hemotorak

23

Click here to load reader

Transcript of hemotorak

Page 1: hemotorak

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMOTHORAX

MATA KULIAH KMB I

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK A

1. Agung Jossutiarko P27220011158

2. Agus Trianto P27220011159

3. Agus Triwahyudi P27220011160

4. Amalia Nuril Afifah P27220011161

5. Anggie Yulianti Musyarofah P27220011162

6. Ayunda Prita Mutiara P27220011163

7. Bayu Cahyo Oktafian P27220011164

8. Bayu Muhammad Ikhrom P27220011165

9. Budi Sari Dewi P27220011166

10. Cahya Ari Widya Ningrum P27220011167

11. Darniati Alimah P27220011168

12. Desy Indah Ratnawati P27220011169

PRODI DIII BERLANJUT DIV

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

SEMESTER 3

POLTEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

Page 2: hemotorak

2012DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................. 1

Kata Pengantar ............................................................................................. 2

Bab 1. Pendahuluan .............................................................................. 3

Latar Belakang Masalah ................................................................ 3

Tujuan Penulisan............................................................................. 4

Rumusan Masalah ................................................................ 4

Asuhan Keperawatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan YME, karena berkat Rahmat-

Nya makalah tentang ASKEP HEMOTHORAX dapat terselesaikan dengan baik dan

tepat pada waktunya. Dan juga kami ucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman

yang membantu menyusun makalah ini.

Terutama kami ucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen yang telah

membimbing kami dan memberikan kami waktu serta kesempatan untuk menyelesaikan

makalah ini. Kami dari kelompok A menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna karena keterbatasan dari kemampuan kami. Untuk itu kami sebagai penyusun

makalah ini mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun

guna melengkapi makalah ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini berguna dan bermanfaat

serta dapat menunjang kemandirian dalam proses belajar.

Page 3: hemotorak

Surakarta, 25 September 2012

Penulis

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akumulasi darah dalam dada , atau hematothorax adalah masalah yang relatif

umum , paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau dinding dada .

hematothorax tidak berhubungan dengan trauma adalah kurang umum dan dapat

disebabkan oleh berbagai penyebab Identifikasi dan pengobatan traumatik

hematothorax adalah bagian penting dari perawatan pasien yang terluka .

Dalam kasus hematothorax tidak berhubungan dengan trauma , penyelidikan

yang hati – hati untuk sumber yang mendasari harus dilakukan ketika perawatan

terjadi . Hematothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura .

Walaupun beberapa penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50 %

diperlukan untuk mendefinisikan hematothorax ( dibandingkan dengan berdarah

efusi pleura ) . Sebagian besar tidak setuju pada perbedaan tertentu . Meskipun

etiologi paling umum adalah hematothorax tumpul atau trauma tembus , itu juga

dapat hasil dari sejumlah nontraumatic menyebabkan atau dapat terjadi secara

spontan .

Pentingnya evakuasi awal darah melalui luka dada yang ada dan pada saat yang

sama , menyatakan bahwa jika perdarahan dari dada tetap , luka harus ditutup

dengan harapan bahwa ada tekanan intrathoracic akan menghentikan perdarahan

jika efek yang diinginkan tercapai , menyarankan agar luka dibuka kembali

Page 4: hemotorak

beberapa hari kemudian untuk evakuasi tetap beku darah atau cairan serosa .

Mengukur frekuansi hematothorax dalam populasi umum sulit . Hematothorax yang

sangat kecil dapat dikaitkan dengan satu patah tulang rusuk dan mungkin tak

terdeteksi atau tidak memerlukan pengobatan . karena sebagian besar terkait dengan

hematothorax trauma , perkiraan kasar terjadinya mereka dapat dikumpulkan dari

trauma statistik .

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum: Untuk memperluas wacana pengetahuan tentang asuhan

keperawatan pada pasiean Hemotorax .

2. Tujuan Khusus:

a. Mampu mengkaji masalah-masalah keperawatan secara komprehensif.

b. Mampu menganalisa dan merumuskan serta menegakan diagnosa

Keperawatan yang muncul.

c. Mampu merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai

rencana yang meliputiupaya promotif, preventif, kuratif serta rehabilitati.

d. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.

e. Mempunyai pengalaman dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien

dengan Hemotorax.

