Higine Industri_Radiasi Pengion

29
Radiasi Pengion Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Makalah Mata Kuliah Higiene Industri 2Dosen Mata Kuliah : dr. Bing Wantoro MS, SpOk Oleh : dr. Ratih Nurdiany Sumirat (1506692913) dr. Arnold Fernando (1506692844) MAGISTER KEDOKTERAN KERJA SUB DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN OKUPASI DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA MEI 2016

description

Makalah Higiene Industri ; Radiasi Pengion

Transcript of Higine Industri_Radiasi Pengion

Page 1: Higine Industri_Radiasi Pengion

Radiasi Pengion

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Makalah Mata Kuliah

“Higiene Industri 2”

Dosen Mata Kuliah :

dr. Bing Wantoro MS, SpOk

Oleh :

dr. Ratih Nurdiany Sumirat (1506692913)

dr. Arnold Fernando (1506692844)

MAGISTER KEDOKTERAN KERJA

SUB DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN OKUPASI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

JAKARTA

MEI 2016

Page 2: Higine Industri_Radiasi Pengion

ii

KATA PENGANTAR

Makalah “Radiasi Pengion” ini disusun sebagai salah satu bahan tugas

mata kuliah Higiene Industri 2.

Makalah ini dibuat berdasarkan studi literatur ilmiah yang kemudian

dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan pembahasan.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen

Mata Kuliah Higiene Industri 2, dr. Bing Wantoro MS, SpOk, atas kesempatan

yang telah diberikan kepada penulis untuk menyusun makalah ini sehingga dapat

mempertajam analisis penulis dalam aplikasi penerapan Higiene Industri,

terutama mengenai Identifikasi, Evaluasi dan Pengelolaan Bahaya Radiasi

Pengion di tempat kerja.

Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan

makalah ini sehingga kritik dan saran yang membangun akan sangat penulis

hargai.

Jakarta, Mei 2016

Penulis,

dr. Ratih Nurdiany Sumirat (1506692913)

dr. Arnold Fernando (1506692844)

Page 3: Higine Industri_Radiasi Pengion

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

1. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................................. 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................... 3

1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 3

1.4.1 Bagi Pekerja ....................................................................................................... 3

1.4.2 Bagi Perusahaan ................................................................................................. 3

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 4

2.1 Definisi dan Terminologi .......................................................................................... 4

2.1.1 Radiasi ................................................................................................................ 4

2.1.2 Atom .................................................................................................................. 5

2.1.3 Isotope ................................................................................................................ 6

2.1.4 Radioisotope ...................................................................................................... 6

2.2 Jenis Radiasi.............................................................................................................. 9

2.2.1 Radiasi bukan pengion ....................................................................................... 9

2.2.2 Radiasi pengion .................................................................................................. 9

2.3 Sumber Radiasi Pengion ......................................................................................... 11

2.3.1 Radiasi pengion yang berasal dari alam ........................................................... 11

2.3.2 Radiasi Pengion Artificial ................................................................................ 13

2.4 Identikasi dan Evaluasi dosis radiasi ...................................................................... 14

2.5 Dampak Kesehatan Akibat Paparan Radiasi ........................................................... 19

2.6 Penanggulangan Paparan Radiasi Pengion ............................................................. 21

2.7 Pemantauan dan Pengawasan Kesehatan Tenaga Kerja ......................................... 22

3. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 25

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 25

3.2 Saran ....................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 26

Page 4: Higine Industri_Radiasi Pengion

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja secara umum masih sering

terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja, baik secara global maupun regional. Menurut data

sensus Amerika Serikat pada tahun 1990, terdapat 12,8 juta orang berusia 16-64

tahun yang mengalami disabilitas akibat pekerjaan selama 6 bulan ataupun lebih.

(Anderrson & Cocchiarella , 2001)

Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada

perusahaan-perusahaan besar melalui UU Ketenagakerjaan, baru menghasilkan

2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah

menerapkan Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar

disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi

tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika diperhitungkan besarnya dana

kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya

Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di

tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan.

(Wirahadikusumah, 2014)

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, manusia telah berhasil

menciptakan banyak peralatan listrik dan elektronik seperti pemancar radio, radar,

telepon seluler, diatermi, pemanas, dll. Peralatan listrik dan elektronik tersebut

banyak digunakan di lingkungan industri, perhubungan, kesehatan, militer dan

lain-lain. Kenyataannya di dalam penggunaannya alat-alat tersebut dapat

memancarkan gelombang elektromagnetik ke lingkungan tempat kerja, sehingga

dapat memaparkan dan membahayakan keselamatan serta kesehatan tenaga kerja.

Page 5: Higine Industri_Radiasi Pengion

2

Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap radiasi gelombang

elektromagnetik tersebut dalam rangka memberikan perlindungan kepada tenaga

kerja, agar tenaga kerja tetap sehat, selamat dan mampu bekerja secara produktif

dan efisien. (Moeljosoedarmo, 2008)

Radiasi adalah energi dalam bentuk gelombang atau pancaran partikel,

disekitar kita ada banyak sekali radiasi. Radiasi gelombang elektromagnetik

secara garis besar dibagi atas radiasi mengion dan radiasi tidak mengion. Radiasi

mengion memiliki kemampuan untuk memecah molekul yang dilaluinya.

Termasuk di dalam jenis radiasi mengion, adalah sinar X dan sinar Gamma.

