Hemop

42
Hemoptisis BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Hemoptisis atau batuk darah merupakan masalah kesehatan yang berpotensi menyebabkan kematian karena sulit diprediksi tingkat keparahan dan perkembangan klinisnya (Wibisono dan Alsagaff, 2010; Swidarmoko, 2010). Hemoptisis dalam jumlah yang banyak (masif) termasuk kegawatan medis yang harus mendapatkan penanganan intensif dengan terapi yang tepat. Selain dapat mengganggu kestabilan hemodinamik akibat kehilangan darah dalam jumlah yang banyak, hemoptisis masif juga dapat mengganggu pertukaran gas di alveoli dan menimbulkan komplikasi asfiksia yang tinggi angka mortalitasnya (Rasmin, 2009; Swidarmoko, 2010). Meskipun angka kejadian hemoptisis masif hanya 5 – 15% dari total kasus, hal ini harus selalu ditanggapi Kepaniteraan Ilmu penyakit Dalam Rumah Sakit Sulianti Saroso Periode 13 April 2015 – 20 Juni 2015 Page 1

description

haemoptisis

Transcript of Hemop

Hemoptisis

Hemoptisis

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hemoptisis atau batuk darah merupakan masalah kesehatan yang berpotensi menyebabkan kematian karena sulit diprediksi tingkat keparahan dan perkembangan klinisnya (Wibisono dan Alsagaff, 2010; Swidarmoko, 2010). Hemoptisis dalam jumlah yang banyak (masif) termasuk kegawatan medis yang harus mendapatkan penanganan intensif dengan terapi yang tepat. Selain dapat mengganggu kestabilan hemodinamik akibat kehilangan darah dalam jumlah yang banyak, hemoptisis masif juga dapat mengganggu pertukaran gas di alveoli dan menimbulkan komplikasi asfiksia yang tinggi angka mortalitasnya (Rasmin, 2009; Swidarmoko, 2010). Meskipun angka kejadian hemoptisis masif hanya 5 15% dari total kasus, hal ini harus selalu ditanggapi sebagai suatu kasus yang mengancam jiwa dan memerlukan penanganan dan manajemen yang efektif (Sakr dan Dutau, 2010).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Hemoptisis1. DefinisiHemoptisis (batuk darah) merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi. Secara umum, pengertian hemoptisis adalah membatukkan darah dari paru atau ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas bawah laring (Davey, 2002; Rasin, 2009).2. Etiologi dan Faktor RisikoSumber perdarahan hemoptisis dapat berasal dari sirkulasi pulmoner atausirkulasi bronkial. Hempotisis masif sumber perdarahan umumnya berasal dari sirkulasibronkial ( 95 % ). Sirkulasi pulmoner memperdarahi alveol dan duktus alveol, sistemsirkulasi ini bertekanan rendah dengan dinding pembuluh darah yang tipis. Sirkulasibronkial memperdarahi trakea, bronkus utama sampai bronkiolus dan jaringan penunjangparu, esofagus, mediastinum posterior dan vasa vasorum arteri pulmoner. Sirkulasibronkial ini terdiri dari arteri bronkialis dan vena bronkialis. Asal anatomis perdarahanberbeda tiap proses patologik tertentu: (a). bronkitis akibat pecahnya pembuluh darahsuperfisial di mukosa,(b) TB paru akibat robekan atau ruptur aneurisma arteri pulmoner (dinding kavitianeurisma Rassmussen). atau akibat pecahnya anastomosis bronkopulmoner atauproses erosif pada arteri bronkialis, (c) infeksi kronik akibat inflamasi