Heroin.docx

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi tidaklah mengherankan bilamana penyalahgunaan zat merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi walaupun sudah dikenal sejak lama. Di Indonesia penyalahgunaan zat muncul sejak tahun 1969 ketika para psikiater dari sanatorium Dharmawangsa, melaporkan fenomena tersebut untuk pertama kali, khususnya yang menimpa remaja dan dewasa muda. Penyalahgunaan zat merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat patologik, paling seedikit satu bulan lamanya, sehingga menimbulkan gangguan fungsi social dan okupasional. Secara populer, penyalahgunaan zat yang merupakan terjemahan dari istilah drug abuse, biasanya diartikan sebagai penggunaan zat yang illegal, atau menggunakan obat tanpa indikasi medis atau penggunaan zat yang legal secara berlebihan dan merugikan diri. Adapun yang sering disalahgunakan manusia meliputi berbagai zat yang dapat digolongkan dalam zat-zat alcohol, opioda, kanabioda, sedativa atau hiptonika, stimulansia, halusinogenika, tembakau, bahan pelarut yang mudah menguap, zat multiple dan zat psikoaktif lainnya. Menurut ICD-10, berbagai gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat dikelompokkan dalam 1

Transcript of Heroin.docx

Page 1: Heroin.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi era globalisasi tidaklah mengherankan bilamana

penyalahgunaan zat merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi walaupun

sudah dikenal sejak lama. Di Indonesia penyalahgunaan zat muncul sejak tahun 1969

ketika para psikiater dari sanatorium Dharmawangsa, melaporkan fenomena tersebut

untuk pertama kali, khususnya yang menimpa remaja dan dewasa muda.

Penyalahgunaan zat merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat

patologik, paling seedikit satu bulan lamanya, sehingga menimbulkan gangguan

fungsi social dan okupasional. Secara populer, penyalahgunaan zat yang merupakan

terjemahan dari istilah drug abuse, biasanya diartikan sebagai penggunaan zat yang

illegal, atau menggunakan obat tanpa indikasi medis atau penggunaan zat yang legal

secara berlebihan dan merugikan diri. Adapun yang sering disalahgunakan manusia

meliputi berbagai zat yang dapat digolongkan dalam zat-zat alcohol, opioda,

kanabioda, sedativa atau hiptonika, stimulansia, halusinogenika, tembakau, bahan

pelarut yang mudah menguap, zat multiple dan zat psikoaktif lainnya.

Menurut ICD-10, berbagai gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan

zat dikelompokkan dalam berbagai kondisi klinis sebagai berikut: Intoksikasi Akut;

Penggunaan yang merugikan; Sindroma ketergantungan ; Keadaan putus zat; Keadaan

putus zat dengan delirium; Gangguan psikotik; Sindroma amnestik; Gangguan

psikotik residual atau onset lambat; Gangguan mental dan perilaku lainnya.

Dalam tahun-tahun terakhir ini kalangan remaja mulai banyak

menyalahgunakan Ecstasy, Putau dan merupakan masalah yang cukup serius serta

pula penanggulangan secara multidisipliner, terpadu dan konsisten melibaykan antara

lain berbagai bidang kesehatan, social, hukum, pendidikan, agama dan sebagainya.

Berbeda dengan obat lain, maka ecstasy termasuk obat yang sengaja

direkayasa untuk mendapatkan efek-efek tertentu seperti efek euphoria. Sedangkan

1

Page 2: Heroin.docx

putau adalah heroin yang didapatkan secara semisinitetik dari opioida alamiah dan

antara lain mempunyai khasiat analgesik, hipnotik dan euforik.

Tidak jarang mereka yang menyalahgunakan zat-zat tersebut mengalami

berbagai dampak klinis yang merugikan dirinya (mis: intoksikasi akut) akan

mendatangi instalasi gawat darurat rumah sakit. Oleh karena itu tenaga-tenaga

professional di bidangkesehatan harus bisa mendiagnosis serta memberikan intervensi

yang diperlukan yang bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Khususnya dalam

suatu rumah sakit, diperlukan partisipasi penuh dari berbagai tenaga professional

seperti dokter, perawat, pekerja social, yang dapat bekerjasama dengan pasien serta

keluarganya.

