hipotiroid kelompok 2.docx

19
HIPOTIROIDISME DEFINISI Hipotiroidisme adalah kumpulan sindroma yang disebabkan oleh konsentrasi hormon tiroid yang rendah sehingga mengakibatkan penurunan laju metabolisme tubuh secara umum. Kejadian hipotiroidisme sangat bervariasi , dipengaruhi oleh faktor geografik dan lingkungan seperti asupan iodium dan goitrogen, predisposisi genetik dan usia. 1 ETIOLOGI Hipotiroid dapat diklasifikasikan menjadi 2,3,4 : 1. Hipotiroidisme Kongenital a. Hipotiroid Kongenital menetap 1. Disgenesis Tiroid Merupakan penyebab terbesar Hipotiroidisme Kongenital non endemik, kira-kira 85-90 %. Merupakan akibat dari tidak adanya jaringan tiroid total (agenesis) atau parsial (hipoplasia) yang dapat terjadi akibat gagalnya penurunan kelenjar tiroid ke leher (ektopik), disini dapat terjadi agenesis unilateral atau hipoplasia. Faktor genetik dan lingkungan mungkin berperan pada disgenesis tiroid, namun demikian sebagian besar penyebabnya belum diketahui. 2. Inborn Errors of Tyroid Hormonogenesis

description

nn

Transcript of hipotiroid kelompok 2.docx

Page 1: hipotiroid kelompok 2.docx

HIPOTIROIDISME

1. DEFINISI

Hipotiroidisme adalah kumpulan sindroma yang disebabkan oleh konsentrasi hormon

tiroid yang rendah sehingga mengakibatkan penurunan laju metabolisme tubuh secara umum.

Kejadian hipotiroidisme sangat bervariasi , dipengaruhi oleh faktor geografik dan lingkungan

seperti asupan iodium dan goitrogen, predisposisi genetik dan usia.1

2. ETIOLOGI

Hipotiroid dapat diklasifikasikan menjadi2,3,4:

1. Hipotiroidisme Kongenital

a. Hipotiroid Kongenital menetap

1. Disgenesis Tiroid

Merupakan penyebab terbesar Hipotiroidisme Kongenital non endemik,

kira-kira 85-90 %. Merupakan akibat dari tidak adanya jaringan tiroid total

(agenesis) atau parsial (hipoplasia) yang dapat terjadi akibat gagalnya

penurunan kelenjar tiroid ke leher (ektopik), disini dapat terjadi agenesis

unilateral atau hipoplasia. Faktor genetik dan lingkungan mungkin

berperan pada disgenesis tiroid, namun demikian sebagian besar

penyebabnya belum diketahui.

2. Inborn Errors of Tyroid Hormonogenesis

Merupakan kelainan terbanyak kongenital karena kelainan genetik. Defek

yang didapatkan adalah :

oKegagalan mengkonsentrasikan yodium

oDefek organifikasi yodium karena kelainan enzim TPO atau pada H2O2

generating system

oDefek pada sintesis atau transport triglobulin

oKelainan katifitas iodotirosin deidonase

3. Resisten TSH

Sindrom resistensi hormone, bermanifestasi sangat luas, sebagai akibat

dari berkurang atau tidak adanya respon “end organ” terhadap hormone

Page 2: hipotiroid kelompok 2.docx

yang biologis aktif. Hal ini dapat disebabkan karena defek pada reseptor

atau post reseptor, TSH resisten adalah suatu keadaan kelenjar tiroid

refakter terhadap rangsang TSH. Hilangnya fungsi reseptor TSH , akibat

mutasi reseptor TSH defek molekuler pada sebagian keluarga kasus

dengan resisten TSH yang ditandai dengan kadar serum TSH tinggi , dan

serum hormon tiroid normal atau menurun, disertai kelenjar tiroid normal

atau hipoplastik.

4. Sintesis atau sekresi TSH berkurang

Hipotiroidism sentral disebabkan karena kelainan pada hipofisis atau

hipotalamus. Pada bayi sangat jarang dengan prevalensi antara 1 : 25.000

sampai 1: 100.000 kelahiran.

