Hipersekresi Adrenal

20
GANGGUAN HIPERSEKRESI ADRENAL OLEH : NAMA : MUTMAINNAH NIM : N111 12 331 KELAS : PATOFISIOLOGI B MATAKULIAH PATOFISIOLOGI PROGRAM S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

description

patofis

Transcript of Hipersekresi Adrenal

Page 1: Hipersekresi Adrenal

GANGGUAN HIPERSEKRESI ADRENAL

OLEH :

NAMA : MUTMAINNAH

NIM : N111 12 331

KELAS : PATOFISIOLOGI B

MATAKULIAH PATOFISIOLOGI

PROGRAM S1

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: Hipersekresi Adrenal

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan

baik.

Makalah ini berjudul “ Gangguan Hipersekresi Adrenal”. Makalah ini disusun

berdasarkan literatur-literatur yang membahas tentang kelenjar adrenal dan ruang

lingkup sekitarnya. Penulis merasa bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalamnya. Oleh

karena itu, penulis meminta maaf atas kekurangan yang terdapat dalam makalah ini

dan menerima saran dan kritikan dari pembaca yang sifatnya membangun.

Melalui kesempatan ini, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, terkhusus untuk

dosen pembimbing matakuliah Patofisiologi dan penulis-penulis lain yang tulisannya

kami kutip dalam makalah ini serta para pembaca yang telah meluangkan waktunya

untuk membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Wassalamu’alaikum……….

Makassar, September 2014

Page 3: Hipersekresi Adrenal

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...i

DAFTAR ISI……………………………………………………………..…………………...ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1

I.1. Latar Belakang……………………………………………………………………..1

I.2. Rumusan Makalah…………………………………………………………………

1

I.3. Tujuan dan Manfaat……………………………………………………………….2

BAB II

ISI……………………………………………………………………………………..3

II.1. Pengertian…………………………………………………………………………..3

II.2. Antomi dan Fisiologi………………………………………………………………

3

II.3. Sindrom Chusing…………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………...

III.1. Kesimpulan………………………………………………………………………….

III.2. Saran…………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………

Page 4: Hipersekresi Adrenal

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai

susunan mikroskopis sangat sederhana, kelenjar ini tidak mempunyai saluran keluar

dan mencurahkan sekresinya langsung ke sirkulasi darah. Misalnya kelenjar adrenal

yang berada di atas masing-masing ginjal (1).

Kelenjar adrenal diproduksi dalam rangka untuk memproses berbagai fungsi

yang terjadi dalam tubuh manusia. Kelenjar adrenal yang paling banyak dikenal

untuk perkembangan manusia disebut hormon. Hormon-hormon ini sangat penting

bagi tubuh seseorang disebabkan tanggung jawab untuk menghasilkan kortikal bagi

tubuh, yang berkaitan dengan tingkat stres seseorang. Masalah pada kelainan

kelenjar adrenal dapat menyebabkan kelenjar menghasilkan terlalu sedikit jumlah

hormon dan juga kelenjar adrenal menghasilkan jumlah hormon yang terlalu banyak

(2).

Kelainan fungsi kelenjar adrenokortikal bisa berupa hipofungsi maupun

hiperfungsi dari hormon-hormon yang dihasilkan seperti glukokortikoid (kortisol dan

kortikosteron), adrenal gonad dan mineralokortikoid yang disebabkan berbagai

kelainan fungsi akibat penyakit autoimmun, infeksi, kelainan metabolisme maupun

neoplasma (3).

Dalam makalah ini akan dibahas salah satu kelainan fungsi kelenjar adrenal

yaitu gangguan hipersekresi adrenal.

I.2. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal mengenai berikut ini:

Page 5: Hipersekresi Adrenal

a. Apakah yang dimaksud dengan kelenjar adrenal?

b. Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar adrenal?

c. Apakah yang dimaksud sindrom Chusing?

d. Bagaimana fatofisiologi sindrom Chusing?