2

Page 3: Heroin.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Awal Narkoba

Kurang lebih th. 2000 SM di Samaria dikenal sari bunga opion atau kemudian

dikenal opium (candu = papavor somniferitum). Bunga ini tumbuh subur di daerah

dataran tinggi di atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Penyebaran

selanjutnya adalah ke arah India,Cina dan wilayah-wilayah Asia lainnya.

Cina kemudian menjadi tempat yang sangat subur dalam penyebaran candu ini

(dimungkinkan karena iklim dan keadaan negeri). Memasuki abad ke XVII masalah

candu ini bagi Cina telah menjadi masalah nasional; bahkan di abad XIX terjadi

perang candu dimana akhirnya Cina ditaklukan Inggris dengan harus merelakan Hong

Kong.

Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich Wilhelim

Sertuner menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian

dikenal sebagai Morphin (diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang bernama

Morphius).

Tahun 1856 waktu pecah perang saudara di A.S. Morphin ini sangat populer

dipergunakan untuk penghilang rasa sakit luka-luka perang sebahagian tahanan-

tahanan tersebut "ketagihan" disebut sebagai "penyakit tentara"

Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright dari London, merebus

cairan morphin dengan asam anhidrat (cairan asam yang ada pada sejenis jamur)

Campuran ini membawa efek ketika diuji coba kepada anjing yaitu: anjing tersebut

tiarap, ketakutan, mengantuk dan muntah-muntah. Namun tahun 1898 pabrik obat

"Bayer" memproduksi obat tersebut dengan nama Heroin, sebagai obat resmi

penghilang sakit (pain killer).

Tahun 60-an - 70-an pusat penyebaran candu dunia berada pada daerah

"Golden Triangle" yaitu Myanmar, Thailand & Laos. Dengan produksi: 700 ribu ton

setiap tahun. Juga pada daerah "Golden Crescent" yaitu Pakistan, Iran dan Afganistan

dari Golden Crescent menuju Afrika dan Amerika.

Selain morphin & heroin ada lagi jenis lain yaitu kokain (ery throxylor coca)

berasal dari tumbuhan coca yang tumbuh di Peru dan Bolavia. Biasanya digunakan

untuk penyembuhan Asma dan TBC.

3

Page 4: Heroin.docx

Di akhir tahun 70-an ketika tingkat tekanan hidup manusia semakin meningkat

serta tekhnologi mendukung maka diberilah campuran-campuran khusus agar candu

tersebut dapat juga dalam bentuk obat-obatan.

2.2. Definisi Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain

"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,

Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu

pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi

penggunanya.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan

(Undang-Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan

sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut. Yang termasuk jenis

narkotika adalah:

Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium

obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.

Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-

campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-

Undang No. 5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang

tersebut, namun setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika,

maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika.

Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut

psikotropika golongan III dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang

termasuk psikotropika antara lain:

Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine,

Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,

Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.

4

Page 5: Heroin.docx

Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis

maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang

dapat mengganggu sistem syaraf pusat, seperti:

Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa

zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan

oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap.

Contoh: lem/perekat, aceton, ether dan sebagainya.

Menurut WHO (1982), narkoba adalah semua zat padat, cair maupun gas yang

dimasukkan ke dalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara

fisik maupun psikis tidak termasuk makanan, air dan oksigen dimana dibutuhkan

untuk mempertahankan fungsi tubuh normal.

2.3. Efek Narkoba

Halusinogen, efek dari narkoba bisa mengakibatkan bila dikonsumsi dalam

sekian dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi

dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata

contohnya kokain & LSD

Stimulan , efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti

jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan

seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu , dan cenderung membuat

seorang pengguna lebih senang dan gembira untuk sementara waktu

Depresan, efek dari narkoba yang bisa menekan sistem syaraf pusat dan

mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan

bisa membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw.