5. Menurunnya transport T4 seluler

Sindrom ini terjadi akibat mutasi monocarboxylate transporter 8 (MCT8),

merupakan fasilitator seluler aktif transport hormone tiroid ke dalam sel.

Biasanya pada laki laki menyababkan hipotiroidisme dengan kelainan

neurologi seperti kelambatan perkembangan menyeluruh, distonia

hipotoniasentral , gangguan pandangan mata serta kadar T3 meningkat.

6. Resistensi hormone tiroid

Merupakan sindrom akibat dari tidak responsifnya jaringan target terhadap

hormone tiroid, ditandai dengan meningkatnya kadar FT4 dan FT3 dalam

sirkulasi dengan kadar TSH sedikit meningkat atau normal.

b. Hipotiroid Kongenital transien

1. Defisiensi yodium atau yodium yang berlebihan

Penggunaan yodium pada janin maupun pada bayi yang baru lahir sangat

peka pengaruhnya pada tiroid. Sehingga harus dihindarkan penggunan

yodium pada ibu selama kehamilan, sumber sumber yodium termasuk

obat-obatan (kalium yodia, amidarone), bahan kontras radiologi (untuk

pyelogram intra vena, cholecytogram) dan larutan antiseptic (yodium

povidon) yang digunakan membersihkan kulit dan vagina, dapat

berpengaruh.

Page 3: hipotiroid kelompok 2.docx

2. Pengobatan ibu dengan obat antitiroid

Dapat terjadi pada ibu yang diberikan obat antitiroid (PTU atau

karbimasol atau metimasil) untuk penyakit graves. Pada bayi akan ditandai

dengan pembesaran kelenjar tiroid, sehingga dapat mengakibatkan

gangguan pernafasan, khususnya bila diberikan obat yang dosisnya tinggi.

3. Antibody reseptor tirotropin ibu

2. Hipotiroidisme Didapat (Acquired)

a. Hipotiroidisme Primer (kelainan pada kelenjar tiroid sehingga gagal

memproduksi hormone tiroid)

b. Hipotiroidisme Sekunder (kelainan pada hipofisis yang mengakibatkan

defisiensi hormon TSH)

c. Hipotiroidisme tersier (kelainan hipotalamus yang menyebabkan defisiensi

TRH)

d. Resistensi resistensi jaringan tubuh terhadap hormon tiroid

Penyebab terbanyak hipotiroidisme adalah akibat kegagalan produksi hormon tiroid

oleh tiroid (hipotiroidisme primer). Penyebab lebih lengkap hipotiroidisme dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.3,4

Primer Tiroiditis Hashimoto

Terapi Iodium radioaktif untuk penyakit Graves

Tiroidektomi pada penyakit graves, nodul tiroid, atau kanker tiroid

Asupan iodida yang berlebihan (pemakaian radiokontras)

Tiroiditis sub akut

Defisiensi iodium

Kelainan bawaan sintesis hormon tiroid

Obat-obatan (litium, interferon alfa, amiodaron)

Sekunder Hipopituitari akibat adenoma hipofisis, terapi ablatif terhadap hipofisis, serta

kerusakan hipofisis

Tersier Defisiensi hipotalamus

Resistensi jaringan perifer terhadap hormon tiroid.

Tabel 1. Etiologi hipotiroidisme didapat

Page 4: hipotiroid kelompok 2.docx

3. GEJALA KLINIS

Spektrum gambaran klinik hipotiroidisme sangat lebar, mulai dari keluhan cepat lelah

atau mudah lupa sampai gangguan kesadaran berat (koma miksedema). Dewasa ini sangat

jarang ditemukan kasus-kasus dengan koma miksedema.5

Gejala yang sering dikeluhkan pada usia dewasa adalah cepat lelah, tidak tahan dingin,

berat badan naik, konstipasi, gangguan siklus haid, perawakan kerdil, gangguan perkembangan

motoric, mental, gigi, tulang, aktivitas berkurang/lambat, kulit kering dan kejang otot.