Pajanan radiasi mengion terhadap pekerja dapat menimbulkan efek somatik dan

efek genetic, sehingga proses pemantauan dan pengawasan kesehatan tenaga kerja

yang terpajan radiasi mengion mutlak diperlukan (Moeljosoedarmo, 2008)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

pembahasan lebih lanjut mengenai Radiasi Pengion ; Identifikasi, Evaluasi serta

Pengelolaannya di Tempat Kerja.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan tingginya risiko efek samping pajanan radiasi pengion

terhadap pekerja, yang dapat mengakibatkan penurunan kinerja dan produktivitas,

diperlukan penanganan bahaya Radiasi Pengion di tempat kerja yang memadai,

termasuk identifikasi bahaya, evaluasi dan proses pemantauan serta pengendalian

bahaya radiasi pengion yang tepat di tempat kerja. Oleh karena itu, diperlukan

pemahaman yang baik oleh para praktisi keselamatan dan kesehatan kerja dalam

melakukan pengendalian bahaya radiasi pengion di tempat kerja

Page 6: Higine Industri_Radiasi Pengion

3

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui dan Memahami secara komprehensif mengenai Radiasi

Elektromagnetik, terutama Radiasi Pengion di tempat kerja.

1.3.2 Tujuan Khusus

Diketahuinya definisi Radiasi dan komponen penyusunnya

Diketahuinya jenis dan sumber Radiasi

Diketahuinya dampak radiasi pengion terhadap kesehatan

Diketahuinya dosis radiasi pengion dan evaluasi radiasi pengion di tempat

kerja

Diketahuinya cara pengendalian dan perlindungan pekerja terhadapa

paparan radiasi pengion di tempat kerja

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Pekerja

Dapat mengenal bahaya atau penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat

pajanan radiasi di tempat kerja.

Dapat melakukan deteksi dini tanda-tanda penyakit yang dapat terjadi

akibat pajanan radiasi di tempat kerja.

Dapat melakukan langkah perlindungan diri yang tepat terhadap paparan

radiasi pengion.

1.4.2 Bagi Perusahaan

Dapat melindungi pekerja, tempat kerja dan lingkungan di sekitar kerja

dari paparan radiasi pengion.

Dapat menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja yang

komprehensif di tempat kerja.

Page 7: Higine Industri_Radiasi Pengion

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Terminologi

2.1.1 Radiasi

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam

bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari

sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan

kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan

(microwave oven), komputer, dan lain-lain.

Radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga

dengan foton adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik.

Misalnya adalah gamma dan sinar-X, dan juga termasuk radiasi tampak seperti

sinar lampu, sinar matahari, gelombang microwave, radar dan handphone

Gambar 1 – Jenis-Jenis Radiasi

Page 8: Higine Industri_Radiasi Pengion

5

2.1.2 Atom

Atom adalah bentuk dasar dari segala sesuatu. Dengan kata lain segala

sesuatu didunia ini terdiri dari Atom, yaitu terdiri dari elemen-elemen seperti

oksigen, hidrogen, dan karbon

Atom sendiri terdiri dari terdiri atas inti atom serta awan elektron

bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang

bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral (kecuali pada inti atom

Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom

terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian

pula dapat berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom

yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral,

sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat

positif atau negatif dan disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan berdasarkan

jumlah proton dan neutron yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah proton

pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron

menentukan isotope unsur tersebut.

Gambar 2. Ilustrasi model Atom

Atom satu dengan atom elemen yang sama dan atau atom elemen lainnya

dapat bergabung membentuk suatu molekul, misalnya saja molekul air dibentuk

oleh dua atom hidrogen dan satu atom oksigen (H2O). Sedangkan nuklida adalah

tipe spesifik dari atom yang karakteristiknya ditentukan oleh jumlah proton dan

Page 9: Higine Industri_Radiasi Pengion

6

neutron di nukleusnya. Misalnya saja suatu nuklida dengan jumlah 6 proton dan 6

neutron disebut dengan karbon-12

2.1.3 Isotope

Isotope adalah unsur yang memiliki Nomor Atom (Proton) sama tapi

Nomor massanya (Neutron) berbeda. Karena nomor atom merupakan identitas

sebuah unsur, maka Isotope meski mempunyai nomor massa berbeda tetap di

golongkan dalam satu unsur sama. Karena itu dalam tabel periodik, seluruh

Isotope dari sebuah unsur terletak di tempat yang sama. Isotope dari setiap elemen

akan memiliki jumlah elektron valensi yang sama sehingga mau tidak mau akan

memiliki sifat kimia yang sama pula.

Contohnya, hidrogen mempunyai tiga isotope

Hidrogen-1 (terdiri dari satu proton dan tidak memiliki neutron)

HIdrogen-2 atau deuterium (terduri dari satu proton dan satu neutron)

Hidrogen-3 atau tritium (terdiri dari satu proton dan dua neutron)

Suatu isotope akan dikatakan stabil apabila jumlah neutron dan protonnya

seimbang. Contohnya dari nuklida yang sabil adalah carbon-12 dimana terdiri dari

6 proton dan 6 neutron sehingga total massanya adalah 12.

