Hichsprung diseasess.docx
-
Upload
aroma-harum -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of Hichsprung diseasess.docx
REFERAT RADIOLOGI
HIRSCHPRUNG DISEASE
Oleh:
Aroma Harum
0918011091
Pembimbing: dr. Haryadi, Sp. Rad
UNIVERSITAS LAMPUNG
KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
DESEMBER 2013
1
I. PENDAHULUAN
II.
Harold Hirschprung memperkenalkan deskripsi klasik mengenai megakolon
kongenital pada 1886. Hirschprung Disease (HD) dikarakteristikkan dengan
ketiadaan sel ganglion myenteric dan submukosa pada distal traktus digestivus. Hal
ini menyebabkan penurunan motilitas pada segmen usus yang terkena. Hal ini
menyebabkan suatu sumbatan. Muatan dalam usus tertahan sehingga menyebabkan
usus dan abdomen mengalami distensi. HD menyebabkan 25% obstruksi intestinal
pada bayi baru lahir. Segmen usus aganglionik mencegah dorongan aliran fekal
sehingga menyebabkan dilatasi dan hipertrofi dari kolon normal di bagian
proximal1,2,4.
HD disebabkan oleh mutasi gen tunggal RET protooncogene pada ikatan 10q 11.2.
Sebagai penyakit kongenital, HD bermanifestasi klinis sejal minggu awal kehidupan.
HD diperkirakan terjadi dalam 1 kasus dari 5000 kelahiran. Laki-laki paling sering
didapati dibandingkan dengan wanita dengan rasio 4:1. HD terkadang dihubungkan
dengan faktor keturunan atau kondisi kongenital seperti Down Syndrome.
Pemeriksaan untuk membantu mendiagnosa HD antara lain X-ray abdominal,
manometri anal, barium enema dan biopsi rectal2,5.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
Penyakit Hirschsprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh kelainan
inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna dan meluas ke proksimal, melibatkan
panjang usus yang bervariasi, tetapi selalu termasuk anus dan setidak-tidaknya
sebagian rektum. Tidak adanya inervasi saraf adalah akibat dari kegagalan
perpindahan neuroblast dari usus proksimal ke distal. Segmen yang aganglionik
terbatas pada rektosigmoid pada 75% penderita, 10% sampai seluruh usus, dan sekitar
5% dapat mengenai seluruh usus sampai pylorus3,6.
Insidensi penyakit Hirschsprung tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara
5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat
kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan
penyakit Hirschsprung. Laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dengan
perbandingan 4:1 dan ada kenaikan insidens pada kasus-kasus familial yang rata-rata
mencapai sekitar 6%2,3.
2.2 Etiologi
Sampai tahun 1930-an etiologi Penyakit Hirschsprung belum jelas di ketahui.
Penyebab sindrom tersebut baru jelas setelah Robertson dan Kernohan pada tahun
3
1938 serta Tiffin, Chandler, dan Faber pada tahun 1940 mengemukakan bahwa
megakolon pada penyakit Hirschsprung primer disebabkan oleh gangguan peristalsis
usus dengan defisiensi ganglion di usus bagian distal. Sebelum tahun 1948 belum
terdapat bukti yang menjelaskan apakah defek ganglion pada kolon distal menjadi
penyebab penyakit Hirschsprung ataukah defek ganglion pada kolon distal
merupakan akibat dilatasi dari stasis feses dalam kolon. Dari segi etiologi, Bodian
dkk. Menyatakan bahwa aganglionosis pada penyakit Hirschsprung bukan di
sebabkan oleh kegagalan perkembangan inervasi parasimpatik ekstrinsik, melainkan
oleh lesi primer, sehingga terdapat ketidakseimbangan autonomik yang tidak dapat
dikoreksi dengan simpatektomi. Kenyataan ini mendorong Swenson untuk
mengembangkan prosedur bedah definitif penyakit Hirschsprung dengan
pengangkatan segmen aganglion disertai dengan preservasi sfingter anal1,2,4.
2.3 Patologi
Penyakit Hirschsprung adalah akibat tidak adanya sel ganglion pada dinding usus,
meluas ke proksimal dan berlanjut mulai dari anus sampai panjang yang bervariasi.