Pengaruh hipotiroidisme pada berbagai sistem organ dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2. Gejala klinis hipotiroidisme berdasarkan sistem organkutip 1

Organ/ Sistem Organ Keluhan/Gejala/Kelainan

Kardiovaskuler Bradikardia

Gangguan kontraktilitas

Penurunan Curah jantung

Kardiomegali ( paling banyak disebabkan oleh efusi perikard)

Respirasi Sesak dengan aktivitas

Gangguan respon ventilasi terhadap hiperkapnia dan hipoksia

Hipoventilasi

Sleep apnea

Efusi Pleura

Gastrointestinal Anoreksia

Penurunan peristaltik usus, konstipasi kronik, impaksi feses dan

ileus

Ginjal (air dan Penurunan laju filtrasi ginjal

elektrolit) Penurunan kemampuan ekskresi kelebihan cairan, intoksikasi

cairan dan hiponatremia

Hematologi Anemia, disebabkan:

Gangguan sintesis hemoglobin karena defisiensi tiroksin

Defisiensi besi karena hilangnya besi pada menoragia dan

gangguan absorbsi besi

Defisiensi asam folat karena gangguan absorbsi asam folat

Anemia pernisiosa

Page 5: hipotiroid kelompok 2.docx

Neuromuskular Kelemahan otot proksimal

Berkurangnya refleks

Gerakan otot melambat

Kesemutan

Psikiatri Depresi

Gangguan memori

Gangguan kepribadian

Endokrin Gangguan pembentukan estrogen, gangguan ekskresi FSH dan

LH, siklus anovulatoar, infertilitas, menoragia

Koma miksedema merupakan salah satu keadaan klinis hipotiroidisme yang jarang

dijumpai dan merupakan merupakan keadaan yang kritis dan mengancam jiwa. Terjadi pada

pasien yang lama menderita hipotiroidisme berat tanpa pengobatan sehingga suatu saat

mekanisme adaptasi tidak dapat lagi mempertahankan homeostasis tubuh. Koma miksedema

ditegakkan dengan : 3,4

1. Tanda dan gejala klinis keadaan hipotiroidisme dekompensata.

2. Perubahan mental, letargi, tidur berkepanjangan (20 jam atau lebih).

3. Defek termoregulasi, hipotermia.

4. Terdapat faktor presipitasi : kedinginan, infeksi, obat-obatan (diuretik, tranguilizer,

sedatif, analgetik), trauma, stroke, gagal jantung, perdarahan saluran cerna.

4 DIAGNOSIS

Terdapat tiga pegangan klinis untuk mencurigai adanya hipotiroidisme, yaitu apabila

ditemukan 2,4 :

1. Klinis keluhan-keluhan dan gejala fisik akibat defisiensi hormon tiroid.

2. Tanda-tanda adanya keterpaparan atau defisiensi, pengobatan ataupun etiologi dan

risiko penyakit yang dapat menjurus kepada kegagalan tiroid dan hipofisis.

3. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit tiroiditis

autoimun kronis.

Page 6: hipotiroid kelompok 2.docx

A. ANAMNESIS

o      Apakah berasal dari daerah gondok endemik?

o       Apakah ibu diberi KI, PTU waktu hamil?

o Adakah keluarga yang struma?

o Riwayat ikterus lebih dari 3 hari.

o Gangguan perkembangan motorik, mental, gigi, tulang, dan pubertas.

o Gangguan perkembangan mental permanen terutama bila onset terjadi sebelum

umur 3 tahun.

o Riwayat BAB pertama > 20 jam setelah lahir dan sembelit (< 1 kali/hari) Kulit

kering, dingin, dan motling (berbercak-bercak).

o       Perkembangan anak.

Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5; tetapi tidak

adanya gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan hipotiroid

kongenital.