I.3. Tujuan dan Manfaat

Makalah ini disusun agar dapat bermanfaat bagi pembaca baik sebagai

bahan bacaan untuk memperluas ilmu pengetahuan maupun sebagai referensi

dalam penyusunan makalah atau tulisan lainnya.

Makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui tentang:

a. Pengertian kelenjar adrenal?

b. Anatomi dan fisiologi kelenjar adrenal?

c. Pengertian sindrom Chusing?

d. Patofisiologi sindrom Chusing?

Page 6: Hipersekresi Adrenal

BAB II

ISI

II.1. Pengertian

Kelenjar adrenal atau suprarenal, terletak retroperitoneal pada ujung superior

tiap-tiap ginjal.. Kelenjar adrenal berbentuk ceper dan terdapat dibagian atas ginjal

dengan berat 5-9 gram, dan terdapat pada masing-masing ginjal (2).

Letak kelenjar adrenal

II.2. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar dan bagian dalam.

Bagian luar (korteks) berasal dari sel mesodermal (hormone steroid), sedangkan 

bagian dalam (medula) berasal dari sel ektodermal (hormon katekolamin). Meskipun

secara struktur bersambungan, korteks adrenal dan medula adrenal adalah organ

yang terpisah baik dari asal jaringan maupun fungsi fisiologik (2).

Page 7: Hipersekresi Adrenal

Medula adrenal mensekresikan hormon epinefrin dan norepinefrin yang

berkaitan dengan sistem saraf simpatis, sedangkan korteks adrenal mensekresikan

hormon kortikosteroid. Korteks adrenal mempunyai 3 zona (4):

1. Zona glomerulosa: sekresi mineralokortikoid-aldosteron. Sekresi aldostern diatur

oleh konsentrasi angiotensin II dan kalium ekstrasel.

2. Zona fasikulata: lapisan tengah dan terlebar, sekresi glukokortikoid-kortisol,

kortikosteron, dan sejumlah kecil androgen dan esterogen adrenal. Sekresi

diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisis oleh hormon adrenokortikotropik

(ACTH).

3. Zona retikularis: sekresi androgen adrenal dehidroepiandrosteron (DHEA) dan

androstenedion, dan sejumlah kecil esterogen dan glukokortikoid. Sekresi diatur

oleh ACTH, dan faktor lain seperti hormon perangsang-androgen korteks yang

disekresi oleh hipofisis.

II.2.1. Medula Adrenal

Kelenjar ini dasarnya merupakan modifikasi ganglion simpatis. Akson neuron

simpatis preganglion dating dari korda torakik melalui saraf spnknikus. Akson ini

bersinap pada medula adrenal dengan sel-sel posganglion termodifikasi yang

mengalami kehilangan aksonnya dan mensekresi bahan kimia lansung kedalam

aliran darah. Oleh karenanya medula adrenal dapat dengansesuai ditinjau sebagai

perpanjangan endokrin lengan simpatis dari sistm saraf otonom (5).

Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom.

Stimulasi serabut saraf simpatik preganglion yang berjalan lansung kedalam sel-sel

pada medula adrenal akan menyebabkan pelepasan hormone katekolamin, yaitu

epinefrin dan nonepinefrin. Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk

meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori

dari sumber-sumber endogen terpenuhi (5).

II.2.2. Korteks Adrenal

Dari korteks adrenal dikenali lebih dari 30 jenis hormon steroid, namun hanya

dua  jenis yang jelas fungsional, yaitu aldosteron sebagai mineralokortikoid utama

dan kortisol sebagai glukokortikoid utama. Aktivitas mineralokortikoid mempengaruhi

elektrolit (mineral) cairan ekstrasel, terutama natrium dan kalium. Sedangkan

Page 8: Hipersekresi Adrenal

glukokortikoid meningkatkan glukosa darah, serta efek tambahan pada metabolisme

protein dan lemak seperti pada metabolisme karbohidrat.

Sedikitnya 95% aktivitas glukokortikoid dari sekresi adrenokortikal

merupakan hasil dari sekresi kortisol, yang dikenal juga sebagai hidrokortisol.