2.1.4 Radioisotope

Suatu Isotope yang tidak stabil dan menghasilkan radiasi disebut sebagai

radioisotope atau radioaktif, Dimana radioisotope ini secara spontan akan

menyebabkan radiasi dimana saat terjadi proses radiasi tersebut, atom tersebut

perlahan akan menjadi berkurang radiasinya dan perlahan menjadi stabil. Dan

ketika atom telah mencapai konfigurasi stabilnya, atom tersebut tidak akan

memancarkan radiasi. Hal ini terjadi karena sumber radioaktif berbentuk radiasi

pengion sebagai hasil dari proses peluruhan atom yang tidak stabil, dan akan terus

melemah seiring berjalannya waktu. Sehinga semakin lama radiasi yang

dihasilkan dari aktifitas material tersebut berkurang perlahan hingga menjadi nol

Page 10: Higine Industri_Radiasi Pengion

7

Waktu yang dibutuhkan radioisotope untuk luruh menjadi setengah dari

aktifitas awalnya disebut sebagai radiological half-life yang dilambangkan dengan

t ½. Setiap radioisotope mempunyai paruh waktu yang berbeda, bisa saja

membutuhkan waktu beberapa detik hingga sampai milyaran tahun. Sebagai

contoh, iodine-131 mempunyai waktu paruh selama 8 hari, sementara plutonium-

239 mempunyai waktu paruh 24.000 tahun.Suatu radioisotope yang mempunyai

waktu paruh lebih pendek memiliki kemampuan radioaktif lebih tinggi

dibandingkan dengan radioisotope yang paruh waktunya lebih lama

Peluruhan radioaktif dibagi menjadi tiga kategori

1. Peluruhan Alpha

Peluruhan alpha terjadi ketika suatu atom mengeluarkan suatu partikel dari

nukelusnya, dimana nukleus tersebut terdiri dari dua neutron dan dua

proton. Ketika hal ini terjadi jumlah atom berkurang menjadi 2 sedangkan

massa atom berkurang menjadi. Contohnya adalah radium, radon, uranium

dan thorium

2. Peluruhan Beta

Pada peluruhan beta suatu neutron berubah menjadi proton dan suatu

elektron dipancarkan dari nukelus. Sehingga jumlah atom meningkat satu

sedanhgkan massanya hanya berkurang sedikit. Contoh darri peluruhan

beta ini adalah strontium-90, carbon-14, tritium dan sulphur-35

3. Peluruhan Gamma

Peluruhan gamma terjadi akibat adanya energi yang tersisa di nukelus

diikutin dengan peluruhan alpha atau peluruhan beta. Atau juga karena

adanya neutron yang tertangkap (jenis reaksi nuklir) di reaktor nuklir.

Energi sisa ini mekudian terlepas sebagai sinar radiasi gamma. Peluruhan

gamma umumnya tidak mempengaruhi massa dan jumlah atom dari suatu

radioisotope. Contoh dari peluruhan gamma adalah iodine-131, cesium-

137, cobal-60, radium-226 dan technetium-99m

Page 11: Higine Industri_Radiasi Pengion

8

Jumlah penguraian nuklir pada suatu material radioaktif per unit waktu

disebut dengan aktifitas. Dimana aktifitas ini biasanya diukur berdasarkan jumlah

radionuclide, dan radionuclide tersebut di ukur dalam becquerels (Bq). 1Bq = 1

penguraian per detik

Jika sumber asli dari suatu radioaktif diketahui maka dapat diprediksi

butuh berapa lama waktu peluruhan tersebut. Peluruhan ini sendiri harus melalui

berkali-kali paruh waktu untuk dapat menjadi tidak reaktif. Sehingga walaupun

suatu radioisotop dengan aktifitas yang tinggi telah luruh beberapa kali paruh

waktu. Tingkatan radioaktif yang tersisa belum tentu aman. Pengukuran dari

material aktifitas radioaktif diperlukan suatu perkiraan potensi dari dosis radiasi

Gambar 3. Kurva proses peluruhan carbon-14

Page 12: Higine Industri_Radiasi Pengion

9

2.2 Jenis Radiasi

2.2.1 Radiasi bukan pengion

Radiasi bukan pengion mempunyai energi yang lebih sedikit daripada

radiasi pengion, misalnya radiasi bukan pengion adalah sinar cahaya yang terlihat,

infra merah, gelombang radio, microwaves, dan cahaya matahari.

Gelombang telephon selular, gelombang televisi, gelombang AM dan FM

radio adalah salah satu contoh dari penggunaan tekonologi gelombang bukan

pengion. sedangkan gelombang elektromagnetic seperti pada penggunaan kabel

dan alat listrik termasuk kedalam gelombang Extremly low-frequency (ELF)

sehingga tidak berpotensi berbahaya bagi kesehatan.

2.2.2 Radiasi pengion

Radiasi pengion adalah kemampuan mengeluarkan elektron dari orbit

atom, sehingga terjadinya gangguan keseimbangan elektron/proton dan membuat

atom memiliki energi positif. Perubahan molekul dan atom ini yang disebut

sebagai ion. Radiasi pengion ini dapat terjadi alami dan juga akibat buatan

manusia melalui material radioactive.

Dimana radiasi pengion ini terdiri dari beberapa jenis yaitu;

2.2.2.1 Radiasi Alpha

Radiasi alpha terdiri dari partikel alpha yang dibuat dari 2 proton dan 2

neutron dimana masing-masing membawa dua energi positif. dimana radiasi ini

memiliki keterbatasan untuk dapat menembus unsur lainnya. Radiasi Alpha dapat

dihentikan oleh sepotong kertas atau juga lapisan kulit terluar yang sudah mati.

