hipotiroid kelompok 2.docx
-
Upload
devia-widhianingsih -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of hipotiroid kelompok 2.docx
HIPOTIROIDISME
1. DEFINISI
Hipotiroidisme adalah kumpulan sindroma yang disebabkan oleh konsentrasi hormon
tiroid yang rendah sehingga mengakibatkan penurunan laju metabolisme tubuh secara umum.
Kejadian hipotiroidisme sangat bervariasi , dipengaruhi oleh faktor geografik dan lingkungan
seperti asupan iodium dan goitrogen, predisposisi genetik dan usia.1
2. ETIOLOGI
Hipotiroid dapat diklasifikasikan menjadi2,3,4:
1. Hipotiroidisme Kongenital
a. Hipotiroid Kongenital menetap
1. Disgenesis Tiroid
Merupakan penyebab terbesar Hipotiroidisme Kongenital non endemik,
kira-kira 85-90 %. Merupakan akibat dari tidak adanya jaringan tiroid total
(agenesis) atau parsial (hipoplasia) yang dapat terjadi akibat gagalnya
penurunan kelenjar tiroid ke leher (ektopik), disini dapat terjadi agenesis
unilateral atau hipoplasia. Faktor genetik dan lingkungan mungkin
berperan pada disgenesis tiroid, namun demikian sebagian besar
penyebabnya belum diketahui.
2. Inborn Errors of Tyroid Hormonogenesis
Merupakan kelainan terbanyak kongenital karena kelainan genetik. Defek
yang didapatkan adalah :
oKegagalan mengkonsentrasikan yodium
oDefek organifikasi yodium karena kelainan enzim TPO atau pada H2O2
generating system
oDefek pada sintesis atau transport triglobulin
oKelainan katifitas iodotirosin deidonase
3. Resisten TSH
Sindrom resistensi hormone, bermanifestasi sangat luas, sebagai akibat
dari berkurang atau tidak adanya respon “end organ” terhadap hormone
yang biologis aktif. Hal ini dapat disebabkan karena defek pada reseptor
atau post reseptor, TSH resisten adalah suatu keadaan kelenjar tiroid
refakter terhadap rangsang TSH. Hilangnya fungsi reseptor TSH , akibat
mutasi reseptor TSH defek molekuler pada sebagian keluarga kasus
dengan resisten TSH yang ditandai dengan kadar serum TSH tinggi , dan
serum hormon tiroid normal atau menurun, disertai kelenjar tiroid normal
atau hipoplastik.
4. Sintesis atau sekresi TSH berkurang
Hipotiroidism sentral disebabkan karena kelainan pada hipofisis atau
hipotalamus. Pada bayi sangat jarang dengan prevalensi antara 1 : 25.000
sampai 1: 100.000 kelahiran.
5. Menurunnya transport T4 seluler
Sindrom ini terjadi akibat mutasi monocarboxylate transporter 8 (MCT8),
merupakan fasilitator seluler aktif transport hormone tiroid ke dalam sel.
Biasanya pada laki laki menyababkan hipotiroidisme dengan kelainan
neurologi seperti kelambatan perkembangan menyeluruh, distonia
hipotoniasentral , gangguan pandangan mata serta kadar T3 meningkat.
6. Resistensi hormone tiroid
Merupakan sindrom akibat dari tidak responsifnya jaringan target terhadap
hormone tiroid, ditandai dengan meningkatnya kadar FT4 dan FT3 dalam
sirkulasi dengan kadar TSH sedikit meningkat atau normal.
b. Hipotiroid Kongenital transien
1. Defisiensi yodium atau yodium yang berlebihan
Penggunaan yodium pada janin maupun pada bayi yang baru lahir sangat
peka pengaruhnya pada tiroid. Sehingga harus dihindarkan penggunan
yodium pada ibu selama kehamilan, sumber sumber yodium termasuk
obat-obatan (kalium yodia, amidarone), bahan kontras radiologi (untuk
pyelogram intra vena, cholecytogram) dan larutan antiseptic (yodium
povidon) yang digunakan membersihkan kulit dan vagina, dapat
berpengaruh.
2. Pengobatan ibu dengan obat antitiroid
Dapat terjadi pada ibu yang diberikan obat antitiroid (PTU atau
karbimasol atau metimasil) untuk penyakit graves. Pada bayi akan ditandai
dengan pembesaran kelenjar tiroid, sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pernafasan, khususnya bila diberikan obat yang dosisnya tinggi.
