HEMODIALISIS

18
HEMODIALISIS Hemodialisis (cuci darah) adalah sebuah terapi . Kata ini berasal dari kata haemo yang berarti darah dan dialisis yang berarti dipisahkan. Hemodialisis merupakan salah satu dari Terapi Penggganti Ginjal, yang digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi gingjal, baik akut maupun kronik. Perinsip dasar dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses dufusi dan ultrafiltrasi pada ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Hemodialisis dapat dikerjakan untuk sementara waktu (misalnya pada Gagal Ginjal Akut) atau dapat pula untuk seumur hidup (misalnya pada Gagal Ginjal Kronik). Pada dasarnya untuk dapat dilakukan Hemodialisa memerlukan alat yang disebut ginjal buatan (dialiser), dialisat dan sirkuit darah. Selain itu juga diperlukan akses vaskuler. Setiap orang umumnya mempunyai sepasang ginjal, kiri dan kanan. Bentuknya seperti kacang polong dengan ukuran panjang sekitar 10 cm, lebar 5,5 cm, tebal 3 cm, dengan berat sekitar 150 gr ( Wikipedia,2007).

Transcript of HEMODIALISIS

Page 1: HEMODIALISIS

HEMODIALISIS

Hemodialisis (cuci darah) adalah sebuah terapi . Kata ini berasal dari kata haemo yang berarti

darah dan dialisis yang berarti dipisahkan. Hemodialisis merupakan salah satu dari Terapi

Penggganti Ginjal, yang digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi gingjal, baik akut

maupun kronik. Perinsip dasar dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses dufusi dan

ultrafiltrasi pada ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Hemodialisis

dapat dikerjakan untuk sementara waktu (misalnya pada Gagal Ginjal Akut) atau dapat pula

untuk seumur hidup (misalnya pada Gagal Ginjal Kronik). Pada dasarnya untuk dapat dilakukan

Hemodialisa memerlukan alat yang disebut ginjal buatan (dialiser), dialisat dan sirkuit darah.

Selain itu juga diperlukan akses vaskuler.

Setiap orang umumnya mempunyai sepasang ginjal, kiri dan kanan. Bentuknya seperti kacang

polong dengan ukuran panjang sekitar 10 cm, lebar 5,5 cm, tebal 3 cm, dengan berat sekitar 150

gr (Wikipedia,2007).

Ginjal mempunyai fungsi utama sebagai penyaring darah kotor, yaitu darah yang telah tercampur

dengan sisa metabolisme tubuh. Sisa hasil metabolisme antara lain ureum, asam urat, dll. Hasil

saringan kemudian akan dikeluarkan dalam bentuk air seni, sedangkan darah yang telah bersih

Page 2: HEMODIALISIS

dikembalikan ke pembuluh darah besar untuk beredar kembali ke seluruh tubuh. Dalam sehari

ginjal harus menyaring sekitar 170 liter darah.

Jika terjadi kerusakan ginjal, sampah metabolisme dan air tidak dapat lagi dikeluarkan. Dalam

kadar tertentu, sampah tersebut dapat meracuni tubuh, kemudian menimbulkan kerusakan

jaringan bahkan kematian.

Untuk mengatasi keadaan ini dibutuhkan hemodialisis, yaitu proses penyaringan darah dengan

menggunakan mesin. Pada proses hemodialisis, darah dari pembuluhnya disalurkan melalui

selang kecil ke mesin yang disebut dializer. Setelah itu, darah yang telah bersih dikembalikan ke

tubuh. Di dalam dializer, darah akan melewati membran yang berfungsi sebagai saringan.

Sampah hasil penyaringan akan dimasukkan ke dalam cairan yang disebut larutan dialisat.

Selanjutnya, dialisat yang telah tercampur dengan sampah hasil penyaringan akan dipompa

keluar, kemudian diganti dengan larutan dialisat yang baru (Nephrology Channel, 2001).

Walaupun hemodialisis berfungsi mirip dengan cara kerja ginjal, tindakan ini hanya mampu

menggantikan sekitar 10% kapasitas ginjal normal. Selain itu, hemodialisis bukannya tanpa efek

samping. Beberapa efek samping hemodialisis antara lain tekanan darah rendah, anemia, kram

otot, detak jantung tak teratur, mual, muntah, sakit kepala, infeksi, pembekuan darah (trombus),

dan udara dalam pembuluh darah (emboli) (Haven,2005).