Sehingga radiasi alpha yang berasal dari luar tubuh tidak menjadi suatu bahaya

radiasi. Namun ketikan suatu penghasil radiasi alpha ini masuk kedalam tubuh

(misalnya terhirup ke dalam pernafasan atau juga tertelan) energi dari radiasi

alpha ini diserap sepenuhnya oleh jaringan tubuh. Sehingga radiasi alpha ini

Page 13: Higine Industri_Radiasi Pengion

10

hanya akan menyebabkan internal hazard. Sebagai contohnya adalah Radon-222

yang ketika terjadi kerusakan akan menjadi polonium-218

2.2.2.2 Radiasi Beta

Radiasi beta terjadi dari muatan partikel yang keluar dari nukleus atom

dan secara bentuk identik dengan elektron. Partikel beta ini umumnya memiliki

muatan negatif, dimana ukurannya sangat kecil dan dapat menembus lebih dalam

daripada partikel alpha. Meskupun demikian radiasi beta kebanyakan dapat

dihentikan oleh sejumlah kecil pelindung, misalnya adalah selembar pelastik,

gelas, ataupun metal. Ketika sumber radiasi berada diluar tubuh dan memiliki

cukup energi dapat menembus lapisan luar kulit dan akan perlahan akan tersimpan

didalam sel kulit yang aktif. Substansi penghasil radiasi beta dapat berbahaya jika

masuk kedalam tubuh. Salah satu contoh dari penghasil radiasi beta adalah

Tritium (Hidrogen-3) yang akan luruh menjadi helium-3 Radiasi Gamma

2.2.2.3 Radiasi Photon (gamma dan X-ray)

Radiasi photon adalah radiasi elektromagnetik. Dimana terdapat dua tipe

dari radiasi photon yaitu gamma dan X-ray. Radiasi Gamma terjadi akibat photon

yang berasal dari nukleus, sedangkan radiasi X-ray terjadi akibat photon yang

berasa dari luar nukleus dan biasanya memiliki energi yang lebih lemah daripada

radiasi gamma. Radiasi photon dapat menembus sangat dalam sehingga terkadang

hanya dapat dikurangi oleh material yang cukup padat dan tebal seperti timah atau

baja. Umumnya radiasi photon dapat mempunyai jangkaun area yang lebih luas

daripada radiasi alpha dan beta. Dan dapat menembus jaringan tubuh dan organ

ketika sumber radiasi berada diluar tubuh. Radiasi photon juga berbahaya jika zat

penghasil radiasi tersebut masuk kedalam tubuh. Sebagai contoh zat nuklir

penghasil pancaran photon adalah cobalt-60 dimana peluruhannya akan

menghasilkan nickel-60

2.2.2.4 Radiasi Neutron

Selain dari akibat radiasi kosmik, pembelahan spontan adalah satu-satunya

sumber penghasil neutron. Umumnya penghasil neutron adalah reaktor nuklir.

Page 14: Higine Industri_Radiasi Pengion

11

Dimana dengan membelah nukelus uranium atau nukleus plutonium disertai

dengan pancaran neutron. Neutron yang dipancarakan dari suatu pembelahan

dapat menyerang nukelus dari atom yang berdekatan dan menyebabkan

pembelahan lainnya, sehingga memicu terjadi reaksi berantai. Produksi energi

nuklir berdasarkan dari prinsip ini.

Neutron dapat menembus jaringan kulit, otot dan organ tubuh manusia

ketika sumber radiasi berada diluar tubuh. Neutron juga dapat berbahaya jika zat

yang memancarkan nuklir mengendap didalam tubuh. Perlindungan terbaik

terhadap radiasi neutron adalah menggunakan materi pelindung atau materi

penyerap seperti yang mengandung atom hidrogen, contohnya adalah paraffin

wax dan plastik. Hal ini karena neutron dan atom hidrogen memiliki kemiripan

berat atom dan mudah terjadinya tumbukan keduanya.

Gambar 4. Kemampuan penetrasi dari radiasi pengion

2.3 Sumber Radiasi Pengion

2.3.1 Radiasi pengion yang berasal dari alam

Radiasi selalu hadir disekitar kita dan memiliki banyak bentuk. Kehidupan

sendiri telah berkembang dengan adanya radiasi pengion dimana tubuh manusia

telah beradaptasi untuk hal tersebut. Banyak radioisotope muncul karena proses

alami dan berasal akibat pembentukan sistemt tata surya dan melalui interaksi

sinar kosmis dengan molekul di atmosfer. Tritium misalnya adapah suatu

radioisotope yang dibentuk oleh sinar kosmis yang berinteraksi dengan molekul

Page 15: Higine Industri_Radiasi Pengion

12

atmosfer. Beberapa radioisotope seperti uranium dan thorium terbentuk ketika

sistem tata surya terbentuk dan memiliki paruh waktu satu milyar tahun, dan

hingga saat ini masih ada di lingkungan kita.