Tidak adanya inervasi saraf adalah akibat dari kegagalan perpindahan neuroblast dari
usus proksimal ke distal. Segmen yang agangloinik terbatas pada rektosigmoid pada
75 % penderita, 10% seluruh kolonnya tanpa sel-sel ganglion. Bertambah banyaknya
ujung-ujung saraf pada usus yang aganglionik menyebabkan kadar asetilkolinesterase
tinggi. Secara histologi, tidak di dapatkan pleksus Meissner dan Auerbach dan
ditemukan berkas-berkas saraf yang hipertrofi dengan konsentrasi asetikolinesterase
yang tinggi di antara lapisan-lapisan otot dan pada submukosa1,3,5.
Pada penyakit ini, bagian kolon dari yang paling distal sampai pada bagian usus yang
berbeda ukuran penampangnya, tidak mempunyai ganglion parasimpatik intramural.
Bagian kolon aganglionik itu tidak dapat mengembang sehingga tetap sempit dan
defekasi terganggu. Akibat gangguan defekasi ini kolon proksimal yang normal akan
melebar oleh tinja yang tertimbun, membentuk megakolon. Pada Morbus
4
Hirschsprung segemen pendek, daerah aganglionik meliputi rectum sampai sigmoid,
ini disebut penyakit Hirschsprung klasik. Penyakit ini terbanyak (80%) ditemukan
pada anak laki-laki, yaitu 5 kali lebih sering daripada anak perempuan. Bila daerah
aganglionik meluas lebih tinggi dari sigmoid disebut Hirschsprung segmen panjang.
Bila aganglionosis mengenai seluruh kolon disebut kolon aganglionik total, dan bila
mengenai kolon dan hampir seluruh usus halus, disebut aganglionosis universal4,6.
2.4 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis penyakit Hirschsprung dapat kita bedakan berdasarkan usia, dan
gejala klinis yang mulai terlihat pada:
a. Periode Neonatal
Manifestasi penyakit Hirschsprung yang khas biasanya terjadi pada neonatus
cukup bulan. Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai, yakni pengeluaran
mekonium yang terlambat, muntah hijau dan distensi abdomen. Pengeluaran
mekonium yang terlambat (lebih dari 24 jam pertama) merupakan tanda klinis
yang signifikans. Pada lebih dari 90% bayi normal, mekonium pertama keluar
dalam usia 24 jam pertama, namun pada lebih dari 90% kasus penyakit
Hirschsprung mekonium keluar setelah 24 jam. Mekonium normal berwarna
hitam kehijauan, sedikit lengket dan dalam jumlah yang cukup1,5.
Muntah hijau dan distensi abdomen biasanya dapat berkurang manakala
mekonium dapat dikeluarkan segera. Distensi abdomen merupakan manifestasi
obstruksi usus letak rendah dan dapat disebabkan oleh kelainan lain, seperti
atresia ileum dan lain-lain. Muntah yang berwarna hijau disebabkan oleh
obstruksi usus, yang dapat pula terjadi pada kelainan lain dengan gangguan
pasase usus, seperti pada atresia ileum, enterokolitis netrotikans neonatal, atau
peritonitis intrauterine3,6.
5
Tanda-tanda edema, bercak-bercak kemerahan khususnya di sekitar umbilicus,
punggung, dan di sekitar genitalia ditemukan bila telah terdapat komplikasi
peritonitis. Sedangkan enterokolitis merupakan ancaman komplikasi yang serius
bagi penderita penyakit Hirschsprung ini, yang dapat menyerang pada usia kapan
saja, namun paling tinggi saat usia 2-4 minggu, meskipun sudah dapat dijumpai
pada usia 1 minggu. Gejalanya berupa diarrhea, distensi abdomen, feces berbau
busuk dan disertai demam6.
b. Anak
Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi kronis
dan gizi buruk (failure to thrive). Dapat pula terlihat gerakan peristaltik usus di
dinding abdomen. Jika dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka feces biasanya
keluar menyemprot, konsistensi semi-liquid dan berbau tidak sedap. Penderita
biasanya buang air besar tidak teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya
sulit untuk defekasi2,6.
Gambar 1. Pasien Hirschsprung’s Disease dengan distensi abdomen dan kontur usus yang terlihat
6
2.5 Diagnosa
Diagnosis penyakit Hirschsprung harus ditegakkan sedini mungkin. Keterlambatan
diagnosis dapat meyebabkan berbagai komplikasi yang merupakan penyebab
kematian tersering, seperti enterokolitis, perforasi usus, dan sepsis. Pada tahun 1946
Ehrenpreis menekankan bahwa diagnosa penyakit Hirschsprung dapat ditegakkan
pada masa neonatal4.