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hematothorax ?

2. Apa saja etiologi dari hematothorax ?

3. Bagaimana patofisiologi dari hematothorax?

4. Bagaimana manifestasi klinis dari hematothorax ?

5. Apa saja pemeriksaan dari hematothorax ?

6. Bagaimana perawatan dari hematothorax ?

D. Sistematika Penulisan

Sistemetika penulisan makalah ilmiah tentang materi Hemotorax ini terdiri dari tiga

bab. Masing-masing terdiri dari sub-sub bahasan yaitu:

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Rumusan Masalah

D. Sistematika Penulisan

BAB II Pembahasan

A. Definisi Penyakit

B. Patofisiologi

Page 5: hemotorak

C. Manifestasi Klinik

D. Pemeriksaan Penunjang

E. Perawatan

F. Asuhan keperawatan

BAB III Penutup

A. Kesimpulan

B. Daftar Pustaka

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEMOTHORAK

A. KONSEP DASAR REVIEW ANATOMI

1. Pengertian Hemothorak

Hemothorak adalah adanya darah yang masuk kearea pleural (antara pleura

viseralis dan pleura parietalis). Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga

pleura . Sumber berasal dari darah yang berada pada dinding dada , parenkim

paru – paru , jantung atau pembuluh darah besar . kondisi ini biasanya

konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam. Ini juga merupakan komplikasi dari

beberapa penyakit ( Puponegoro , 1995

Traumatis

Trauma tumpul.

Penetrasi trauma.

a. Non traumatic atau spontan

Neoplasia ( primer atau metastasis ).

Diskrasia darah , termasuk komplikasi antikoagulasi.

Emboli paru dengan infark.

Emfisema.

Tuberkulosis.

Paru arteriovenosa fistula.

Pembagian Hemothorak

a. Hemothorak Kecil : yang tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada

foto rontgen, perkusi pekak sampai iga IX.

Page 6: hemotorak

b. Hemothorak Sedang : 15 – 35 % tertutup bayangan pada foto rontgen,

perkusi pekak sampai iga VI.

c. Hemothorak Besar : lebih 35 % pada foto rontgen, perkusi pekak sampai

cranial, iga IV.

2. Pathofisiologi

Perdarahan ke dalam rongga pleura dapat terjadi, hampir semua gangguan

dari jaringan dinding dada dan pleura atau struktur intratoracic yang fisiologis

terhadap pengembangan hematothorax diwujudkan dalam 2 bidang utama

hemodinamik dan pernapasan . Tingkat respons hemodinamik ditentukan oleh

jumlah dan kecepatan kehilangan darah . Gerakan pernapasan normal mungkin

terhambat oleh ruang efek menduduki akumulasi besar darah dalam rongga

pleura.

Dalam kasus trauma, kelainan ventilasi dan oksigen dapat mengakibatkan,

terutama jika dikaitkan dengan cedera pada dinding dada. Dalam beberapa kasus

nontraumatic asal usul, terutama yang berkaitan dengan pneumothorax dan

jumlah terbatas perdarahan, gejala pernapasan dapat mendominasi. Pathway

Nursing Gejala / tanda klinis Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari

luka yang berdarah di dinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga

tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik

merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul. Secara klinis pasien

menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea berat,

tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai

dengan penurunan curah jantung.

3. Manifestasi Klinis

1. Blunt trauma – hematothorax dengan dinding dada cedera tumpul.

Jarang hematothorax sendirian menemukan dalam trauma tumpul .

Associated dinding dada atau cedera paru hampir selalu hadir.

Cedera tulang sederhana terdiri dari satu atau beberapa patah tulang

rusak adalah yang paling umum dada cedera tumpul. Hematothorax kecil

dapat berhubungan dengan bahkan satu patah tulang rusuk tetapi sering

tetap diperhatikan selama pemeriksaan fisik dan bahkan setelah dada

radiography . Koleksi kecil seperti jarang membutuhkan pengobatan.

Kompleks dinding dada cedera adalah mereka yang baik 4 atau lebih

secara berurutan satu patah tulang rusuk hadir atau memukul dada ada .