Menurut United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic

Radiation (UNSCEAR) membagi radiasi alami menjadi 4 sumber utama, yaitu

Radiasi kosmis

Radiasi radiasi dari bumi

Inhalasi

Ingesti

Gambar 5. Sumber radiasi dari alam

Page 16: Higine Industri_Radiasi Pengion

13

2.3.2 Radiasi Pengion Artificial

Seiring dengan perkembangan teknologi manusia juga membuat suatu

radiasi untuk berbagai tujuan yang melibatkan material radioaktif. Radioisotopes

diproduksi melalui suatu reaktor nuklir dan radioisotope generator seperti

cyclotrons. Banyak dari radioisotop buatan manusia ini digunakan dalam

kedokteran nuklir, biokimia, industri pabrik dan pertanian. Berikut ini adalah

contoh sumber radiasi yang paling sering dipakai;

2.3.2.1 Radiasi dari bidang Kedokteran

Salah satu sumber radiasi terkemuka yang diciptakan oleh manusia adalah

energi tinggi yang dikeluarkan oleh Particle Accelerator. Akselerator seperti ini

dapat menimbulkan suatu bahaya radiasi potensial yang bermacam-macam

tergantung pada partikel yang dipercepat, interaksi dengan target dan mode

percepatan. Namun, selain dari bahaya yang ditimbulkan, akselerator ini dapat

menghasilkan sinar X yang dapat digunakan dalam dunia kedokteran.

Radiasi telah banyak digunakan dalam kedokteran.yang paling terkenal

adalah penggunaan sinar-X, dimana prosesnya menggunakan radiasi untuk

mengetahui adanya kerusakan tulang atau mendiagnosis suatu penyakit. Contoh

lainnya adalah nuclear medicine, dimana menggunakan isotop radioaktif untuk

mendiagnosis dan memberikan pengobatan seperi kanker.

Gambar 6. Gamma camera yang digunakan pada tekonologi nuclear medicine

untuk menegakan diagnosis

Page 17: Higine Industri_Radiasi Pengion

14

2.3.2.2 Radiasi dari bidang industri

Sumber radiasi buatan manusia yang banyak digunakan dalam industri

adalah reaktor nuklir sebagai tenaga pembangkit listrik, ataupun industri uranium

yang banyak digunakan dalam pertambangan, pabrik penggilingan, fabrikasi dan

pemrosesan ulang bahan bakar.

Secara praktis Radiasi telah digunakan dalam berbagai jenis industri,

misalnya untuk membangun suatu jalan dan mengukur kerapatan dan

ketebalannya, material radioaktif juga digunakan pada smoke detectors, material

glow-in-the dark pada tanda keluar darurat, memperkirakan cadangan minyak

yang ada dilapangan ataupun penggunaan dalam proses sterilisasi juga

menggunakan proses radiasi ini.

2.4 Identikasi dan Evaluasi dosis radiasi

Radiasi tidak dapat dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba. Indera

manusia tidak dapat mendeteksi radiasi sehingga seseorang tidak dapat

mengetahui kapan ia dalam bahaya atau tidak. Radiasi hanya dapat diketahui

dengan menggunakan alat, yang disebut monitor radiasi. Monitor radiasi terdiri

dari detektor radiasi dan rangkaian elektronik penunjang. Pada umumnya, monitor

radiasi dilengkapi dengan alarm yang akan mengeluarkan bunyi jika ditemukan

radiasi. Bunyi alarm semakin keras apabila tingkat radiasi yang ditemukan

semakin tinggi. Monitor radiasi umumnya digunakan hanya untuk mengetahui ada

atau tidaknya radiasi. (BATAN, 2015)

Monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur jumlah radiasi atau dosis

yang diterima oleh seseorang disebut dosimeter perorangan dan monitor radiasi

yang digunakan untuk mengukur kecepatan radiasi atau laju dosis di suatu area

dikenal dengan survaimeter. Alat-alat tersebut dapat disamakan dengan indikator

jarak dan speedometer pada mobil. Indikator jarak menunjukkan berapa km atau

mil yang telah dijalani oleh mobil, seperti halnya dosimeter perorangan

menunjukkan berapa dosis radiasi yang telah diterima oleh seseorang.

Page 18: Higine Industri_Radiasi Pengion

15

Speedometer menunjukkan pada kita beberapa km atau mil kecepatan mobil

perjam, seperti survaimeter menunjukkan berapa laju dosis radiasi. (BATAN,

2015)

Salah satu cara untuk mengukur dosis radiasi pada dosimeter perorangan

adalah berdasarkan pada tingkat kehitaman film jika terkena radiasi. Dengan

memproses film dan mengukur tingkat kehitamannya, dosis radiasi yang diterima

oleh seseorang dapat diperkirakan. (BATAN, 2015)

Cara lain untuk mengukur dosis adalah berdasarkan pada jumlah cahaya

yang dihasilkan pada bahan tertentu akibat oleh radiasi setelah dilakukan proses

pemanasan. Dosimeter perorangan ini disebut TLD (Thermo Luminescence

Dosimeter). TLD lebih peka dan akurat daripada dosimeter film dan dapat

digunakan kembali setelah dilakukan proses pembacaan dosis.

Berbeda dengan dosimeter perorangan yang memberikan informasi dosis

radiasi yang telah diterima, survaimeter memberikan informasi laju dosis radiasi

pada suatu area pada suatu saat. Hasil perkalian antara laju dosis yang ditunjukkan

survaimeter dan lama waktu selama berada di area merupakan perkiraan jumlah

radiasi atau dosis yang diterima bila berada di suatu area selama waktu tersebut.

Dengan survaimeter ini seseorang dapat menjaga diri agar tidak terkena radiasi

yang melebihi batas yang diizinkan.

