makanan basah dengan bahan makanan kering.

1) Penyimpanan bahan makanan basah dilaksanakan di dalam kamar pendingin. Suhu diatur sebagai berikut:

a) Makanan beku - 12º C.

b) Daging dan ikan 0 - 3º C.

c) Sayur–sayuran dan buah–buahan 7 - 10º C.

d) Susu dan produk susu 5 - 7º C.

Bahan makanan di simpan dengan jenis, kebutuhan dan umurnya, khusus untuk jenis daging dan ikan penyimpanannya harus digantung.

Agar seluruh permukaan bahan tersebut mendapatkan pendinginan yang merata. Sayur–sayuran dan buah buahan disusun di atas rak.

Penyimpanan harus disesuaikan dengan kemampuan kamar pendingin, hal ini dinyatakan dalam satuan berat bukan volume. Bila ini tidak diindahkan dalam arti bahwa makanan

11

Page 12: Hisan Kapal

dimaksud asal muat, maka akan terjadi proses pembusukan. Semua bahan makanan harus berada di atas rak. Suhu dan kondisi makanan hendaknya diawasi secara berkala, kalau terdapat makanan yang busuk. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan: bell alarm yang sewaktu–waktu dapat digunakan apabila seseorang pengawas terkunci di dalam.

2) Penyimpanan bahan makanan kering. Penyimpanan bahan makanan kering dilakukan di gudang makanan kering. Perlu diperhatikan adanya ventilasi yang cukup sehingga ruangan tidak panas dan lembab. Pengaturan bahan makanan tersebut harus disesuaikan dengan jenis, kebutuhan dan umurnya. Makanan tersebut harus berada di atas rak dan harus disesuaikan dengan kemampuan gudang.

3) Penyimpanan bahan makanan kaleng. Penyimpanan bahan makanan kaleng hendaknya pada ruangan yang tidak melebihi suhu 30º C dan harus disesuaikan dengan jenis, kebutuhan dan umurnya. Makanan kaleng tersebut harus disimpan di atas rak dan dapat disimpan bersama makanan kering lainnya.

Pengelolaan. Dalam proses pengelolaan tersebut ada tiga faktor yang mempengaruhi:

1) Bahan makanan itu sendiri. Bahan makanan yang akan diolah harus diperlakukan sebagai berikut:

a) Cuci dengan air bersih hingga bersih.

b) Sesudah dicuci harus segera dimasak, bila harus menunggu lama hendaknya disimpan serta diberi tutup.

c) Makanan yang sudah dimasak hendaknya segera disajikan, bila tidak harus disimpan dalam tempat yang tertutup, tetapi tidak boleh terlalu lama.

2) Dapur dan peralatan masak. Untuk menghindarkan kontaminasi dapur dan peralatan masak harus senantiasa bersih. Hal ini dapat terlaksana apabila:

a) Lantai, meja, almari, dan sebagainya harus dijaga tetap bersih dengan mencucinya setiap hari.

b) Tersedia bak sampah tertutup.

c) Peralatan masak dan makan/minum seperti wajan, pisau, sendok, garpu, gelas, dan sebagainya harus dicuci setiap habis dipakai.

d) Peralatan masak dan makan tidak boleh terdiri dari logam Pb (timah hitam), Cd (Cadmium) atau Zn (seng). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya keracunan dari logam tersebut, karena logam tersebut dapat larut.

3) Pengolah makanan (Food handlers). Pengolah makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Sehat secara fisik dan mental, dalam hal ini dimaksudkan bahwa ia tidak boleh menderita penyakit menular ia juga tidak boleh menderita penyakit epilepsi (ayan).

b) Memelihara kebersihan perorangan.

c) Diberi pakaian khusus yakni: memakai tutup kepala dan celemek (apron).

d) Tidak mempunyai kebiasaan merokok sewaktu proses pengolahan makanan.

Penyajian. Dalam menyajikan makanan perlu diperhatikan hal–hal sebagai berikut:

1) Piring, gelas, sendok dan garpu disiapkan dimeja makan dalam keadaan bersih.

2) Ruang makan harus bersih.

3) Makanan yang disajikan dibawa dari dapur/pantry diusahakan masih hangat dan dalam keadaan tertutup.

4) Pembawa makanan harus dalam keadaan bersih.

c. Pemberantasan Serangga dan Tikus di Kapal.

Pemberantasan serangga di kapal. Di kapal dapat dijumpai serangga yang bila tidak diberantas maka akan tumbuh dan berkembang. Serangga di dalam kapal dapat berasal dari:

12

Page 13: Hisan Kapal

1) Luar kapal. Serangga ini masuk ke kapal akibat terbawa masuk melalui barang–barang atau terbang melalui lubang–lubang yang ada di kapal, misalnya:

a) Nyamuk: Melalui lubang-lubang kapal.

b) Kecoa: Terbang melalui barang/bahan–bahan makanan ataupun pakaian.

c) Kutu: Melalui hewan (tikus), bahan–bahan makanan ataupun pakaian.