Adiktif , Seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan

ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung

bersifat pasif , karena secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf

dalam otak,contohnya ganja , heroin , putaw.

Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ

dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan

overdosis dan akhirnya kematian.

5

Page 6: Heroin.docx

2.4. Tanda-Tanda Kemungkinan Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif

Fisik- berat badan turun drastic- mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman- tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan

ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan

- buang air besar dan kecil kurang lancer- sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas

Emosi- sangat sensitif dan cepat bosan- bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang- emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar

terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya- nafsu makan tidak menentu

Perilaku- malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya- menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga- sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit

dan pulang lewat tengah malam- suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan

menggadaikan barang-barang berharga di rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga miliknya, banyak yang hilang

- selalu kehabisan uang - waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang

yang gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya- takut akan air. Jika terkena akan terasa sakit – karena itu mereka jadi malas

mandi- sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala

“putus zat”- sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada

maunya, seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat- sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan- mengalami jantung berdebar-debar- sering menguap- mengeluarkan air mata berlebihan- mengeluarkan keringat berlebihan- sering mengalami mimpi buruk- mengalami nyeri kepala- mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi

6

Page 7: Heroin.docx

2.5. Klasifikasi Narkoba

Pengelompokkan Narkoba menurut UU RI No 22 tahun 1997 tentang Narkotika

adalah:

Golongan Opioda seperti opium : Morphine, heroin, putau, dll.

Golongan Koka seperti daun koka : Kokain

Golongan Kanabis: daun ganja, hashish

2.6. Definisi Heroin ( Putau)

Heroin atau Putau adalah adalah sejenis opioid alkaloid. Putau adalah bubuk

kristal putih yang sering diperjual-belikan dalam bungkusan kertas kecil. Di kalangan

medis dikenal sebagai heroin yang tergolong opioda yang semi sintetik dan berasal

dari turunan morfin. Heroin berasal dari bunga Papaver somniferum, sejenis bunga di

iklim panas dan kering. Papaver somniferum, yang bila dikeringkan akan menjadi

seperti karet yang kecoklat-coklatan, ditumbuk menjadi serbuk opium. Opium

mengandung bermacam-macam alkaloid di antaranya adalah morfin, kodein, dan

tebain. Heroin adalah zat depresan. Obat-obatan depresan tidak langsung membuat

Anda merasa tertekan. Zat-zat tersebut memperlambat pesan dari otak ke tubuh dan

sebaliknya. Beberapa nama lain dari zat tersebut adalah bedak, putih.

Heroin Tidak Murni

Heroin atau putau yang beredar di pasar gelap tidaklah murni heroin. Bila dari

pabrik gelapnya bisa 80% kadarnya, namun setelah sampai ke pengedarnya (lewat

5 - 10 jalur), kadar heroinnya turun sampai 1 - 15%. Hal ini wajar karena mereka

yang terlibat memalsu atau mencampur heroin kadar tinggi dengan bahan

tambahan seperti kakao, gula merah, gula, tepung, susu, kuinin, manitol

(pencahar), kafein, laktosa, bahan berbahaya seperti bedak talek dan deterjen.

Kadang-kadang beberapa obat-obatan seperti amfetamin dan obat tidur

dicampurkan juga. Zat-zat aditif ini dapat mematikan, dan karena pengguna tidak

berhati-hati apakah ia menggunakan heroin murni dengan kadar 5% atau 50%

akan mudah bagi orang itu untuk mengalami overdosis dadakan dan bahkan mati.

