Garis Besar untuk Waktu Bersama Tahun 2015: Keluarga adalah ...
Hidup bermartabat bersama keluarga
Click here to load reader
-
Upload
bagus-utomo -
Category
Healthcare
-
view
275 -
download
2
Transcript of Hidup bermartabat bersama keluarga
Hidup bermartabat di dalam
keluarga
BAGUS UTOMO
08158830269
PEDULISKIZOFRENIA.ORG
Kilas balik
Kakak saya mengalami gejalaskizofrenia pertama kali tahun 1995.
Suatu hari dia pulang ke rumah denganketakutan sampai sembunyi di bawahkolong tempat tidur. Waktu itu saya tidakada, tapi menurut adik saya yang laki-lakisaking ketakutannya mulutnya pas bicarasampai berbuih. Ibu saya yg ada saat itulangsung menenangkan dia.
Keluarga sangat percaya klenikkarena itu kami langsung berfikir bahwa inimungkin masalah supranatural, kesurupanatau ketempelan. Dan bukan masalahgangguan jiwa, karena kakak saya bukantipe orang yang tertutup. Sebaliknya diabanyak teman, aktif dan humoris. Kayaknyanggak mungkin dia kena penyakit stress. Selain itu keluarga saya juga cenderungparanoid terhadap orang.
Dugaan kami
ada ilmu gaib dari kakek buyut ingin menitis keketurunannya, kerasukan arwah orang sakti, kakaksaya “ngelmu” dengan seorang temannya di bengkel kerja di kantor tapi nggak kuat menerimailmu tsb. Setelah beberapa tahun kemudian kami berganti-ganti pengobatan alternatif, baru munculskenario bahwa ini mungkin karena santet. Karenaparanormalnya mengatakan begitu. Ini cocok sekalidengan keparno-an kami.
Meski demikian sejak minggu-minggu awalmengalami gangguan, kakak saya sudahdibawa ke psikiater oleh orang tua saya.
Sayangnya tidak segera diikuti edukasi ttgpenyakit. Saya ingat bahwa kakak sayamerespon obat dengan baik dan tidak menolakdiajak ke psikiater. Sehingga kemajuannya saatberobat bagus, bahkan bisa kembali mengajar.
Sayangnya kami tidak tahu bahwa obatnya harus
dikonsumsi jangka panjang bahkan mungkinseumur hidup
Akibatnya setelah obatnya habis, kami tidak ajak konsultasi lagi ke
dokter. Dan dalam beberapa minggu kambuh lagi. Begitu berulang-
ulang sehingga kami merasa jangan-jangan memang pendekatan
medis tidak mampu lagi mampu menyembuhkan kakak saya. Dan
sudah saatnya ke pengobatan alternatif. Plus lagi banyak orang yg
menyarankan juga ke alternatif. Ini mengakibatkan penderitaan yg
panjang bagi kami.
Untungnya kami nggak merasa Aib. Bagi saya sendiri, dulu nggak sempet berpikir bahwa yg
dialami kakak saya memalukan. Mungkin ada sedikit, tapi
yang lebih dominan adalah perasaan bingung, kesal,
takutnya menghadapi situasi ini. Kalau ortu atau saudara
saya yang lain saya kurang tau bagaimana perasaan
mereka. Tapi kayaknya nggak jauh beda.
Situasi tempat tinggal masih kondusif.
Syukurnya keluarga kami tinggalnya di dekat kompleks perwira tinggi
ABRI. Jadi rumahnya besar-besar dan tidak terlalu peduli dengan
tetangga. Malah tadinya saya tau keluarga mereka yg suka
berantem. Eh, ternyata keluarga saya juga jadi ikutan sering
berantem karena dibuat bingung, kesal, sebel saling curiga oleh
gangguan skizofrenia yg dialami kakak saya. Setelah agak lama baru
saya tau bahwa pak jenderal tetangga saya, anak bungsunya juga
mengalami gangguan skizofrenia. Mungkin saja orang-orang
membicarakan keluarga saya, tapi prinsip saya silahkan ngomongin
asal saya tidak dengar.
Seandainya tahu lebih awal
bahwa ini sebuah gangguan otak
Secara umum keluarga kami pasti mendukung kakak saya.
Mencari informasi sebanyak mungkin
Website Kemenkes, Wikipedia, puskesmas dapat menjadi rujukan informasi
Memobilisasi sumberdaya jadi lebih fokus dan bijak.
Lebih cepat berdamai dengan penyakit – Ekspresi Emosi terkendali
Lebih merasa berdaya – Sense of control
Bisa berpikir logis – cost x benefit analysis
Menumbuhkan harapan baru – berorientasi pada kekuatan, potensi yg ada padaODGJ
Not all disabilities visible
Kami konsumen kesehatan jiwa
berharap layanan kesehatan jiwa
menjadi rujukan bagi keluarga
Orang Dengan Gangguan Jiwa,
bukannya Dokter Google
Membuka kado indahnyaDi penutup sebuah buku panduan keluarga ada kalimatbahwa pada akhirnya, salah satu kunci terpentingpendampingan adalah seni menjaga jarak. Ini senikehidupan yang harus kami semua tekuni sepanjang hidupbersama orang dengan skizofrenia. Akhirnya sayamemahami bahwa memenangkan perjuangan melawanskizofrenia nggak perlu menunggu semuanya sempurna. Dengan membentuk sikap menerima perbedaan danterus melanjutkan kehidupan kita sudah memenangkanperjuangan.
Terima Kasih