Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

16
Laporan Budidaya Tanaman Hortikultura PEMBUATAN MEDIA TANAM DARI SEKAM PADI DAN SABUK KELAPA Oleh : Nama : Herman Nim : G111 13 009 Kelas : C Kelompok : 3 Asisten : Kak Sinta PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDIN MAKASSAR 2015

description

PEMBUATAN MEDIA TANAM DARI SEKAM PADI DAN SABUK KELAPA

Transcript of Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

Page 1: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

Laporan

Budidaya Tanaman Hortikultura

PEMBUATAN MEDIA TANAM DARI SEKAM PADI

DAN SABUK KELAPA

Oleh :

Nama : Herman

Nim : G111 13 009

Kelas : C

Kelompok : 3

Asisten : Kak Sinta

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekam padi dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk

berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energy atau

bahan bakar. Selama ini, sekam padi merupakan bahan buangan yang biasanya

hanya dibakar. Namun praktek semacam ini menyebabkan timbulnya persoalan

pencemaran udara (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).

Peningkatan produksi komoditas padi setiap tahunnya secara langsung

meningkatkan jumlah sekam padi. Pada tahun 2008 produktivitas padi

mencapai 60.279.897 ton. Dengan demikian produksi sekam padi sebesar 20-30%

dari proses penggilingan padi dapat mencapai 12.055.979 hingga 18.083.969

ton (Biro Pusat Statistik, 2008). Sekam padi dengan jumlah yang besar tersebut

dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

Salah satu upaya untuk membantu mengatasi permasalahan limbah

pertanian adalah melakukan upaya daur ulang dengan penekanan pada proses

pengomposan. Kelebihan lain dari pengolahan limbah menjadi kompos adalah

aman bagi produk dan lahan pertanian, kompos dapat dibuat sendiri oleh

masyarakarat luas dengan bahan baku yang cukup sederhana dan mudah dijumpai

serta proses pembuatannya yang tidak terlalu rumit (Widodo, dkk. 2007).

Adapun limbah hasil pengupasan buah kelapa antara lain tempurung dan

sabut kelapa yang terdiri atas serat dan serbuk sabut kelapa. Negara penghasil serat

dan serbuk sabut kelapa terbesar adalah India (120 kiloton/tahun) dan Sri Lanka (73

kiloton/tahun). Menurut BPS (1992) dalam Hasriani, dkk (2013), di Indonesia

limbah buah kelapa hasil pengolahan atau pengupasan yang dihasilkan per

tahunnya mencapai sekitar 19,05 juta m3 yang terdiri atas 35% serat dan 65%

serbuk sabut kelapa.

Kelapa merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi

tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki potensi

agroindustri kelapa yang cukup besar, tetapi belum dapat dimanfaatkan dengan

Page 3: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

maksimal. Luas areal kebun kelapa di Indonesia adalah yang terbesar di dunia, yaitu

3,76 juta hektar Setiadi (2001) dalam Hasriani, dkk (2013).

Sehingga pemanfaatan sabuk kelapa sangat penting untuk dijadikan

cocopeat yang memiliki nilia guna yang bermanfaat sebagai media tanam.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Percobaan ini bertujuan untuk membuat sekam bakar dengan menggunakan

sekam bekas penggilingan padi dengan menggunakan teknik sangrai dan

pembajaran anaerob. Pembuatan cocopeat dilakukan secara manual menggunakan

sisir kayu.

Percobaan diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang cara

membuat sekam bakar dan cocopeat secara sederhana.

Page 4: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sekam Bakar

Sekam merupakan salah satu dari bulir padi-padian (serealia) berupa

lembaran yang kering, bersisik, dan tak bisa dimakan, yang melindungi tahap dalam

(endospermium dan embrio). Sekam padi (kulit gabah) adalah hasil penggilingan

alias penumpukan gabah. Sekam padi adalah lapisan keras yang meliputi

karipilihans, terdiri dari belahan lemma dan palea yang saling bertautan, umumnya

ditemukan di areal penggilingan padi. Dari proses penggilingan padi, biasanya

diperoleh sekam 20 –30%, dedak 8 – 12 %, dan beras giling 50 – 63,5% dari bobot

awal gabah. Kurang lebih 20 % dari berat padi adalah sekam padi, dan bervariasi

dari 13 hingga 29 % dari komposisi sekam adalah abu sekam yang rutin dihasilkan

setiap kali sekam dibakar. Sekam tersusun dari jaringan serat-serat selulosa yang

mengandung tak sedikit silika dalam bentuk serabut-serabut yang sangat keras.