Pada gagal ginjal kronik, hemodialisis biasanya dilakukan 3 kali seminggu. Satu sesi

hemodialisis memakan waktu sekitar 3 sampai 5 jam. Selama ginjal tidak berfungsi, selama itu

pula hemodialisis harus dilakukan, kecuali ginjal yang rusak diganti ginjal yang baru dari donor.

Tetapi, proses pencangkokan ginjal sangat rumit dan membutuhkan biaya besar.

Jika dengan suatu sebab, ginjal tidak dapat berfungsi   maka harus dicarikan suatu terapi

pengganti, artinya menggantikan pekerjaan ginjal yang tidak berfungsi lagi, yaitu berupa dialisis

(peritoneal dan hemodialisis) serta transplantasi ginjal.

Dialisis peritoneal

   

   Pada anak lebih sering dipakai  dialisis peritoneal.Peritoneum digunakan sebagai sebagai alat

filtrasi  pengganti  glomerulus  oleh karena peritoneum  mengandung  kapiler dalam jumlah yang

Page 3: HEMODIALISIS

sangat  besar dan berhubungan langsung dengan ronggga peritoneum. Hubungan ini 

memungkinkan  terjadinya pertukaran  antara cairan dialisat  yang dimasukkan ke dalam rongga

peritoneum  dengan  kapiler-kapiler  darah yang  mengandung zat-zat toksik.

   Dikenal 2 bentuk  dialisis peritoneal  yaitu dialisis  peritoneal  klasik  dan  dialisis  peritoneal 

mandiri berkesinambungan. Dialisis peritoneal  klasik dilakukan dengan  memakai  kateter yang 

selalu  harus  diganti, sedangkan  dialisis peritoneal mandiri berkesinambungan  menggunakan 

kateter  yang  terpasang tetap  dalam  rongga abdomen tanpa  harus  selalu  mengganti kateter

seperti  cara  dialisis  peritoneal  sebelumnya. Dialisis  yang  dilakukan  bersifat sementara dan

merupakan  pengobatan  peralihan  untuk  menuju transplantasi  ginjal, yang dilakukan  bila 

keadaan  dan  fasilitas  memungkinkan.

Hemodialisis

   Hemodialisis berarti suatu  proses  pemisahan  zat-zat  tertentu (zat-zat toksin)  dari darah 

melalui  suatu  selaput  semipermeable  yang  terdapat  dalam ginjal  buatan  yang  disebut

dialyzer  dan  selanjutnya  dibuang  melalui  suatu  cairan  yang  disebut  dialisat.  Selama 

hemodialisis darah  penderita  mengalir  dari  tubuh  ke dalam dialiser  (ginjal  buatan,  berupa 

tabung  atau  lempeng  terdiri  dari  kompartemen  darah  dan  dialisat  yang  dibatasi  oleh 

selapt  permeable)  kembali  ke  tubuh  melalui akses vena.

   Dialisis  peritoneal  lebih  sering dipakai  dibanding  hemodialisis  oleh  karena  lebih 

dilaksanakan  dan  lebih  murah  dibanding  hemodialisis.

Transplantasi ginjal

Page 4: HEMODIALISIS

   Transplantasi ginjal  berarti  ginjal dipindahkan  dari donor ke resipien. Umumnya  pada anak,

dimana  ginjal baru  diletakkan pada  fossa  iliaka. Transplantasi  ginjal  merupakan  pilihan 

ideal untuk  pengobatan  gagal  ginjal  terminal. Organ  ginjal  yang  ditransplantasikan  dapat 

berasal  dari  donor  jenazah ( cadaveric donor) atau  dari  donor  hidup  (living donor).