Sebagai tujuan dari perlindungan terhadap suatu radiasi, kuantitas dosis di

gambarkan menjadi 3 cara yaitu dosis absobsi, dosis ekuivalen dan dosis efektif

terhadap kesehatan (BATAN, 2015)

1. Dosis Absorpsi

Ketika radiasi pengion menembus tubuh manusia atau objek, radiasi

tersebut menyimpat energi. Energi yang di absorpsi dari paparan radiasi

yang disebut dosis yang diserap. Dosis ini diukuran dalam satuan unit gray

(Gy). Dosis dari satu gray ini setara dengan satu unit energi (joule) yang

tersimpa didalam 1 kilogram suatu zat

Page 19: Higine Industri_Radiasi Pengion

16

2. Dosis ekuivalen

Ketika suatu radiasi terserap oleh suatu mahluk hidup, dampak biologis

dapat saja diamati, namun begitu kesetaraan dosis yang di absorbsi tidak

selalu menghasilkan gangguan biologis yang bermakna. Hal ini

dikarenkan bergantung terhadap jenis radiasinya (misalnya alpha, beta,

gamma). Contohnya 1 Gy dari alpha radiation lebih berbahaya daripada 1

Gy radiasi beta. Untuk mendapatkan dosis padanan yang setara, dosis

absorbsinya dikalikan oleh alat specified radiation weightng factor.

Tabel 1- Nilai Faktor Bobot-Radiasi

3. Dosis efektif

Setiap jaringan dan organ memiliki sensitifitasi terhadap radiasi yang

berbeda, misalnya sumsum tulang lebih radiosensitif dibandingkan otak

dan jaringan saraf. Untuk dapat mengetahui berapa besarkah paparan

radiasi yang dapat membahayakan diri. Pengukuran ini dengan cara

mengalikan penjumlahan dari dosis ekivalen yang diterima oleh setiap

organ utama tubuh dengan tissue weigthing factor (wT). Biasanya

berhubungan dengan risiko dari pada bagian jaringan tertentu dan

efektifitas dosisnya. Satuan unit untuk dosis efektif ini disebut dengan

sievert

Page 20: Higine Industri_Radiasi Pengion

17

Tabel 2- Niali Faktor bobot organ

Adapun menurut ACGIH, Nilai Ambang Batas (NAB) dosis efektif radiasi

pengion yang dapat diterima pekerja dalam setahun adalah sbb; (ACGIH, 2015)

Tabel 3 Nilai Ambang Batas Dosis Radiasi

Page 21: Higine Industri_Radiasi Pengion

18

Terdapat tiga prinsip utama dalam proteksi terhadap radiasi pengion, diantaranya

adalah; (ACGIH, 2015)

Justifikasi

Seluruh kegiatan yang melibatkan paparan radiasi pengion harus memiliki

keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang mungkin

diterima oleh pekerja ataupun masyarakat sekitar.

Optimisasi

Paparan Radiasi Pengion harus dipertahankan serendah mungkin, As Low As

reasonably Achievable (ALARA).

Limitasi

Dosis efektif radiasi yang diterima dari semua sumber tidak boleh memiliki

risiko menginduksi terjadinya kanker lebih dari 10-3

per tahun selama masa

hidup pekerja yang terpajan. Risiko ini berdasarkan ICRP (2007) dan NCRP

(1993) yang mengestimasi terjadinya 5% risiko terjadinya kanker setiap

pajanan 1 Sv dan rata-rata pajanan pekerjaan 20 mSv per 5 tahun.

Di Indonesia, berdasarkan nilai yang dikeluarkan oleh Badan Pemantauan

Tenaga Nuklir (BAPETEN), nilai batas dosis dalam satu tahun untuk pekerja

radiasi adalah 50 mSv (5 rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv

(500 mrem). Menurut laporan penelitian UNSCEAR, secara rata-rata setiap orang

menerima dosis 2,8 mSv (280 mrem) per tahun, berarti seseorang hanya akan

menerima sekitar setengah dari nilai batas dosis untuk masyarakat umum.

(BATAN, 2015)

Ada dua catatan yang berkaitan dengan nilai batas dosis ini. Pertama,

adanya anggapan bahwa nilai batas ini menyatakan garis yang tegas antara aman

dan tidak aman. Hal ini tidak seluruhnya benar. Nilai batas ini hanya menyatakan

batas dosis radiasi yang dapat diterima oleh pekerja atau masyarakat, sejauh

pengetahuan yang ada hingga saat ini. Yang lebih penting dari pemakaian nilai

batas ini adalah diterapkannya prinsip ALARA pada setiap pemanfaatan radiasi.

Kedua, adanya perbedaan nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat

umum. Nilai batas ini berbeda karena pekerja radiasi dianggap dapat menerima

Page 22: Higine Industri_Radiasi Pengion

19

risiko yang lebih besar (dengan kata lain, menerima keuntungan yang lebih besar)

daripada masyarakat umum, antara lain karena pekerja radiasi mendapat

pengawasan dosis radiasi dan kesehatan secara berkala. (BATAN, 2015)

2.5 Dampak Kesehatan Akibat Paparan Radiasi

“Aman” bagi seseorang belum tentu juga aman bagi orang lain, sehingga

aman ini dipersepsikan sebagai ketidak adaanya risiko atau ancaman, meskipun

demikian kenyataan yang ada adalah hampir segala sesuatu memiliki risiko.

Misalnya saja batas kecepatan di jalan agar mendapatkan kemanan yang maksimal

walaupun begitu masih saja dapat terjadi kecelakaan padahal batas kecepatan

sudah dipenuhi.

