HIDROLOGI PENGENDALIAN BANJIR

download HIDROLOGI PENGENDALIAN BANJIR

of 16

description

hidrologi lingkungan

Transcript of HIDROLOGI PENGENDALIAN BANJIR

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangManusia merupakan mahluk sosial yang dikaruniai oleh Tuhan. Dengan kemampuan akalnya manusia dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu membuat kehidupannya menjadi lebih baik dan lebih mudah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini juga merupakan salah satu faktor penyebab makin pesatnya pertumbuhan penduduk. Dengan semakin banyaknya manusia menyebabkan juga jumlah kebutuhan manusia bertambah, baik dalam jenis maupun jumlahnya.Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhannya atau kebutuhan hidup yang tidak terbatas, usaha untuk memenuhi kebutuhan ini dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam. Jika pengeksploitasian sumber daya alam ini dibiarkan terus-menerus tanpa ada usaha untuk melestarikan sumber daya alam tersebut, lama-kelamaan sumber daya alam tersebut akan habis dan akan terjadi kerusakan serta pencemaran lingkungan. Oleh karena itu sudah waktunya kita bersama-sama berupaya menjaga kelestarian lingkungan hidup untuk menanggulangi terjadinya ancaman keselamatan manusia akibat rusaknya lingkungan hidup.Salah satu bencana alam yang diakibatkan oleh ulah manusia yaitu banjir. Banjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak tertampung oleh jaringan drainase di suatu daerah sehingga menimbulkan genangan yang merugikan. Kerugian yang diakibatkan banjir seringka li sulit diatasi baik oleh masyarakat maupun instansi terkait. Banjir disebabkan oleh berbagai macam faktor yaitu kondisi daerah tangkapan hujan, durasi dan intesitas hujan, land cover, kondisi topografi, dan kapasitas jaringan drainase. Banjir di daerah perkotaan memiliki karakteristik yang berbeda dengan banjir pada lahan/alamiah. Pada kondisi di alam, air hujan yang turun ke tanah akan mengalir sesuai kontur tanah yang ada ke arah yang lebih rendah. Untuk daerah perkotaan pada umumnya air hujan yang turun akan dialirkan masuk ke dalam saluran-saluran buatan yang mengalirkan air masuk ke sungai. Kontur lahan yang terdapat di daerah perkotaan direncanakan agar air hujan yang turun mengalir ke dalam saluran-saluran buatan tadi. Ada kalanya, kapasitas saluran tersebut tidak mencukupi untuk menampung air hujan yang terjadi, sehingga mengakibatkan terjadinya banjir. Kasus-kasus banjir di daerah perkotaan memiliki beberapa masalah yang perlu ditelaah lebih lanjut. Arah aliran yang terjadi tidak lagi sepenuhnya bergantung pada kondisi topografi lahan, karena adanya bangunan-bangunan yang menghalangi arah aliran air. Aliran yang terjadi berubah arah karena membentur bangunan dan mengakibatkan arah aliran memantul atau berbelok baik ke kiri maupun ke kanan [Farid, 2007]. 1.2 Maksud dan Tujuan1.1.1 Untuk memenuhi tugas Hidrologi Lingkungan1.1.2 Untuk mengetahui penyebab terjadinya banjir1.1.3 Untuk mengetahui cara pengendalian banjir dengan menggunakananalisis hidrologi1.1.4 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari analisis hidrologidalam upaya pengendalian banjir1.3 Rumusan Masalah1.3.1 Bagaimana kondisi dan struktur wilayah yang terkena banjir?1.3.2 Bagaimana analisa hidrologi terhadap daerah tersebut?1.3.3 Apa saja langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam upaya pengendalian banjir?