7

Page 8: Heroin.docx

Heroin dan Obat-obatan Lain

Heroin dapat menjadi berbahaya ketika dikombinasikan dengan berbagai obat-

obatan lainnya, khususnya obat-obatan depresan seperti alkohol atau obat-obat

penenang lainnya. Depresan memperlambat sirkulasi tubuh dan kombinasi obat-

obatan tersebut dapat meningkatkan efeknya. Jika sirkulasi tubuh terlalu banyak yang

melambat, resikonya bisa berupa keadaan koma atau bahkan kematian.

2.7. Cara Pemakaian Putau

Heroin atau putau biasanya diedarkan dalam bungkus-bungkus kecil. Rute

penggunaan yang salah sering berakibat fatal. Dosis 3 mg setara dengan kekuatan 10

mg morfin. Penggunaan serbuk ini dilakukan dengan melarutkan serbuk dalam wadah

atau sendok dicampur air yang tidak steril, disaring dengan kapas, dan disuntikkan ke

intravena (lewat pembuluh darah) atau subkutan (lewat bawah kulit). Kadang-kadang

juga diisap seperti rokok, atau disedot. Cara lain dengan chasing, yaitu serbuk

diletakkan di atas aluminium foil dan dipanaskan bagian bawahnya. Uapnya dialirkan

lewat sebuah lubang dari kertas rol atau pipa, dihirup lewat hidung untuk diteruskan

ke paru-paru. Pada kasus kelebihan dosis dapat terjadi abses paru-paru. Chasing

dilakukan oleh pemakai karena serbuk yang dibeli tidak murni heroin. Pada

penggunaan parenteral (intravena, subkutan maupun dengan melukai) akan terjadi

abses, tertular beberapa penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis, rematik jantung,

emboli, tetanus, selulitis/tromboflebitis.

2.8. Farmakologi dan farmakokinetik heroin/putau

Mekanisme kerja :

Opioid agonis menimbulkan analgesia akibat berikatan dengan reseptor spesifik

yang berlokasi di otak dan medula spinalis, sehingga mempengaruhi transmisi dan

modulasi nyeri. Terdapat 3 jenis reseptor yang spesifik. Di dalam otak terdapat tiga

jenis endogeneus peptide yang aktivitasnya seperti opiat, yitu enkephalin yang

berikatan dengan reseptor alfa dan beta, endorfin dengan reseptor μ dan dynorpin

dengan resptor κ. Reseptor μ merupakan reseptor untuk morfin (heroin). Ketiga jenis

reseptor ini berhubungan dengan protein G dan berpasangan dengan adenilsiklase

menyebabkan penurunan formasi siklik AMP sehingga aktivitas pelepasan

8

Page 9: Heroin.docx

neurotransmitter terhambat. Efek inhibisi opiat dalam pelepasan neurotransmitter

Pelepasan noradrenalin.

Opiat menghambat pelepasan noradrenalin dengan mengaktivasi reseptor μ yang

berlokasi didaerah noradrenalin. Efek morfin tidak terbatas dikorteks,tetapi juga di

hipokampus,amigdala, serebelum, daerah peraquadiktal dan locus cereleus.

Pelepasan asetikolin :

Inhibisi pelepasan asetikolin terjadi didaerah striatum oleh reseptor deltha,

didaerah amigdala dan hipokampus oleh reseptor μ.

Pelepasan dopamin :

Pelepasan dopamin diinhibisi oleh aktifitas reseptor kappa Tempat Kerja Ada

dua tempat kerja obat opiat yang utama, yaitu susunan saraf pusat dan visceral. Di

dalam susunan saraf pusat opiat berefek di beberapa daerah termasuk korteks,

hipokampus, thalamus, hipothalamus, nigrostriatal, sistem mesolimbik, locus

coreleus, daerah periakuaduktal, medula oblongata dan medula spinalis. Di dalam

sistem saraf visceral, opiat bekerja pada pleksus myenterikus dan pleksus submukous

yang menyebabkan efek konstipasi.

Absorpsi :

Heroin diabsorpi dengan baik disubkutaneus, intramuskular dan permukaan

mukosa hidung atau mulut.

