Heru sigit purwanto, Listyani, Isjudarto & Sari bahagiarti - Mewaspadai morfologiteluk sebagai zona...

7
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008 1 MEWASPADAI MORFOLOGI TELUK SEBAGAI ZONA BAHAYA TSUNAMI T. Listyani R.A. *) , A. Isjudarto *) , Heru Sigit Purwanto **) & Sari B. Kusumayudha **) *) Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta **) Teknik Geologi, FTM, UPN “Veteran” Yogyakarta SARI Konfigurasi garis pantai di suatu daerah turut berperan dalam menentukan seberapa besar dampak tsunami yang ditimbulkannya. Hasil survai lapangan di beberapa daerah pantai di kawasan Indonesia bagian selatan mengindikasikan bahwa morfologi teluk umumnya berhubungan dengan dampak tsunami yang lebih besar dibandingkan pantai lurus dan panjang. Analisis fraktal telah dilakukan terhadap bentuk garis pantai di bagian selatan Pulau Sumatra, Jawa hingga Nusa Tenggara Timur. Hasilnya menunjukkan bahwa geometri teluk umumnya memiliki dimensi fraktal yang besar dan mempunyai dampak kerusakan yang besar pula terhadap bencana alam tsunami. Dari survai lapangan diketahui bahwa daerah-daerah pantai di Aceh, Pangandaran, Maumere dan sekitarnya telah menderita kerusakan yang cukup besar akibat tsunami, didukung dengan keadaan morfologi yang berupa teluk. ABSTRACT Coast line configuration of the certain area involved in determination of tsunami impact’s magnitude. Result of geological survey at some location of the southern coast of Indonesian Island indicated that bay morphology usually related with bigger tsunami impact compared with long, smooth / straight coast line. Fractal analysis have been done for coast line morphology along southern part of Sumatra, Java eastward to East Nusa Tenggara. Result of those survey show that bay morphology commonly have high fractal dimension and followed by big tsunami impact. From the geological field survey known that the areas surrounding of Aceh, Pangandaran and Maumere coast have higher damage caused by tsunami which supported by bay morphology of their coast line shape 1. Pendahuluan Bencana alam geologi, termasuk gempa bumi dan tsunami sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi suatu daerah. Kondisi geologi tersebut tercermin dalam morfologi, batuan / litologi maupun struktur geologinya. Kondisi morfologi suatu daerah yang mempengaruhi besar kecilnya dampak tsunami terutama adalah morfologi pantai. Ada berbagai macam morfologi pantai di sepanjang Kepulauan Indonesia, misalnya pantai landai berlumpur, pantai landai berbukit pasir (dunes), pantai terjal berbatugamping / karst, pantai terjal berbatu lunak maupun pantai dengan terumbu karang. Sampurno (2005) mengatakan bahwa pantai landai berbukit pasir dapat meredam tsunami, demikian pula pantai terjal berbatu gamping serta pantai dengan terumbu karang. Akan tetapi, pantai terjal berbatu lunak mudah terkikis dan longsor.

description

Konfigurasi garis pantai di suatu daerah turut berperan dalam menentukan seberapa besar dampak tsunami yang ditimbulkannya. Hasil survai lapangan di beberapa daerah pantai di kawasan Indonesia bagian selatan mengindikasikan bahwa morfologi teluk umumnya berhubungan dengan dampak tsunami yang lebih besar dibandingkan pantai lurus dan panjang. Analisis fraktal telah dilakukan terhadap bentuk garis pantai di bagian selatan Pulau Sumatra, Jawa hingga Nusa Tenggara Timur. Hasilnya menunjukkan bahwa geometri teluk umumnya memiliki dimensi fraktal yang besar dan mempunyai dampak kerusakan yang besar pula terhadap bencana alam tsunami. Dari survai lapangan diketahui bahwa daerah-daerah pantai di Aceh, Pangandaran, Maumere dan sekitarnya telah menderita kerusakan yang cukup besar akibat tsunami, didukung dengan keadaan morfologi yang berupa teluk.

Transcript of Heru sigit purwanto, Listyani, Isjudarto & Sari bahagiarti - Mewaspadai morfologiteluk sebagai zona...

