HirschSprung

11
1 MODUL HIRSCHSPRUNG Kode Modul : MBA 029 A. Definisi Penyakit Hirschsprung adalah kelainan bawaan berupa tidak adanya sel ganglion parasimpatis usus (pleksus submukosa Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach) mulai dari sfingter anus internal ke arah proksimal dengan panjang segmen tertentu. Sekitar 90% aganglinosis mengenai daerah rektum dan sigmoid. Aganglionosis ini meyebabkan gangguan peristaltik sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna. B. Waktu (1) Tingkat pengayaan pada dari semester 1 sampai 3. (2) Kegiatan magang dimulai dari semester 4 sampai 6. (3) Kegiatan mandiri dimulai dari awal semester 7 hingga akhir masa pendidikan. Jenis Penyakit ICD 10 Tahap I Tahap II Jumlah kasus minimum PBD (3bl) Sem 1 Sem 2 Sem 3 Sem 4 Sem 5 Sem 6 Sem 7 Sem 8 Sem 9 G M Hirschsprung Q43.1 K6 K6 K6 K6 P5.A3 P5.A3 P5.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 2 5 Kompetensi yang harus dikuasai dalam setiap tahap ditandai dengan warna, warna merah adalah tingkat pengayaan dan pengu- saan materi (K6), warna kuning adalah tingkat magang dan pengusaan psikomotor dan attitude (P2A3); sedangkan warna hijau adalah tingat mandiri dan pengusaan psikomotor dan attitude (P5A5). G : Kegiatan magang M : Operasi mandiri C. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi, dan fisiologi saluran cerna; memahami dan mengerti patologi dan patogenesis penyakit Hirsch- sprung; memahami dan mengerti diagnosis dan pengelolaan penyakit Hirschsprung dan dapat mela- kukan tindakan operasi untuk penanganan penyakit Hirschsprung, serta perawatan pasca operasi. 2. Tujuan Khusus a. Mampu menjelaskan embriologi, anatomi, dan fisiologi saluran cerna. b. Mampu menjelaskan patologi dan patogenesis penyakit Hirschsprung. c. Mampu menjelaskan dan membuat diagnosis penyakit Hirschsprung. d. Mampu menjelaskan indikasi dan interpretasi hasil pemeriksaan imaging dalam rangka diagnostik penyakit Hirschsprung e. Mampu menjelaskan teknik operasi dan melakukan operasi kolostomi dan operasi definitif pada penyakit hirschsprung dan mengatasi komplikasinya f. Mampu melakukan persiapan pra operatif dan perawatan pasca operatif penyakit Hirschsprung g. Mampu mengenal dan menangani komplikasi pasca operasi kolostomi dan pull through.

description

Modul

Transcript of HirschSprung

Page 1: HirschSprung

1

MODUL HIRSCHSPRUNG Kode Modul : MBA 029

A. Definisi

Penyakit Hirschsprung adalah kelainan bawaan berupa tidak adanya sel ganglion parasimpatis usus (pleksus submukosa Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach) mulai dari sfingter anus internal ke arah proksimal dengan panjang segmen tertentu. Sekitar 90% aganglinosis mengenai daerah rektum dan sigmoid. Aganglionosis ini meyebabkan gangguan peristaltik sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna.

B. Waktu

(1) Tingkat pengayaan pada dari semester 1 sampai 3. (2) Kegiatan magang dimulai dari semester 4 sampai 6. (3) Kegiatan mandiri dimulai dari awal semester 7 hingga akhir masa pendidikan.

Jenis Penyakit

ICD 10

Tahap I

Tahap II

Jumlah kasus

minimum PBD (3bl)

Sem 1

Sem 2

Sem 3

Sem 4

Sem 5

Sem 6

Sem 7

Sem 8

Sem 9

G

M

Hirschsprung

Q43.1

K6

K6

K6

K6

P5.A3

P5.A3

P5.A3

P5.A5

P5.A5

P5.A5

2

5

Kompetensi yang harus dikuasai dalam setiap tahap ditandai dengan warna, warna merah adalah tingkat pengayaan dan pengu-saan materi (K6), warna kuning adalah tingkat magang dan pengusaan psikomotor dan attitude (P2A3); sedangkan warna hijau adalah tingat mandiri dan pengusaan psikomotor dan attitude (P5A5). G : Kegiatan magang M : Operasi mandiri