   DiIndonesia  transplantasi  ginjal  pertama  dilaksanakan  pada  tahun 1977  oleh dr. Sidabutar

dkk. Umur  termuda  yang  pernah mengalami  transplantasi  ginjal  di Indonesia ialah  umur 14 

tahun. Di negara  maju, transplantasi  ginjal  pada  anak  dapat  dilakukan sejak  neonatus 

sampai  umur  20  tahun. Ketahanan  ginjal  donor hidup (living donor grafts)  adalah 87 % 

untuk 1 tahun pertama dan 68 %   untuk 5 tahun pertama. Sedangkan  untuk donor cadaver 

(cadaveric grafts)  masing 72 %  dan 50 %.

Referensi :

1. Nephrology Channel (2001) : Renal Replacement Therapy. www.nephrologychannel.com

2. Haven L (2005) : Hemodialysis. Yahoo! Health.

3. Wikipedia (2007) : Kidney. en.wikipedia.org

Page 5: HEMODIALISIS

KesehatanReferensi Kesehatan berkaitan dengan penyakit

MINGGU, 26 FEBRUARI 2012

peritoneal DialisaBAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah

metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin / air seni, yang kemudian dikeluarkan dari

tubuh. Ginjal-ginjal mempunyai kemampuan untuk memonitor jumlah cairan tubuh, konsentrasi-

konsentrasi dari elektrolit-elektrolit seperti sodium dan potassium, dan keseimbangan asam-basa

dari tubuh. Ketika ginjal mengalami gangguan dan tidak dapat menjalankanfungsinya maka kan

mengakibatkan komplikasi yang sistemik. Maka diperlukan adanya pencucian ( dialisa ) untuk

mengurangi komplikasi yang lebih lanjut.

C.    Tujuan

1.      Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan Keperawatan Medikal Bedah khususnya Sistem

Perkemihan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan

2.      Tujuan Khusus

a)      Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

sistem perkemihan

b)      Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

perkemihan.

c)      Mahasiswa mampu memprioritaskan masalah keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

perkemihan.

d)     Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

perkemihan.

Page 6: HEMODIALISIS

e)      Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

perkemihan.

f)       Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pasien dengan gangguan sistem

perkemihan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peritoneal Dialisis

Peritoneal dialisis suatu metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput

yang melapisi perut dan pembungkus organ perut). Cairan dimasukkan melalui sebuah selang

kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu

tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan

tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.

Peritoneum berfungsi sebagai membran semipermiabel yang memungkinkan transfer sisa

nitrogen/toksin dan cairan dari darah ke dalam cairan dialisat. Dialisis Peritoneal dipilih karena

menggunakan teknik yang lebih sederhana dan memberikan perubahan fisiologis lebih bertahap

daripada hemodialis

A.    Etiologi

Page 7: HEMODIALISIS

B.     Penatalaksanaan

Cairan dialysis 2 L dimasukkan dalam rongga peritoneum melalui catheter tunchoff,

didiamkan untuk waktu tertentu (6 – 8 jam) dan peritoneum bekerja sebagai membrane semi

permeable untuk mengambil sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air dari darah.

Osmosis, difusi dan konveksi akan terjadi dalam rongga peritoneum. Setelah dwell time

selesai  cairan akan dikeluarkan dari rongga peritoneum melalui catheter yang sama, proses ini

berlangsung 3 – 4 kali dalam sehari selama 7 hari dalam seminggu.

Sebelum melakukan Dialisis peritoneal, perlu dibuat akses sebagai tempat keluar

masuknya cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) dari dan ke dalam rongga perut

(peritoneum). Akses ini berupa kateter yang “ditanam” di dalam rongga perut dengan

pembedahan. Posisi kateter yaitu sedikit di bawah pusar.  Lokasi dimana sebagian kateter

muncul dari dalam perut disebut “exit site”.

C.    Patofisiologi

Difusi

a. Membrane peritoneum menyaring solute dan air dari darah ke rongga peritoneum   

    dan sebaliknya melalui difusi.

b. Difusi adalah proses perpindahan solute dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke  

    daerah yang berkonsentrasi rendah, dimana proses ini berlangsung ketika cairan

    dialisat dimasukkan ke dalam rongga peritoneum.

Page 8: HEMODIALISIS

                 c. Konsentrasi cairan CAPD lebih rendah dari plasma darah, karena cairan plasma   

                     banyak mengandung toksin uremik. Toksin uremik berpindah dari plasma ke cairan  

                     CAPD.

