Hewan Coba-Ahmad Ridha

download Hewan Coba-Ahmad Ridha

of 3

Transcript of Hewan Coba-Ahmad Ridha

TUGAS MANAGEMEN HEWAN COBAPengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Manggis Terhadapat Histopatologi Paru-Paru Tikus Bunting yang Dipapar Asap Rokok

Oleh :AHMAD RIDHA(061111025)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA2014

Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Manggis Terhadapat Histopatologi Paru-Paru Tikus Bunting yang Dipapar Asap RokokPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan histopatologi paru-paru tikus bunting yang dipapari asap rokok dengan pemberian ekstrak kulit buah manggis dan menjelaskan mekanisme ekstrak kulit buah manggis dapat menurunkan tingkat kerusakan pada paru-paru tikus bunting yang dipapar asap rokok.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: ekstrak kulit manggis, rokok, alkohol, formalin, gliserol, kit apoptag, hormone Pregnan Mare Serum Gonadotropin(PMSG), Hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG).Sampel penelitian yang digunakan adalah tikus betina bunting dipapar asap rokok selama umur kebuntingan 6-17 hari dan diberi ekstrak kulit manggis.Tikus betina disuntik dengan hormone Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG atau Foligon) dengan dosis 10 UI. Empat puluh jam kemudian disuntik dengan hormone Human Chorionic Gonadotropin (HCG atau Chorulon) dan langsung dikawinkan dengan tikus jantan secara monomatting. Tujuh belas jam kemudian dilakukan pemeriksaan vagina plug.Tikus betina yang positif terlihat vagina plug dihitung umur kebuntingan hari ke nol.Pada umur kebuntingan hari ke enam, tikus betina bunting dipapar dengan asap rokok. Cara pemaparan asap rokok yaitu tikus betina bunting dimasukan dalam boks papar yang sudah disambung dengan rokok yang dibakar dan asapnya dialirkan kedalm boks melalui selang. Paparan asap rokok diberikan sebanyak 3 batang (Reza, 2012, Tia dkk. 2013). Tikus Bunting dibagi dalam 3 kelompok perlakuan yaitu :Kelompok kontrol (P0) adalah tikus bunting yang diberi aquades pada umur kebuntingan hari ke 6-17 secara peroral. Kelompok perlakuan 1 (P1) adalah tikus bunting yang diberi paparan asap rokok dan ekstrak kulit manggis 100 mg/kg bb pada umur kebuntingan hari ke 6-17 secara peroral. Kelompok perlakuan II (PII) adalah tikus bunting yang diberi diberi paparan asap rokok dan ekstrak kulit manggis 100 mg/kg bb pada umur kebuntingan hari ke 6-17 secara peroral.

Pemeriksaan Luaran Kebuntingan Tikus didekapitasi pada umur kebuntingan hari ke 18. Dipreparasi plasenta, dikeluarkan fetus untuk diamati terjadinya cacat konginental pada fetus. Pengamatan cacat konginental meliputi berat fetus, panjang fetus, jumlah jari, kondisi mata dan kelainan pada tulang dengan pewarnaan alizarin.

Setelah dilakukan perlakuan pada tikus maka tahap selanjutnya dilakukan euthanasia. Euthanasia dilakukan pada hari ke 12 dengan menggunakan klorofom yang kemudian dilakukan pembedahan tikus untuk diambil organ paru-paru. Paru-paru yang telah diambil kemudian dimasukkan kedalam pot berisi formalin 10%. Setelah itu, dilakukan pembuatan preparat histopatologi menggunakan pewarnaan Haematoxylin Eosin (HE). Pemerikasaan preparat histopatologi paru-paru tikus menggunakan mikroskop. Pemeriksaan di bawah mikroskop preparat menggunakan perbesaran 400x untuk melihat perubahan gambaran histopatologi paru-paru, kemudian untuk menghitung jumlah nekrosis dilanjutkan dengan perbesaran 1000x dalam 5x lapangan pandang yang berbeda dari tiap preparat histopatologi kemudian dilakukan penilaian terhadap tingkat kerusakan gambaran histopatologi paru tikus dengan menghitung jumlah nekrosis sel tipe II. Peubah yang diamati adalah variabel tergantung, yaitu penghitungan jumlah seluruh sel tipe II yang terdapat pada septum interalveolaris, kemudian dilanjutkan dengan penghitungan jumlah nekrosis sel tipe II pada tiap lapangan pandang pada masing-masing preparat. Setiap preparat digeser lima kali lapangan pandang. Hasil perhitungan jumlah nekrosis sel tipe II kemudian dibandingkan dengan total jumlah sel tipe II.