Heritage Assets

4
Heritage Assets PSAP 07 tentang Aset Tetap dalam Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual yang diatur dalam PP 71 Tahun 2010 menjelaskan bahwa beberapa aset tetap dapat dikategorikan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen, tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art). Beberapa karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas suatu aset bersejarah: a) Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar; b) Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat pelepasannya untuk dijual; c) Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun; d) Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat mencapai ratusan tahun. Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas dan biasanya dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah mungkin mempunyai banyak aset bersejarah yang diperoleh selama bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun sitaan da aset ini jarang dikuasai dikarenakan alasan kemampuannya untuk menghasilkan aliran kas masuk, dan akan mempunyai masalah sosial dan hukum bila memanfaatkannya untuk tujuan tersebut. Aset bersejarah tidak diharuskan untuk dicatat disajikan pemerintah dalam neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Pengungkapan di laporan keuangan harus dijabarkan dengan rinci, antara lain nama, jenis, kondisi, dan lokasi aset yang dimaksud Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen, dalam Catatan atas Laporan Keuangan dengan tanpa nilai. Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan

description

heritage aset

Transcript of Heritage Assets

Heritage AssetsPSAP 07 tentang Aset Tetap dalam Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual yang diatur dalam PP 71 Tahun 2010 menjelaskan bahwa beberapa aset tetap dapat dikategorikan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen, tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art). Beberapa karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas suatu aset bersejarah: a) Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar; b) Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat pelepasannya untuk dijual; c) Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;d) Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat mencapai ratusan tahun. Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas dan biasanya dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah mungkin mempunyai banyak aset bersejarah yang diperoleh selama bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun sitaan da aset ini jarang dikuasai dikarenakan alasan kemampuannya untuk menghasilkan aliran kas masuk, dan akan mempunyai masalah sosial dan hukum bila memanfaatkannya untuk tujuan tersebut. Aset bersejarah tidak diharuskan untuk dicatat disajikan pemerintah dalam neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Pengungkapan di laporan keuangan harus dijabarkan dengan rinci, antara lain nama, jenis, kondisi, dan lokasi aset yang dimaksud Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen, dalam Catatan atas Laporan Keuangan dengan tanpa nilai. Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan dalam laporan operasional sebagai beban tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Beban tersebut termasuk seluruh beban yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan. Untuk beberapa aset bersejarah yang memiliki potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya. Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013, Pemerintah Indonesia melaporkan beberapa aset bersejarah dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang tercatat pada beberapa kementerian/lembaga antara lain:a. Badan Pemeriksa Keuangan, aset tersebut berlokasi di Gedung Museum BPK, Magelang. Barang bersejarah tersebut saat inimasih tercatat di kantor BPK Perwakilan Provinsi DI Yogyakarta. b. Kementerian Perhubungan berupa 4 Tugu Peringatan dan Bangunan Bersejarah. c. Kementerian Luar Negeri, berupa aset dari Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung sebanyak 67 unit dan aset yang berada pada Gedung Pancasila yang pengelolaannya berada pada Sekretariat Jenderal sebanyak 524 buah. Berdasarkan buku barang bersejarah Museum KAA Bandung Aset bersejarah di museum tersebut dikelompokkan menjadi enam kelompok: koleksi dengan bahan dasar logam sebanyak 17 unit; koleksi dengan bahan dasar kayu sebanyak 64 unit; koleksi dengan bahan dasar tekstil sebanyak 498 unit; koleksi dengan bahan dasar kertas sebanyak 207 unit; koleksi dengan bahan dasar audio visual sebanyak 139 unit; dan koleksi dengan bahan dasar lain-lain sebanyak 16 unit. d. Arsip Nasional Republik Indonesia, berupa arsip/dokumen negara yang terdiri atas: Arsip Tekstual/Kertas sebanyak 29.540 meter linier. Arsip Kartografi/Peta sebanyak 100.370 lembar. Arsip Film sebanyak 59.109 reel. Arsip Mikrofilm sebanyak 9.932 roll (negatif) dan 4.732 roll (positif), Arsip Microfische sebanyak 7200 fische. Arsip Video sebanyak 27.350 kaset. Arsip Rekaman Suara sebanyak 43.276 kaset dan arsip reel to reelsound sebanyak 871 reel. Arsip Optical Disc sebanyak 3.336 keping. Arsip foto sebanyak 1.663.000 lembar (negatif dan cetak). Arsip foto belum terdata sebanyak 221 boks dan 282 album.e. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mempunyai 4 unit aset bersejarah yang terdiri dari Tugu Peringatan, Tugu Raffless, Makam Belanda (Santiong), dan Patung Kepala Sapi. f. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Pusat Survei Geologi berupa Gedung Museum yang terletak di Jalan Diponegoro 57 Bandung beserta berbagai koleksi yang ada di dalamnya. g. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, telah menetapkan 598 Benda Cagar Budaya (BCB), yang dikelompokkan menjadi: Benda cagar budaya seperti: bangunan cagar budaya (candi, situs, tugu, gedung, dsb); dan Benda sejarah lainnya seperti: benda sejarah dalam klasifikasi peralatan dan mesin dan aset tetap lainnya, seperti: benda kuno, benda antik, benda seni, pusaka, fosil, dsb. Aset Bersejarah yang dikelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebanyak 27.031 unit yang tergolong dalam Candi, Tugu Peringatan, Bangunan Bersejarah, tanah peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan dan jembatan, irigasi serta aset tetap lainnya. h. Perpustakaan Nasional RI, berupa koleksi manuskrip/naskah kuno berjumlah 10.197 eksemplar naskah kuno. Terdapat penambahan naskah kuno sejumlah 141 eksemplar pada tahun 2013. i. Kementerian Hukum dan HAM menguasai aset bersejarah sebanyak 18 unit dengan rincian: tugu peringatan prasasti sebanyak 1 unit; alat kantor dan rumah tangga sebanyak 4 unit; dan eksakta sebanyak 13 unit. j. Kementerian Sosial RI menguasai aset bersejarah berupa Tugu Peringatan Lainnya sebanyak 3 unit, 2 unit Tugu Pembangunan, serta 1 Unit Makam Bersejarah. k. Kementerian Kehutanan, berupa Tugu Peringatan sebanyak 1 unit dan Eksakta sebanyak 96 Buah. l. Kementerian Pekerjaan Umum menguasai aset sejarah yang terdiri dari: tugu peringatan sebanyak 14 unit; bangunan bersejarah (Bangunan Gedung Tempat Ibadah Permanen, Rumah Adat, Makam Bersejarah) sebanyak 4 unit; monografi sebanyak 2 buah; dan laporan sebanyak 7 buah.