Namun, sejumlah kecil aktivitas glukokortikoid yang cukup penting diatur oleh

kortikosteron.

Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat adalah sebagai berikut: 1)

perangsangan gluconeogenesis dengan cara meningkatkan enzim terkait dan

pengangkutan asam amino dari jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot; 2)

penurunan pemakaian glukosa oleh sel dengan menekan proses oksidasi NADH

untuk membentuk NAD+; dan 3) peningkatan kadar glukosa darah dan “Diabetes

Adrenal” dengan menurunkan sensitivitas  jaringan terhadap insulin.

Efek kortisol terhadap metabolisme protein adalah sebagai berikut: 1)

pengurangan  protein sel; 2) kortisol meningkatkan protein hati dan protein plasma;

dan 3) peningkatan kadar asam amino darah, berkurangnya pengangkutan asam

amino ke sel-sel ekstrahepatik, dan peningkatan pengangkutan asam amino ke sel-

sel hati. Jadi, mungkin sebagian besar efek kortisol terhadap metabolisme tubuh

terutama berasal dari kemampuan kortisol untuk memobilisasi asam amino dari

jaringan perifer, sementara pada waktu yang sama meningkatkan enzim-enzim hati

yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek hepatik.

Efek kortisol terhadap metabolisme lemak adalah sebagai berikut: 1)

mobilisasi asam lemak akibat berkurangnya pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel

lemak sehingga menyebabkan asam-asam lemak dilepaskan; dan 2) obesitas akibat

kortisol berlebihan karena  penumpukan lemak yang berlebihan di daerah dada dan

kepala, sehingga badan bulat dan wajah “moon face”, disebabkan oleh

perangsangan asupan bahan makanan secara berlebihan disertai pembentukan

lemak di beberapa jaringan tubuh yang berlangsung lebih cepat daripada mobilisasi

dan oksidasinya.

Selain efek dan fungsi yang terkait metabolisme, kortisol penting dalam

mengatasi stres dan peradangan karena dapat menekan proses inflamasi bila

diberikan dalam kadar tinggi, dengan mekanisme menstabilkan membran lisosom,

Page 9: Hipersekresi Adrenal

menurunkan permeabilitas kapiler, menurunkan migrasi leukosit ke daerah inflamasi

dan fagositosis sel yang rusak, menekan sistem imun sehingga menekan produksi

limfosit, serta menurunkan demam terutama karena kortisol mengurangi pelepasan

interleukin-1 dari sel darah putih. Kortisol juga dapat mengurangi dan mempercepat

proses inflamasi, menghambat respons inflamasi  pada reaksi alergi, mengurangi

jumlah eosinofil dan limfosit darah, serta meningkatkan  produksi eritrosit, walaupun

mekanismenya yang belum jelas.

Hormon glukokortikoid mempunyai mekanisme kerja seluler sebagai berikut:

1) hormon masuk ke dalam sel melalui membran sel; 2) hormon berikatan dengan

reseptor  protein di dalam sitoplasma; 3) kompleks hormon-reseptor kemudian

berinteraksi dengan urutan DNA pengatur spesifik, yang disebut elemen respons

glukokortikoid, untuk membangkitkan atau menekan transkripsi gen; dan 4)

glukokortikoid akan meningkatkan atau menurunkan transkripsi banyak gen untuk

mempengaruhi sintesis mRNA utnuk protein yang memperantarai berbagai

pengaruh fisiologis.

Regulasi kortisol dipengaruhi oleh hormon ACTH yang disekresi oleh

hipofisis. ACTH ini merangsang sekresi kortisol. Sedangkan sekresi ACTH sendiri

diatur oleh CRF/CRH (Corticotropin Releasing Factor/Hormone) dari hipotalamus.

ACTH ini mengaktifkan sel adrenokortikal untuk memproduksi steroid melalui

peningkatan siklik adenosin monofosfat (cAMP). Kortisol ini apabila berlebih

mempunyai umpan balik negatif terhadap sekresi ACTH dan CRF yang masing-

masing mengarah pada hipofisis dan hipotalamus agar sekresi CRF, ACTH, dan

kortisol kembali menjadi normal.