Pada keadaan normal, sekam berperan penting melindungi biji beras dari kerusakan

yang dikarenakan oleh serangan jamur, bisa mencegah reaksi ketengikan sebab bisa

melindungi lapisan tipis yang kaya minyak kepada kerusakan mekanis selagi

pemanenan, penggilingan dan pengangkutan. Dalam pertanian, sekam bisa dipakai

sebagai campuran pakan, alas kandang, dicampur di tanah sebagai pupuk, dibakar,

alias arangnya dijadikan media tanam.

Sekam mempunyai kerapatan tipe bulk density 125 kg/m3, dengan kualitas

kalori 1 kg sekam padi sebesar 3300 k.kalori dan ditinjau dari komposisi kimiawi,

sekam mengandung karbon (zat arang) 1,33%, hydrogen 1,54%, oksigen 33,645,

dan Silika (SiO2) 16,98%, artinya sekam bisa dikegunaaankan sebagai bahan baku

industri kimia dan sebagai sumber energi panas untuk kebutuhan manusia.

Komposisi sekam sebagai berikut, Kadar Air 9,020 %, Protein Kasar 3,027

%, Lemak 1,180 %, Serat Kasar 35,680 %, Abu 17,710 %, Karbohidrat kasar

33,710 %.

Arang adalah residu hitam berisi karbon tak murni yang dihasilkan dengan

menghapus kandungan air dan komponen volatil dari fauna alias flora. Arang

sekam adalah sekam padi yang sudah melewati proses pembakaran tak sempurna

Page 5: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

jadi tak hingga menjadi abu. Arang sekam adalah salah satu alat untuk membikin

media tanam. Sekam terbuat dari pembakaran kulit padi, di buat menjadi arang

sekam sebagai salah satu media tanam sistem hidroponik.

Arang sekam padi biasa dipakai sebagai pupuk dan bahan baku briket arang.

Sekam tidak hanya dipakai untuk arang, sekam padi juga tak jarang dijadikan

bekatul untuk pekan ternak. Arang sekam juga bisa dipakai sebagai campuran

pupuk dan media tanam di persemaian. Faktor ini sebab sekam padi mempunyai

performa untuk menyerap dan menyimpan air sebagai cadangan makanan. Pada

lahan pertanian arang sekam sangat baik untuk menolong menyuburkan

tanah. Arang sekam bisa berkegunaaan sebagai penyimpan sementara unsur hara

dalam tanah jadi tak mudah tercuci oleh air, dan sangat mudah dilepaskan ketika

diperlukan alias diambil oleh akar tanaman. Bisa dikatakan arang sekam

berkegunaaan semacam zeolit. Arang sekam mempunyai peranan penting sebagai

media tanam pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tak kotor dan

lumayan bisa menahan air. Pemakaian arang sekam lumayan meluas dalam

budidaya tanaman hias maaupun sayuran (khususnya budidaya dengan cara

hidroponik). BBPP Lembang menyebutkan bahwa keunggulan media arang sekam

adalah bisa dipakai berbagai kali untuk dipakai. Tidak hanya tak kotor arang sekam

bisa menyimpan air lumayan lama dibandingkan tanah biasa, mudah dalam

pembuatan dan mudah dalam penyerapan dalam meperbuat penyiraman.

Pemakaian arang sekam lumayan efisien dibandingkan dengan memakai media

lain.

2.2 Cocopeat

Coco peat merupakan sabut kelapa yang diolah menjadi butiran-butiran

gabus sabut kelapa. Coco peat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk

serta dapat menetralkan keasaman tanah. Karena sifat tersebut, sehingga coco

peat dapat digunakan sebagai media yang baik untuk pertumbuhan tanaman

hortikultura dan media tanaman rumah kaca (Arma, 2013).

Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa

direndam selama 6 bulan untuk menghilangkan senyawa-senyawa Kimia yang

dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat

Page 6: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

pertumbuhan tanaman. Setelah dikeringkan, sabut kelapa itu dimasukkan ke dalam

mesin untuk memisahkan serat dan jaringan empulur (Arma, 2013).

Residu dari pemisahan itulah yang kemudian dicetak membentuk kotak.

Media dicetak dengan tingkat kerapatan rongga kapiler sehingga dapat menyimpan

oksigen sampai 50%. Itu lebih tinggi ketimbang kemampuan menyimpan oksigen

pada tanah yang hanya 2-3%. Ketersediaan oksigen pada media tanam dibutuhkan

untuk pertumbuhan akar (Arma, 2013).