3. Antibody reseptor tirotropin ibu
2. Hipotiroidisme Didapat (Acquired)
a. Hipotiroidisme Primer (kelainan pada kelenjar tiroid sehingga gagal
memproduksi hormone tiroid)
b. Hipotiroidisme Sekunder (kelainan pada hipofisis yang mengakibatkan
defisiensi hormon TSH)
c. Hipotiroidisme tersier (kelainan hipotalamus yang menyebabkan defisiensi
TRH)
d. Resistensi resistensi jaringan tubuh terhadap hormon tiroid
Penyebab terbanyak hipotiroidisme adalah akibat kegagalan produksi hormon tiroid
oleh tiroid (hipotiroidisme primer). Penyebab lebih lengkap hipotiroidisme dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.3,4
Primer Tiroiditis Hashimoto
Terapi Iodium radioaktif untuk penyakit Graves
Tiroidektomi pada penyakit graves, nodul tiroid, atau kanker tiroid
Asupan iodida yang berlebihan (pemakaian radiokontras)
Tiroiditis sub akut
Defisiensi iodium
Kelainan bawaan sintesis hormon tiroid
Obat-obatan (litium, interferon alfa, amiodaron)
Sekunder Hipopituitari akibat adenoma hipofisis, terapi ablatif terhadap hipofisis, serta
kerusakan hipofisis
Tersier Defisiensi hipotalamus
Resistensi jaringan perifer terhadap hormon tiroid.
Tabel 1. Etiologi hipotiroidisme didapat
3. GEJALA KLINIS
Spektrum gambaran klinik hipotiroidisme sangat lebar, mulai dari keluhan cepat lelah
atau mudah lupa sampai gangguan kesadaran berat (koma miksedema). Dewasa ini sangat
jarang ditemukan kasus-kasus dengan koma miksedema.5
Gejala yang sering dikeluhkan pada usia dewasa adalah cepat lelah, tidak tahan dingin,
berat badan naik, konstipasi, gangguan siklus haid, perawakan kerdil, gangguan perkembangan
motoric, mental, gigi, tulang, aktivitas berkurang/lambat, kulit kering dan kejang otot.
Pengaruh hipotiroidisme pada berbagai sistem organ dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2. Gejala klinis hipotiroidisme berdasarkan sistem organkutip 1
Organ/ Sistem Organ Keluhan/Gejala/Kelainan
Kardiovaskuler Bradikardia
Gangguan kontraktilitas
Penurunan Curah jantung
Kardiomegali ( paling banyak disebabkan oleh efusi perikard)
Respirasi Sesak dengan aktivitas
Gangguan respon ventilasi terhadap hiperkapnia dan hipoksia
Hipoventilasi
Sleep apnea
Efusi Pleura
Gastrointestinal Anoreksia
Penurunan peristaltik usus, konstipasi kronik, impaksi feses dan
ileus
Ginjal (air dan Penurunan laju filtrasi ginjal
elektrolit) Penurunan kemampuan ekskresi kelebihan cairan, intoksikasi
cairan dan hiponatremia
Hematologi Anemia, disebabkan:
Gangguan sintesis hemoglobin karena defisiensi tiroksin
Defisiensi besi karena hilangnya besi pada menoragia dan
gangguan absorbsi besi
Defisiensi asam folat karena gangguan absorbsi asam folat
Anemia pernisiosa
Neuromuskular Kelemahan otot proksimal
Berkurangnya refleks
Gerakan otot melambat
Kesemutan
Psikiatri Depresi
Gangguan memori
Gangguan kepribadian
Endokrin Gangguan pembentukan estrogen, gangguan ekskresi FSH dan
LH, siklus anovulatoar, infertilitas, menoragia
Koma miksedema merupakan salah satu keadaan klinis hipotiroidisme yang jarang
dijumpai dan merupakan merupakan keadaan yang kritis dan mengancam jiwa. Terjadi pada
pasien yang lama menderita hipotiroidisme berat tanpa pengobatan sehingga suatu saat
mekanisme adaptasi tidak dapat lagi mempertahankan homeostasis tubuh. Koma miksedema
ditegakkan dengan : 3,4
1. Tanda dan gejala klinis keadaan hipotiroidisme dekompensata.
2. Perubahan mental, letargi, tidur berkepanjangan (20 jam atau lebih).
3. Defek termoregulasi, hipotermia.
4. Terdapat faktor presipitasi : kedinginan, infeksi, obat-obatan (diuretik, tranguilizer,
sedatif, analgetik), trauma, stroke, gagal jantung, perdarahan saluran cerna.
4 DIAGNOSIS
Terdapat tiga pegangan klinis untuk mencurigai adanya hipotiroidisme, yaitu apabila
ditemukan 2,4 :
1. Klinis keluhan-keluhan dan gejala fisik akibat defisiensi hormon tiroid.
2. Tanda-tanda adanya keterpaparan atau defisiensi, pengobatan ataupun etiologi dan
risiko penyakit yang dapat menjurus kepada kegagalan tiroid dan hipofisis.
3. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit tiroiditis
autoimun kronis.
A. ANAMNESIS
o Apakah berasal dari daerah gondok endemik?
o Apakah ibu diberi KI, PTU waktu hamil?
o Adakah keluarga yang struma?
o Riwayat ikterus lebih dari 3 hari.
o Gangguan perkembangan motorik, mental, gigi, tulang, dan pubertas.
o Gangguan perkembangan mental permanen terutama bila onset terjadi sebelum
umur 3 tahun.
o Riwayat BAB pertama > 20 jam setelah lahir dan sembelit (< 1 kali/hari) Kulit
kering, dingin, dan motling (berbercak-bercak).
o Perkembangan anak.
Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5; tetapi tidak
adanya gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan hipotiroid
kongenital.
Tabel : Skor Apgar pada hipotiroid kongenital
Gejala klinis Skore
Hernia umbilicalis 2
Kromosom Y tidak ada (wanita) 1
Pucat, dingin, hipotermi 1
Tipe wajah khas edematus 2
Makroglosi 1
Hipotoni 1
Ikterus lebih dari 3 hari 1
Kulit kasar, kering 1
Fontanella posterior terbuka (>3cm) 1
Konstipasi 1
Berat badan lahir > 3,5 kg 1
Kehamilan > 40 minggu 1
Total 15B. PEMERIKSAAN FISIK
o Gejala hipotiroid yang dapat diamati adalah konstipasi, lidah besar, kulit kering,
hernia umbilical, ubun ubun besar lebar atau terlambat menutup, kutis
marmomata, suara serak, bayi kurang aktif (letargi).
o Penampilan fisik sekilas seperti sindroma down , namun pada sindroma down
bayi lebih aktif.
o Pada saat ditemukan pasien pada umumnya tampak pucat.
o Pada anak yang lebih besar mungkin ditemukan wajah bodoh, lidah membesar,
retardasi pertumbuhan dan tanda-tanda retardasi mental. Pada remaja, pubertas
prekok dapat terjadi, dan mungkin ada pembesaran sella tursika di samping
postur tubuh pendek
o Suhu rektal < 35,5˚C dalam 0-45 jam pasca lahir
o Apnea, pernapasan grunting
o Bradikardi (< 100/menit).
o aktivitas berkurang, lambat
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fungsi tiroid T4 dan TSH untuk memastikan diagnosis, apabila
ditemukan kadar T4 rendah disertai kadar TSH yang meningkat, maka diagnosis
dapat ditegakkan. Kegagalan produksi hormon tiroid menyebabkan penurunan
kadar T4 serum, sedangkan penurunan kadar T3 baru terjadi pada hipotiroidisme
berat. Pada hipotiroidisme primer ditemukan penurunan kadar T4 sedangkan TSH
serum meningkat. Pada hipotiroidisme sentral , disamping kadar T4 serum
rendah, terdapat kadar TSH yang rendah atau normal. Untuk membedakan
hipotiroidisme sekunder dengan tersier diperlukan pemeriksaan TRH.8 Nilai cut-
off adalah 25µU/ml. Bila nilai TSH <25µU/ml dianggap normal; kadar TSH >50
µU/ml dianggap abnormal dan perlu pemeriksaan klinis dan pemeriksaan TSH
dan T4 plasma. Bila kadar TSH tinggi > 40 µU/ml dan T4 rendah, < 6 µg/ml,
bayi diberi terapi tiroksin dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Bayi dengan
kadar TSH diantara 25-50 µU/ml, dilakukan pemeriksaan ulang 2-3 minggu
kemudian.3
Gambar 1. Algoritma penegakan diagnosis hipotiroidisme kutip 1
b. Pemeriksaan darah perifer lengkap
c. Apabila ibu dicurigai menderita hipotiroid maka bayi perlu diperiksa antibody
antitiroid. Kadar TBG diperiksa bila ada dugaan defisiensi TBG yaitu bila dengan
hormone tiroid tidak ada respon.
d. Pemeriksaan radiologi
1) Color Doppler ultrasonografi , tidak menggunakan radiasi, prosedur ini
merupakan alternative pertama yang dianjurkan untuk pencitraan tiroid
2) Bone age
3) Untuk menentukan penyebabnya maka dilakukan pemeriksaan sintigrafi
kelenjar tiroid.
5. DIAGNOSIS BANDING
a. Mongolisme
Sering disertai hipotiroid kongenital, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan faal tiroid
secara rutin.