Berlawanan dengan aldosteron, kortisol pada keadaan tertentu dapat

menyebabkan retensi Na+ dan meningkatkan ekskresi K+, tetapi efek ini jauh lebih

kecil daripada aldosteron. Hal ini disebabkan karena kortisol dapat menambah

kecepatan filtrasi glomeruli; selain itu kortisol juga dapat meningkatkan sekresi tubuli

ginjal

II.3. Sindrom Chusing

Glukokortikoid yang berlebihan kronis, apapun penyebabnya, menyebabkan

terjadinya gejala-gejala dan gambaran fisik yang dikenal sebagai sindroma Cushing.

Page 10: Hipersekresi Adrenal

Penyakit Cushing didefinisikan sabagai bentuk spesifik tumor hipofisis yang

berhubung dengan sekresi ACTH hipofisis berlebihan (3).

Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan kortisol

plasma  berlebihan dalam tubuh (hiperkortisolisme), baik oleh pemberian

glukokortikoid jangka  panjang dalam dosis farmakologik (iatrogen) atau oleh sekresi

kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisisadrenal

(spontan). Nama sindrom Cushing diambil dari Harvey Cushing, seorang ahli bedah

yang pertama kali mengidentifikasikan penyakit ini pada tahun 1912. Penyakit ini

ditandai dengan obesitas badan (truncal obesity), hipertensi, mudah lelah,

amenorea, hirsutisme, striae abdomen berwarna ungu, edema, glukosuria,

osteoporosis, dan tumor basofilik hipofisis (6).

II.3.1. Klasifikasi dan Insidens

Sindroma Cushing paling cocok diklasifikasikan sebagai "ACTH-dependen"

atau "ACTH-independen" (3).

Sindroma Cushing tipe ACTH-dependen sindroma ACTH ektopik dan

sindroma Cushing yang ditandai oleh hipersekresi ACTH kronis, yang menyebabkan

hiperplasia zona fasikulata dan retikularis sehingga meningkatkan sekresi

adrenokortikal seperti kortisol dan androgen (3).

Sindroma Cushing tipe ACTH-independen ialah disebabkan oleh adenoma

atau karsinoma adrenokortikal yang secara otonom mensekresi glukokortikoid; pada

kasus ini, terjadinya kortisol yang berlebihan akan mensupresi sekresi ACTH dari

hipofisis (3).

II.3.1.1. Penyakit Cushing

Merupakan tipe sindroma Cushing yang paling sering ditemukan dan

berjumlah kira-kira 70% dari kasus yang dilaporkan. Penyakit Cushing lebih sering

pada wanita dari pada pria (rasio wanita; pria kira-kira 8:1) dan umur saat diagnosis

biasanya antara 20 dan 40 tahun (3).

II.3.1.2. Hipersekresi ACTH Ektopik

Kelainan ini berjumlah sekitar 15% dari seluruh kasus sindroma Cushing.

Sekresi ACTH ektopik paling sering terjadi akibat karsinoma small cell di paru-paru;

Page 11: Hipersekresi Adrenal

tumor ini menjadi penyebab pada 50% kasus sindroma tersebut. Hipersekresi ACTH

ektopik diperkirakan terjadi pada 0,5-2% pasien dengan tumor ini (3).

II.3.1.3. Tumor-tumor Adrenal Primer

Tumor-tumor primer adrenal, menyebabkan 17-19% kasus-kasus sindroma

Cushing; adenoma dan karsinoma terjadi dalam jumlah jumlah kurang lebih sama

dengan dewasa (3).

II.3.1.4. Sindroma Cushing pada Masa Kanak-kanak

Karsinoma adrenal merupakan penyebab yang paling sering dijumpai (51 %),

adenoma adrenal terdapat sebanyak 14%. Tumor-tumor ini lebih terjadi pada usia 1

dan 8 tahun (3).