Hasil penelitian Dr. Geoff Creswell, dari Creswell Horticultural Service,

Australia, media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Dari 41 ml air

yang dialirkan melewati lapisan cocopeat, yang terbuang hanya 11 ml. Jumlah itu

jauh lebih tinggi daripada phagnum moss yang hanya 41% (Arma, 2013).

Secara umum, derajat keasaman media cocopeat 5,8-6. Menurut Joko

Pramono, pengguna cocopeat di Semarang, Jawa Tengah, pada kondisi itu tanaman

optimal menyerap unsur hara. Derajat keasaman ideal yang diperlukan tanaman

5,5-6,5. Karena kemampuan cocopeat menahan air cukup tinggi, hindari pemberian

air berlebih. ‘Pada beberapa jenis tanaman, media terlalu lembap dapat

menyebabkan busuk akar,’ kata Joko. Oleh sebab itu, ia mencampur

cocopeat dengan bahan lain yang daya ikat airnya tidak begitu tinggi seperti pasir

atau arang sekam. Disarankan, air diberikan sedikit demi sedikit tetapi kontinu

seperti dengan cara irigasi tetes atau pengabutan (Arma, 2013).

Menurut Kevin Handreck dalam bukunya Growing Media, kandungan klor

pada cocopeat cenderung tinggi. Bila klor bereaksi dengan air, ia akan

membentuk asam klorida. Akibatnya, kondisi media menjadi asam. Sedangkan

tanaman umumnya menghendaki kondisi netral (Arma, 2013).

Sydney Environmental and Soil Laboratory, Australia, mensyaratkan kadar

klor pada cocopeat tidak boleh lebih dari 200 mg/l. Oleh sebab itu, pencucian bahan

baku cocopeat sangat penting. Membeli cocopeat hasil pabrikan lebih terjamin.

Produsen biasanya mencantumkan spesifikasi produk seperti porositas,

kelembapan, water hold capacity (WHC), derajat keasaman (pH), electric

conductivity (EC), indeks kadar racun, kandungan mineral, dan

cara penggunaannya pada kemasan Cocopeat diperkirakan akan menjadi alternatif

Page 7: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

dunia bagi peningkatan kesuburan tanah, sebab bila dicampurkan dengan tanah

berpasir hasil tanam pun menakjubkan. Hanya saja unsur hara tanah tidak tersedia

dalam cocopeat untuk itu pupuk masih sangat dibutuhkan. Cocok buat pembibitan,

perkebunan, pertanian bahkan untuk tanaman anthurium. Kelebihan sekam dan

serbuk gergaji meningkatkan sirkulasi udara dan sinar matahari ada pada cocopeat,

tapi kelemahanan sekam dan serbuk gergaji bersifat panas dan bertahan hanya 6

bulan saja berbeda dengan cocopeat yang netral dan tahan lama. info Kekurangan

cocopeat adalah banyak mengandung zat tannin (Arma, 2013).

Zat tanin diketahui sebagai zat yang menghambat pertumbuhan tanaman.

Untuk menghilangkan zat Tanin yang berlebihan, maka bisa dilakukan dengan cara

merendam cocopeat di dalam air bersih selama beberapa jam, lalu diaduk sampai

air berbusa putih. Selanjutnya buang air dan diganti dengan air bersih yang

baru. Cocopeat bersifat menyimpan air. Dengan menggunakan cocopeat

penyiraman dapat dilakukan dengan lebih jarang (Arma, 2013).

Page 8: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 17 September 2015 pada pukul

16.00 WITA di Teaching Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah seng bekas, drum besi atau membuat lubang

50 x 50 x 50 cm, sisir kayu, dan sekop untuk mengaduk-aduk sekam. Bahan-

bahan yang digunakan adalah sekam padi dan sabut kelapa.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Arang Sekam

Adapun metode pembuatan arang sekam yaitu

1. Setiap kelompok membuat tungku pembakaran sekam. Tungku pembakaran

sekam terbuat batu yang tersusun.

2. Menimbang sekam mentah sebanyak 5 kg dengan ulangan 3 kali.

3. Memasang seng diatas tungku lalu dipanaskan menggunakan kayu bakar

atau kertas koran.

4. Setelah panas, meletakkan sekam secukupnya diatas seng yang sudah panas.

5. Jika sekam mulai menghitam, aduk-aduk sekam diatas seng agar sekam

terbakar sempurna. Mengulangi pengadukan hingga seluruh sekam terbakar

sempurna. Jangan terlalu lama membakar agar tidak menjadi abu.

