Hemorroid
description
Transcript of Hemorroid
Berita Acara Presentasi PortofolioTelah dipresentasikan portofolio pada hari Rabu, tanggal 4 Januari 2016, oleh:
Nama : dr. Dea Prita Caesarita
Judul/ topik : Hemorroid interna grd IV
Nama Pendamping : dr. Indrayati
Nama Wahana : RSUD dr. R. Soetijono Blora
No. Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
dr. Indrayati
NIP. 197105022006042002
Nama Peserta : dr. Dea Prita CaesaritaNama Wahana : RSUD dr. R. Soetijono BloraTOPIK : Hemorroid interna grd IVTanggal (kasus) : 23 Oktober 2015Nama Pasien : Tn, D (64 tahun) No. RM : 277066Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. IndrayatiTempat Presentasi : RSUD dr. R. Soetijono BloraOBJEKTIF PRESENTASIo Keilmuan √ Keterampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka√ Diagnostik √ Manajemen o Masalah o Istimewao Neonatus o Bayi o Anak o Remaja √ Dewasa o Lansia o Bumilo Deskripsi :
Seorang laki-laki 64 tahun datang ke RSUD Soetijono Blora dengan benjolan pada anus, ± 4 hari yang lalu, saat penderita BAB dan mengejan lama, benjolan keluar tidak dapat dimasukkan, benjolan pada anusnya semakin menonjol dan terasa nyeri. Tidak terdapat darah. Mual (-), muntah (-), demam (-), penderita tidak BAB selama 4 hari. BAK tidak ada keluhan. Kemudian penderita ke poli Bedah dan masuk bangsal Wijaya Kusuma RSUD dr. R. Soetijono Blora.
o Tujuan:Mengetahui diagnosis hemorroid dan penatalaksanaan hemorroid
Bahan Bahasan : √ Tinjauan Pustaka o Riset √ Kasus o AuditCara Membahas : √ Diskusi o Presentasi dan Diskusi o E-mail o PosDATA PASIEN Nama : Tn. S No Registrasi : 277066Nama klinik : Bangsal Teratai Telp : -Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis : Hemorroid interna grd IV2. Riwayat Pengobatan : -3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Riwayat sakit serupa disangkal, riwayat hipertensi
disangkal, riwayat DM disangkal, riwayat penyakit jantung disangkal, riwayat alergi obat atau makanan disangkal.
4. Riwayat Keluarga : - Riwayat sakit serupa pada keluarga disangkal5. Riwayat Pekerjaan : Kuli bangunan6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal bersama istri dan 1 orang anak.
Biaya pengobatan menggunakan Jamkesda.7. Lain-lain : -
DAFTAR PUSTAKA:1. Osman N. Indonesian Hemorrhoid Increase Blamed on Western Toilets. Jakarta
Globe [serial on the internet]. 2011 [cited 2011 Nov 23]. Available from:
http://www.thejakartaglobe.com/
2. Riwanto Ign. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam: Sjamsuhidajat R,
Jong WD, penyunting. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010. hal.
788-792.
3. Simadibrata M. Hemoroid. Dalam: Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S,
Simadibrata M, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing; 2006. hal. 397-399.
4. Hemorrhoids. National Digestive Disease Information Clearinghouse [serial on the
internet]. 2010 [cited 2011 Oct 17]. Available from: http://digestive.niddk.nih.gov/
5. Brown, Stuart J. Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1995.
6. Pigot F, Siproudhis L, Allaert FA. Risk Factors associated with Hemorroidal
Symptoms in Specialized Consultant. Gastroenterol Clin Biol. 2005; 29(12): 1270-4.