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 PENGERTIAN BANJIRBanjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak tertampung oleh jaringan drainase di suatu daerah sehingga menimbulkan genangan yang merugikan. Kerugian yang diakibatkan banjir seringka li sulit diatasi baik oleh masyarakat maupun instansi terkait. Banjir disebabkan oleh berbagai macam faktor yaitu kondisi daerah tangkapan hujan, durasi dan intesitas hujan, land cover, kondisi topografi, dan kapasitas jaringan drainase. 2.2 KLASIFIKASI DAN PENGENDALIAN BANJIRPengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun yang lebih penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang paling optimal. Kegiatan pengendalian banjir menurutlokasi atau daerah pengendaliannya dapat dikelompokkan menjadi dua :1. Bagian Hulu ; yaitu dengan membangun pengendalian banjir yang dapat memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir,penghijauan di Daerah Aliran Sungai ( DAS ).2. Bagian Hilir ; yaitu dengan melakukan normalisasi alur sungai dan tanggul, pembuatan alur pengendalian banjir atau Flood Way serta pemanfaatan daerah genangan untuk Retarding Pond.Teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan menjadi dua :1. Pengendalian banjir secara teknis2. Pengendalian banjir secara non teknisFaktor non teknis sangat diperlukan, diantaranya dalam bentuk :a)Sosialisasi peraturan perundangan berkaitan dengan sungai dandrainase serta penyuluhan kepedulian lingkungan untuk mendukung usaha pengendalian banjir.b)Pelaksanaan penerapan beserta sangsi terhadap garis sempa, sungai dan drainasec)Perlu adanya dana, pihak swasta diikut sertakan dalam pemeliharaan sungai dan drainase dibawah koordinasi Dinas Pekerjaan Umum.2.3 Pengairan

Pengendalian banjir pada suatu daerah perlu dibuat dengan sistem pengendalian yang baik dan efisien, dengan memperhatikan kondisi yang ada dan pengembangan pemanfaatan sumber air pada masa yang akan datang. Pada penyusunan sistem pengendalian banjir perlu adanya evaluasi dan analisis dengan memperhatikan hal-hal yang meliputi antara lain :o Analisis cara pengendalian banjir yang ada pada daerah tersebuto Evaluasi dan analisis daerah genangan banjiro Evaluasi dan analisis land use di daerah studio Evaluasi dan analisis daerah pemukiman yang ada maupun pengembanganpada masa yang akan datango Memperhatikan potensi dan pengembangan serta pemanfaatan SDA dimasa yang akan datang, termasuk bangunan yang sudah adaDengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka dapat direncanakan suatu sistem pengendalian banjir yang dilaksanakan dari hulu sampai hilir, yang kemudian dituangkan pada rencana pengendalian banjir.Adapun cara-cara pengendalian banjir yang dapat dilakukan dalam sistempengendalian banjir adalah sebagai berikut :1. Normalisasi sungai dan saluran2. Pengendalian banjir dengan bangunanBanjir lokal merupakan banjir yang sering terjadi. Banjir ini dapat diakibatkan oleh genangan air laut pasang. Banjir lokal adalah banjir yang disebabkan hujan yang turun pada catchment area pada suatu sistem jaringan drainase. Banjir lokal dapat diakibatkan oleh genangan air laut pasang (rob) dan back water. Banjir akibat genangan air laut pasang (rob) terjadi pada kota pantai yang elevasi / ketinggian muka tanahnya lebih rendah dari muka air laut pasang. sedangkan banjir akibat back water (aliran balik) dari saluran pengendali banjir terjadi pada kota pantai maupun kota yang jauh dari pantai.Banjir akibat genangan air laut pasang (rob) tidak dapat diatasi dengan sistem drainase gravitasi, tetapi harus diatasi dengan sistem drainase dengan pompa, agar pompa dapat berfungsi dengan maksimal maka perlu diberikan Retarding Pond. Langkah langkah yang dapat dipakai untuk menangani banjir lokal antara lain :o Penghijauano Membangun saluran pengelako Penggunaan bahan lapis permukaan yang lolos airo Normalisasi sungaio Operasi & pemeliharaan rutino Pembuatan PERDA dan Penegakan hukum

2.4 NORMALISASI SUNGAI DAN SALURANNormalisasi alur saluran terutama dilakukan berkaitan dengan pengendalian banjir, yang merupakan usaha memperbesar kapasitas pengaliran sungai. Hal ini dimaksudkan untuk menampung debit banjir yang terjadi untuk selanjutnya dialirkan kesaluran yang lebih besar ataupun langsung menuju sungai, sehingga tidak terjadi limpasan dari saluran tersebut. Pekerjaan normalisasi saluran pada dasarnya meliputi kegiatan antara lain :o Normalisasi bentuk penampang melintang salurano Mengatur penampang memanjang salurano Menstabilkan alur salurano Menentukan tinggi jagaano Mengurangi angka kekasaran dinding saluran