Begitu pula dengan penggunaan radiasi. Paparan radiasi tentunya akan

membawa dampak bagi kesehatan, sehingga perlu untuk mengetahui risikonya

dan regulasi radiasi tersebut di tubuh sheingga dapat ditentukan berapakah batasan

dosis paparan yang masih dapat diterima dan ditoleransi oleh tubuh dalam batasan

tingkatan risiko yang dimana cenderung tidak menyebabkan bahaya.

Salah satu keuntungan yang penting dari mengetahui bahaya radiasi terhadap

kesehatan adalah untuk emngetahui kimia atau zat racun lainnya. Sejak abad ke

20, efek radiasi telah dipelajari lebih mendalam baik di laboratorium dan juga di

populasi manusia

Paparan radiasi akan mempengaruhi kesehatan melalui adanya kerusakan

pada molekul deoxyribonucleic acid (DNA), DNA adalah suatu rantai panjang

asam amino yang mempunyai pola bentuk bagaimana suatu sel hidup dan

berfungsi, adanya suatu radiasi merusak rantai tersebut sehingga dapat terjadi tiga

kemungkinan berikut

1. DNA pulih kembali seperti semula

Pada kasus ini sel pulih dengan sempurna dan melanjurkan fungsinya

dengan normal, kerusakan DNA wajar terjadi setiap detik dalam tiap

Page 23: Higine Industri_Radiasi Pengion

20

harinya, dan sel mempunyai kemampuan alami untuk memperbaiki

kerusakan tersebut

2. DNA mengalami kerusakan yang berat sehingga sel tersebut menjadi mati

(deterministic effect)

Ketika DNA atau bagian kritis dari suatu cell mengalami radiasi dalam

dosis yang besar, akan dapat menyebabkan kematian sel atau kerusakan

yang tidak mampu pemulihan. Jika hal ini terjadi pada banyak sel didalam

jaringan tubuh atau organ maka akan muncul gejala awal dari radiasi. Efek

inilah yang disebut sebagai deterministic effects dan tingkata

keparahannya bergantung terhadap berapa jumlah dosis radiasi yang

dialami. Misalnya adalah luka bakar, katarak, dan pada beberapa kasus

ekstrim terjadinya kematian

Misalnya pada kasus kecelakaan chernobyl nuclear plant (1986)

dimanalebih dari 130 pekerja dan pemadam kebakaran mengalami radiasi

dosis tinggi (800 hingga 16999 mSv) dan menderia penyakit radiasi berat.

Dua dari orang yang terpapar meninggal dalam beberapa hari, dan lebih

dair 30 pekerja dan pemadam kebakaran meninggal dalam waktu 3 bulan

3. Sel tersebut pulih namun tidak sempurna, dan tetap bertahan hidup

(stochastic effects)

Pada beberapa kasus ada bagian DNA didalam sel yang mengalami

kerusakan akibat radiasi, namun tidak sembuh/pulih smpurna. Sel tersebut

mungkin dapat berlanjut hidup dan mungkin juga dapat bereproduksi dan

membelah diri. Akan tetapi pada kejadian tersebut kerusakan yang tidak

dapat di pulihkan pada rantai DNA akan menggambarkan kondisi fungsi

dari sel dan turunannya. Sehingga dapat menyebabkan kecacatan yang

juga dapat diturunkan pada generasi berikutnya.

Page 24: Higine Industri_Radiasi Pengion

21

Tabel 4 Dosis Radiasi yang dapat mempengaruhi kesehatan

2.6 Penanggulangan Paparan Radiasi Pengion

Dekontaminasi adalah suatu proses untuk menghilangkan bahan

radioaktif dari benda (termasuk udara lingkungan dan air) atau orang-orang yang

terkontaminasi, Sumber penyinaran atau radiasi dapat berasal dari luar ataupun

dari dalam. Radiasi yang berasal dari luar, misalnya sinar gamma atau radiasi

sinar beta dari radionukleotida yang bernergi tinggi atau berasal dari benda

(=pakaian) atau udara/air yang telah terkontaminasi oleh bahan radioaktif. Radiasi

yang berasal dari dalam, misalnya disebabkan oleh masuknya bahan yang

terkontaminasi melalui mulut, saluran pernafasan atau kulit. (Moeljosoedarmo,

2008)

Cara-cara dekontaminasi dapat dilakukan sebagai berikut ;

Dekontaminasi mekanis, menghilangkan lapisan radioaktif dengan scrubbing,

sand blasting, mencuci dengan air dan sebagainya

Dekontaminasi secara fisik (penguapan, pengenceran, menyaring, Ultrasonik,

dsb)

Page 25: Higine Industri_Radiasi Pengion

22

Dekontaminasi secara kimia, dengan menggunakan senyawa-senyawa yang

tidak dapat terkontaminasi dengan menggunakan larutan asam atau basa,

senyawa kompleks, resin penukar ion atau bahan lainnya.

Dekontaminasi secara biologis, didasarkan pada absorbs permukaan sel

bakteri (active slime, biological film) yang dilarutkan dalam bahan organic

atau koloid yang mengandung kontaminan. Cara ini digunakan dalam bentuk

gabungan dengan cara lain untuk melakukan dekontaminasi terhadap saluran

pembuangan.