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi, dan fisiologi saluran cerna; memahami dan mengerti patologi dan patogenesis penyakit Hirsch-sprung; memahami dan mengerti diagnosis dan pengelolaan penyakit Hirschsprung dan dapat mela-kukan tindakan operasi untuk penanganan penyakit Hirschsprung, serta perawatan pasca operasi.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan embriologi, anatomi, dan fisiologi saluran cerna. b. Mampu menjelaskan patologi dan patogenesis penyakit Hirschsprung. c. Mampu menjelaskan dan membuat diagnosis penyakit Hirschsprung. d. Mampu menjelaskan indikasi dan interpretasi hasil pemeriksaan imaging dalam rangka

diagnostik penyakit Hirschsprung e. Mampu menjelaskan teknik operasi dan melakukan operasi kolostomi dan operasi definitif pada

penyakit hirschsprung dan mengatasi komplikasinya f. Mampu melakukan persiapan pra operatif dan perawatan pasca operatif penyakit Hirschsprung g. Mampu mengenal dan menangani komplikasi pasca operasi kolostomi dan pull through.

Page 2: HirschSprung

2

D. Strategi dan Metoda Pembelajaran

1. Pengajaran dan kuliah pengantar 50 menit 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Presentasi teori dasar 2.2. Presentasi kasus hirschsprung

1 kali telaah kepustakaan 1 kali

3. Diskusi Kelompok 2 x 50 menit (diskusi kasus menyangkut diagnosa, operasi, dan penyulit)

4. Bed side teaching 2 x ronde 5. Bimbingan Operasi

� Operasi magang � Operasi mandiri

Minimal 2 kasus Minimal 5 kasus

E. Kompetensi

Jenis Kompetensi Tingkat Kompetensi

a Mampu menjelaskan embriologi, anatomi, dan fisiologi saluran cerna. K6 b Mampu menjelaskan patologi dan patogenesis penyakit Hirschsprung. K6 c Mampu menjelaskan dan membuat diagnosis penyakit Hirschsprung. K6 d Mampu menjelaskan indikasi dan interpretasi hasil pemeriksaan imaging da-

lam rangka diagnostik penyakit Hirschsprung. K6 P2 A3

e Mampu menjelaskan teknik operasi dan melakukan operasi kolostomi dan operasi definitif pada penyakit hirschsprung dan mengatasi komplikasinya. K6 P2 A3

f Mampu melakukan persiapan pra operatif dan perawatan pasca operatif penyakit Hirschsprung. K6 P5 A5

g Mampu mengenal dan menangani komplikasi pasca operasi kolostomi dan pullthrough. K6 P5 A5

F. Persiapan Sesi

(1) Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi, mencakup :

a. Embriologi, anatomi, dan fisiologi saluran cerna. b. Patologi dan patogenesis penyakit Hirschsprung. c. Gejala klinis, pemeriksaan fisik, imaging untuk menegakkan diagnosis penyakit Hirschsprung. d. Indikasi dan teknik operasi dan melakukan operasi kolostomi dan operasi definitif pada penyakit

hirschsprung dan mengatasi komplikasinya. e. Persiapan pra operatif dan perawatan pasca operatif penyakit Hirschsprung. f. Mengenal dan menangani komplikasi pasca operasi kolostomi dan pullthrough.

(2) Presentasi teknik operasi (3) Peralatan penunjang untuk materi (Audio-visual)

Page 3: HirschSprung

3

G. Referensi

1. Oldham, KT, et all. Principles and Practice of Pediatric Surgery 4th edt. Dalam Hirschsprung Disease. Lippincott Williams & Wilkins. 2005. p 1343-1360

2. Puri.P., Hoolwarth.M. Pediatric Surgery. Dalam Hirschsprung. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006. p 275-289

3. Holschneider A, Ure BM. Hirschsprung’s Disease. Dalam Keith W. Ashcraft Pediatric Surgery 3rd ed. W.B Saunders Company. 2000. P 453-468.

4. O.Neill JA, et all. Hirschsprung Disease. Dalam Principles of Pediatric Surgery 2nd ed. Mosby. 2003. p 573-586.

H. Gambaran Umum

Penyakit Hirschsprung adalah kelainan bawaan berupa tidak adanya sel ganglion parasimpatis usus (pleksus submukosa Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach) mulai dari sfingter anus internal ke arah proksimal dengan panjang segmen tertentu. Sekitar 90% aganglinosis mengenai daerah rektum dan sigmoid. Aganglionosis ini meyebabkan gangguan peristaltik sehingga meyebabkan obstruksi saluran cerna

Riwayat penyakit: adanya keterlambatan keluarnya mekonium, perut kembung, muntah, dan obsti-pasi kronis pada anak.