1. SUBJEKTIFRPS : Sejak ± 3 tahun sebelum masuk rumah sakit, saat penderita BAB teraba benjolan lunak sebesar ujung jari kelingking dewasa di anus. Benjolan dapat masuk kembali ke dalam anus tanpa perlu dibantu dengan tangan. Benjolan tidak terasa nyeri dan tidak teraba saat penderita tidak mengejan. Penderita tidak terbiasa BAB rutin setiap hari, penderita terbiasa BAB dengan mengejan lama. BAK tak ada keluhan. ± 3 bulan yang lalu, benjolan timbul bila penderita BAB atau beraktivitas berat,nyeri(-), keluar darah menetes saat BAB (+), berwarna merah segar, tidak kehitaman, dan tidak bercampur dengan feses. Oleh penderita biasanya benjolan itu dimasukkan kembali ke dalam anus dengan tangannya. Tidak disertai demam, tidak mual, tidak muntah, dan tidak nyeri perut. BAK tak ada keluhan. 4 hari yang lalu, saat penderita BAB dan mengejan lama, benjolan keluar tidak dapat dimasukkan, benjolan pada anusnya semakin menonjol dan terasa nyeri. Tidak terdapat darah. Mual (-), muntah (-), demam (-), penderita tidak BAB selama 4 hari. BAK tidak ada keluhan. Kemudian penderita ke poli Bedah dan masuk bangsal Wijaya Kusuma RSUD dr. R. Soetijono Blora. RPD : • Penderita baru pertama kali sakit seperti ini• Riwayat susah BAB (+) dan sering mengejan (+)• Riwayat sering mengangkat beban berat (+)• Riwayat jarang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat (+)• Riwayat konsumsi cairan kurang (+)• Riwayat sering diare pada pagi hari/ perubahan pola defekasi (-)• Riwayat pembesaran prostat disangkal• Riwayat penyakit jantung disangkal• Riwayat darah tinggi disangkalRPK : - Keluarga penderita tidak ada yang menderita penyakit seperti ini- Tidak ada keluarga dengan riwayat tumor/ keganasan
2. OBJEKTIFSTATUS PRAESENKeadaan Umum : compos mentis, GCS E4M6V5 = 15, VAS = 3Tanda Vital : T: 130/80 mmHg RR: 24x/menit
N : 84x/menit t : 36,50 CKepala : MesosefalMata : Konjungtiva palpebra anemis (-),sclera ikterik (-) Telinga : Disharge (-/-)
Hidung : Discharge (-/-), napas cuping (-)Mulut : Bibir kering (-), Bibir sianosis (-)Tenggorok : T1-1, Faring hiperemis (-)Leher : Trakhea deviasi (-), pembesaran nnll (-)Dada Pulmo : Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru Auskultasi : SD vesikuler (+/+),
ST Wheezing(-/-), RBK (-/-)Cor : Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : IC teraba di SIC V 2cm LMCS Perkusi : konfigurasi jantung d. b. n. Auskultasi : Suara jantung I-II murni,Bising (-)
Abdomen : Inspeksi : Datar, venektasi (-) Palpasi : Supel,Hepar/Lien tak teraba Perkusi :Timpani (+), Pekak sisi (+), Pekak alih (-) Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Genitalia externa : Inspeksi :♂, sirkumsisi, discharge (-), warna skrotum sama dengan kulit sekitar.
Palpasi : testis 2 buah, ukuran skrotum ka=ki, epididimis dan vas deferens tidak teraba massa/indurasi.
Ekstremitas : Superior Inferior Edema -/- -/- Akral dingin -/- -/- Sianosis -/- -/- Capillary refill <2” <2”
Rectal Toucher :Tonus spincter ani cukup, mukosa licin, ampula rekti tidak kolaps, teraba massa sirkuler pada arah jam 1-12 (+), kenyal, fixed, tak mudah berdarah, nyeri tekan (+) Prostat : sulit dinilaiSarung Tangan : Feses (-), lendir (+), darah (-)
Status Lokalis :Anorektal: Inspeksi : tampak benjolan pada jam 1-12 (sirkuler), melingkar, warna
kebiruan, mengkilat, fisura ani (-), fistula (-), darah (-), luka
(-), trombus (-)Palpasi :teraba benjolan, ukuran 5x5 cm, sirkuler, nyeri tekan(+),
kenyal, licin, fixed.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium DarahHematologi
RutinSatuan Rujukan
Hb 13.7 g/dl 12,0-18,0
Ht 40,1 35-47
AL 15,1 103/l 4,0-11,0
AT 233 103/l 150-450
Gol.darah B
Kimia Klinik
GDS 186 mg/dL <200
Ureum 34 mg/dL <50
Kreatinin 1,15 mg/dL 0,7-1,3
Tes Serologi
HbsAg Neg Neg
EKG
Kesan : Normosinus ritmik
3. ASSESSMENTHemorrhoid interna grade IV
4. PLANPenatalaksanaan di poli Bedah :
Inf RL 20 tpm Inj Ketorolac 2 x 1 amp
Penatalaksanaan dibangsal :