 Osmosis

a. Adalah perpindahan air melewati membrane semi permeable dari daerah solute   

   yang berkonsentrasi rendah (kadar air tinggi) ke daerah solute berkonsentrasi tinggi  

   (kadar air rendah). Osmosis dipengaruhi oleh tekanan osmotic dan hidrostatik antara  

   darah dan cairan dialisat.

b. Osmosis pada peritoneum terjadi karena glukosa pada cairan CAPD menyebabkan   

    tekanan osmotic cairan CAPD lebih tinggi (hipertonik) dibanding plasma, sehingga  

    air

c. Kandungan glucose yang lebih tinggi akan mengambil air lebih banyak. Cairan  

    melewati membrane lebih cepat dari pada solute. Untuk itu diperlukan dwell time  

    yang lebih panjang untuk menarik solute.

d. Untuk membantu mengeluarkan kelebihan air dalam darah, maka cairan dialisat  

    menyediakan beberapa jenis konsentrasi yang berbeda :

    Baxter       : 1,5%, 2,5%, 4,25%

    Frescenius : 1,3%, 2,3%, 4,25%

H. Faktor yang Mempengaruhi Proses Dialisis

a)Tekanan osmotik

b)      Konsentrasi zat terlarut antara cairan CAPD dengan plasma darah dalam pembuluh kapiler.

c)Pada saat cairan dialisat dimasukkan dalam peritoneum, air akan diultrafiltrasi plasma   ke dialisat,

sehingga meningkatkan volume cairan intra peritoneal. Peningkatan volume  cairan

intraperitoneal berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa dari cairan dialisat.

d)     Kecepatan transport air dan zat terlarut dapat diestimasi secara periodic melalui PET

test (Peritoneal Equilibrum Test).

e)Standar konsentrasi elektrolit cairan CAPD:

1. Na       (132 meq /lt)

2.    Cl        ( 102 meq /lt)

3. Mg       (0,5 meq /lt)

4.    K         (0 meq /lt)

I.       Keuntungan Peritoneal Dialisis:

   1. Dapat dilakukan sendiri di rumah atau tempat kerja

   2. Pasien menjadi mandiri (independen), meningkatkan percaya diri

Page 9: HEMODIALISIS

   3. Simpel, dapat dilatih dalam periode 1-2 minggu.

   4. Jadwal fleksibel, tidak tergantung penjadwalan rumah sakit sebagaimana HD

   5. Pembuangan cairan dan racun lebih stabil

   6. Diit dan intake cairan sedikit lebih bebas

   7. Cocok bagi pasien yang mengalami gangguan jantung

   8. Pemeliharaan residual renal function lebih baik pada 2-3 tahun pertama

J.      Kelemahan Peritoneal Dialisis :

    1. Resiko infeksi

    2. Peritonitis

    3. Exit site

    4. Tunnel

    5. BB naik karena glukosa, pada cairan CAPD diabsorbsi

K.    Penilaian Peritoneal Dialisis:

                       1. Penilaian bersifat individual

2. Adakah faktor kelainan yang menyebabkan CAPD lebih bermanfaat dibanding HD ?

3. Kesulitan akses vaskular, penyakit cardiovaskular yang berat

4. Jarak rumah dengan center HD, pekerjaan

L.     Kontra Indikasi Peritoneal Dialisis :

1. Hilangnya fungsi membran peritoneum

2. Operasi berulang pada abdomen, kolostomi,

3. Ukuran tubuh yang besar (kemungkinan dengan PD yang adekuat tidak tercapai)

4. Identifikasi problem yang potensial timbul sebelum CAPD dimulai

a. Apakah pasien perlu seorang asisten (keterbatasan fisik / mental)

b. Adakah hernia

c. Penglihatan kurang

5. Malnutrisi yang berat

M.   Tips Perawatan Chateter Dan Exit Site:Rawatanps perawattttttan kateter danExit Site:

1. Mandi setiap hari untuk menjaga kebersihan kulit, khususnya di sekitarexit site. Jangan    

    mandi berendam

1.      Ganti pakaian dalam maupun pakaian luar setiap hari

Page 10: HEMODIALISIS

2.      Jangan gunakan bahan kimia, misalnya alkohol dan bahan yang mengandung klorida

untuk membersihkan exit site dan keteter

3.      Jangan gunakan krim, salep, atau bedak tabur di sekitar exit site

4.      Jaga posisi keteter krim agar tetap berada pada tempatnya (tidak tertarik, tertekuk, terputar, atau

tersangkut) dengan menempelkannya pada kulit dengan bantuan plester.