sehingga terjadipembesaran & proliferasi arteri bronchial misal : bronkiektasis, aspergilosis atau fibrosiskistik,(d) kanker paru akibat pembuluh darah yg terbentuk rapuh sehingga mudah berdarah.Penyebab batuk darah sangat beragam antara lain :1. Infeksi : tuberkulosis, staphylococcus, klebsiella, legionella), jamur, virus2. Kelainan paru seperti bronchitis, bronkiektasis, emboli paru, kistik fibrosis, emfisema bulosa3. Neoplasma : kanker paru, adenoma bronchial, tumor metastasis4. Kelainan hematologi : disfungsi trombosit, trombositopenia, disseminated intravascular coagulation (DIC)5. Kelainan jantung : mitral stenosis, endokarditis tricuspid6. Kelainan pembuluh darah : hipertensi pulmoner, malformasi arterivena, aneurisma aorta7. Trauma : jejas toraks, rupture bronkus, emboli lemak8. Iatrogenik : akibat tindakan bronkoskopi, biopsi paru, kateterisasi swan-ganz, limfangiografi9. Kelainan sistemik : sindrom goodpasture, idiopathic pulmonary hemosiderosis, systemic lupus erytematosus, vaskulitis (granulomatosis wagener, purpura henoch schoenlein, sindrom chrug-strauss)10. Obat / toksin : aspirin, antikoagulan, penisilamin, kokain11. Lain-lain : endometriosis, bronkiolitiasis, fistula bronkopleura, benda asing, hemoptisis kriptogenik, amiloidosisAda banyak masalah potensial yang menjadi penyebab hemoptisis. Berikut adalah etiologi hemoptisis berdasarkan frekuensinya (Web MD, 2013; Davey, 2002):a. Sangat sering (> 5%)1) Bronkitis (akut atau kronis), merupakan penyebab utama tersering dari hemoptisis, biasanya tidak mengancam jiwa.2) Pneumonia3) Tuberkulosisb. Sering (1-4%)1) Bronkiektasis2) Kanker paru atau tumor paru non-maligna, terutama karsinoma bronkus3) Emboli paru4) Hemoptisis palsu (mimisan, penyakit mulut, hematemesis). Perdarahan hidung yang berat atau muntahan darah dari lambung dapat menyebabkan masuknya darah ke trakea. Darah kemudian dibatukkan dan muncul sebagai hemoptisis.c. Jarang (< 1%)1) Gagal jantung kongestif, terutama karena stenosis mitral2) Malformasi arteriovenosus pulmonar3) Penggunaan antikoagulan4) Kondisi inflamasi atau autoimun (lupus, Wegeners granulomatosis, microscopic polyangitis, Churg-Strauss syndrome)5) Trauma, seperti pada luka tembakan atau kecelakaan.Faktor risiko hemoptisis adalah riwayat merokok dan usia lebih dari 40 tahun (Mason et al., 2010).3. PatofisiologiAsal anatomis perdarahan dan patofisiologi hemoptisis berbeda tiap proses patologik tertentu (Rasin, 2009):a. Bronkitis akibat pecahnya pembuluh darah superfisial di mukosa.b. Tuberkulosis paru akibat robekan atau ruptur aneurisma arteri pulmoner (dinding kaviti aneurisma Rassmussen) atau akibat pecahnya anastomosis bronkopulmoner atau proses erosif pada arteri bronkialis.c. Infeksi kronik akibat inflamasi sehingga terjadi pembesaran & proliferasi arteri bronchial misal: bronkiektasis, aspergilosis atau fibrosis kistik.d. Kanker paru akibat pembuluh darah yg terbentuk rapuh sehingga mudah berdarah.4. KlasifikasiDidasarkan dari perkiraan jumlah darah yang dibatukkan : Bercak (Streaking). Darah bercampur dengan sputum hal yang sering terjadi ,paling umum pada bronkitis. Volume