6. Jika telah menghitam seluruhnya, sekam dipindahkan ketempat lain untuk

didinginkan.

7. Sekam yang telah dingin dimasukkan kedalam karung atau plastic.

Page 9: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

Tabel 3.1 Pengamatan Percobaan Pembuatan Media Tanam Sekam Bakar

Ulangan

Sangrai Anaerob

Rendemen

(%) Ket

Bobot Bobot

Awal

(kg)

Akhir

(kg)

Awal

(kg)

Akhir

(kg)

1

2

3

Analisa :

1. Kondisi sekam sebelum dibakar (Warna, Tekstur, dll)

2. Kondisi sekam sesudah dibakar (Warna, Tekstur, dll)

3. Alat pembakaran sekam (cerobong maupun sangrai)

4. Membandingkan kedua metode yang dilakukan

5. Menghitung persentase rendemen berdasarkan data yang anda kumpulkan

6. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai rendemen

3.3.2 Cocopeat

Adapun metode pembuatan cocopeat yaitu:

1. Setiap orang dalam kelompok membawa sabut kelapa kering sebanyak 20

sabut kelapa

2. Menimbang sebanyak 5 kg sebanyak 3 kali ulangan. Masukkan masing-

masing kedalam karung

3. Merendam menggunakan air bersih didalam wadah. Karung berisi sabut

kelapa direndam semua dan perendaman selama 1 minggu.

4. Setelah perendaman, melakukan penjemuran

5. Menjemur sabut kelapa 3-4 hari dibawah sinar matahari penuh.

6. Setelah menjemur, melakukan penimbangan. Kemudian sabut kelapa disisir

menggunakan sisir kayu untuk mendapatkan cocopeat.

7. Menimbang cocopeat kemudian memasukkan kedalam karung.

Page 10: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Pengamatan Percobaan Pembuatan Media Tanam Sekam Bakar

Ulangan

Sangrai

Rendemen

(%)

Anaerob

Rende

men

(%)

Ket

Bobot Bobot

Awa

l

(kg)

Akhir

(kg)

Awal

(kg)

Akhir

(kg)

1 5 3,1 62 5 7 140

2 5 3,3 66 5 9,5 190

3 5 1,3 26 5 10 200

Sumber : Data Primer Pembuatan Media Sekam Bakar, 2015.

Tabel 4.2 Pengamatan Percobaan Pembuatan Cocopeat

Cocopeat

Rendemen (%) Bobot

Awal (kg) Akhir (kg)

6,5 0,5 7

Sumber : Data Primer Pembuatan Cocopeat, 2015.

4.2 Pembahasan

Pembuatan sekam bakar dapat dibuat dengan dua metode yaitu aerob dan

anaerob. Dari hasil pembuatan sekam bakar secara aerob pada ulangan I

menghasilkan berat akhir 3,1 kg dengan rendemen 62 %. Pada ulangan II berat

sekam bakar yaitu 3,3 kg dengan rendemen 66 %. Sedangkan pada ulangan ke III

berat akhir sekam bakar yaitu 1,3 kg dengan rendemen 26 %.

Pembuatan sekam bakar secara anaerob pada ulangan I memiliki berat akhir

7 kg yang melebihi berat awal karena adanya pengaruh lingkungan yang tak bisa

dikontrol sehingga beratnya bertambah. Pengaruh berat akhir yang lebih berat 2 kg

karena adanya serbuk tanah yang ikut bersama sekam bakar, sehingga rendemennya

140 %. Pada sekam bakar anaerob ulangan II berat akhirnya karena ada

Page 11: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

penambahan tanah dari lubang tempat membakar sekam. Pembuatan sekam bakar

ulangan III dengan berat akhir 10 kg sehingga melebihi juga berat awal karena

adanya tambahan tanah yang tidak bisa dihilangkan dari sekam bakar anaerob.

Media arang sekam sukar mengikat air dan tidak mudah lapuk hal ini sesuai

dengan Iswanto (2002) dalam Wardani, dkk (2013) bahwa kemampuan media arang

sekam dalam mengikat air masih kalah. Media arang tidak mudah lapuk dan tidak mudah

ditumbuhi cendawan dan bakteri, tetapi miskin unsur hara dan harganya relative mahal.