II.3.2. Etiologi dan Patogenesis

II.3.2.1. Penyakit Cushing

Sel-kortikotrof yang timbul spontan dari adenoma hipofisis merupakan

penyebab primer dan akibat dari hiperplasia ACTH serta hiperkortisolisme

menyebabkan timbulnya abnormalitas-abnormalitas endokrin yang khas serta

disfungsi hipotalamus (3).

II.3.2.2. Hipersekresi ACTH Ektopik

Sindroma ini timbul bila terdapat tumor non hipofisis yang mensintesis dan

mensekresi ACTH yang aktif secara biologis dalam jumlah berlebihan. Peptida-

peptida β-LPH dan P-endorfin yang berkaitan juga disintesis dan disekresi, sebagai

fragmen-fragmen ACTH yang inaktif. Produksi CRH juga telah diperlihatkan pada

tumor ektopik yang mensekresi ACTH, tapi apakah CRH memainkan peranan dalam

pathogenesis masih belum jelas (3).

Sindroma ACTH ektopik terjadi terutama hanya pada sejumlah kecil tumor

dengan jenis-jenis tertentu; karsinoma small cell pada paru-paru menjadi penyebab

pada 50% kasus (3).

II.3.2.3. Tumor-tumor Adrenal Primer

Adenoma-adenoma dan karsinoma-karsinoma adrenal yang memproduksi

glukokortikoid timbul secara spontan. Tumor-tumor ini tidak dipengaruhi oleh

Page 12: Hipersekresi Adrenal

hipotalamus-hipofisis dan secara otonom mensekresi steroid-steroid adrenokortikal.

Yang lebih jarang, timbul karsinoma-karsinoma adrenal akibat adanya hipersekresi

ACTH yang berlangsung kronis pada pasien-pasien penyakit Cushing dan

hiperplasia nodular adrenal ataupun hyperplasia adrenal kongenital (3).

II.3.3. Patofisiologi

II.3.3.1. Penyakit Cushing

Pada penyakit Cushing, hipersersekresi ACTH berlangsung secara episodik

dan acak serta menyebabkan hipersekresi kortisol dan tidak terdapat irama sirkadian

yang normal. Inhibisi umpan-balik ACTH (yang disekresi dari adenoma hipofisis)

oleh kadar glukokortikoid yang fisiologis tidak ada; jadi, hipersekresi ACTH terus

menetap walaupun terdapat peningkatan sekresi kortisol dan menyebabkan

berlebihan glukokortikoid kronis. Sekresi ACTH dan kortisol yang berlangsung

episodik menyebabkan kadarnya tidak menentu di dalam plasma; yang suatu saat

dapat berada dalam batas normal. Tetapi, hasil pemeriksaan kecepatan produksi

kortisol; kortisol bebas dalam urin atau kadar kortisol secara multipel yang diambil

dari contoh darah di waktu-waktu tertentu selama 24 jam memastikan adanya

hipersekresi kortisol. Sebagai tambahan, karena tidak adanya variabilitas diurnal,

kadar ACTH dan kortisol dalam plasma tetap meninggi sepanjang hari. Keseluruhan

peningkatan sekresi glukokortikoid ini menyebabkan terjadinya manifestasi-

manifestasi sindroma Cushing; tetapi, biasanya sekresi ACTH dan β-LPH tidak

cukup meningkat sehingga dapat menyebabkan hiperpigmentasi (3).

1. Abnormalitas sekresi ACTH

Walaupun terdapat hipersekresi ACTH, respons terhadap stres tidak ada,

stimulasi-stimulasi seperti hipoglikemia atau tindakan pembedahan gagal untuk

meningkatkan sekresi ACTH dan kortisol lebih lanjut. Hal ini mungkin disebabkan

oleh adanya supresi fungsi hipotalamus dan sekresi CRH oleh hiperkortisolisme,

yang menyebabkan hilangnya kontrol hipotalamus pada sekresi ACTH.