darah kurang dari 15 2- mL/24 jam. Hemoptisis. Dipastikan ketika total volume darah yang dibatukkan 20-600 mL didalam waktu 24 jam.Walaupun tidak spesifik untuk penyakit tertentu,hal ini berarti perdarahan dari pembuluh darah lebih besar dan biasanya karena kanker paru,pneumonia (necrotizing pneumonia), TB atau emboli paru. Hemoptisis Masif. Darah yang dibatukkan dalam waktu 24 jam lebih dari 600 mL,biasanya karena kanker paru,kavitas TB atau bronkiektasis. Pseudohemoptisis. Batuk darah dari saluran napas bagian atas (diatas laring) atau dari saluran cerna atas (gastrointestinal) atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious). Perdarahan yang biasanya karena luka disengaja dibulut,faring atau rongga hidung.(IPD)Banyaknya jumlah batuk darah yang dikeluarkan sangat penting diketahui untuk menentukan klasifikasi hemoptisis nonmasif atau masif. a. Batuk darah ringan apabila jumlah darah yang dikeluarkan kurang dari 25 ml/24 jam.b. Batuk darah sedang apabila jumlah darah 25-250 ml/24 jam.c. Batuk darah masif bila: Batuk darah > 600 ml/24 jam dan dalam pengamatan batuk darah tidak berhenti. Batuk darah < 600 ml/24 jam tetapi > 250 ml/24 jam dan pada pemeriksaan hemoglobin < 10 gr% sedang batuk darah masih berlangsung. Batuk darah < 600 ml/24 jam tetapi > 250 ml/24 jam dan pada pemeriksaan hemoglobin >10 gr% dan pada pengamatan selama 48 jam dengan pengobatan konservatif, batuk darah masih berlangsung.Pseudohemoptisis adalah batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas laring) atau dari saluran cerna atas (gastrointestinal) atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious) (Marleen et al., 2009).5. Diagnosis BandingDiagnosis banding penyebab hemoptisis sangat banyak, sebagaimana telah disebutkan dalam etiologi. Berikut ini penjelasan mengenai penyebab hemoptisis tersering dan yang terjadi pada pasien dalam kasus ini.a. BronkiektasisBronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi dan distorsi bronkus lokal patologis dan berjalan kronik, persisten, dan ireversibel. Kelainan tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastik, otot polos bronkus, tulang rawan, dan pembuluh darah. Bronkus yang terkena pada umumnya adalah bronkus kecil, sedangkan bronkus besar umumnya jarang (Rahmatullah, 2007).b. BronkitisBronkitis adalah inflamasi dari pembuluh bronkus yang menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dan cairan inflamasi.Bronkitis akut adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan napas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari sampai beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang belangsung 3 bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut-turut. Diagnosis bronkitis kronis biasanya terkait dengan riwayat merokok (Marleen et al., 2009).c. TuberkulosisTuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex yang ditandai dengan pembentukan granuloa pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberkulosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun (PDPI, 2011).d. PneumoniaSecara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif (PDPI, 2003).