Inf NaCl 0,9% 20 tpm Inj Vicillin SX 1 g /8 jam Inj Ketorolac 1 amp / 8 jam Inj Ranitidin 1 amp / 12 jam Pro Hemoroidectomy
Edukasi:• Menjelaskan kepada penderita dan keluarga tentang penyakit yaitu pelebaran pembuluh darah balik pada anus. Keadaan ini jika tidak ditangani dapat menimbulkan komplikasi berupa perdarahan yang berlangsung lama dan mengakibatkan kurang darah, mempersulit BAB sehingga harus mengejan dan mengakibatkan peningkatan tekanan dalam perut yang bisa menyebabkan tedun, selain itu benjolan yang keluar tadi mudah mengalami infeksi dan dapat meluas ke seluruh tubuh.• Menjelaskan langkah-langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis yaitu dengan pemeriksaan anoskopi dan rektoskopi, menggunakan teropong yang dimasukkan lewat anus untuk melihat posisi, ukuran, adanya tanda peradangan dan adanya kemungkinan keganasan.• Menjelaskan bahwa penderita akan dirujuk ke spesialis bedah karena terapi yang harus dilakukan berupa tindakan operatif dan pemeriksaan darah serta rekam jantung dilakukan untuk persiapan operasi.• Menjelaskan kepada penderita untuk mengatur pola makannya agar mengandung banyak serat dan minum yang banyak agar konsistensi feses bisa lunak untuk mencegah terjadinya konstipasi. Rutin berolahraga, menghindari aktivitas fisik yang terlalu berat, tidak boleh menahan BAB, menghindari mengejan kuat, dan tidak duduk terlalu lama.
HEMORRHOID
Definisi dan Klasifikasi
Plexus hemorrhoidalis adalah salah satu dari anal cushion (bantalan vaskuler, otot
polos, dan jaringan ikat) yang terdapat di kanalis analis yang biasanya ditemukan di tiga
daerah utama yaitu kiri samping, kanan depan, dan bagian kanan belakang. Hemorrhoid
berada dibawah lapisan epitel kanalis analis terdiri dari plexus arteriovenosus terutama antara
cabang terminal arteri rektal superior dan arteri hemorrhoid superior. Selain itu hemorrhoid
juga menghubungkan antara arteri hemorrhoid dengan jaringan sekitar.
Hemorrhoid adalah pelebaran dan inflamasi dari pleksus arteri-vena tersebut di saluran
anus yang berfungsi sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan.
Hemorrhoid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana linea dentata menjadi batas
histologis. Klasifikasi hemorrhoid yaitu hemorrhoid eksternal yang berasal dari dari bagian
distal linea dentata dan dilapisi oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi, banyak
persarafan serabut saraf nyeri somatik yang merupakan pelebaran dan penonjolan vena
hemorrhoidalis inferior yang timbul di sebelah luar musculus sphincter ani dan hemorrhoid
internal, berasal dari bagian proksimal linea dentata dan dilapisi mukosa yang merupakan
pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan media yang timbul di sebelah
proksimal dari musculus sphincter ani.
Hemorrhoid eksterna dapat bersifat akut yaitu pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus yang merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal
karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemorrhoid eksterna kronis
atau skin tag biasanya merupakan sequele dari hematoma akut.
Hemorrhoid interna dikelompokkan ke dalam 4 derajat, yakni:
a. Derajat I : bila terjadi pembesaran hemorrhoid yang tidak prolaps ke luar kanalis analis yang
hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
Derajat II : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dan menghilang atau dapat masuk kembali
ke dalam anus secara spontan.
c. Derajat III : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dimana harus dibantu dengan dorongan
jari untuk memasukkannya kembali ke dalam anus.
d. Derajat IV : prolaps hemorrhoid yang yang permanen. Prolaps ini rentan dan cenderung
mengalami trombosis dan infark.
Faktor Risiko
Faktor risiko hemorrhoid antara lain:
Keturunan
Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat sejak lahir akan
memudahkan terjadinya hemorrhoid setelah mendapat paparan tambahan seperti
mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, konstipasi, dan lain-lain.