2.5 PERENCANAAN PENAMPANG MELINTANG SALURANPenampang melintang saluran perlu direncanakan untuk mendapatkan penampang yang ideal dan efisien dalam penggunaan lahan. Penampang ideal yang dimaksud adalah penampang yang stabil terhadap perubahan akibat pengaruh erosi dan sedimentasi maupun pola aliran yang terjadi Sedangkan penggunaan lahan yang efisien dimaksud untuk mempertahankan lahan yang tersedia, sehingga tidak menimbulkan permasalahan pembebasan tanah. Bentuk penampang saluran sangat dipengaruhi oleh faktor bentuk penampang berdasarkan pengaliran, yaitu :Q = V * A ( 2.1 )1 * I 1/ 2 * R2 / 3nV = ( 2.2 )I R A nQ = 1 * 1/ 2 * 2 / 3 * ..( 2.3 )dimana R2 / 3 * A merupakan faktor bentukketerangan :Q = Debit banjir rencana (m3/det)n = Koefisisen kekasaran dari ManningR = Radius hidrolik (m)I = Kemiringan dasar saluranA = Luas penampang basah (m2)Dengan demikian kapasitas penampang akan tetap walaupun bentuk penampang diubah-ubah. Oleh karena itu perlu diperhatikan bentuk penampang yang paling ekonomis. Berdasarkan karakteristik bentuk penampang sungai dilapangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :1. Penampang Tunggal2. Penampang Ganda2.6 Flood RoutingPerhitungan flood routing berpedoman pada persamaan kontinuitasdalam penampungan:( I1 +I 2 )/2 * t = (Q1+Q2 )/2 * t + s ( 2.18 )dimana : I = InflowO = Outflowt = periode waktu yang ditinjaus = selisih penampunganPerhitungan Flood Routing dapat ditabelkan sebagai berikut :s = (Qi-Qo) * t ( 2.19 )dimana : s = volume yang masuk (m3)Qi = debit inflow (m3/det)Qo = debit outflow ( m3/det)t = selisih waktu (det)

2.7 Metode yang digunakan

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Kondisi Eksisting PerusahaanPT. X merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai macam komponen untuk Miniature Circuit Breaker (MCB) dan kompor yang berlokasi di Sidoarjo. Penerapan sistem manajemen K3 pada perusahaan ini kurang mendapatkan perhatian dari manajemen, sedangkan jumlah pekerja sudah mencapai 119 orang karyawan. Perusahaan ini belum memiliki divisi khusus yang menangani permasalahan mengenai K3, sehingga tidak ada pendokumentasian dan pengorganisasian yang baik mengenai sistem manajemen K3 secara keseluruhan. Selama ini, permasalahan mengenai K3 hanya ditangani oleh seorang karyawan yang juga menangani pekerjaan di bidang HRD.3.2 PembahasanHasil studi lapangan menunjukkan bahwa kondisi lingkungan kerja PT. X saat ini berpotensi mengganggu kesehatan manusia, misalnya suara mesin yang bising serta potensi bahaya dari bahan kimia dan serpihan gram. Perilaku kerja yang tidak aman (unsafe behaviour) juga sering terjadi di perusahaan ini, seperti membawa handphone (HP) saat mengoperasikan mesin, bekerja dengan sikap kerja yang tidak aman, bekerja dengan kondisi mesin tanpa penutup, serta kesadaran pekerja dalam penggunaan Alat Pelingdung Diri (APD) yang tergolong masih rendah, walaupun nyatanya APD sudah disediakan oleh perusahaan seperti sarung tangan, earplug, masker, sepatu karet, dan fingercoat. Permasalahan ini membuktikan bahwa safety behaviour pekerja masih sangat rendah, apalagi dengan kondisi perusahaan yang tidak memiliki standar prosedur dan belum menerapkan SMK3. Kedua faktor ini menguatkan bahwa memang diperlukan adanya perbaikan dalam sistem manajemen K3 perusahaan.3.2.1 Identifikasi Potensi BahayaSalah satu jenis bahaya yang muncul dalam dunia industri adalah bahaya fisik seperti kebisingan, pencahayaan, dan suhu panas. Dalam makalah ini diperlihatkan data-data hasil pengukuran mengenai kebisingan, pencahayaan, serta suhu dan kelembapan. Selanjutnya dilakukan identifikasi potensi bahaya berdasarkan jenis kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di setiap kelompok kerja sekaligus cara penanggulangan bahayanya. Setelah didapatkan daftar identifikasi potensi bahaya, selanjutnya dilakukan penentuan peluang dan konsekuensi terhadap masing-masing potensi bahaya untuk mendapatkan penilaian risiko potensi bahaya. Hasil dari peluang dan kategori bahaya dipetakan ke dalam bentuk peta risiko. Peta risiko bertujuan untuk mengetahui posisi risiko tersebut berada pada lini mana. Dari peta risiko dapat dilihat risiko mana saja yang berada pada tingkat rendah hingga tingkatan tinggi.Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Fisik Lantai ProduksiNo.Jenis PengukuranAlat ukurHasilNABKeterangan