Jenis cedera ini terkait dengan tingkat signifikan kerusakan dinding dada

dan sering menghasilkan koleksi besar darah dalam rongga pleura dan

Page 7: hemotorak

gangguan pernapasan substansial . Paru memar dan pneumotorax yang

umumnya terkait cedera . Mengakibatkan luka – luka lecet dari internal

interkostal / arteri mamae dapat menghasilkan ukuran hematothorax

signifikan dan hemodinamik signifikan kompromi . Kapal ini adalah

yang paling umum perdarahan terus menerus sumber dari dada setelah

trauma.

2. Intrathoracic cedera tumpul

Hematothorax besar biasanya berhubungan struktur vaskular cedera .

Gangguan atau robekan besar struktur arteri / vena di dalam dada dapat

menyebebkan perdarahan masif / exsanguinating .

Hemodinamik menifestasi terkait dengan hematothorax besar adalah

mereka dari hemorrhagic shock . Gejala – gejala dapat berkisar dari

ringan sampai mendalam , tergantung pada jumlah dan laju perdarahan

ke dalam rongga dada dari sifat dan tingkat keparahan cedera terkait .

Karena koleksi besar darah akan menekan paru – paru ipsilateral ,

pernapasan terkait termasuk manifestasi tachypnea dan dlam beberapa

kasus hypoxemia .

Berbagai temuan fisik seperti memar , rasa sakit , ketidakstabilan /

krepitus pada palpasi atas rusuk retak , cacat dinding dada / gerakan

dinding dada paradoksal dapat mengakibatkan kemungkinan

hematothorax bersamaan dalam kasus cedera tumpul dinding dada.

Ketumpulan pada perkusi diatas bagian yang terkena sering hemotorax

dicatat dan lebih sering ditemukan selama lebih tergantung daerah torax jika

pasien tegak. Berkurang / tidak hadir pada auskultasi bunyi napas dicatat di atas

wilayah hemotothorax.

4. Pemeriksaan diagnostik :

a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat

menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)

b. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi,

gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2

kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi

oksigen biasanya menurun.

c. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (Hemothorak).

d. Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah. Komplikasi Adhesi

pecah, bula paru pecah.

Penatalaksanaan :

Page 8: hemotorak

a) Hemothorak kecil : cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan tidak

memerlukan tindakan khusus.

b) Hemothorak sedang : di pungsi dan penderita diberi transfusi. Dipungsi

sedapat mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata kambuh dipasang

penyalir sekat air.

c) Hemothorak besar : diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan

transfusi.

B. SELANG DADA

Selang Dada adalah dapat bekerja sebagai drain untuk udara ataun cairan.

Untuk mengatasi masalah-masalah gangguan pulmonal tersebut, selang dimasukan

kedalam rongga pleura (antara pleura parietalis dan viseralis) agar tekanan negatif

intra pleural kembali normal.

Pada bedah jantung selang ditempatkan kedalam pericardium atau mediastinum

dibawa insisi sternotomi selang dada diletakan sebelum dilakukan sebelum

penutupan sayatan pada pembedahan paru dan jantung atau dilakukan ditempat

tidur sebagai tindakan kedaruratan untuk mengatasi pneumothorak atau

Hemothorak.

Selang disambungkan pada system drainase water seal (Atrium, Pleure-vac,

Segel sentinel, thora-klex, atau thora-seal III ). Sistem pembuangan cairan melalui

dada terdiri dari system 1 botol, 2 botol atau 3 botol, bila jumlah cairan dan udara

yang dikeluarkan sangat banyak. Apabila terdapat dua tempat pemasangan selang,

maka kemungkinan kedua selang itu disambungkan pada system drainase bersegel

(WSD) dengan menggunakan Y konektor.

Tujuan Pemberian Selang Dada untuk mengeluarkan udara, cairan atau

keduanya dari rongga thorak. Macam-macam selang dada yang di gunakan :

a) Selang lebih kecil (16 –20 French) digunakn untuk buang udara.

b) Selang lebih besar (20 – 26 French) untuk alirkan darah/drainase pleural

yang kental.