Kurangnya konsumsi makanan berserat
Serat makanan yang tinggi (20-30 g/hari) mampu mencegah dan mengobati konstipasi
apabila diiringi dengan peningkatan intake cairan yang cukup setiap hari. Konsumsi
cairan (30-40cc/kgBB/hari) dapat membantu kerja serat makanan dalam tubuh.
Konstipasi
Pelannya pergerakan tinja melalui usus besar yang disebabkan oleh tinja yang kering
dan keras pada colon descenden yang menumpuk akan menyebabkan waktu mengejan
yang lebih lama. Tekanan yang keras saat mengejan dapat mengakibatkan trauma
berlebihan pada plexus hemorrhoidalis sehingga menyebabkan hemorrhoid.
Usia tua
Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot sphincter pun juga
menjadi tipis dan atonis. Karena sphincter-nya lemah maka dapat timbul prolaps.
Selain itu pada usia tua juga sering terjadi sembelit yang dikarenakan penyerapan air
yang berlebihan pada saluran cerna. Hal tersebut menyebabkan konsistensi tinja
menjadi keras sehingga terjadi penekanan berlebihan pada plexus hemorrhoidalis
yang dipicu oleh proses mengejan.
Tumor abdomen
Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian hemorrhoid adalah
tumor di daerah pelvis seperti tumor ovarium, tumor rektal, dan lain-lain. Tumor ini
dapat menekan vena sehingga alirannya terganggu dan menyebabkan pelebaran plexus
hemorrhoidalis.
Pola buang air besar yang salah
Pemakaian jamban duduk dapat meningkatkan insidensi hemorrhoid. Pemakaian
jamban duduk menyebabkan posisi usus dan anus tidak dalam posisi tegak sehingga
akan menyebabkan tekanan dan gesekan pada vena di daerah rektum dan anus.
Berbeda halnya pada penggunaan jamban jongkok dimana saat defekasi dapat
mencegah terjadinya konstipasi yang secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya
hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan pada posisi jongkok, valvula ilicaecal yang
terletak antara usus kecil dan caecum dapat menutup secara sempurna sehingga
tekanan dalam colon cukup untuk mengeluarkan feses. Selain itu, menghindari
kebiasaan untuk menunda ke jamban ketika sudah dirasa ingin buang air besar juga
dapat menurunkan kejadian konstipasi.
Aktivitas fisik
Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi untuk duduk dan
merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan hemorrhoid. Selain itu dengan
melakukan olahraga yang ringan seperti berenang dan menggerakkan daerah perut
diharapkan dapat melemaskan dan mengurangi ketegangan dari otot. Namun dengan
melakukan aktivitas yang terlalu berat seperti mengangkat benda berat akan
meningkatkan risiko kejadian hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan terjadi
peregangan musculus sphincter ani yang berulang sehingga ketika penderita mengejan
akan terjadi peregangan yang bertambah buruk.
Kehamilan
Peningkatan hormon progesteron pada wanita hamil akan mengakibatkan peristaltik
saluran pencernaan melambat dan otot-ototnya berelaksasi. Sehingga akan
mengakibatkan konstipasi yang akan memperberat sistem vena. Pelebaran vena pada
wanita hamil juga dapat dipicu oleh penekanan bayi atau fetus pada rongga abdomen.
Selain itu proses melahirkan juga dapat menyebabkan hemorrhoid karena adanya
penekanan yang berlebihan pada plexus hemorrhoidalis.
Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan meninggi dalam rongga
perut, misalnya pada penderita hipertrofi prostat.
Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada pasien dekompensasi kordis
atau sirosis hepatis.