6. DiagnosisHal utama yang penting adalah memastikan apakah darah benar- benar bukan dari muntahan dan tidak berlangsung saat perdarahan hidung. Hemoptisis sering mudah dilacak dari riwayat. Dapat ditemukan bahwa pada hematemesis darah berwarna kecoklatan atau kehitaman dan sifatnya asam. Darah dari epistaksis dapat tertelan kembali melalui faring dan terbatukkan yang disadari penderita serta adanya darah yang memancar dari hidung. Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu dilakukan urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun penunjang sehingga penanganannya dapat disesuaikan.

1. AnamnesisUntuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengkap sebaiknya diusahakan untuk mendapatkan data-data :- Jumlah dan warna darah- Lamanya perdarahan- Batuknya produktif atau tidak- Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan- Sakit dada, substernal atau pleuritik- Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisibadan dan batuk- Wheezing- Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu. - Perdarahan di tempat lain serempak dengan batuk darah- Perokok berat dan telah berlangsung lama- Sakit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta sakit dada- Hematuria yang disertai dengan batuk darah. (5)Untuk membedakan antara batuk darah dengan muntah darah dapat digunakan petunjuk sebagai berikut :KeadaanHemoptisisHematemesis

1. ProdromalRasa tidak enak di tenggorokan, ingin batukMual, stomach distress

2. OnsetDarah dibatukkan, dapat disertai batukDarah dimuntahkan dapat disertai batuk

3. Penampilan darahBerbuihTidak berbuih

4. WarnaMerah segarMerah tua

5. IsiLekosit, mikroorganisme, makrofag, hemosiderinSisa makanan

6. ReaksiAlkalis (pH tinggi)Asam (pH rendah)

7. Riwayat Penyakit DahuluMenderita kelainan paruGangguan lambung, kelainan hepar

8. AnemiKadang-kadangSelalu

9. TinjaWarna tinja normalGuaiac test (-)Tinja bisa berwarna hitam, Guaiac test (-)

7. Pemeriksaan fisikKetidakstabilan sirkulasi dengan tanda hipotensi dan takikardi merupakan suatu tanda darurat.Pada pemeriksaan fisik juga dapat dicari gejala/tanda lain di luar paru yang dapat mendasari terjadinya batuk darah, antara lain : jari tabuh, bising sistolik dan opening snap, pembesaran kelenjar limfe, ulserasi septum nasalis, teleangiektasi. (5) Pemeriksaan paru penuh dilakukan, terutama termasuk kecukupan udara masuk dan keluar, simetri bunyi napas, dan adanya krepitasi, rhonchi, stridor, dan mengi. Tanda-tanda konsolidasi (misalnya, egophony, kusam untuk perkusi) harus dicari. Daerah serviks dan supraclavicular harus diperiksa dan teraba untuk Limfadenopati (menyarankan kanker atau TB).

kaki dan presacral daerah harus teraba untuk pitting edema (menyarankan gagal jantung). Pemeriksaan perut harus fokus pada tanda-tanda hepatik atau massa, yang bisa menyarankan kanker atau hematemesis dari potensi esophageal varices.Kulit dan selaput lendir harus diperiksa untuk ecchymoses, petechiae, telangiectasia, gingivitis, atau bukti perdarahan dari mukosa mulut atau hidung. (6)3.Pemeriksaan nasofaringUntuk mencari sumber perdarahan dan pada hemoptisis masif untuk memastikan bahwa saluran nafas masih paten. . (3)4.Pemeriksaan jantungUntuk mengevaluasi hipertensi paru akut (terdapat peninggian komponen paru suara jantung kedua), kegagalan ventrikel kiri akut (adanya summation gallop) atau penyakit katup jantung seperti stenosis mitral.Endokarditis sebelah kanan dapat dideteksi dengan adanya bunyi desiran karena insufisiensi trikuspid,sering pada penyalah guna obat intravena,dan dapat menyebabkan hemoptisis karena emboli septik. . (3)5.Pemeriksaan dinding dan rongga dada.-Trauma dinding dada,mencari adanya memar parenkim paru atau laserasi bronkial.-Ronki setempat,berkurangnya suara napas dan perkusi redup menunjukan adanya Konsolidasi (disebabkan pneumonia,infark paru atau atelktasis pasca obstruksi dari benda asing atau kanker paru) . (3)-Pleura firction rub -Kardiomegali kemungkinana edem paru kardiogenik.