Page 1: Heru sigit purwanto, Listyani, Isjudarto & Sari bahagiarti - Mewaspadai morfologiteluk sebagai zona bahaya tsunami

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008

1

MEWASPADAI MORFOLOGI TELUK

SEBAGAI ZONA BAHAYA TSUNAMI

T. Listyani R.A.*)

, A. Isjudarto*)

, Heru Sigit Purwanto**)

& Sari B. Kusumayudha**)

*)

Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta

**)

Teknik Geologi, FTM, UPN “Veteran” Yogyakarta

SARI

Konfigurasi garis pantai di suatu daerah turut berperan dalam menentukan seberapa besar

dampak tsunami yang ditimbulkannya. Hasil survai lapangan di beberapa daerah pantai di

kawasan Indonesia bagian selatan mengindikasikan bahwa morfologi teluk umumnya

berhubungan dengan dampak tsunami yang lebih besar dibandingkan pantai lurus dan

panjang. Analisis fraktal telah dilakukan terhadap bentuk garis pantai di bagian selatan

Pulau Sumatra, Jawa hingga Nusa Tenggara Timur. Hasilnya menunjukkan bahwa

geometri teluk umumnya memiliki dimensi fraktal yang besar dan mempunyai dampak

kerusakan yang besar pula terhadap bencana alam tsunami. Dari survai lapangan

diketahui bahwa daerah-daerah pantai di Aceh, Pangandaran, Maumere dan sekitarnya

telah menderita kerusakan yang cukup besar akibat tsunami, didukung dengan keadaan

morfologi yang berupa teluk.

ABSTRACT

Coast line configuration of the certain area involved in determination of tsunami

impact’s magnitude. Result of geological survey at some location of the southern coast of

Indonesian Island indicated that bay morphology usually related with bigger tsunami

impact compared with long, smooth / straight coast line. Fractal analysis have been

done for coast line morphology along southern part of Sumatra, Java eastward to East

Nusa Tenggara. Result of those survey show that bay morphology commonly have high

fractal dimension and followed by big tsunami impact. From the geological field survey

known that the areas surrounding of Aceh, Pangandaran and Maumere coast have

higher damage caused by tsunami which supported by bay morphology of their coast line

shape

1. Pendahuluan

Bencana alam geologi, termasuk gempa bumi dan tsunami sangat dipengaruhi

oleh kondisi geologi suatu daerah. Kondisi geologi tersebut tercermin dalam

morfologi, batuan / litologi maupun struktur geologinya.

Kondisi morfologi suatu daerah yang mempengaruhi besar kecilnya dampak

tsunami terutama adalah morfologi pantai. Ada berbagai macam morfologi pantai

di sepanjang Kepulauan Indonesia, misalnya pantai landai berlumpur, pantai

landai berbukit pasir (dunes), pantai terjal berbatugamping / karst, pantai terjal

berbatu lunak maupun pantai dengan terumbu karang. Sampurno (2005)

mengatakan bahwa pantai landai berbukit pasir dapat meredam tsunami,

demikian pula pantai terjal berbatu gamping serta pantai dengan terumbu karang.

Akan tetapi, pantai terjal berbatu lunak mudah terkikis dan longsor.

Page 2: Heru sigit purwanto, Listyani, Isjudarto & Sari bahagiarti - Mewaspadai morfologiteluk sebagai zona bahaya tsunami

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008

2

Morfologi garis pantai, khususnya bentuk kurva garis pantai juga dapat

berpengaruh terhadap besar kecilnya dampak yang ditimbulkan oleh bencana

tsunami. Garis pantai yang berkelok-kelok dengan beberapa morfologi teluk atau

tanjung tentunya memiliki dampak yang berbeda dengan garis pantai yang lurus.

Adanya teluk dapat menjadi sarana pemusatan energi sehingga gelombang laut

yang terhempas ke arah teluk tersebut dapat memiliki energi yang sangat kuat.

Beberapa daerah di Aceh memiliki pantai yang berpasir. Pada daerah pantai yang

seperti itu dampak gempa dan tsunami dapat lebih dikurangi dibanding daerah

pantai yang berbatu lunak. Daerah pantai yang memiliki bukit pasir / dunes

seperti Parangtritis juga lebih aman terhadap gempa bumi maupun tsunami.