Cara-cara dan bahan-bahan yang digunakan untuk mengadakan

dekontaminasi dipilih sesuai dengan macam kontaminan serta tipe benda yang

terkontaminasi, kondisi fisik dan sifat fisik maupun kimia dari bahan radioaktif

(cairan, padat, isotop pendek atau panjang umurnya, pemancar sinar alpha, beta,

atau beta-gamma) dan aspek ekonomi dari dekontaminasi. (Moeljosoedarmo,

2008)

2.7 Pemantauan dan Pengawasan Kesehatan Tenaga Kerja

Proteksi radiasi sangat berkaitan dengan program pengawasan lingkungan

kerja dan usaha menjamin bahwa perisai penahan radiasi yang memadai tersedia.

Meskipun demikian, sama pentingnya ialah pemantauan tenaga kerja secara

berkala yang harus dilaksanakan secara terus menerus untuk menjamin agar para

pekerja tidak menerima penyinaran yang tidak perlu dan untuk menjamin bahwa

tindakan proteksi memang telah memadai.

Mengingat panca indra manusia tidak dapat mengetahui ada tidaknya

radiasi, dan untuk mengetahui tingkat penyinaran yang diterimanya memerlukan

instrument, maka program pemantauan yang baik harus merupakan bagian yang

terpadu dari program proteksi radiasi di industry yang mempergunakan bahan

radioaktif.

Pemantauan perorangan (Personal Dosimeter) adalah pengukuran nilai

penyinaran total yyang diterima oleh seorang tenaga kerja selama jangka waktu

Page 26: Higine Industri_Radiasi Pengion

23

tertentu yang pengukurannya menggunakan alat ukur yang selalu dibawa oleh

tenaga kerja yang bersangkutan. Tujuan utama dari penggunaan alat tersebut ialah

untuk mengetahui penerimaan dosis radiasi dari setiap tenaga kerja karena itu

merupakan dasar yang terbaik bagi tenaga kerja untuk menilai risiko sebenarnya

dari pekerjaannya.

Sudah seharusnya semua tenaga kerja diberitahu sebelumnya mengenai

pentingnya tingkat penyinaran sehingga hal ini akan menghindarkan kegelisahan

atau perasaan tidak aman yang sebenarnya tidak perlu. Dosimeter saku yang

terbaik ialah yang dilengkapi dengan elektrometer yang memungkinkan

pembacaan langsung, sehingga seluruh sistem dapat dibuat tanpa bocor. Hal ini

akan dapat memberikan peringatan dini bila bekerja dalam kondisi yang

membahayakan. (Moeljosoedarmo, 2008)

Gambar 7 – Personal Dosimeter

Page 27: Higine Industri_Radiasi Pengion

24

Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dimulai saat seseorang tenaga kerja

akan mulai bekerja di suatu tempat kerja dan secara berkala diulangi. Hal ini

dimaksudkan agar dapat ditentukan derajat kesehatan tenaga kerja cukup memadai

dengan tugas yang dilaksanakan para tenaga kerja yang mempunyai kemungkinan

menerima penyinaran lebih dari dosis yang dianjurkan, memerlukan pengawasan

yang lebih teliti dengan cara pemeriksaan darah tepi secara teratur.

Page 28: Higine Industri_Radiasi Pengion

25

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Radiasi pengion adalah kemampuan mengeluarkan elektron dari orbit atom,

sehingga terjadinya gangguan keseimbangan elektron/proton dan membuat

atom memiliki energi positif. Perubahan molekul dan atom ini yang disebut

sebagai ion.

Radiasi pengion terdiri dari radiasi alpha, beta, photon (Gamma dan X-Ray)

Sumber radiasi pengion bisa berasal dari alam ataupun buatan manusia yang

digunakan dalam berbagai macam industri (Kedokteran, pertambangan,

sumber daya energy, dll)

Monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur jumlah radiasi atau dosis

yang diterima oleh seseorang disebut dosimeter perorangan dan monitor

radiasi yang digunakan untuk mengukur kecepatan radiasi atau laju dosis di

suatu area dikenal dengan survaimeter.

Apabila dosis yang diterima oleh pekerja melebihi batas yang diperkenankan,

paparan radiasi pengion dapat menimbulkan efek kesehatan, yaitu efek

deterministic dan stokastik

Dekontaminasi adalah suatu proses untuk menghilangkan bahan radioaktif

dari benda (termasuk udara lingkungan dan air) atau orang-orang yang

terkontaminasi, bisa dilakukan dengan cara mekanis, fisik, kimia atau

biologis.

3.2 Saran

Proteksi radiasi sangat berkaitan dengan program pengawasan lingkungan kerja

dan usaha menjamin bahwa perisai penahan radiasi yang memadai tersedia.

Pemantauan tenaga kerja secara berkala yang harus dilaksanakan secara terus

menerus untuk menjamin agar para pekerja tidak menerima penyinaran yang tidak

perlu dan untuk menjamin bahwa tindakan proteksi memang telah memadai.

Page 29: Higine Industri_Radiasi Pengion

26

DAFTAR PUSTAKA

ACGIH. (2015). Threshold Limit Values for Chemical Substances and Physical Agents &

Biological Exposure Indices. Cincinnati: ACGIH.

Anderrson , G., & Cocchiarella , L. (2001). AMA Guides to the evaluation of Permanent

Impairment. 5th edition. Chicago: America Medical Association.

BATAN. (2015, May 19). BATAN. Retrieved from

http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi

/2-1.htm

Moeljosoedarmo, S. (2008). Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FK Universitas

Indonesia.

Wirahadikusumah, R. (2014). Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Bandung: Institut Teknologi Bandung.