Pemeriksaan fisik: perut kembung yang melebar ke arah samping dan feses menyemprot saat dila-kukan rectal toucher.

Pemeriksaan penunjang: darah rutin, BNO, Barium enema, Biopsi hisap, atau full thickness rectum. Pengelolaan: 1. Colostomi 2. Pull through Duhamel procedure (definitive)

Intestinal neuronal dysplasia dideskripsikan sebagai malformasi plexus enterik dan dihubungkan dengan Hirschsprung’s disease. Berdasarkan gambaran klinis dan histologis, intestinal neuronal dysplasia dapat dibedakan dalam dua kelompok sub-tipe. Tipe A, didapatkan pada kurang lebih 5% kasus yang ditandai oleh adanya aplasia atau hipoplasia kongenital dari inervasi simpatis serta ditemukan pada periode neonatal berupa gambaran klinis akut dengan episode obstruksi intestinal, diare, dan kotoran berdarah. Tipe B, secara klinis tidak dapat dibedakan dengan Hirschsprung’s disease, ditandai oleh adanya malformasi plexus parasimpatis submukosa dan plexus myenterikus, serta merupakan 95% dari seluruh kasus intestinal neuronal dysplasia.

I. Contoh Kasus

Seorang bayi berusia 4 hari dikeluhkan belum BAB sejak lahir. Keluhan disertai dengan perut kembung dan muntah. Pemeriksaan fisik : abdomen cembung ke sisi lateral, gambaran kontur usus dan pergerakan usus terlihat di dinding perut. BAB dapat keluar saat jari ditarik pada dilakukan pemeriksaan colok dubur.

Pertanyaan: 1. Apakah diagnosis pada penderita tersebut? 2. Pemeriksaan lanjutan apa yang dierlukan untuk menegakkan diagonosis penderita tersebut? 3. Bagaimanakah penatalaksanaan pada penderita tersebut?

J. Rangkuman

Penyakit Hirschsprung adalah kelainan bawaan berupa tidak adanya sel ganglion parasimpatis usus (pleksus submukosa Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach) mulai dari sfingter anus internal ke arah proksimal dengan panjang segmen tertentu. Sekitar 90% aganglinosis mengenai daerah rektum dan sigmoid. Aganglionosis ini meyebabkan gangguan peristaltik sehingga meyebabkan obstruksi saluran cerna

Page 4: HirschSprung

4

Riwayat penyakit: adanya keterlambatan keluarnya mekonium, perut kembung, muntah, dan obsti-pasi kronis pada anak.

Pemeriksaan fisik: perut kembung yang melebar ke arah samping dan feses menyemprot saat dila-kukan rectal toucher.

Pemeriksaan penunjang: darah rutin, BNO, Barium enema, Biopsi hisap, atau full thickness rectum. Pengelolaan:

1. Colostomi 2. Pull through Duhamel procedure (definitive)

Intestinal neuronal dysplasia dideskripsikan sebagai malformasi plexus enterik dan dihubungkan dengan Hirschsprung’s disease. Berdasarkan gambaran klinis dan histologis, intestinal neuronal dysplasia dapat dibedakan dalam dua kelompok sub-tipe. Tipe A, didapatkan pada kurang lebih 5% kasus yang ditandai oleh adanya aplasia atau hipoplasia kongenital dari inervasi simpatis serta ditemukan pada periode neonatal berupa gambaran klinis akut dengan episode obstruksi intestinal, diare, dan kotoran berdarah. Tipe B, secara klinis tidak dapat dibedakan dengan Hirschsprung’s disease, ditandai oleh adanya malformasi plexus parasimpatis submukosa dan plexus myenterikus, serta merupakan 95% dari seluruh kasus intestinal neuronal dysplasia.

K. Evaluasi

L. Instrumen Penilaian

1. Ujian Pretest Ujian ini dilaksanakan pada awal stase dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada pengetahuan esensial yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tindakan atau prosedur yang diperlukan dan berperilaku sesuai dengan baku penatalaksanaan operasi.

2. Ujian Post test Ujian ini dilakukan pada akhir stase sebelum peserta didik pindah ke sub bagian lain. Materi ujian merupakan pengembangan dari ujian pretest dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Hasilnya dibandingkan dengan hasil pretest untuk melihat kemampuan daya tangkap peserta didik terhadap materi modul yang diajarkan dalam waktu 3 bulan ini. Setelah ujian post test, dilakukan diskusi

Tujuan Pembelajaran Metode Penilaian Mampu menjelaskan embriologi, anatomi, dan fisiologi saluran cerna.