Tulisan ini dibuat berdasarkan kajian geomorfologi terhadap garis pantai di

beberapa daerah di pantai selatan Kepulauan Indonesia. Analisis fraktal telah

dilakukan di sepanjang pantai selatan daerah tersebut, mulai dari pantai-pantai

Pulau Sumatra, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara Timur. Survai lapangan secara

langsung telah dilakukan di beberapa wilayah pantai di Aceh, Cilacap serta

Maumere dan sekitarnya. Daerah-daerah pantai tersebut dipilih sebagai kajian

lapangan karena daerah-daerah tersebut pernah mengalami bencana alam tsunami

yang berdampak cukup besar.

2. Tsunami dan Garis Pantai

Hampir di seluruh wilayah pantai di Indonesia, terutama yang berhadapan

langsung dengan Samudera Hindia berpotensi terhadap tsunami. Hal ini terjadi

karena tektonik / tumbukan lempeng yang aktif pada zona subduksi di sepanjang

pantai selatan kepulauan ini.

Indonesia merupakan daerah zona tumbukan lempeng sehingga sering terjadi

gempa tektonik berkekuatan besar. Dengan garis pantai terpanjang di dunia maka

kemungkinan terjadinya tsunami sangat besar.

Gelombang laut yang paling menghancurkan tidak disebabkan oleh angin tetapi

oleh pergerakan dasar laut. Gelombang tsunami berbeda dengan gelombang yang

disebabkan oleh angin yang secara teratur bergulung ke arah pantai. Tsunami

adalah gelombang besar dan panjang (jarak puncak gelombang satu dengan

lainnya dapat mencapai 100 km) yang disebabkan oleh gempa bumi (gempa

laut), letusan gunungapi maupun longsoran (Rahardjo, 2005).

Istilah tsunami sering digunakan secara salah untuk mengartikan ”gelombang

pasang” karena kejadian tersebut tidak memiliki hubungan apapun dengan

pasang-surut di laut. Salah satu keunikan tentang gelombang yang menakutkan

ini adalah karena tidak dapat terlihat pada jarak kejauhan di laut mengingat

ketinggian gelombang yang relatif kecil dibandingkan kedalaman laut. Adalah

panjang gelombang (jarak puncak ke puncak gelombang) yang menyebabkan

kecepatan dan energi tsunami yang luar biasa (Rahardjo, 2005).

Selanjutnya, Rahardjo (2005) juga mengatakan bahwa konfigurasi dari garis

pantai menentukan seberapa serius kerusakan yang disebabkan oleh tsunami.

Geomorfologi laut dan batimetri atau kedalaman laut dapat mempengaruhi kuat

Page 3: Heru sigit purwanto, Listyani, Isjudarto & Sari bahagiarti - Mewaspadai morfologiteluk sebagai zona bahaya tsunami

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008

3

dan tingginya gelombang tsunami yang tiba di pantai. Bentuk geomorfologi

pantai di Aceh termasuk kompleks karena di daerah itu, teluk yang berasosiasi

dengan tanjung telah menyebabkan konsentrasi energi gelombang di sekitar

tanjung.

Garis pantai yang berada di tepi pulau di sepanjang wilayah selatan Indonesia

memiliki berbagai bentuk. Bentuk garis pantai tersebut bervariasi dari pantai

lurus dan panjang hingga pantai yang berlekuk-lekuk atau membentuk

morfologi teluk. Kondisi morfologi yang berbeda-beda ini perlu dikaji untuk

melihat hubungannya dengan dampak tsunami yang mungkin timbul di suatu

daerah.

3. Dimensi Fraktal Beberapa Wilayah Pantai Di Kepulauan Indonesia

Bagian Selatan

Proses yang terjadi pada daerah pantai seringkali rumit dan dinamis. Bentuk garis

pantai sangat dipengaruhi oleh litologi, struktur geologi dan bentuk morfologi

pantai serta proses eksogenik, seperti sedimentasi dan abrasi pantai. Geometri

garis pantai merupakan geometri fraktal. Oleh karenanya, kajian bentuk /

geometri garis pantai dapat dilakukan dengan analisis fraktal.

Analisis fraktal untuk garis pantai dapat dilakukan dengan metode box counting.

