Hiperbillirubinemia Pada Bayi Yang Mendapatkan ASI

4
1. Hiperbillirubinemia pada bayi yang mendapatkan ASI Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar billirubin puncak akan mencapai kadar yang lebih tinggi (7-14 mg/dl) dan penurunan terjadi lebih lambat. Bisa terjadi dalam waktu 2-4 minggu, bahkan dapat mencapai waktu 6 minggu. Pada bayi yang diberi minum lebih awal atau diberi minum lebih sering dan bayi dengan spirasi mekonium atau pengeluaran mekonium lebih awal cenderung mempunyai insiden yang rendah untuk terjadi nya ikterus fisiologis. Pada bayi yang diberi minum susu formula cenderung mengeluarkan billirubin lebih banyak pada mekoniumnya selama tiga hari pertama kehidupan dibandingkan dengan yang mendapat ASI. Bayi yang mendapat ASI, kadar billirubin cenderung lebih rendah pada yang defekasinya lebih sering. Bayi yang terlambat mengeluarkan mekonium lebih sering terjadi ikterus fisiologis. Pada bayi yang mendapat ASI terdapat dua bentuk neonatal jaundice yaitu early (berhubungan dengan breast feeding) dan late (berhubungan dengan ASI). Bentuk early onset diyakini berhubungan dengan proses pemberian minum. Bentuk late onset diyakini dipengaruhi oleh kandungan ASI ibu yang mempengaruhi proses konjugasi dan ekskresi. Penyebab late onset tidak diketahui, tetapi telah dihubungkan dengan adanya factor spesifik dari ASI yaitu : 2α-20β-pregnanediol yang mempengaruhi aktifitas UDPGT atau pelepasan billirubin konjugasi dan hepatosit; peningkatan aktifitas lipoprotein

Transcript of Hiperbillirubinemia Pada Bayi Yang Mendapatkan ASI

Page 1: Hiperbillirubinemia Pada Bayi Yang Mendapatkan ASI

1. Hiperbillirubinemia pada bayi yang mendapatkan ASI

Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar billirubin puncak akan mencapai kadar

yang lebih tinggi (7-14 mg/dl) dan penurunan terjadi lebih lambat. Bisa terjadi dalam

waktu 2-4 minggu, bahkan dapat mencapai waktu 6 minggu.

Pada bayi yang diberi minum lebih awal atau diberi minum lebih sering dan bayi dengan

spirasi mekonium atau pengeluaran mekonium lebih awal cenderung mempunyai insiden

yang rendah untuk terjadi nya ikterus fisiologis. Pada bayi yang diberi minum susu

formula cenderung mengeluarkan billirubin lebih banyak pada mekoniumnya selama tiga

hari pertama kehidupan dibandingkan dengan yang mendapat ASI. Bayi yang mendapat

ASI, kadar billirubin cenderung lebih rendah pada yang defekasinya lebih sering. Bayi

yang terlambat mengeluarkan mekonium lebih sering terjadi ikterus fisiologis.

Pada bayi yang mendapat ASI terdapat dua bentuk neonatal jaundice yaitu early

(berhubungan dengan breast feeding) dan late (berhubungan dengan ASI). Bentuk early

onset diyakini berhubungan dengan proses pemberian minum. Bentuk late onset diyakini

dipengaruhi oleh kandungan ASI ibu yang mempengaruhi proses konjugasi dan ekskresi.

Penyebab late onset tidak diketahui, tetapi telah dihubungkan dengan adanya factor

spesifik dari ASI yaitu : 2α-20β-pregnanediol yang mempengaruhi aktifitas UDPGT atau

pelepasan billirubin konjugasi dan hepatosit; peningkatan aktifitas lipoprotein lipase yang

kemudian melepaskan asam lemak bebas ke dalam usus halus; penghambatan konjugasi

akibat peningkatan asam lemak unsaturated; atau β-glukorunidase atau adanya factor lain

yang mungkin menyebabkan peningkatan jalur enterohepatik.

Hiperbilirubinemia bisa disebabkan proses fisiologis atau patologis atau kombinasi

keduanya. Resiko hiperbilirubinemia meningkat pada bayi yang mendapat ASI, bayi

kurang bulan dan bayi mendekati cukup bulan. Neonatal hiperbilirubinemia terjadi

karena peningkatan produksi atau penurunan clearance bilirubin dan lebih sering terjadi

pada bayi imatur.