Distribusi :

Heroin dengan cepat masuk kedalam darah dan menuju ke dalam jaringan.

Konsentrasi heroin tinggi di paru paru, hepar, ginjal dan limpa, sedangkan di dalam

otot skelet konsentrasinya rendah. Konsentrasi di dalam otak relatif rendah

dibandingkan organ lainnya akibat sawar darah otak. Heroin menembus sawar darah

otak lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan morfin atau golongan opioid

lainnya

9

Page 10: Heroin.docx

Metabolisme :

Heroin didalam otak cepat mengalami hidrolisa menjadi monoasetilmorfin dan

akhirnya menjadi morfin, kemudian mengalami konjugasi dengan asam glukuronik

menajdi morfin 6-glukoronid yang berefek analgesik lebih kuat dibandingkan morfin

sendiri. Akumulasi obat terjadi pada pasien gagal ginjal.

Ekskresi :

Heroin terutama diekstresi melalui urine (ginjal). 90% diekskresikan dalam 24

jam pertama, meskipun masih dapat ditemukan dalam urine 48 jam heroin didalam

tubuh diubah menjadi morfin dan diekskresikan sebagai morfin.

Putau di dalam tubuh

Narkoba yang diserap tubuh masuk ke dalam pembuluh darah melalui saluran

hidung atau paru-paru. Jika disuntikkan, zat itu langsung masuk ke dalam aliran darah

dan darah membawa zat tersebut ke otak.

Semua jenis narkoba mengubah perasaan dan cara berpikir seseorang. Itulah

sebabnya narkoba disebut juga zat psikoaktif. Perasaan enak dan nyaman inilah yang

mula-mula dicari pemakainya.

Bagian otak yang bertanggung jawab atas perasaan tersebut adalah sistem limbus.

Hipotalamus, yaitu pusat kenikmatan pada otak pada sistem limbus, yang disebut

neuro-transmitter.

Neuro-transmitter adalah senyawa organik yang membawa sinyal diantara neuron.

Neuro-transmitter terbungkus oleh vesikel sinaps, sebelum dilepaskan bertepatan

dengan datangnya potensial aksi.

Hormon dopamine yang dikeluarkan kelenjar hipotalamus menyebabkan perasaan

tenang dan nyaman. Hormon yang dihasilkan oleh otak tengah ini dapat berfungsi

sebagai sarat transmisi yang paling penting. Syaraf dan neuron yang diproduksi oleh

dopamine ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap keadaan sekitar.

Hormon ini bersifat adiktif, hal ini yang menyebabkan pengguna narkoba merasa

kecanduan. Sehingga pemakainya ingin terus memakai dengan dosis yang lebih

banyak.

10

Page 11: Heroin.docx

2.9. Efek Kecanduan Putau

Putau tergolong jenis narkotik yang paling cepat menimbulkan efek kecanduan

(bahkan lebih cepat dari heroin) baik kecanduan secara fisik (sakaw) maupun secara

psikologis (sugesti untuk memakainya lagi). Kecanduan fisik yang ditimbulkan dari

putau juga sangat menderita dan berbahaya (bisa menyebabkan komplikasi dan

kematian). Sedangkan kecanduan psikologisnya juga sangat kuat dan tahan lama

meskipun seseorang telah berhenti memakainya selama puluhan tahun.

Ciri-ciri sakaw antara lain:

1. Tulang-tulang dan sendi-sendi terasa sangat ngilu dan meriang

2. Sakit kepala, demam, dan kadang diare atau muntah-muntah

3. Mata dan hidung terus berair.

4. Mudah kedinginan (menggigil) dan banyak berkeringat dingin

5. Depresi dan sangat mudah marah

6. Insomnia

Oleh karena efek sakaw yang begitu menderita maka seorang pencandu yang

sedang sakaw besar kemungkinan akan berbuat kriminal untuk memenuhi kebutuhan

putaunya.