Grid di atas obyek fraktal (garis pantai benua dan kepulauan) dalam metode ini

digunakan untuk menentukan dimensi fraktal.

Dari analisis fraktal yang telah dilakukan tampak bahwa beberapa wilayah pantai

di Pulau Sumatra hingga Nusa Tenggara Timur memiliki dimensi fraktal yang

bervariasi. Namun dari analisis tersebut, daerah di sekitar morfologi teluk di

Aceh, Cilacap / Pangandaran, Banyuwangi maupun Maumere umumnya

memiliki dimensi fraktal yang cukup besar / lebih dari 1 (lihat Tabel 1).

Tabel 1. Beberapa data dimensi fraktal pola garis pantai di beberapa wilayah

di sekitar daerah Aceh, Pangandaran dan Maumere.

No. Pulau Kabupaten Pantai / Daerah Dimensi Boks

1. Sumatra Aceh Besar Banda Aceh - Lhong 1 – 1,01

2. Aceh Besar Lhok Nga - Lamjuhang 1.11

3. Aceh Jaya Lamno - Calang 1,05 – 1,06

4. Aceh Barat – Nagan Raya Meulaboh 1 – 1,04

5. Aceh Barat Daya Blang Pidie 1,05

6. Aceh Selatan –

Aceh Tenggara

Tapaktuan --

Bulohsama

1 – 1,03

7. Aceh Singkil Singkil 1,15

8. Jawa Jawa Barat Cikarang –

Karangnunggal

1 – 1,03

9. Jawa Tengah Pangandaran 1,05 – 1,08

10. Cilacap 1,11

11. Banyumas 1 – 1,01

Page 4: Heru sigit purwanto, Listyani, Isjudarto & Sari bahagiarti - Mewaspadai morfologiteluk sebagai zona bahaya tsunami

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008

4

12. Karangbolong 1,05

13. Jawa Timur Pacitan - Tulungagung 1,05 – 1,07

14. Blitar - Turen 1- 1,02

15. Turen / Malang 1,07

16. Lumajang 1 – 1,01

17. Jember 1,1

18. Blambangan /

Banyuwangi

1,01 – 1,03

19. Flores Ngada Bajawa 1

20. Ende – Sikka Ende 1

21. Flores Timur Larantuka 1,01

22. Alok Nangahure - Wailiti 1

23. Bebeng - Kotauneng -

Maumere

1,04

24. Wairotang -Waioti 1

4. Tinjauan Lapangan Beberapa Wilayah Pantai Korban Tsunami

Survai lapangan telah dilakukan di beberapa wilayah pantai yang pernah

mengalami bencana alam tsunami. Maumere di Pulau Flores, Nusa Tenggara

Timur pernah mengalami gempa dan tsunami dengan dampak kerusakan yang

cukup besar pada tanggal 12 Desember 1992 lalu. Daerah yang mempunyai

dampak besar terhadap bencana itu adalah beberapa wilayah pantai di Teluk

Pedang, di sekitar Kota Maumere (lihat Foto 1).

Foto 1. Teluk Maumere, difoto pada arah timur laut.

Page 5: Heru sigit purwanto, Listyani, Isjudarto & Sari bahagiarti - Mewaspadai morfologiteluk sebagai zona bahaya tsunami

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008

5

Dua tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1994 daerah yang mengalami bencana

alam tsunami adalah Banyuwangi. Wilayah pantai yang paling rusak akibat

bencana itu adalah Teluk Grajagan (Foto 2).

Foto 2. Teluk di Pantai Grajagan, Banyuwangi, Jawa Timur, pernah mengalami

tsunami dengan dampak yang cukup parah pada tahun 1994.

Aceh mengalami tsunami dengan dampak luar biasa pada tanggal 26 Desember

2004 yang lalu. Daerah-daerah pantai yang menderita kerusakan parah antara lain

Banda Aceh, Calang, Lamno, Meulaboh dan sekitarnya. Pantai-pantai yang

menderita kerusakan parah umumnya memiliki bentuk berupa teluk. Salah satu

morfologi teluk tersebut dapat dilihat di Pantai Lhok Nga (Foto 3).