Ujian lisan dan tulis

Mampu menjelaskan patologi dan patogenesis penyakit Hirschsprung.

Ujian lisan dan tulis

Mampu menjelaskan dan membuat diagnosis penyakit Hirschsprung.

Ujian lisan dan tulis

Mampu menjelaskan indikasi dan interpretasi hasil pemeriksaan imaging dalam rangka diag-nostik penyakit Hirschsprung.

Ujian lisan dan tulis dan diskusi

Mampu menjelaskan teknik operasi dan melakukan operasi kolostomi dan operasi definitif pada penyakit hirschsprung dan mengatasi komplikasinya.

Pengamatan, penilaian kompetensi, diskusi, dan penilaian buku log.

Mampu melakukan persiapan pra operatif dan perawatan pasca operatif penyakit Hirschsprung.

Pengamatan, penilaian kompetensi, diskusi, dan penilaian buku log.

Mampu mengenal dan menangani komplikasi pasca operasi kolostomi dan pull through.

Pengamatan, penilaian kompetensi, diskusi, dan penilaian buku log.

Page 5: HirschSprung

5

antara pengajar dan peserta didik, untuk membahas hasil ujian dan berdiskusi lebih lanjut tentang kekurangan dari peserta didik dari hasil ujian tulis.

3. Buku Log

Buku log merupakan buku yang mencatat semua aktivitas dari peserta didik, untuk menilai secara objektif kompetensi yang didapat dari peserta didik. Buku log berisi daftar kasus yang diamati, sebagai asisten ataupun yang dilakukan secara mandiri yang telah ditandatangai oleh pembimbing. Masalah yang dijumpai pada kasus yang ada juga dicatat dalam buku log. Selain itu buku log juga berisi kegiatan ilmiah yang dilakukan selama pendidikan.

M. Materi Baku

1. Menegakkan diagnosa

a. Anamnesa: Riwayat pengeluaran mekonium terlambat, riwayat obstipasi kronis.

b. Pemeriksaan fisik : abdomen cembung, terutama di sisi lateral, gambaran kontur usus dan perge-rakan usus terlihat di dinding perut. Feses dapat keluar saat jari ditarik pada dilakukan pemerik-saan rectal toucher.

2. Pengelolaan Penderita

a. Persiapan menjelang operasi 1. Informed consent. 2. Puasa dilakukan 4-6 jam sebelum pembedahan. 3. Pasang infuse dan beri cairan standard N4 dengan tetesan sesuai kebutuhan. 4. Antibiotik prabedah diberikan secara rutin. 5. Premedikasi anestesi sudah dapat dimulai sejak persiapan di ruangan.

b. Teknik Operasi

Kolostomi Setelah penderita diberi narkose dengan endotracheal tube, penderita dalam posisi terlentang. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril. Dibuat insisi tranversal pada abdomen kiri bawah . Dinding dibuka lapis demi lapis sehingga peritoneum kemudian dilakukan identifikasi kolon sigmoid. Kemudian kolon dikeluarkan ke dinding abdomen dan dilakukan penjahitan ”spur” 3–4 jahitan dengan benang PGA 4/0 sehingga membentuk double loop. Kemudian usus dijahit ke peritonium fascia dan kulit sehingga kedap air ( water tied ). Selanjutnya usus dibuka transversal dan dijahit ke kulit.

Teknik operasi Pullthrough Duhamel Dipasang pipa nasogastrik, kateter foley. Penderita dalam posisi terlentang (supine). Kedua kaki dibungkus dengan kain steril. Fleksi ekstremitas bawah oleh asisten agar eksposur yang baik dicapai saat anastomosis anal. Insisi ”hockey-stick” atau oblik saat melepaskan kolostomi. Usus dimobilisasi ke luar abdomen untuk meyakinkan cukup panjang untuk dilakukan pullthrough. Secara umum, kolon harus dapat mencapai regio perineum tanpa tension. Mesenterium dipendekkan, arteri mesenterika inferior diligasi pada aortic root, dengan mempreservasi beberapa cabang/arkus pembuluh agar vitalitas usus tetap terjaga.Ureter diidentifikasi. Refleksi peritoneum antara rektum dan buli di insisi. Rektum distal dimobilisasi sekitar 4 cm dibawah refleksi tersebut Bagian kolostomi diangkat. Dibuat ruang retro rektal dengan diseksi langsung pada posterior midline. Diseksi tersebut akan membuka dasar pelvis, sehingga jari asisten dapat teraba jika dimasukkan 1-1,5cm kedalam anus. Proses diseksi dapat dibantu dengan menggunakan ”towel-clamp” atau jari telunjuk operator. Setelah ruangan retro-rektal terbentuk, segmen aganglion usus direseksi kebawah ke refleksi peritoneal. Jahitan kendali ditempatkan di sisi kiri dan kanan usus agar dapat diretraksikan ke anterior saat melakukan pullthrough. Segmen usus ganglionik diberi tanda antara bagian mesenterik dan anti mesenterik dengan menggunakan benang, agar orientasi