Radang
Vitalitas jaringan menjadi berkurang dimana sel mast memiliki peran
multidimensional terhadap patogenesis hemorrhoid melalui mediator dan sitokin yang
dikeluarkan oleh granul sel mast. Pada tahap awal vasokonstriksi terjadi bersamaan
dengan peningkatan vasopermeabilitas dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh
histamin dan leukotrin. Ketika vena submukosal meregang akibat dinding pembuluh
darah pada hemorrhoid melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan
perdarahan. Sel mast juga melepaskan platelet-activating factor sehingga terjadi
agregasi dan trombosis yang merupakan komplikasi akut hemorrhoid. Pada tahap
selanjutnya hemorrhoid yang mengalami trombosis akan mengalami rekanalisasi dan
resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan granul sel mast. Termasuk
diantaranya tryptase dan chymase untuk degradasi jaringan stroma, heparin untuk
migrasi sel endotel dan sitokin sebagai TNF-α serta interleukin 4 untuk pertumbuhan
fibroblas dan proliferasi. Selanjutnya pembentukan jaringan parut akan dibantu oleh
basic fibroblast growth factor dari sel mast.
Patofisiologi Hemorrhoid Interna
Akhir-akhir ini, keterlibatan bantalan anus (anal cushion) makin dipahami
sebagai dasar terjadinya penyakit ini. Bantalan anus merupakan jaringan lunak yang
kaya akan pembuluh darah. Agar stabil, kedudukannya disokong oleh ligamentum
Treitz dan lapisan muskularis submukosa. Bendungan dan hipertrofi pada bantalan
anus menjadi mekanisme dasar terjadinya hemorrhoid. Pertama, kegagalan
pengosongan vena bantalan anus secara cepat saat defekasi. Kedua, bantalan anus
terlalu mobile, dan ketiga, bantalan anus terperangkap oleh sfingter anus yang ketat.
Akibatnya, vena intramuskular kanalis anus akan terjepit (obstruksi). Proses
pembendungan diatas diperparah lagi apabila seseorang mengedan atau adanya feses
yang keras melalui dinding rektum.
Selain itu, gangguan rotasi bantalan anus juga menjadi dasar terjadinya keluhan
hemorrhoid. Dalam keadaan normal, bantalan anus menempel secara longgar pada
lapisan otot sirkuler. Ketika defekasi, sfingter interna akan relaksasi. Kemudian,
bantalan anus berotasi ke arah luar (eversi) membentuk bibir anorektum. Faktor risiko
yang telah disebutkan di atas menyebabkan gangguan eversi pada bantalan tersebut.
Diagnosis Hemorrhoid Interna
Anamnesis
Gejala yang umum dikeluhkan pasien yaitu :
Iritasi dan benjolan perianal dapat disertai gatal-gatal ( pruritus ani)
Rasa tidak nyaman di daerah anus dan nyeri yang semakin diperberat oleh buang
air besar (BAB)
Prolaps pleksus hemorrhoidalis (4 derajat)
Perdarahan rektal (merah segar, tak bercampur feses)
Perdarahan umumnya merupakan tanda utama pada penderita hemorrhoid interna
akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada anus atau kertas pembersih sampai
pada pendarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun
berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar. Perdarahan hemorrhoid yang
berulang dapat berakibat timbulnya anemia.
Hemorrhoid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awal penonjolan ini hanya terjadi pada saat defekasi dan
disusul oleh reduksi sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut hemorrhoid
interna didorong kembali setelah defekasi masuk kedalam anus. Akhirnya hemorrhoid dapat
berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat terdorong masuk
lagi. Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemorrhoid
yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang
dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mucus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang meluas dengan udem
meradang. Apabila hemorrhoid interna membesar, nyeri bukan merupakan gambaran yang
biasa sampai situasi dipersulit oleh trombosis, infeksi, atau erosi permukaan mukosa yang
menutupinya.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang
mengindikasikan hemorrhoid eksternal atau hemorrhoid internal yang mengalami prolaps.
Hemorrhoid internal derajat I dan II biasanya tidak dapat terlihat dari luar dan cukup sulit
membedakannya dengan lipatan mukosa melalui pemeriksaan rektal kecuali hemorrhoid
tersebut telah mengalami trombosis. Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau
tidaknya fisura, fistula, polip, atau tumor. Selain itu ukuran, perdarahan, dan tingkat
keparahan inflamasi juga harus dinilai.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah colok dubur untuk mengetahui lokasi
hemorrhoid. Lokasi hemorrhoid pada posisi tengkurap umumnya adalah pada jam 11, jam 3,
jam 7 dan jam 9. Permukaannya berwarna sama dengan mukosa sekitarnya, kompresibel, bila
bekas berdarah akan tampak bercak-bercak kemerahan. Perdarahan rektum merupakan
manifestasi utama hemorrhoid interna.