N.    Komplikasi Dilakukannya Peritoneum Dialisa

     1.Perdarahan di tempat pemasangan selang atau perdarahan di dalam perut

2. Perforasi organ dalam pada saat memasukkan selang

3. Kebocoran cairan di sekitar selang atau ke dalam dinding perut

4. Penyumbatan aliran cairan oleh bekuan darah

5. Infeksi, baik pada peritoneum maupun di kulit tempat selang terpasang (menyebabkan

terbentuknya abses). Infeksi biasanya terjadi karena prosedur dialisa yang kurang steril. Untuk

mengatasi infeksi diberikan antibiotik.

6. Hipoalbuminemia

7. Sklerosis peritonealis (pembentukan jaringan parut di peritoneum), yang     

   mengakibatkan penyumbatan parsial usus halus

8. Hipotiroidisme

9. Hiperglikemia, sering terjadi pada penderita kencing manis

10. Hernia perut dan selangkangan

11. Sembelit.

Page 11: HEMODIALISIS

Diposkan oleh RATU JAYA   di 18:30 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

INSPIRASI

 Post

 Komentar

PENGIKUT

ARSIP BLOG

▼     2012  (14)

o ►     April  (2)

o ►     Maret  (1)

o ▼     Februari  (2)

peritoneal Dialisa

phymosis

o ►     Januari  (9)

►     2011  (74)

MENGENAI SAYA

Page 12: HEMODIALISIS

RATU JAYASemarang, Jawa Tengah, Indonesia

Pribadi yang selalu inovatif memperbanyak kemampuan, selalu bereksperimen

Lihat profil lengkapku

FOLLOW BY EMAIL

Top of Form

KLIP

interest

SATU TUJUAN

Menggaet lebih banyak

LUNCUR

Top of Form

Bottom of Form

LAMAN

Beranda

ENTRI POPULER

Analisa Proses Interaksi ANALISA PROSES INTERAKSI Initial klien : Nn.A Umur                         : 22 tahun Status Interaksi ke    : Ke-1 (satu...

Analisa Proses Interaksi

ANALISA PROSES

Page 13: HEMODIALISIS

INTERAKSI Initial klien : Nn.N Interaksi ke             : 3 (satu) Tujuan Interaksi       : Klien mampu mem...

NEFROLITIASIS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NEFROLITIASIS DI RUANG BEDAH ANAK DAN WANITA RSDK SEMARANG   NEFROLITIASIS A.     P...

Strategi pelaksanaan Harga Diri Rendah

STRATEGI PELAKSANAAN Masalah Utama            : Harga Diri Rendah Pertemuan : Ke 1 (satu) A.     Proses Keperawatan...

SP Perilaku Kekerasan

STRATEGI PELAKSANAAN Masalah            : Perilaku Kekerasan Pertemuan        : ke 1 (satu) A.     Proses Keperawatan Kondisi Klien dat...

GIGITAN ULAR ( SNAKE BITE )

A. Pengertian Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian. Resiko inf...

URETEROLITIASIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K DENGAN URETEROLITIASIS DI

Page 14: HEMODIALISIS

RUANG A2 BEDAH WANITA & ANAK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG   PENGKAJIAN Tanggal masu...

askep depresi

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn. N DENGAN MASALAH MENARIK DIRI AKIBAT DEPRESI DI RUANG 2 RSJ DAERAH Dr.AMINO GONDO HUTOMO SEMARANG I.   ...

SNNT

Ruang                           : A2 ( Bedah Wanita dan Anak ) T anggal Praktek           : 26 September – 1 Oktober 2011 I.   ...

Askep TB paru

BAB I KONSEP PENYAKIT KOCH PULMONAL (TUBERKULOSIS PARU) A. Pengertian Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang dis...

TOTAL TAYANGAN LAMAN

 10635

wonodrisanatorium. Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.