Page 6: HirschSprung

6

posisi usus tidak hilang saat melakukan pullthrough ke anus.. Dengan menggunakan cauter, dibuat insisi full-thickness posterior, 1-1,5cm proksimal dari linea dentata. Tiga jahitan silk 4-0 ditempatkan di aspek inferior insisi ( tengah, kiri dan kanan). Jahitan dilakukan dari bagian mukosa hingga ruang retro rektal. Tiga jahitan tambahan (4-0 polyglycolic – absorbable) ditempatkan dibagian atas insisi pada posisi yang sama. ”long ring clamp”dimasukkan melalui celah insisi dianus menuju ruang retro rektal hingga ke rongga abdomen. Ikatan kendali segmen usus ganglionik dijepit, dan ditarik kebawah. Harus dipastikan bahwa usus tidak terpuntir saat proses penarikan dilakukan.

3. Pasca bedah

Antibiotik pasca bedah dan perawatan luka operasi Komplikasi kolostomi antara lain perdarahan, infeksi, hernia parastoma, retraksi, prolap kolostomi Komplikasi Pasca Pull through antara lain perdarahan, infeksi, stenosis ani

N. Algoritma

< 48 jam (90%) > 48 jam (10%) Ganglion (-) Ganglion (+) Ganglion (+) Tidak berhasil

Mekonium Pertama

Perut kembung, muntah

BNO 3 posisi Barium Enema

Obstipasi kronik, perut kembung, muntah

Biopsi rektum

Idiopathic Constipation

Hirschsprung Disease

Colostomi atau Pull through

Intestinal Neuronal Displacia

Operasi Internal sphincter

myectomy

Conservative (laxative, enemas)

Bowel management

Page 7: HirschSprung

7

Q. PENUNTUN BELAJAR DAN DAFTAR TILIK

PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR OPERASI KOLOSTOMI

KEGIATAN

I. Memahami data-data preoperasi yang diperlukan a. Memahami keluhan dan gejala pasien. b. Memahami pemeriksaan fisik penyakit Hirschsprung.

II. Melakukan tindakan Kolostomi a. Dilakukan narkose umum dengan intubasi endotrakeal. Pasien diletakkan dalam posisi

terlentang. b. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit

dengan linen steril. c. Dibuat insisi tranversal pada abdomen kiri bawah . d. Dinding dibuka lapis demi lapis sehingga peritoneum kemudian dilakukan identifikasi

kolon sigmoid. e. Kolon dikeluarkan ke dinding abdomen dan dilakukan penjahitan ”spur” 3–4 jahitan

dengan benang PGA 4/0 sehingga membentuk double loop. f. Usus dijahit ke peritoneum fascia dan kulit sehingga kedap air ( water tied ). g. Usus dibuka transversal dan dijahit ke kulit.

III. Penyelesaian a. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya. b. Membuat laporan operasi.

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:

1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan).

2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal.

3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien.

T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan).

Page 8: HirschSprung

8

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA PROSEDUR OPERASI KOLOSTOMI

(diisi oleh pengajar)

PESERTA : TANGGAL :

KEGIATAN NILAI

I. PENDAHULUAN

1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan.

2. Menetapkan indikasi operasi.

3. Memahami data data preoperasi seperti klinis dan pemeriksaan fisik.

II. TEHNIK TINDAKAN KOLOSTOMI

4. Melakukan tindakan a dan antisepsis pada pasien.

5. Melakukan drapping pada pasien.

6. Melakukan insisi tranversal pada abdomen kiri bawah.

7. Melakukan identifikasi kolon sigmoid.

8. Melakukan fiksasi usus ke dinding abdomen.

III. PENYELESAIAN

9. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya.

10. Membuat laporan operasi.

Komentar/Ringkasan: Rekomendasi: Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:

: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar. : Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau

panduan standar. T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta selama

proses evaluasi oleh pelatih.