6. Laboratorium -pemeriksaan darah tepi lengkap.peningkatn hb dan hematokir menunjukan adanya Kehilangan darah yang akut.-Jumlah sel darah putih meninggi mendukung adanya infeksi.-Trombositopenia menunjukan kemungkinan koagulopati,trombositosis kemungkinan Kanker paru.-Pemeriksaan PT dan aPTT dicurigai bila adanya koagulopati atau pasien menerima Warfarin/heparin-AGD bila pasien sesak dan sianosis-Pemeriksaan dahak,pasien dengan darah bercampur dahal,pewarnaan gram,BTA. (3)8. Pemeriksaan penunjangDiagnostik modalitas untuk mempelajari hemoptysis termasuk radiografi dada (CXR), bronchoscopy, MDCT Angiography (MDCTA).-Foto toraks akan menunjukan adanya massa paru,kavitas atau infiltrat yang akan menjadi sumber perdarahan (3) pencitraan modalitas untuk mengevaluasi pasien dengan hemoptysis.Ini cepat, murah, dan mudah tersedia. CXR dapat membantu mengungkapkan fokus atau menyebar keterlibatan paru-paru. CXR dapat mendeteksi mendasari parenchymal dan kelainan pleura , seperti massa, radang paru-paru, penyakit paru-paru kronis, kavitas dan alveolar opacities karena pendarahan alveolar kepekaan CXR dalam konteks ini adalah tidak tinggi, hanya 50% positif hasil diagnostik untuk CXR hemoptysis karena keganasan menunjukkan normal CXR. Oleh karena itu, pada pasien keganasan diperlukan diagnostik lainnya termasuk bronchoscopy dan /atau MDCTA. (1)- Arteriografi bronkial selektif dilakukan bila bronkoskopi tidak dapat menunjukan lokasi perdarahan. (3)

MDCTA Merupakan highr resolution angiography Kontras IV 350-400 mgl/ml dengan kecepatan 3.5-5m/s dengan spuit 18 ke vena antecubiti. (2)DSA Untuk menentukan lokasi dari hemoptisis Sumber utama adalah arteri bronkial Bagus untuk menidentifikasi pembuluh darah kecil (2)

-BronkoskopiSebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian sumber perdarahan dapat diketahui. Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan diagnosis, lokasi perdarahan, maupun persiapan operasi, namun waktu yang tepat untuk melakukannya merupakan pendapat yang masih kontroversial, mengingat bahwa selama masa perdarahan, bronkoskopi akan menimbulkan batuk yang lebih impulsif, sehingga dapat memperhebat perdarahan disamping memperburuk fungsi pernapasan

Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :1. Bila radiologik tidak didapatkan kelainan2. Batuk darah yang berulang ulang3. Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik Saluran napas dapat divisualisasi dengan menggunakan bronkoskop kaku atau fiberoptik.a. Bronkoskopi fiberoptik dengan anestesi topikal paling sering digunakan karena fleksibel dan dapat menvisualisasikan bronki subsegmental dan saluran napas sentral.kelemahan alat :diameter tempat penghisap cairan kecil < 2 mm,jika perdarahannya besar maka sistem ini tidak dapat mengevakuasi darah dengan cepat untuk mempertahankan lensa ini tetap bersih ; benda asing tidak dapat dipindahkan dengan alat ini.b. Bronkoskopi kaku perlu dengan pasien dengan hemoptisis masif dan ketika dicurigai terjadi aspirasi benda asing.kekurangan menggunakan anestesi umum dan hanya saluran napas sentral yang dapat divisualisasikan. (3)Pada pasien yang aktif pendarahan, bronchoscopic visual ini sering sangat terbatas. Darah di airway dicampur dengan ventilasi udara biasanya membentuk gelembung yang mengganggu dan mendistorsi Endoskopi visual. Gumpalan darah besar kadang-kadang menempati airway merusak ventilasi, oksigenasi dan inspeksi. Kadang-kadang visual sangat terbatas bahwa bronchoscopist mungkin harus menghilangkan darah atau gumpalan darah menggunakan kateter hisap (16-Perancis) yang besar atau cryoprobe untuk memeriksa jalan napas memadai. Ketersediaan cryoprobe fleksibel yang sesuai di dalam saluran bekerja bronchoscope ini sangat berguna dalam menghilangkan bekuan darah yang besar, yang menghalangi jalan napas pusat dan tidak dapat dihapus jika tidak bronchoscope atau kateter hisap yang besar. Bronchoscopist harus mencari endobronchial lesi yang mungkin sumber pendarahan. Kadang-kadang, kehadiran gumpalan darah yang tersebar dapat menyembunyikan sebuah lesi endobronchial kecil, tetapi sebuah lesi kecil biasanya tidak akan penyebab hemoptysis besar. Hal ini biasa untuk melihat endobronchial lesi atau massa sebagai penyebab hemoptysis besar-besaran tanpa gejala yg berhubungan dengan lesi. Suction sering diperlukan untuk menjaga darah dari gumpalan dan untuk membersihkan lapangan. Jika sumber pendarahan tidak mudah jelas selama inspeksi bronchoscopic, aliquots 5-10 menit mL saline mencuci atau 10 sampai 15 menit mL lavages di setiap bronkus segmental atau subsegmental mungkin bermanfaat dalam mengidentifikasi sumber pendarahan. Jika cairan lavage kembali dari segmen bronkial terus-menerus berdarah, ada kemungkinan bahwa sumber pendarahan telah ditemukan. Ketika sumber sepihak pendarahan diidentifikasi, pasien dapat ditempatkan di posisi lateral DEKUBITUS dengan pendarahan sisi bawah . (2)-Embolisasi arteri bronkialisTeknik ini adalah melakukan oklusi pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan dengan embolisasi transkateter. Embolisasi ini dapat dilakukan pada arteri bronkialis dan sirkulasi pulmoner. Teknik ini terutama dipilih untuk penderita dengan kelaina paru bilateral, fungsi paru sisa yang minimal, menolak operasi ataupun memiliki kontraindikasi tindakan operasi. Terapi ini dapat diulang beberapa kali untuk mengontrol perdarahan. Embolisasi memiliki angka keberhasilan dalam mengontrol perdarahan (jangka pendek) antara 64-100% (Rasin, 2009; Marleen et al.,

9. PenangananPada umumnya hemoptoe ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang masif.Tujuan pokok terapi ialah :1. Mencegah tersumbatnya saluran napas oleh darah yang beku2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi3. Menghentikan perdarahan Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan suport kardiopulmaner dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang merupakan penyebab utama kematian pada para pasien dengan hemoptisis masif. (4)Masalah utama dalam hemoptisis adalah terjadinya pembekuan dalam saluran napas yang menyebabkan asfiksi. Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan hemoptisis paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang multipel. Hemoptisis dalam jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat menimbukan renjatan hipovolemik. (2)Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :- Terapi konservatif - Terapi definitif atau pembedahan. 1. Terapi konservatif (2,3)- Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring (lateral decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat. - Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.- Menekan batuk dengan kodein osfat 30-60 mg secara IM.(3)- Mempertahankan tekanan darah segar dan plasma expander.Apabila dicurigai terjadi koagulopati maka dapat diberikan plasma segar beku. (3)- Dada dikompres dengan es, hal ini biasanya menenangkan penderita.- Pemberian obat obat penghenti perdarahan (obat obat hemostasis), misalnya vit. K, ion kalsium, trombin dan karbazokrom.- Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.- Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan yang terjadi.- Pemberian oksigen.Tindakan selanjutnya bila mungkin (4) :- Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopi- Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah dengan bronkoskopi.2. Terapi pembedahanReseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan. Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan (5) :a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka kematian pada perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan tindakan operasi.c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya hemoptoe yang berulang dapat dicegah.Busron (1978) menggunakan pula indikasi pembedahan sebagai berikut (2) :1. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.2. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, sedangkan batuk darahnya masih terus berlangsung.Sebelum pembedahan dilakukan, sedapat mungkin diperiksa faal paru dan dipastikan asal perdarahannya, sedang jenis pembedahan berkisar dari segmentektomi, lobektomi dan pneumonektomi.Pasien dengan perkiraan volume expirasi paksa waktu 1 detik paska operasi