Tabel : Skor Apgar pada hipotiroid kongenital

Gejala klinis Skore

Hernia umbilicalis 2

Kromosom Y tidak ada (wanita) 1

Pucat, dingin, hipotermi 1

Tipe wajah khas edematus 2

Makroglosi 1

Hipotoni 1

Ikterus lebih dari 3 hari 1

Kulit kasar, kering 1

Fontanella posterior terbuka (>3cm) 1

Konstipasi 1

Berat badan lahir > 3,5 kg 1

Kehamilan > 40 minggu 1

Total 15B. PEMERIKSAAN FISIK

Page 7: hipotiroid kelompok 2.docx

o Gejala hipotiroid yang dapat diamati adalah konstipasi, lidah besar, kulit kering,

hernia umbilical, ubun ubun besar lebar atau terlambat menutup, kutis

marmomata, suara serak, bayi kurang aktif (letargi).

o Penampilan fisik sekilas seperti sindroma down , namun pada sindroma down

bayi lebih aktif.

o Pada saat ditemukan pasien pada umumnya tampak pucat.

o Pada anak yang lebih besar mungkin ditemukan wajah bodoh, lidah membesar,

retardasi pertumbuhan dan tanda-tanda retardasi mental. Pada remaja, pubertas

prekok dapat terjadi, dan mungkin ada pembesaran sella tursika di samping

postur tubuh pendek

o Suhu rektal < 35,5˚C dalam 0-45 jam pasca lahir

o Apnea, pernapasan grunting

o Bradikardi (< 100/menit).

o aktivitas berkurang, lambat

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan fungsi tiroid T4 dan TSH untuk memastikan diagnosis, apabila

ditemukan kadar T4 rendah disertai kadar TSH yang meningkat, maka diagnosis

dapat ditegakkan. Kegagalan produksi hormon tiroid menyebabkan penurunan

kadar T4 serum, sedangkan penurunan kadar T3 baru terjadi pada hipotiroidisme

berat. Pada hipotiroidisme primer ditemukan penurunan kadar T4 sedangkan TSH

serum meningkat. Pada hipotiroidisme sentral , disamping kadar T4 serum

rendah, terdapat kadar TSH yang rendah atau normal. Untuk membedakan

hipotiroidisme sekunder dengan tersier diperlukan pemeriksaan TRH.8 Nilai cut-

off adalah 25µU/ml. Bila nilai TSH <25µU/ml dianggap normal; kadar TSH >50

µU/ml dianggap abnormal dan perlu pemeriksaan klinis dan pemeriksaan TSH

dan T4 plasma. Bila kadar TSH  tinggi > 40 µU/ml dan T4 rendah, < 6 µg/ml,

bayi diberi terapi tiroksin dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Bayi dengan

kadar TSH  diantara 25-50 µU/ml, dilakukan pemeriksaan ulang 2-3 minggu

kemudian.3

Page 8: hipotiroid kelompok 2.docx

Gambar 1. Algoritma penegakan diagnosis hipotiroidisme kutip 1

b. Pemeriksaan darah perifer lengkap

c. Apabila ibu dicurigai menderita hipotiroid maka bayi perlu diperiksa antibody

antitiroid. Kadar TBG diperiksa bila ada dugaan defisiensi TBG yaitu bila dengan

hormone tiroid tidak ada respon.

d. Pemeriksaan radiologi

1) Color Doppler ultrasonografi , tidak menggunakan radiasi, prosedur ini

merupakan alternative pertama yang dianjurkan untuk pencitraan tiroid

2) Bone age

3) Untuk menentukan penyebabnya maka dilakukan pemeriksaan sintigrafi

kelenjar tiroid.

5. DIAGNOSIS BANDING

a. Mongolisme

Sering disertai hipotiroid kongenital, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan faal tiroid

secara rutin.

-         epikantus (+)

-         makroglosi (+)

-         miksedema (-)

-         retardasi motorik dan mental

Page 9: hipotiroid kelompok 2.docx

-     trisomi 21

6. PENATALAKSANAAN

a. Pemberian pengganti hormon tiroid

Pemberian tablet hormon tiroid sintetik yaitu levotiroksin. Obat pilihan adalah Sodium

L-Thyroxine, diberikan sedini mungkin.

Mekanisme kerja obat:

Percepatan proses metabolisme oksidatif → peningkatan perputaran energi pada

seluruh organism (efek kalorigenik) → peningkatan metabolisme karbohidrat, protein,

lemak; pemakaian oksigen (misalnya peningkatan tekanan darah, penurunan kadar

kolesterol darah, perpendekan masa reflex, sinergisme dengan katekolamin, kenaikan

frekuensi jantung, pengurangan resistensi pembuluh darah perifer), peningkatan

pertumbuhan, kematangan jasmani dan rohani (fungsi kelenjar tiroid yang kurang pada

wanita hamil mengakibatkan kretinismus pada anaknya).

 Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel berikut :

Umur Dosis µg/kg BB/hari

0-3 bulan

3-6 bulan

6-12 bulan

1-5 tahun

2-12 tahun

> 12 tahun

10-15

8-10

6-8

5-6

4-5

2-3

b. Pemantauan

Kemungkinan terjadinya hipertiroidisme perlu diwaspadai. Dosis yang

berlebihan dapat mengakibatkan takikardia, kecemasan berlebihan, gangguan

tidur, dan gejala tirotoksikosis yang lain. Pemberian tiroksin berlebihan

Page 10: hipotiroid kelompok 2.docx

jangka lama mengakibatkan terjadinya kraniosinostosis. Pemeriksaan fungsi

tiroid.

o     2-4 minggu setelah terapi dimulai dan 2 minggu setelah setiap perubahan

dosis.

o     Secara berkala dianjurkan tiap 1-2 bulan dalam 1 tahun pertama

kehidupan, selanjutnya tiap 3 bulan pada tahun kedua sampai ketiga.

Apabila fase perkembangan otak sudah dilalui, pemantauan dapat dilakukan 3

bulan sampai 6 bulan sekali dengan mengevaluasi pertumbuhan linear, berat

badan, perkembangan motorik dan bahasa serta kemampuan akademis untuk

yang sudah bersekolah. Umur tulang dipantau tiap tahun.5

7. PROGNOSIS

Makin muda dimulai pemberian hormon tiroid, makin baik prognosisnya. Prognosis

jelek pada kasus yang terlambat diobati, terutama defisit IQ. Sebaliknya penderita yang

diobati dengan hormon tiroid sebelum umur 3 bulan, dapat mencapai pertumbuhan dan IQ

yang mendekati normal. Oleh karena itu diagnosa dini sangat penting, namun sangat sulit

ditegakkan secara klinis karena seringkali pada waktu lahir bayi tampak normal, kalaupun

memperlihatkan gejala sangat samar dan tidak spesifik. Gejala khas hipotiroid biasanya

tampak jelas pada saat bayi berumur beberapa bulan.3,5

8. KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin terjadi bila hipotiroid ini tak ditangani segera, anak pasti

mengalami gangguan pendengaran, karena saraf pendengarannya terganggu. Demikian

pula pertumbuhannya terganggu alias bertubuh pendek. Selain itu, anak menderita anemia

karena hormon tiroid juga digunakan untuk proses pembentukan darah. Untuk mencegah

semua itu lakukan skrining dini. Terlebih untuk bayi lahir prematur yang berisiko, juga bila

ibunya mengalami gangguan tiroid.2,3,4

Page 11: hipotiroid kelompok 2.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnamasari D, Subekti I. Penyakit tiroid. Dalam: Mansjoer A, Sudoyo AW, Rinaldi I, et al.

Kedokteran perioperatif evaluasi dan tatalaksana dibidang ilmu penyakit dalam. Pusat

penerbit ilmu penyakit dalam FKUI. Jakarta. Interna publishing. 2007. 181-188

2. Anwar, R. Fungsi dan Kelainan Kelenjar Tiroid. Makalah Endokrinologi. Bandung : FK UNPAD. 2007.

3. Soewondo P, Cahyanur R. Hipotiroidisme dan gangguan akibat kekurangan yodium.

Dalam : Penatalaksanaan penyakit-penyakit tiroid bagi dokter. Departemen ilmu

penyakit dalam FKUI/RSUPNCM. Jakarta. Interna publishing. 2008. 14-21

4. Devdhar M, Ousman YH, Burman KD. Hypothyroidism. Washington. Endocrinol

Metab Clin N Am. 2007; 36: 595-615

5. Syahbuddin S. Diagnosis dan pengobatan hipotiroidisme. Dalam: Djokomoeljanto R,

Darmono, Suhartono T, GD Pemayun T, Nugroho KH,editors. The 2nd Thyroidologi

Update 2009. Badan penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2009. 197-205

6.