Sistem Drainasi Selang Dada yaitu :

a) Sistem 1 botol

b) Sistem 2 botol

c) Sistem 3 botol

Page 9: hemotorak

d) Unit Water Seal (sekali pakai)

e) Flutter Valve

f) Screw Valve

g) Calibrated Spring Efek pernapasan pada tekanan intra pleural Siklus

ventilasi Tekanan Intra pleura Istirahat -5 cm H2O Inspirasi -6 - -12 cm

H2O Ekspirasi -4 - -8 cm H2O.

Indikasi Pemasangan Selang Dada:

a) Hemothorak (penyebab trauma dada, neoplasma, robekan pleural,

kelebihan anti koagulan, pasca bedah thorak).

b) Pneumothorak: 1) spontan > 20 % (penyebab ruptur bleb); 2) Desakan

(penyebab ventilasi mekanik, luka tusuk tembus, klem selang dada terlalu

lama, kerusakan segel pada system drainase selang dada; 3) Fistula

Broncko pleural (penyebab kerusakan jaringan, tumor, aspiorasi bahan

kimia toksis); 4) Efusi pleural (penyebab neoplasma); 5) Para Pneumonia

terkomplikasi (penyebab penyakit kardio pulmoner serius - kondisi

inflamasi. - Pus > (Empiema) - Glukosa < 40 mg/dl - Pewarnaan gram

positif/kultur bakteri - PH < 7,0 - PH 7,0 - 7,2 dan LDH > 1000 IU / L -

Chilothoraks (penyebab trauma, malignansi, abnormalitas congenital).

Komplikasi Pemberian Selang Dada:

a. Tension pneumo thorak (karena sumbatan pada selang).

b. Empisema sub cutan (karena udara masuk kedalam jaringan sub

cutan).

Page 10: hemotorak

Tn K usia 25 tahun. Dibawa ke RS dengan keluhan 2 jam yang lalu jatuh dari sepeda motor. Tidak terjadi perdarahan tetapi merasakan nyeri

dada dan nyeri bertambah saat bernafas.

Hasil pemeriksaan foto thorak terdapat fraktur

iga yang mengenai pleura dan parenkim

paru.

Skenario Kasus

Page 11: hemotorak

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian :

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. K

Umur : 25 th

Jenis Kelamin : pria

Alamat : Mojosongo, Surakarta

Tanggal MRS : 2 September 2012, jam 17.00 WIB

Diagnosa Medis : Hemothorax

Keluhan Utama : Nyeri dada

Pemeriksaan Fisik :

1. Sistem Pernapasan :

a. Inspeksi

Pengembangan paru tidak simetris.

Terdapat retraksi dada.

Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

b. Auskultasi

Adanya suara sonor.

Bising napas yang menghilang.

c. Palpasi

Nyeri, semakin kuat saat aspirasi

Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.

d. Perkusi

Resonan

2. Sistem Kardiovaskuler :

Page 12: hemotorak

Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.

Takhikardia, lemah

Pucat, Hb turun.

Hipotensi.

3. Sistem Persyarafan :

Normal

4. Sistem Perkemihan.

Normal

5. Sistem Pencernaan :

Normal

6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.

Kemampuan sendi terbatas.

Ada memar.

Terdapat kelemahan.

Kulit pucat, sianosis, berkeringat.

7. Sistem Endokrine :

Terjadi peningkatan metabolisme.

Kelemahan.

8. Sistem Sosial / Interaksi.

Normal.

9. Spiritual :

Normal.

Page 13: hemotorak

B. Diagnosa Keperawatan :

1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d penurunan ekpansi paru

karena gangguan muskuloskeletal (Doenges Moorhouse

Geissler, edisi 3, hal.197)

2. Inefektif bersihan jalan napas b/d sekresi banyak dan kental.

(Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.205)

3. Nyeri akut b/d pembengkakan jaringan. (Doenges Moorhouse

Geissler, edisi 3, hal.210)

Page 14: hemotorak

C. Intevensi Keperawatan :

1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d penurunan ekpansi paru

karena gangguan muskuloskeletal (Doenges Moorhouse

Geissler, edisi 3, hal.197)

Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam pola pernapasan efektif

Kriteria hasil :

Memperlihatkan pola pernapasan normal/efektif dengan GDA

dalam rentang normal.

Bebas sianosis dan tanda/gejala hipoksia.

Intervensi :

a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian

kepala tempat tidur. Dorong klien untuk duduk sebanyak

mungkin.