2) Dalam kapal serangga yang berasal dari luar kapal kemudian tumbuh dan berkembang biak di dalam kapal, sehingga jumlah bertambah banyak. Serangga di kapal dapat mempengaruhi kesehatan ABK, karena serangga ini dapat membawa dan menularkan penyakit baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung bila serangga membawa penyakit, kemudian melalui gigitan ditularkan kemanusia, sedangkan secara tidak langsung dengan jalan mencemari makanan/minuman yang kemudian tertelan oleh manusia. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan oleh serangga adalah sebagai berikut:

a) Nyamuk:

(1) Malaria.

(2) Demam berdarah.

(3) Penyakit kaki gajah (Filariasis).

(4) Penyakit demam kuning (Yellow fever).

b) Lalat kecoa: Penyakit–penyakit saluran pencernaan, misalnya:

(1) Demam Tifoid.

(2) Kolera, disentri, muntah berak.

(3) Radang hati menular (Hepatitis).

(4) Poliomielitis.

c) Kutu.

(1) Pes/sampar.(2) Penyakit kulit dan infeksi kulit

Pemberantasan nyamuk. Pemberantasan nyamuk di kapal dapat ditujukan terhadap:

1) Pengawasan terhadap bentuk muda dari nyamuk (telur, jentik dan kepompong). Pengawasan bentuk muda nyamuk ini dilaksanakan dengan jalan:

a) Membatasi tempat berkembangnya nyamuk yaitu dengan menjaga saluran–aluran air pembuang di kapal tetap berfungsi dengan baik sehingga tidak ada air yang tergenang. Membuang kaleng–kaleng bekas ataupun bahan–bahan lain yang dapat tergenang air sehingga dapat digunakan untuk bertelur nyamuk.

b) Menguras dan membersihkan bak–bak air secara berkala (sekali dalam satu minggu).

c) Penggunaan bahan–bahan pembunuh larva (Larvasida) misalnya: Abate dosis: 1gram/10 liter.

2) Pengawasan terhadap nyamuk dewasa. Dilaksanakan dengan memakai bahan–bahan insektisida malation ataupun baygon dengan cara:

a) Penyemprotan (Spraying).

b) Pengasapan (Fogging).

Pemberantasan Tikus

Tanda-tanda Tikus.

1) Kotoran tersebut adalah kotoran tikus dengan melihat adanya bulu–bulu tikus dalam kotoran tersebut.

13

Page 14: Hisan Kapal

2) Runway (jalan tikus). Tikus mempunyai kegiatan pada tempat–tempat yang terbatas, dalam pergerakannya dari sarang/ lubang untuk mencari makan/minum, tikus cenderung memakai jalan yang tetap. Pada jalan ini sering diketemukan bulu tikus menempel.

3) Rubmarks (bekas sentuhan tubuh tikus). Pada sepanjang Runway terlihat rubmarks yang berwarna hitam mengkilat, berlemak dan seperti semir, sebagai hasil dari persinggtungan tubuh tikus yang berlernak dengan permukaan yang dilalui. Tanda ini akan dijumpai disekitar lubang, sepanjang pipa, balok, ujung tangga, pojok bawah dinding atau di mana saja tikus berjalan. Rubmarks yang baru lembut dan bila digosok akan mengotori tangan, sedangkan yang lama kasar dan akan lepas jika digaruk.

4) Tracks (jejak/tapak kaki). Dapat terlihat pada tempat–tempat/ lantai yang berdebu, dan akan lebih jelas jika diperiksa dengan penyinaran dari samping, selain jejak tapak kaki, bias juga diikuti dengan adanya tapak ekor yang diseret.

5) Burrows (lubang). Adanya lubang–lubang sebagai tempat jalan pintas atau tempat persembunyian tikus.

6) Gnawing (bekas gigitan). Adanya bekas gigitan tikus. Bekas gigitan yang baru berwarna terang dan nyata, selain masih terlihat adanya serpihan/potongan–potongan kecil dari benda yang digigit, gigitan lama berwarna gelap sebab sudah tertutup oleh debu.

7) Noise (bunyi). Adanya bunyi tikus dan kegaduhan yang ditimbulkan oleh tikus.

8) Tikus hidup atau mati.

9) Tanda–tanda lain seperti bau yang khas, warna kencing, bulu dan tanda–tanda lainnya.

Usaha–usaha pengawasan dan pemberantasan kehidupan tikus di kapal.