Berbagai teknologi tersedia untuk menegakkan diagnosis penyakit Hirschsprung.
Namun demikian, dengan melakukan anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik yang
teliti, pemeriksaan radiografik, serta pemeriksaan patologi anatomi biopsi rectum,
diagnosis penyakit Hirschsprung pada sebagian besar kasus dapat ditegakkan1,2,4,6.
2.5.1 Anamnesis
Adanya keterlambatan pengeluaran mekonium yang pertama, biasanya keluar
>24 jam.
Adanya muntah berwarna hijau.
Adanya obstipasi masa neonatus, jika terjadi pada anak yang lebih besar
obstipasi semakin sering, perut kembung, dan pertumbuhan terhambat.
Adanya riwayat keluarga sebelumnya yang pernah menderita keluhan serupa,
misalnya anak laki-laki terdahulu meninggal sebelum usia 2 minggu dengan
riwayat tidak dapat defekasi1,5,6.
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pada neonatus biasa ditemukan perut kembung karena mengalami obstipasi
7
Bila dilakukan colok dubur maka sewaktu jari ditarik keluar maka feses akan
menyemprot keluar dalam jumlah yang banyak dan kemudian tampak perut anak
sudah kempes lagi1,2,4,5.
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
2.5.3.1 Radiologi
Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting pada penyakit
Hirschsprung. Pemeriksaan yang merupakan standard dalam menegakkan
diagnosa Hirschsprung adalah barium enema, dimana akan dijumpai 3 tanda
khas:
1. Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya
bervariasi.
2. Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah
daerah dilatasi.
3. Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi2,3.
Apabila dari foto barium enema tidak terlihat tanda-tanda khas penyakit
Hirschsprung, maka dapat dilanjutkan dengan foto retensi barium, yakni foto
setelah 24-48 jam barium dibiarkan membaur dengan feces. Gambaran khasnya
adalah terlihatnya barium yang membaur dengan feces kearah proksimal kolon.
Sedangkan pada penderita yang bukan Hirschsprung namun disertai dengan
obstipasi kronis, maka barium terlihat menggumpal di daerah rektum dan
sigmoid. Diagnosis Hirschprung Disease ditentukan oleh biopsi rectal namun
barium enema memiliki peran memeriksa panjang kolon yang terkena2,5.
Hasil pemeriksaan radiologi dapat dilihat pada gambar di bawah ini dan
selengkapnya pada Lampiran.
8
Gambar 2.Hirschsprung Disease. Radiografi abdominal frontal memperlihatkan dilatasi usus
dengan ketiadaan udara pada rectum. Pada posisi duduk, terlihat air-fluid level di usus besar.
Gambar 3.Zona trasisional pada mid-descending colon
9
Gambar 4.Hirschsprung Disease. Foto lateral dari pemeriksaan barium enema memperlihatkan
pengecilan diameter rectum dan sigmoid
2.5.3.2 Patologi Anatomi
Diagnosa histopatologi penyakit Hirschsprung didasarkan atas absennya sel
ganglion pada pleksus mienterik (Auerbach) dan pleksus sub-mukosa (Meissner).
Di samping itu akan terlihat dalam jumlah banyak penebalan serabut syaraf
(parasimpatis). Akurasi pemeriksaan akan semakin tinggi jika menggunakan
pengecatan immunohistokimia asetilkolinesterase, suatu enzim yang banyak
ditemukan pada serabut syaraf parasimpatis, dibandingkan dengan pengecatan
konvensional dengan haematoxylin eosin. Di samping memakai
asetilkolinesterase, juga digunakan pewarnaan protein S-100, metode
peroksidase-antiperoksidase dan pewarnaan enolase. Hanya saja pengecatan
immunohistokimia memerlukan ahli patologi anatomi yang berpengalaman,
sebab beberapa keadaan dapat memberikan interpretasi yang berbeda seperti
dengan adanya perdarahan3,5.
2.5.3.3 Manometri Anorektal
Pemeriksaan manometri anorektal adalah suatu pemeriksaan objektif
mempelajari fungsi fisiologi defekasi pada penyakit yang melibatkan spinkter
anorektal. Dalam prakteknya, manometri anorektal dilaksanakan apabila hasil
10
pemeriksaan klinis, radiologis dan histologis meragukan. Pada dasarnya, alat ini
memiliki 2 komponen dasar: transduser yang sensitif terhadap tekanan seperti
balon mikro dan kateter mikro, serta sisitem pencatat seperti poligraph atau
komputer1,4.