2. Efek kortisol yang berlebihan

Kortisol yang berlebihan tidak hanya menghambat fungsi hipotalamus dan

hipofisis yang normal, mempengaruhi pelepasan ACTH, tirotropin, GH dan

Page 13: Hipersekresi Adrenal

gonadotropin, tetapi juga mempengaruhi semua sistim akibat efek sistemik

glukokortikoid yang berlebihan.

3. Androgen yang berlebihan

Sekresi androgen oleh adrenal juga meningkat pada penyakit Cushing dan

derajat berlebihnya androgen paralel dengan ACTH serta kortisol. Jadi kadar DHEA

sulfat dan androstenedion dalam plasma meningkat dalam tingkat sedang pada

penyakit Cushing; konversi perifer hormone-hormon ini menjadi testosteron dan

dihidrotestosteron menyebabkan kelebihan androgen. Pada wanita hal ini

menyebabkan hirsutisme, akne dan amenorea. Pada pria pasien penyakit Cushing,

supresi LH oleh kortisol akan menyebabkan penurunan sekresi testosteron oleh

testis, menyebabkan menurunnya libido dan impotensi. Peningkatan sekresi

androgen adrenal tidak cukup untuk mengkompensasi terjadinya penurunan

produksi testosteron gonadal.

II.3.3.2. Hipersekresi ACTH Ektopik

Hipersekresi ACTH dan kortisol biasanya lebih banyak pada pasien-pasien

kelainan ini dibandingkan pasien pasien penyakit Cushing. Hipersekresi ACTH dan

kortisol terjadi secara episodik acak, dan kadarnya sering sangat meningkat (3).

II.3.3.3. Tumor-tumor Adrenal Primer

1. Sekresi otonom

Tumor-tumor primer, baik karsinoma maupun adenoma, akan menyebabkan

hipersekresi kortisol secara otonom. Kadar ACTH yang bersirkulasi dalam plasma

mengalami supresi, menyebabkan atrofi korteks pada adrenal yang tidak bertumor.

Sekresi episodik secara acak, dan tumor-tumor ini khas yaitu tidak berespons

terhadap dilakukannya manipulasi aksis hipotalamus hipofisis dengan obat-obat

farmakologis seperti deksametason dan metirapon.

2. Adenoma-adenoma adrenal

Sindroma Cushing yang disebabkan adenoma adrenal secara tipikal

menimbulkan hanya manifestasi-manifestasi klinis berupa glukokortikoid berlebihan,

karena biasanya hanya mensekresi kortisol. Jadi, adanya androgen atau

mineralokortikoid yang berlebihan harus dipikirkan disebabkan oleh tumor yang

berupa karsinoma adrenokortikal.

Page 14: Hipersekresi Adrenal

3. Karsinoma-karsinoma adrenal

Karsinoma adrenal sering menyebabkan hipersekresi steroid-steroid

adrenokortikal multipel dan prekursor-prekursornya. Kortisol dan androgen-androgen

adalah steroid-steroid yang paling sering disekresi dalam jumlah yang berlebihan.

Manifestasi-manifestasi klinis hiperkortisolisme biasanya berat dan cepat progresif

pada pasien-pasien ini. Pada wanita, jelas terdapat gambaran androgen yang

berlebihan; kadang-kadang dapat terjadi virilisasi. Sering terjadi hipertensi dan

hipokalsemia; hal ini penting, paling sering terjadi; akibat efek mineralokortikoid

kortisot, yang lebih jarang, juga terdapat hipersekresi DOC dan aldosteron.

BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

III.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

1. Syaifuddin. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. EGC : Jakarta, 2006.2. Harnowo, Sapto. Keperawatan Medikal Bedah. Widya Medika : Jakarta, 2001.3. Anwar, Ruswana. Kelainan-kelainan Adrenokortikal. FK-UNPAD : Bandung,

2005.4. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta, 2007.5. Si. Long, Barbara. Perawatan Medikal Bedah. Yayasan Ikatan Alumni

Pendidikan Keperawatan Padjadjaran : Bandung, 1996.

6. Piliang S, Bahri C. Hiperkortisolisme Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid

III. Ed.V. Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia : Jakarta, 2006.

7.