1PencahayaanLuxmeter85 Lux100 LuxDibawah NAB

2SuhuTermometer31,9oC18-28oCDiatas NAB

3KelembabanPsikrometer46%40-60%Cukup

4KebisinganSound LevelMeter94,13 dBA85 dBADiatas NAB

Sumber: Hasil Penilitian JurnalTabel 3.2 Identifikasi Bahaya Pekerjaan ElectroplatingKode Potensi

Potensi BahayaJenis Kecelakaan KerjaKategori BahayaCara Penanggulangan BahayaPeluang Terjadi

B5FisikTerpelesetII- Tumpahanminyak/olisegeradibersihkan- Penataan dankebersihantempat kerjayang baikJarang

B6FisikTersengat ListrikII- Melakukanpengecekanberkala padakabelJarang

B7FisikBahaya Pernafasan karena terhirup bahan kimiaIII- MenggunakanAPD masker- Sistem kerjashift untukmengurangiwaktu paparanSering

B8FisikPercikan Bahan Kimia Terkena MataIII- MenggunakanAPD kacamataSafetySedang

B9FisikBahan Kimia TertelanIII- Jangan pernahmencicipibahan kimiaSangat Jarang

Sumber: Hasil Penilitian Jurnal

Gambar 3.1 Hasil pemetaan risiko potensi bahayaSumber: Hasil Penilitian Jurnal3.2.2 Unsafe Behaviour PekerjaHasil wawancara dan pengamatan mengenai perilaku tidak aman yang paling sering dilakukan pekerja, diketahui bahwa perilaku tidak aman yang paling seringterjadi di PT. X adalah :1. Pekerja bekerja dengan posisi tidak aman;Dalam hal ini, pekerja bekerja dengan kondisi bagian punggung membungkuk karena kursi yang tersedia tidak sesuai dengan ketinggian mesin.2. Pekerja bekerja dengan kondisi mesin tanpa penutup;Pekerja mesin stamping dan bending melakukan pekerjaan dengan kondisi mesin tidak dilengkapi penutup, sedangkan didalamnya terdapat pulley yang berputar yang berfungsi untuk mengatur rasio kecepatan.3. Pekerja bekerja tanpa menggunakan pelindung telinga;4. Pekerja bekerja tanpa menggunakan pelindung pernapasan;5. Pekerja bekerja tanpa menggunakan pelindung tangan;6. Pekerja bekerja tanpa menggunakan safety shoes;7. Pekerja meletakkan barang-barang pendukung produksi di sembarang tempat;8.Pekerja membawa dan atau menggunakan handphone saat bekerja di lantai produksi;9. Pekerja merokok di lingkungan lantai produksi.Dari hasil identifikasi perilaku tidak aman (unsafe behaviour) kemudian dicari akar penyebab mengapa pekerja berperilaku tidak aman saat bekerja dengan menggunakan root cause analysis. Hal ini dilakukan dengan cara pembagian kuisioner dan wawancara dengan 50 responden yang berasal dari divisi komponen.Tabel 3.3 Root Cause Analysis Posisi Kerja Tidak Aman