Dokter mengembangkan balon kecil di rectum. Manometri anorektal mengukur
tekanan dari sfingter ani dan seberapa baik sensasi pengisian massa di rectum.
Pada anak-anak yang mengalami HD, otot di rectum tidak relaks secara normal.
Selama tes, pasien diminta untuk menahan dan mendorong massa pada rectum.
Saat pasien berusaha menahannya, dapat dinilai kekuatan dari otot sfingter
sedangkan saat mendorong, dapat dinilai pergerakan ususnya. Tes ini dilakukan
pada anak yang kooperatif dan dewasa1,5.
Beberapa hasil manometri anorektal yang spesifik bagi penyakit Hirschsprung
adalah:
1. Hiperaktivitas pada segmen yang dilatasi;
2. Tidak dijumpai kontraksi peristaltik yang terkoordinasi pada segmen usus
aganglionik;
3. Sampling reflex tidak berkembang. Tidak dijumpai relaksasi spinkter interna
setelah distensi rektum akibat desakan feces. Tidak dijumpai relaksasi
spontan4
2.6 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, sampai saat ini, penyembuhan penyakit Hirschsprung hanya dapat
dicapai dengan pembedahan. Tindakan-tindakan medis dapat dilakukan tetapi hanya
untuk sementara dimaksudkan untuk menangani distensi abdomen dengan
pemasangan pipa anus atau pemasangan pipa lambung dan irigasi rektum. Pemberian
antibiotika dimaksudkan untuk pencegahan infeksi terutama untuk enterokolitis dan
mencegah terjadinya sepsis. Cairan infus dapat diberikan untuk menjaga kondisi
11
nutrisi penderita serta untuk menjaga keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa
tubuh1,2,5.
Penanganan bedah pada umumnya terdiri atas dua tahap yaitu tahap pertama dengan
pembuatan kolostomi dan tahap kedua dengan melakukan operasi definitif. Tahap
pertama dimaksudkan sebagai tindakan darurat untuk mencegah komplikasi dan
kematian. Pada tahapan ini dilakukan kolostomi, sehingga akan menghilangkan
distensi abdomen dan akan memperbaiki kondisi pasien. Tahapan kedua adalah
dengan melakukan operasi definitif dengan membuang segmen yang aganglionik dan
kemudian melakukan anastomosis antara usus yang ganglionik dengan dengan bagian
bawah rektum3,5.
Dikenal beberapa prosedur tindakan defenitif yaitu prosedur Swenson, prosedur
Duhamel, prosedur Soave, prosedur Rehbein dengan cara reseksi anterior, prosedur
Laparoskopic Pull-Through, prosedur Transanal Endorectal Pull-Through dan
prosedur miomektomi anorektal4.
Tindakan bedah sementara pada penderita penyakit Hirschsprung adalah berupa
kolostomi pada usus yang memiliki ganglion normal paling distal. Tindakan ini
dimaksudkan guna menghilangkan obstruksi usus dan mencegah enterokolitis sebagai
salah satu komplikasi yang berbahaya. Manfaat lain dari kolostomi adalah
menurunkan angka kematian pada saat dilakukan tindakan bedah definitif dan
mengecilkan kaliber usus pada penderita Hirschsprung yang telah besar sehingga
memungkinkan dilakukan anastomose. Kolostomi tidak dikerjakan bila dekompresi
secara medic berhasil dan direncanakan bedah defenitif langsung1,4.
Kolostomi merupakan kolokutaneostomi yang disebut juga anus preternaturalis yang
dibuat untuk sementara atau menetap. Indikasi kolostomi adalah dekompresi usus
pada obstruksi, stoma sementara untuk bedah reseksi usus pada radang, atau
12
perforasi, dan sebagai anus setelah reseksi usus distal untuk melindungi anastomosis
distal. Kolostomi dapat berupa stoma ikat atau stoma ujung2,4.
Kolostomi dikerjakan pada:
1. Pasien neonates
Tindakan bedah definitif langsung tanpa kolostomi menimbulkan banyak
komplikasi dan kematian. Kematian dapat mencapai 28,6%, sedangkan pada bayi
1,7%. Kematian ini disebabkan oleh kebocoran anastomosis dan abses dalam
rongga pelvis.