1) Pencegahan masuknya tikus ke dalam kapal, dalam mencegah adanya kehidupan tikus di kapal, maka diperlukan adanya usaha–usaha pengawasan dan pencegahan, usaha–usaha tersebut antara lain:

a) Pemasangan penangkal tikus pada semua tali perambat kapal, kabel–kabel listrik (untuk hubungan darat), selang–selang air atau minyak dan jalan–jalan lain yang dapat dilalui oleh tikus.

b) Pengaturan tinggi tangga kapal waktu siang hari (70 cm) dan pengangkatan pada malam hari.

c) Pemberian penerangan pada tangga dan ring kapal dengan jarak 1,5 m s.d. 2 m dari obyek pada malam hari.

d) Pengawasan secara ketat dan teliti terhadap pemasukan bahan makanan atau barang–barang lainnya ke kapal. Mengingat kemungkinan ikut sertanya tikus masuk bersama bahan makanan (terutama bahan makanan/barang yang di dos atau peti).

e) Memelihara kebersihan lingkungan secara kontinyu dan pembuangan sisa makanan/minuman sehingga tikus akan hilang/tidak ada.

f) Mengadakan pengaturan kapal sandar yang disesuaikan dengan jenis dan kriteria kebersihan serta banyaknya kehidupan tikus di kapal (berdasarkan hasil pemeriksaan dan sertifikat ijin sandar yang dikeluarkan oleh pangkalan).

g) Pemasangan alat penangkal tikus secara elektronik pada tempat–tempat/daerah yang memungkinan tikus untuk masuk ke kapal.

h) Pemeriksaan dan pengawasan secara terpadu oleh seluruh ABK mengenai adanya kehidupan tikus di kapal.

2) Penanganan dan pemberantasan tikus di kapal.

a) Mengadakan penangkapan dengan perangkap (trapping). Perangkap tersebut dipasang pada jalur-jalur yang sering dilalui oleh tikus (Runway) dengan menggunakan umpan, secara bervariasi. Misalnya seperti: ikan asin, kelapa, ketela rambat dan bahan–bahan lainnya. Dalam memasang umpan pada perangkap diusahakan tidak tersentuh/terpegang dengan tangan telanjang, sebaiknya tangan memakai sarung atau pelindung lainnya.

b) Mengadakan penangkapan dengan lem (Glue sistem) pemasangan lem perekat tikus pada jalur–jalur yang sering dilalui oleh tikus.

14

Page 15: Hisan Kapal

c) Mengatur penyimpanan barang–barang dalam gudang dan mencegah adanya ruangan dalam dinding.

d) Mengadakan Fumigasi. Untuk pelaksanaan fumigasi ini dapat digunakan beberapa bahan fumigan yang umumnya dipakai, Misalnya seperti: SO2 (Sulfur dioksida), HCN (Hydrogen Cyanida) dan CH3BR (Methyl bromide), Khusus untuk SO2 pemakaiannya sudah ditinggalkan karena sifatnya yang korosif. Di bawah ini diterangkan cara–cara fumigasi memakai HCN dan CH3Br.

Peranan tikus dalam menimbulkan penyakit. Tikus adalah makhluk yang sangat membahayakan hidup manusia karena dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit. Penyebaran penyakit oleh tikus disebabkan karena:

1) Tikus sebagai host dari pinjal yang merupakan vektor perantara penyakit pes.

2) Sifat tikus yang jorok dan ceroboh. Dengan sifat ini tikus akan dapat mengotori makanan dan minuman kita melalui bulu, air kencing, kotoran atau bahan lain yang dikandung oleh badannya.

3) Beberapa penyakit yang disebabkan oleh tikus

a) Pes, penyakit ini merupakan salah satu penyakit karantina, penyebabnya adalah Pasteurella pestis. Ditularkan melalui gigitan kutu tikus (Xenopsylla cheosis) yang infektif.

b) Tularemia, penyebabnya adalah Pasteurella tularesia, merupakan penyakit alamiah pada tikus. Penularannya ke manusia dengan beberapa jalan: antara lain melalui gigitan lalat, kutu dan pinjal.

c) Rat Bite Fever, penyebabnya Streptobacillus moniliformis. Bakteri ini hanya terdapat pada gigitan dan gusi tikus sakit dan ditularkan kepada manusia dengan gigitan.

d) Leptospirosis, penyebabnya Leptospira spp, terutama Leptospira icterohemorrhagica. Penyakit ini ditularkan ke manusia secara langsung atau tidak infeksi air kencing tikus.

e) Salmonellosis, penyebabnya Salmonellosis spp. Penularannya antara lain melalui makanan yang terkontaminasi dengan tinja/kotoran tikus yang mengandung kuman salmonella.

f) Murine typhus, penyebabnya Richettsia typi. Penularannya ke manusia melalui gigitan kutu tikus. Agent akan masuk melalui luka gigitan atau bekas garukan pada tikus.

15