Pemeriksaan Penunjang
Kanalis analis, rektum, dan sigmoid diperiksa dengan menggunakan anorektoskopi dan
sigmoidoskopi (alat untuk melihat kelainan di daerah anus, rektum, dan sigmoid). Pada
pemeriksaan anorektoskopi dapat ditentukan derajat hemorrhoid. Anoskopi dilakukan untuk
menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemorrhoid. Side-viewing pada
anoskopi merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk mengevaluasi hemorrhoid.
Ketika dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel, anoskopi mendeteksi dengan presentasi
lebih tinggi terhadap lesi di daerah anorektal.
Gejala hemorrhoid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada kanalis analis dengan
derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum dapat dievaluasi
untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman
seperti pada fisura anal dan fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker.
Hubungan antara perdarahan anus dengan kanker kolorektal menjadi kuat jika dikaitkan
dengan usia. Oleh karena itu, evaluasi lebih lanjut dengan X-foto barium enema dan
kolonoskopi sebaiknya dilakukan pada pasien yang lebih tua dari 50 tahun serta keluarga
yang memiliki riwayat kanker usus besar.
Penatalaksanaan Hemorrhoid
Terapi Konservatif
a. Nonfarmakologis
Penatalaksanaan ini bertujuan untuk mencegah semakin memburuknya hemorrhoid
dengan cara memperbaiki defekasi. Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup,
perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi. Memperbaiki defekasi
merupakan pengobatan yang harus selalu ada dalam setiap bentuk dan derajat hemorrhoid.
Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri dari diet,
cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku buang air. Selain itu, dapat
dilakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara warm bath atau Sitz bath yaitu merendam
anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari dengan larutan kalium permanganat (PK;
oksidan dan bakterisida) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air).
Perendaman ini bertujuan agar eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa
tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan. Perendaman juga
dapat dilakukan dengan larutan MgSO4 sebagai drying agent yang bersifat higroskopik
(mudah menyerap air). MgSO4 dapat diserap oleh kulit dan mengurangi inflamasi, sering
digunakan pada hemorrhoid interna grade IV.
b. Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis bertujuan untuk memperbaiki defekasi sekaligus
meredakan atau menghilangkan keluhan serta gejala. Obat-obat farmakologis hemorrhoid
dapat dibagi atas:
Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin tinja
(stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai antara lain
psylium atau Isphaluga husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal
dari kulit biji Plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini
bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus.
Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah laxansia atau
pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll).
Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau
kerusakan kulit di daerah anus. Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan
untuk mengurangi radang daerah hemorrhoid atau anus. Walaupun demikian
pemakaian jangka panjang malah menjadi tidak baik karena menimbulkan atrofi kulit
perianal yang merupakan predisposisi terjadinya infeksi. Contoh obat misalnya
Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
Obat flebotonik
Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai flebotonik, anti-inflamasi,
analgesik, dan anti-oksidan. Anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan pada
jalur metabolisme asam arakhidonat, pembentukan prostaglandin, dan pelepasan
histamin pada radang. Contoh obat Ardium, Daflon (90% diosmin+10% hesperidin)
atau preparat rutacea dapat meningkatkan tonus vena sehingga mengurangi kongesti.
Daflon merupakan obat yang dapat meningkatkan dan memperlama efek noradrenalin
pada pembuluh darah. Dosis pada saat akut yaitu 3 x 1000 mg selama 4 hari
dilanjutkan 2 x 1000 mg selama 3 hari. Non akut dengan dosis 2 x 500 mg selama 2
bulan. Obat ini dikatakan aman bahkan pada wanita hamil sekalipun.
Terapi Invasif
Prinsip dari tindakan invasif ada 2 yaitu fiksasi dan eksisi. Fiksasi dilakukan pada derajat I
dan II. dan selebihnya adalah eksisi. HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan
indikasi tata laksana pembedahan hemorrhoid antara lain:
Hemorrhoid interna derajat II berulang
Hemorrhoid derajat III dan IV dengan gejala
Mukosa rektum menonjol keluar anus
Hemorrhoid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura
Kegagalan penatalaksanaan konservatif
Permintaan pasien.