2. Pasien anak dan dewasa yang terlambat terdiagnosis.
Kelompok pasien ini mempunyai kolon yang sangat terdilatasi, yang terlalu besar
untuk dianastomosiskan dengan rectum dalam bedah defenitif. Dengan tindakan
kolostomi, kolon dilatasi akan mengecil kembali setelah 3 sampai 6 bulan
pascabedaah, sehingga anastomosis lebih mudah dikerjakan dengan hasil yang
lebih baik.
3. Pasien dengan enterokolitis berat dan dengan keadaan umum yang buruk.
Tindakan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi pascabedah, dengan
kolostomi pasien akan cepat mencapai perbaikan keadaan umum1,2.
Pada pasien yang tidak termasuk dalam kategori 1, 2, dan 3 tersebut dapat langsung
dilakukan tindakan bedah definitif. Kolostomi yang bersifat sementara akan
dilakukan penutupan. Berdasarkan lubang kolostomi dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu:
a. Single barreled stoma, yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal
dapat dibuang atau ditutup.
b. Double barreled yang biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung dari
kolon yang direksesi dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan dua
stoma. Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal
mengalirkanfeses.
13
c. Kolostomi lop-lop, yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding
abdomen dan diikat ditempat dengan glass rod. Kemudian 5-10 hari usus
membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat di permukaan terpajan
dari usus dengan menggunakan pemotong4.
14
III. KESIMPULAN
a. Penyakit Hirschsprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh
kelainan inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna dan meluas ke proksimal.
Tidak adanya inervasi saraf adalah akibat dari kegagalan perpindahan neuroblast
dari usus proksimal ke distal.
b. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa anak dengan
Hirschsprung’s Disease antara lain contrast enema, manometry, biopsi.
c. Pemeriksaan yang merupakan standard dalam menegakkan diagnosa
Hirschsprung adalah barium enema dimana berperan memeriksa panjang kolon
yang terkena.
d. Pada prinsipnya, sampai saat ini, penyembuhan penyakit Hirschsprung hanya
dapat dicapai dengan pembedahan. Penanganan bedah pada umumnya terdiri atas
dua tahap yaitu tahap pertama dengan pembuatan kolostomi dan tahap kedua
dengan melakukan operasi definitif.
15
IV. DAFTAR PUSTAKA
1. Hye Jin Kim, Ah Young Kim, Choong Wook Lee. 2008. Hirschsprung Disease
and Hypoganglionosis in Adults: Radiologic Findings and Differentiation.
Radiology: Volume 247: Number 2—May 2008.
2. North American Society For Pediatric Gastroenterology, Hepatology and
Nutrition. Hirschsprung’s Disease. Diakses melalui www.naspghan.org pada
tanggal 9 November 2013 pukul 23.15 WIB.
3. O’donovan A. N, Habra G, Somers S. 1996. Diagnosis of Hirschsprung’s
Disease. AJR:167, August 1996.
4. Popescu M, Popoiu Cm. 2008. Hirschsprung Disease – The Contribution of The
Radiodiagnostic Case Report of One Rare Variant with Complications. Jurnalul
Pediatrului – Year Xi, Vol. Xi, Nr. 43-44, July-December 2008.
5. Schey William L, White Harvey. 1971. Hirschsprung’s Disease. Problems In The
Roentgen Interpretation. AJR: Vol. 112, No.1.
6. Wagener Silke. 2010. Hirschprung Disease: Information for Parents. Oxford
Redcliffe Hospitals NHS.
16
LAMPIRAN
17
Figure 1.Barium enema of Hirschsprung’s disease patient showing narrow rectosigmoid with
proximally dilated bowel. The drawing is a demonstration of the radiological findings
Figure 2.The transition zone in is in the mid-descending colon
18
Figure 3.Hirschsprung disease. Barium enema showing a reduced-caliber rectum and dilated large-
bowel loops with an irregular mucosal contour (dyskinesia)
Figure 4.Hirschsprung disease. Barium enema showing reduced caliber of the rectum, followed by a
transition zone to an enlarged-caliber sigmoid.
19
Figure 5.Hirschsprung disease. Lateral view from a barium enema examination depicting the reduced
diameter of the rectum and sigmoid.
Figure 6.Hirschsprung disease. Frontal abdominal radiograph showing marked dilatation of the bowel with no gas in the rectum. In the sitting position, air-fluid levels in the large bowel are seen.
20
Figure 7.Hirschsprung disease. Transisional zone (arrow)
Figure 8.Barium enema examination showing recto-sigmoid Hirschsprung disease.
21