Page 9: HirschSprung

9

PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR OPERASI PULLTHROUGH DUHAMEL

KEGIATAN

I. Memahami data-data preoperasi yang diperlukan a. Memahami keluhan dan gejala pasien. b. Memahami pemeriksaan fisik penyakit Hirschsprung. c. Memahami pemeriksan penunjang.

II. Melakukan tindakan Pullthrough a. Dilakukan narkose umum dengan intubasi endotrakeal. b. Pasien diletakkan dalam posisi supine. c. Dipasang pipa nasogastrik dan kateter foley. Penderita dalam posisi terlentang (supine).

Kedua kaki dibungkus dengan kain steril. Fleksi ekstremitas bawah oleh asisten agar eksposur yang baik dicapai saat anastomosis anal.

d. Insisi ”hockey-stick” atau oblik saat melepaskan kolostomi. Usus dimobilisasi ke luar abdomen untuk meyakinkan cukup panjang untuk dilakukan pull through.

e. Secara umum, kolon harus dapat mencapai regio perineum tanpa tension. Mesenterium dipendekkan, arteri mesenterika inferior diligasi pada aortic root, dengan mempreservasi beberapa cabang/arkus pembuluh agar vitalitas usus tetap terjaga.

f. Ureter diidentifikasi. Refleksi peritoneum antara rektum dan buli di insisi. Rektum distal dimobilisasi sekitar 4 cm dibawah refleksi tersebut.

g. Bagian kolostomi diangkat. Dibuat ruang retro rektal dengan diseksi langsung pada posterior midline. Diseksi tersebut akan membuka dasar pelvis, sehingga jari asisten dapat teraba jika dimasukkan 1-1,5cm kedalam anus. Proses diseksi dapat dibantu dengan menggunakan ”towel-clamp” atau jari telunjuk operator.

h. Setelah ruangan retro-rektal terbentuk, segmen aganglion usus direseksi kebawah ke refleksi peritoneal. Jahitan kendali ditempatkan di sisi kiri dan kanan usus agar dapat diretraksikan ke anterior saat melakukan pull through.

i. Segmen usus ganglionik diberi tanda antara bagian mesenterik dan anti mesenterik dengan menggunakan benang, agar orientasi posisi usus tidak hilang saat melakukan pullthrough ke anus.

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:

1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan).

2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal.

3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien.

T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan).

Page 10: HirschSprung

10

j. Dengan menggunakan cauter, dibuat insisi full-thickness posterior, 1-1,5cm proksimal dari linea dentata. Tiga jahitan silk 4-0 ditempatkan di aspek inferior insisi (tengah, kiri dan kanan). Jahitan dilakukan dari bagian mukosa hingga ruang retro rektal.

k. Tiga jahitan tambahan (4-0 polyglycolic–absorbable) ditempatkan dibagian atas insisi pada posisi yang sama. ”long ring clamp” dimasukkan melalui celah insisi dianus menuju ruang retro rektal hingga ke rongga abdomen. Ikatan kendali segmen usus ganglionik dijepit, dan ditarik kebawah. Harus dipastikan bahwa usus tidak terpuntir saat proses penarikan dilakukan.

III. Penyelesaian a. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya. b. Membuat laporan operasi.

Page 11: HirschSprung

11

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA PROSEDUR OPERASI PULLTHROUGH DUHAMEL

(diisi oleh pengajar)

PESERTA : TANGGAL :

KEGIATAN NILAI

I. PENDAHULUAN

1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan.

2. Menetapkan indikasi operasi.

3. Memahami data-data preoperasi seperti klinis dan pemeriksaan fisik.

II. TEHNIK TINDAKAN PULLTHROUGH DUHAMEL

4. Melakukan tindakan a dan antisepsis pada pasien.

5. Melakukan drapping pada pasien.

6. Melakukan insisi ”hockey-stick” atau oblik saat melepaskan kolostomi.

7. Melakukan insisi refleksi peritoneum antara rektum dan buli.

8. Membuat ruang retrorektal.

9. Melakukan reseksi segmen aganglion.

10. Melakukan pull through.

11. Melakukan fiksasi.

III. PENYELESAIAN

12. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya.

13. Membuat laporan operasi.

Komentar/Ringkasan: Rekomendasi: Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________

P. Kata Kunci : Hirschsprung, Intestinal neuronal dysplasia, Kolostomi, Pull through Duhamel

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:

: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar. : Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau

panduan standar. T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta selama

proses evaluasi oleh pelatih.