Adapun Cocopeat yang telah disikat kayu dengan menggunakan mata sikat

dari paku untuk membuka cocopeat dari sabuk kelapa menghasilkan 0,5 kg

cocopeat dari 20 kelapa tua. Adapun rendemen 20 sabuk kelapa untuk dibuat

cocopeat yaitu 7 %. Menurut Arma (2013) bahwa Cocopeat cocok untuk dijadikan

media tanam karena memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air. Ia juga

memiliki pori-pori, yang memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar

matahari. Kandungan Trichoderma molds-nya, sejenis enzim dari jamur, dapat

mengurangi penyakit dalam tanah. Dengan demikian, cocopeat dapat menjaga

tanah tetap gembur dan subur. Di dalam cocopeat juga terkandung unsurunsur hara

dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg),

kalium (K), natrium (Na) dan Fospor (P).

Page 12: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pembuatan sekam bakar secara aerob dan anaerob memiliki perbadingan

besar dalam hal efisiensi waktu yang digunakan dan hasil yang diperoleh juga

beranding terbalik. Pembuatan sekam bakar aerob lebih mudah dilaksanakan karena

api lebih mudah dikontrol dan efisiensi waktu pembuatan yang tidak lama, hanya

membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk 2,5 kg sekam sampel. Adapun untuk

pembuatan sekam anaerob membutuhkan wakt yang lama minimal 2 jam untuk 5

kg sekam sampel sehingga harus diatur penggunaan api karena biasanya sekam

yang dibakar secara anaerob mudah menjadi abu sehingga jauh dari hasil yang

diharapkan, selain itu menggunakan lubang pada tanah dapat menghasilkan sekam

campur tanah sehingga bukan lagi sekam bakar asli yang didapat karena ada tanah

yang ikut kedalam sekam.

Pembuatan cocopeat dari sabuk kelapa membutuhkan pula waktu yang lama

karena cocopeat harus disikat dari sabuk kelapa dan harus telaten dalam membuat

cocopeat karena sisir kayu yang digunakan bisa saja tidak membuka cocopeat dari

kelapa secara tuntas.

5.2 Saran

Semoga tulisan laporan kami dapat bermanfaat bagi para pembaca dan

diberikan saran dan kritik apabila terdapat kekeliruan didalamnya yang kami tidak

sengaja.

Page 13: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

DAFTAR PUSTAKA

Arma.2013. Cocopeat, Media tanam dari sabut kelapa. diakses dalam

http://www.jurnalasia.com/2013/07/08/cocopeat-media-tanam-dari-

sabut-kelapa/#sthash.8VsYMJat.dpuf diakses pada 2 Oktober 2015.

AnonimManfaat Sekam Bakar Sebagai Media Tanam Konvensional Maupun

Hidroponik. http://www.tipsberkebun.com/manfaat-sekam-bakar-

sebagai-media-tanam-konvensional-maupun-hidroponik.html diakses

pada 2 Oktober 2015.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Sekam Padi sebagai

Sumber Energi Alternatif dalam Rumah Tangga Petani,

http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/table.1. shtml. diakses pada 2

Oktober 2015.

Biro Pusat Statistik. 2008. Area Produksi, Produktivitas, dan Produksi Padi di

Indonesia, http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/table.1. shtml, 2008,

diakses pada diakses pada 2 Oktober 2015.

Hasriani, dkk.2013. Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) Sebagai Media

Tanam (Study Of Cocopeat As Planting Media). Fakultas Ilmu Teknologi

Pertanian, IPB

Iswanto.2002. dalam Wardani, Sri.2013. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Daun

terhadap Aklimatisasi Anggrek Dendrobium (Dendrobium Sp). Fakultas

Pertanian USU, Medan

Widodo, dkk.2007. Pemanfaatan Limbah Industri Organik Pertanian Untuk

Energi Biogas, Prosiding Konferensi Nasional 2007: Pemanfaatan Hasil

Samping Industri Etanol Serta Peluang Pengembangan Industri

Integratednya, Jakarta

Page 14: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

LAMPIRAN

Anaerob

Gambar 1. Proses pembuatan sekam anaerob

A1

Gambar 2. penimbangan sekam anaerob ulangan 1

A2

Gambar 3. Penimbangan sekam anaerob ulangan 2

Page 15: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

A3

Gambar 4. Penimbangan sekam anaerob ulangan 3

Aerob

Gambar 5. Penimbangan sekam untuk aerob dan anaerob

Gambar 6. Pembuatan sekam aerob

Cocopeat

Gambar 7. Penimbangan Berat awal sabuk kelapa

Page 16: Herman G111 13 009 - Laporan 1 BTH Kelas C

Gambar 8. Proses pembuatan cocopeat secara sederhana

Gambar 9. Penimbangan cocopeat