Fiksasi terdiri dari :
Skleroterapi
Skleroterapi dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini menggunakan zat
sklerosan yang disuntikan para vasa. Setelah itu, sklerosan merangsang pembentukan
jaringan parut sehingga menghambat aliran darah ke vena-vena hemorrhoidalis.
Akibatnya, perdarahan berhenti. Sklerosan yang dipakai adalah 5% phenol in almond
oil dan 1% polidocanol. Metode ini mudah dilaksanakan, aman dan memberikan hasil
baik.
Rubber band ligation
Kerja dari metode ini adalah akan mengobliterasi lokal vena hemorrhoidalis sampai
terjadi ulserasi (7-10 hari) yang diikuti terjadinya jaringan parut (3-4 minggu).
Prosedur ini dilakukan pada hemorrhoid derajat I-III.
Infrared thermocoagulation
Prinsipnya adalah mendenaturasi protein melalui efek panas dari infrared, yang
selanjutnya mengakibatkan jaringan terkoagulasi. Untuk mencegah efek samping dari
infrared berupa kerusakan jaringan sekitar yang sehat, maka jangka waktu paparan
dan kedalamannya perlu diukur akurat. Metode ini diperuntukkan pada derajat I-II.
Laser haemorrhoidectomy
Metode ini mirip dengan infrared. Hanya saja mempunyai kelebihan dalam
kemampuan memotong. Namun, biayanya mahal.
Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
Metode ini menjadi pilihan utama saat terjadi perdarahan karena dapat mengetahui
secara tepat lokasi arteri hemorrhoidalis yang hendak dijahit. Teknik ini dilakukan
dengan menggunakan proktoskop yang dilengkapi dengan doppler probe yang dapat
melokalisasi arteri. Kemudian arteri yang memperdarahi jaringan hemoroid tersebut
diligasi menggunakan absorbable suture. Pemotongan aliran darah ini diperkirakan
akan mengurangi ukuran hemoroid.
Cryotherapy
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperatur yang sangat rendah untuk
merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan kristal yang terbentuk di dalam sel,
menghancurkan membran sel dan jaringan. Metode ini kurang direkomendasikan
karena seringkali kurang akurat dalam menentukan area freezing.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam eksisi/ hemorrhoidektomi adalah eksisi yang
hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin
dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.
Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi
deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa. Ada tiga tindakan bedah yang tersedia
saat ini yaitu bedah konvensional (menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser
sebagai alat pemotong), dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
a. Bedah konvensional
Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemorrhoid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemorrhoid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi
dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus
hemorrhoidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter
internus. Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemorrhoid eksterna. Suatu
incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemorrhoidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemorrhoid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai
jahitan transfiksi cat gut maka hemorrhoid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal
dengan jahitan jelujur sederhana. Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok
hemorrhoid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan
komplikasi dari eksisi tunika mukosa rectum yang terlalu banyak. Sehingga lebih
baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan
Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemorrhoid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemorrhoid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.
Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemorrhoid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan
jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi
jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem
diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan
stenosis.
b. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga
tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal. Pada
bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat
banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena
pada saat memotong jaringan, serabut syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut
sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung
syaraf menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemorrhoidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas
operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering.
Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.
c. Bedah Stapler/ Stappled Hemorrhoidopexy.
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau
Hemorrhoid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter
berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik
Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan
sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di
depan dan pendorong di belakangnya. Pada dasarnya hemorrhoid merupakan jaringan alami
yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar.
Kerjasama jaringan hemorrhoid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut menjamin
kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
jaringan hemorrhoid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan
jaringan hemorrhoid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemorrhoid ini masih
diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemorrhoid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat
stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium
diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan
posisi jaringan hemorrhoid tersebut. Bagian jaringan hemorrhoid yang berlebih masuk ke
dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan
memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemorrhoid
maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemorrhoid mengempis
dengan sendirinya. Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan
di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih
cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu jika terlalu banyak jaringan otot
yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan dinding rektum, jika m. sfinter ani
internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka waktu pendek maupun
jangka panjang, seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah
dilaporkan, dan PPH bisa saja gagal pada hemorrhoid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin terlalu
tebal untuk masuk ke dalam stapler.