R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi

paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

b. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan,

dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.

R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital

dapat terjadi sebagai akibat stress fifiologi dan nyeri atau

dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan

hipoksia.

c. Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam.

R/ sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat

batuk lebih efektif atau mengurangi trauma

d. Kaji fremitus

R/ Suara dan taktil fremitus (vibrasi) menurun pada jaringan

yang terisi cairan atau konsolidasi.

e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri

dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang

Page 15: hemotorak

dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

f. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 -

2 jam :

1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang

benar.

R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai

yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru

optimum/drainase cairan.

2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan

pada batas yang ditentukan.

R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang

mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.

3) Observasi gelembung udara botol penempung.

R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan

lubang angin dari penumotoraks/kerja yang diharapka.

Gelembung biasanya menurun seiring dnegan ekspansi

paru dimana area pleural menurun. Tak adanya

gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru

lengkap/normal atau slang buntu.

4) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal,

yakinkan slang tidak terlipat, atau menggantung di bawah

saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi

dranase bela perlu.

R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan

bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan negative

yang diinginkan.

5) Catat karakter/jumlah drainage selang dada.

R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan

kondisi/terjasinya perdarahan yang memerlukan upaya

intervensi.

g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

1) Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Berikan oksigen tambahan melalui kanul/masker

sesuai indikasi

Awasi /gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. Kaji

kapasitas vital/pengukuran volume tidal.

Page 16: hemotorak

Konsul photo toraks.

R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas

pengembangan parunya.

2. Inefektif bersihan jalan napas b/d sekresi banyak dan kental.

(Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.205)

Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam jalan napas lancar/normal

Kriteria hasil :

Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi napas

bersih/jelas

Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.

Klien nyaman.

Intervensi :

a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan

mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.

R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu

mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana

teraupetik.

b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan

batuk.

R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak

efektif, menyebabkan frustasi.

1) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

2) Lakukan pernapasan diafragma.

R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan

meningkatkan ventilasi alveolar.

3) Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara

perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui

mulut.

4) Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada

dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.

R/ Meningkatkan volume udara dalam paru

mempermudah pengeluaran sekresi sekret.

c. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

Page 17: hemotorak

R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan

upaya batuk klien.

d. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :

mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan

masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak

kontraindikasi.

R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat

menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada

atelektasis.

e. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah

batuk.

R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa

kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Pemberian expectoran.

Pemberian antibiotika.

Fisioterapi dada.

Konsul photo toraks.

R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan

menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan

parunya.

3. Nyeri akut b/d pembengkakan jaringan. (Doenges Moorhouse

Geissler, edisi 3, hal.210)

Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.

Dapat mengindentifikasi aktivitas yang

meningkatkan/menurunkan nyeri.

Pasien dapat rileks

Intervensi :

a. Jelaskan dan bantu klien dnegan tindakan pereda nyeri

nonfarmakologi dan non invasif.

R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan

Page 18: hemotorak

nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan

dalam mengurangi nyeri.

1) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan

ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan

intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.

R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga

kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga

akan mengurangi nyerinya.

2) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang

menyenangkan.

b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan

berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya

dipasang bantal kecil.

R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan

meningkatkan kenyamanan.

c. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan

menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.

R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi

nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan

klien terhadap rencana teraupetik.

d. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.

R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan

berkurang.

e. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit

setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji

efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan

perawatan selama 1 - 2 hari.

R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data

yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan

melakukan intervensi yang tepat.

Page 19: hemotorak

DAFTAR PUSTAKA Barbara c. long (1996), Perawatan Medikal Bedah , Suatu

pendekatan Proses Keperawatan, Yayasan Ikatan Alumni Keperawatan Pajajaran,

Bandung. Barbara Engram (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,

EGC, Jakarta. Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi

VI Vol.1, EGC, Jakarta Jonh. A Boswick (1997), Perawatan Gawat Darurat, EGC,

Jakarta. LAB/UPF ILMU BEDAH (1988), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, RSUD Dr.

Soetomo, Surabaya. Sjasuhidajat. R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,

Jakarta.

Page 20: hemotorak

Diposkan oleh Ardyan pradana di 23:26