- epikantus (+)
- makroglosi (+)
- miksedema (-)
- retardasi motorik dan mental
- trisomi 21
6. PENATALAKSANAAN
a. Pemberian pengganti hormon tiroid
Pemberian tablet hormon tiroid sintetik yaitu levotiroksin. Obat pilihan adalah Sodium
L-Thyroxine, diberikan sedini mungkin.
Mekanisme kerja obat:
Percepatan proses metabolisme oksidatif → peningkatan perputaran energi pada
seluruh organism (efek kalorigenik) → peningkatan metabolisme karbohidrat, protein,
lemak; pemakaian oksigen (misalnya peningkatan tekanan darah, penurunan kadar
kolesterol darah, perpendekan masa reflex, sinergisme dengan katekolamin, kenaikan
frekuensi jantung, pengurangan resistensi pembuluh darah perifer), peningkatan
pertumbuhan, kematangan jasmani dan rohani (fungsi kelenjar tiroid yang kurang pada
wanita hamil mengakibatkan kretinismus pada anaknya).
Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel berikut :
Umur Dosis µg/kg BB/hari
0-3 bulan
3-6 bulan
6-12 bulan
1-5 tahun
2-12 tahun
> 12 tahun
10-15
8-10
6-8
5-6
4-5
2-3
b. Pemantauan
Kemungkinan terjadinya hipertiroidisme perlu diwaspadai. Dosis yang
berlebihan dapat mengakibatkan takikardia, kecemasan berlebihan, gangguan
tidur, dan gejala tirotoksikosis yang lain. Pemberian tiroksin berlebihan
jangka lama mengakibatkan terjadinya kraniosinostosis. Pemeriksaan fungsi
tiroid.
o 2-4 minggu setelah terapi dimulai dan 2 minggu setelah setiap perubahan
dosis.
o Secara berkala dianjurkan tiap 1-2 bulan dalam 1 tahun pertama
kehidupan, selanjutnya tiap 3 bulan pada tahun kedua sampai ketiga.
Apabila fase perkembangan otak sudah dilalui, pemantauan dapat dilakukan 3
bulan sampai 6 bulan sekali dengan mengevaluasi pertumbuhan linear, berat
badan, perkembangan motorik dan bahasa serta kemampuan akademis untuk
yang sudah bersekolah. Umur tulang dipantau tiap tahun.5
7. PROGNOSIS
Makin muda dimulai pemberian hormon tiroid, makin baik prognosisnya. Prognosis
jelek pada kasus yang terlambat diobati, terutama defisit IQ. Sebaliknya penderita yang
diobati dengan hormon tiroid sebelum umur 3 bulan, dapat mencapai pertumbuhan dan IQ
yang mendekati normal. Oleh karena itu diagnosa dini sangat penting, namun sangat sulit
ditegakkan secara klinis karena seringkali pada waktu lahir bayi tampak normal, kalaupun
memperlihatkan gejala sangat samar dan tidak spesifik. Gejala khas hipotiroid biasanya
tampak jelas pada saat bayi berumur beberapa bulan.3,5
8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi bila hipotiroid ini tak ditangani segera, anak pasti
mengalami gangguan pendengaran, karena saraf pendengarannya terganggu. Demikian
pula pertumbuhannya terganggu alias bertubuh pendek. Selain itu, anak menderita anemia
karena hormon tiroid juga digunakan untuk proses pembentukan darah. Untuk mencegah
semua itu lakukan skrining dini. Terlebih untuk bayi lahir prematur yang berisiko, juga bila
ibunya mengalami gangguan tiroid.2,3,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnamasari D, Subekti I. Penyakit tiroid. Dalam: Mansjoer A, Sudoyo AW, Rinaldi I, et al.
Kedokteran perioperatif evaluasi dan tatalaksana dibidang ilmu penyakit dalam. Pusat
penerbit ilmu penyakit dalam FKUI. Jakarta. Interna publishing. 2007. 181-188
2. Anwar, R. Fungsi dan Kelainan Kelenjar Tiroid. Makalah Endokrinologi. Bandung : FK UNPAD. 2007.
3. Soewondo P, Cahyanur R. Hipotiroidisme dan gangguan akibat kekurangan yodium.
Dalam : Penatalaksanaan penyakit-penyakit tiroid bagi dokter. Departemen ilmu
penyakit dalam FKUI/RSUPNCM. Jakarta. Interna publishing. 2008. 14-21
4. Devdhar M, Ousman YH, Burman KD. Hypothyroidism. Washington. Endocrinol
Metab Clin N Am. 2007; 36: 595-615
5. Syahbuddin S. Diagnosis dan pengobatan hipotiroidisme. Dalam: Djokomoeljanto R,
Darmono, Suhartono T, GD Pemayun T, Nugroho KH,editors. The 2nd Thyroidologi
Update 2009. Badan penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2009. 197-205
6.