Bayi yang diberi ASI memiliki kadar bilirubin serum yang lebih tinggi dibanding bayi

yang diberi susu formula. Hal tersebut mungkin desibabkan oleh beberapa factor antara

lain; frekuensi menyusui yang tidak adekuat, kehilangan berat badan/dehidrasi.

Hiperbilirubinemia yang signifikan dalam 36 jam pertama biasanya disebabkan karena

peningkatan produksi bilirubin (terutama karena hemolisis), karena pada periode ini

Page 2: Hiperbillirubinemia Pada Bayi Yang Mendapatkan ASI

hepatic clearance jarang memproduksi bilirubin lebih 10 mg/dl. Peningkatan

penghancuran hemoglobin 1 % akan meningkatkan kadar bilirubin 4 kali lipat.

Keberhasilan proses menyusui ditentukan oleh faktor ibu dan bayi. Hambatan pada

proses menyusui dapat terjadi karena produksi ASI yang tidak cukup, atau ibu kurang

sering memberikan kesempatan pada bayinya untuk menyusu. Pada beberapa bayi

dapat terjadi gangguan menghisap. Hal ini mengakibatkan proses pengosongan ASI

menjadi tidak efektif. ASI yang tertinggal di dalam payudara

ibu akan menimbulkan umpan balik negatif sehingga produksi ASI menurun. Gangguan

menyusui pada ibu dapat terjadi preglandular (defisiensi serum prolaktin, retensi

plasenta), glandular (jaringan kelenjar mammae yang kurang baik, riwayat keluarga, post

mamoplasti reduksi), dan yang paling sering gangguan postglandular (pengosongan ASI

yang tidak efektif). Hiperbilirubinemia yang berhubungan dengan pemberian ASI dapat

berupa breastfeeding jaundice (BFJ) dan breastmilk jaundice (BMJ). Bayi yang mendapat

ASI eksklusif dapat mengalami hiperbilirubinemia yang dikenal dengan BFJ. Penyebab

BFJ adalah kekurangan asupan ASI. Biasanya timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada

waktu ASI belum banyak. Breastfeeding jaundice tidak memerlukan pengobatan dan

tidak perlu diberikan air putih atau air gula. Bayi sehat cukup bulan mempunyai

cadangan cairan dan energi yang dapat mempertahankan metabolismenya selama 72 jam.

Pemberian ASI yang cukup dapat mengatasi BFJ. Ibu harus memberikan kesempatan

lebih pada bayinya untuk menyusu. Kolostrum akan cepat keluar dengan hisapan bayi

yang terus menerus. ASI akan lebih cepat keluar dengan inisiasi menyusu dini dan rawat

gabung. Breastmilk jaundice mempunyai karakteristik kadar bilirubin indirek yang masih

meningkat setelah 4-7 hari pertama. Kondisi ini berlangsung lebih lama daripada

hiperbilirubinemia fisiologis dan dapat berlangsung 3-12 minggu tanpa ditemukan

penyebab hiperbilirubinemia lainnya. Penyebab BMJ berhubungan dengan pemberian

ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul pada setiap bayi yang

disusukannya. Semua bergantung pada kemampuan bayi tersebut dalam mengkonjugasi

bilirubin indirek (bayi prematur akan lebih berat ikterusnya).

Penyebab BMJ belum jelas, beberapafaktor diduga telah berperan sebagai penyebab

terjadinya BMJ. Breastmilk jaundice diperkirakan timbul

akibat terhambatnya uridine diphosphoglucoronic acid glucoronyl transferase

Page 3: Hiperbillirubinemia Pada Bayi Yang Mendapatkan ASI

(UDPGA) oleh hasil metabolism progesteron yaitu pregnane-3-alpha 20 beta-diol

yang ada dalam ASI ibu-ibu tertentu. Pendapat lain menyatakan hambatan terhadap

fungsi glukoronid transferase di hati oleh peningkatan konsentrasi asam lemak bebas

yang tidak di esterifikasi dapat juga menimbulkan BMJ. Faktor terakhir yang diduga

sebagai penyebab BMJ adalah peningkatan sirkulasi enterohepatik. Kondisi ini terjadi

akibat (1) peningkatan aktifitas beta-glukoronidase dalam ASI dan juga pada usus bayi

yang mendapat ASI, (2) terlambatnya pembentukan flora usus pada bayi yang mendapat

ASI serta (3) defek aktivitas uridine diphosphateglucoronyl transferase (UGT1A1) pada

bayi yang homozigot atau heterozigot untuk varian sindrom Gilbert.