Foto 3. Morfologi teluk di Lhok Nga, Nangroe Aceh Darussalam, salah satu

daerah korban bencana tsunami pada tanggal 26 Desember 2004.

Gempa yang diikuti tsunami 17 Juli 2006 melanda daerah pantai di Jawa Barat

– Jawa Tengah. Dalam kejadian tersebut tsunami meminta korban cukup banyak

di daerah Teluk Pangandaran dan sekitarnya. Selain Pangandaran, salah satu

Page 6: Heru sigit purwanto, Listyani, Isjudarto & Sari bahagiarti - Mewaspadai morfologiteluk sebagai zona bahaya tsunami

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008

6

pantai yang menderita kerusakan cukup besar adalah Pantai Pasir di Kabupaten

Kebumen. Pantai ini juga mengalami tsunami akibat gempa bumi yang berpusat

di selatan Pangandaran. Dampak yang diakibatkan tsunami di daerah Pantai Pasir

ini adalah rusaknya perahu-perahu nelayan dan bangunan-bangunan kecil /

warung di sekitar pantai. Sama halnya dengan Pantai Pangandaran, Pantai Pasir

juga memiliki morfologi teluk (Foto 4).

Foto 4. Kondisi Pantai Pasir di Kabupaten Kebumen yang rusak akibat terjangan

tsunami, juga berbentuk teluk.

Gambaran keadaan pantai yang diperoleh dari beberapa lokasi di atas

menunjukkan bahwa daerah yang pernah mengalami dampak tsunami cukup

parah berasosiasi dengan morfologi teluk. Morfologi ini barangkali turut memicu

terjadinya pemusatan energi yang berasal dari run up gelombang laut yang

terhempas menuju daratan. Dengan mengamati kondisi morfologi pantai di

beberapa lokasi yang pernah mengalami bencana alam tsunami, maka wilayah

pantai yang berupa teluk memerlukan perhatian khusus karena daerah tersebut

memiliki potensi rawan bencana tsunami yang cukup tinggi. Daerah dengan

karakteristik morfologi berliku atau teluk seperti ini perlu diwaspadai sebagai

zona rawan / bahaya terhadap tsunami karena dampak kerusakan yang

ditimbulkan oleh bencana ini cukup besar.

5. Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dari tulisan ini antara lain :

1. Karakteristik morfologi pantai dapat menentukan besar kecilnya dampak

yang ditimbulkan oleh bencana tsunami.

2. Wilayah pantai di sepanjang pantai selatan Kepulauan Indonesia

memiliki morfologi yang bervariasi, dengan nilai dimensi fraktal yang

berbeda-beda. Daerah dengan pantai yang memiliki geometri garis pantai

berliku atau morfologi teluk umumnya memiliki dimensi fraktal yang

Page 7: Heru sigit purwanto, Listyani, Isjudarto & Sari bahagiarti - Mewaspadai morfologiteluk sebagai zona bahaya tsunami

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008

7

cukup besar. Harga dimensi fraktal yang cukup besar ini biasanya

ditandai dengan potensi dampak kerusakan tsunami yang besar pula.

3. Survai lapangan menunjukkan bahwa daerah-daerah yang mengalami

kerusakan cukup parah akibat tsunami umumnya berasosiasi dengan

morfologi pantai yang berupa teluk. Oleh karena itu, wilayah-wilayah

pantai yang memiliki morfologi teluk patut diwaspadai sebagai daerah /

zona bahaya tsunami.

Daftar Pustaka

Kusumayudha, S.B., 2005, Hidrogeologi Karst dan Geometri Fraktal di Daerah

Gunungsewu, Ed. – 1, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.

Rahardjo, P.P., 2005, Dampak Kerusakan akibat Gempa Bumi & Tsunami di

Nangroe Aceh Darussalam, Prosiding Diskusi Mitigasi Pasca Bencana

Alam Gempa Bumi & Tsunami Aceh, Unika Parahyangan, Bandung.

Sampurno, 2005, Pokok-pokok Bahasan Gempa Bumi & Tsunami, Prosiding

Diskusi Mitigasi Pasca Bencana Alam Gempa Bumi & Tsunami Aceh,

Unika Parahyangan, Bandung.

Tricot, C., 1996, Curves and Fractal Dimension, Springer Verlag.