Sumber: Hasil Penilitian Jurnal3.3 Hasil Evaluasi dan Cara PenangananDitinjau dari segi SMK3 ada beberapa kriteria untuk mengevaluasi suatu perusahaan dalam hal penerapan SMK3 nya, kategori tersebut yakni:1. PlanDitinjau dari kriteria ini, PT.X Sidoarjo belum secara keseluruhan merencanakan SMK3 di perusahaannya dikarenakan belum dibentuknya divisi khusus untuk menangani SMK. Namun, safety sign sudah mulai dipasang di perusahaan, selain itu perencanaan penggunaan APD bagi pekerja juga sudah ada meskipun belum optimal.2. DoKriteria penerapan SMK3 di perusahaan ini, sudah ada meski belum optimal. Contoh penerapan SMK3 yaitu para pekerja sudah menggunakan APD dalam bekerja, selain itu fasilitas yang diperlukan pekerja juga sudah diberikan meskipun jumlahnya belum mencukupi. 3. CheckKriteria ini merupakan evaluasi dari SMK3 yang telah diterapkan di suatu perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa alat pelindung diri (APD) yang tersedia belum nyaman untuk digunakan, misalnya seperti pelindung telinga dan masker. Kedua APD ini menimbulkan rasa sakit pada telinga pekerja apabila digunakan. Sehingga perlu adanya perbaikan pemilihan jenis APD agar lebih nyaman untuk digunakan. Terbatasnya fasilitas juga menjadi faktor pendukung pekerja melakukan unsafe behaviour. Misalnya keterbatasan jumlah APD, loker penyimpanan barang bawaan dan pendingin ruangan. Sehingga perlu adanya penambahan pengadaan APD, loker penyimpanan dan pendingin ruangan. Selain itu, juga diperlukan adanya pengadaan kursi baru yang mempertimbangakan ketinggian, bantalan yang empuk dan diameter yang lebih besar daripada kursi yang digunakan saat ini. Tidak adanya peraturan yang tegas serta fungsi kontrol yang kurang juga menjadi root cause pekerja melakukan unsafe behaviour. Sehingga diperlukan adanya divisi khusus yang menangani permasalahan K3 dan sistem manajemen K3 yang baik agar kinerja perusahaan dapat lebih terorganisir dan potensi bahaya yang terjadi dapat diminimalisir.4. ActionSetelah dilakukannya evaluasi SMK3, maka tahap selanjutnya yaitu perbaikan dan memperbaiki SMK3 yang ada. PT.X Sidoarjo sendiri juga dapat melakukan pembenahan dari berbagai pihak demi penerapan SMK3 yang sempurna. Salah satu yang dapat dibenahi yaitu APD pekerja yang dirasa tidak nyaman oleh pekerja, dapat dibenahi dengan penggantian bahan APD yang lebih nyaman bagi pekerja sehingga pekerja dapat merasa nyaman menggunakannya saat bekerja. Begitu juga dengan fasilitas ruangan dan fasilitas untuk pekerja harus terus dibenahi dan dicukupi jumlahnya demi kepuasan pekerja. Satu lagi yang harus dibenahi yakni divisi yang mengurus SMK3 harus dibentuk guna pemantau akan berjalannya SMK3 di PT.X Sidoarjo ini.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini antara lain sebagai berikut:1. Berdasarkan hasil evaluasi dengan checklist Permenaker, kriteria SMK3 tingkat awal yang harus dipenuhi oleh pihak PT. X 2. Penyebab dari unsafe behaviour pekerja adalah fasilitas dan APD yang tidak nyaman untuk digunakan, suhu ruangan yang panas, kurangnya safety sign, kurangnya fungsi kontrol manajemen dan tidak adanya peraturan yang tegas.3.2 Saran1. Solusi perbaikan dari unsafe behaviour pekerja adalah perbaikan fasilitas dan APD, penambahan pendingin ruangan, penambahan safety sign, perbaikan fungsi kontrol manajemen, pengadaan pelatihan K3 untuk karyawan dan pemberlakuan peraturan yang tegas;2. Rancangan dan prosedur SMK3 berdasarkan Permenaker 05/MEN/1996 untuk perusahaan telah disusun dan siap untuk diterapkan.

DAFTAR PUSTAKALuckyta, dkk. 2012. Jurnal Evaluasi dan Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam Rangka Perbaikan Safety Behaviour Pekerja (Studi Kasus : PT. X, Sidoarjo). Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), diakses 5 November 2013

Tugas PribadiSistem Manajemen LingkunganEvaluasi Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Perusahaan

Oleh:Rahmi Hidayati1110941011

Dosen:Esmiralda, MT

Jurusan Teknik LingkunganFakultas Teknik-Universitas AndalasPadang 2013