Efek pemakaian jangka pendek putau antara lain:

1. Euforia

2. Mulut kering

3. Kulit panas serta memerah

4. Otot menjadi lemah

5. Menghilangkan rasa sakit (analgesik)

6. Mual dan muntah-muntah.

7. miosis

8. mengantuk

9. berkeringat

10. depresi pernapasan

11. hipotermia

12. tekanan darah turun

11

Page 12: Heroin.docx

13. konstipasi

14. kejang

15. sukar buang air kecil.

16. Dalam dosis yang tinggi, akan memperlambat sistem saraf pusat hingga

menyebabkan koma dan kematian.

Pemakai yang sudah menjadi pemadat cenderung untuk menggunakan obat

dengan dosis berlebihan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya batas toleransi tubuh yang

makin meninggi. Jika sudah toleransi, semakin mudah depresi dan marah sedangkan

efek euforia semakin ringan atau singkat. Di samping itu pemakai sering

menggunakan obat lain seperti alkohol, kokain, dll. dan tidak tahu dosis pasti,

sehingga sering terjadi kasus kelebihan dosis. Heroin dengan dosis 3 mg bila

diberikan secara parenteral, terutama intravena, bisa menyebabkan gangguan

kompulsif. Kekuatannya tiga kali morfin. Karena sifatnya lebih lipofil daripada

morfin, maka heroin lebih cepat menembus saraf otak dibandingkan dengan morfin.

Dengan demikian kerja heroin lebih cepat daripada morfin. Heroin sendiri akan

diubah menjadi morfin di dalam tubuh.

Efek pemakaian jangka panjang putau antara lain:

1. Kecanduan

2. Daya tahan tubuh melemah

3. Ketergantungan

4. Pneumonia

5. Infeksi lapisan dan katup jantung

6. Pecahnya pembuluh darah

7. Fungsi hati berkurang

8. Bengkak

9. Tetanus.

10. Menstruasi yang tidak teratur dan ketidaksuburan (pada wanita).

11. Impotensi (pada pria).

12. Sembelit kronis

Pemakaian jangka panjang akan menyebabkan penyumbatan oleh kristal-kristal

berwarna biru di dalam pembuluh darah di sekitar tangan, kaki, leher, dan kepala

12

Page 13: Heroin.docx

sehingga menjadi benjolan keras seperti bisul di dalam tubuh, jika penyumbatan ini

munculnya di daerah otak maka besar kemungkinan ia akan mati. Selain itu

pemakaian jangka panjang putau juga akan mengakibatkan kebutaan, kerusakan pada

organ-organ tubuh seperti liver, ginjal, organ-organ pencernaan dan paru-paru.

13

Page 14: Heroin.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

perasaan, pikiran dan suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia

baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intra vena dan sebagainya.

Narkoba adalah obat obatan terlarang yang jika dikonsumsi mengakibatkan

kecanduan dan  jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat

laun organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna

itu akan overdosis dan akhirnya kematian. Narkoba pun ada berbagai jenis seperti:

heroin, ganja, putaw, kokain, sabu-sabu,dan alkoholpun termasuk dalam golongan

narkoba.

3.2 Saran

Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya :1. Kombinasikan metode pembuatan makalah berikutnya.

2. Pembahasan yang lebih mendalam disertai gambar-gambar yang lebih jelas.

3. Pembahasan secara langsung dengan mancari pasien untuk dilakukan suatu

penelitian.

Beberapa poin diatas merupakan saran yang kami berikan apabila ada pihak-pihak yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan demikian makalah ini disusun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

14

Page 15: Heroin.docx

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba

https://dokmud.wordpress.com/2010/06/03/penyalahgunaan-ectasy-dan-putau/

http://biologigonz.blogspot.co.id/2010/05/putau-heroin.html

http://ayoperanginarkoba.blogspot.co.id/2014/06/bahaya-heroin-putaw.html

http://info-narkotika.blogspot.co.id/2010/11/heroin-putau-apa-itu-putau.html

15