Hematologi (leukosit)

download Hematologi (leukosit)

of 6

Transcript of Hematologi (leukosit)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel. Data perhitungan sel- sel darah Kelompok 1 2 3 4 5 Jenis Ayam Nilagift Nilagift Ayam Nilagift Jumlah eritrosit 3.540.000 1.125.000 550.000 1.120.000 495.000 Jumlah leukosit 40.900 31.500 123.900 40.900 26.000

* Satuan jumlah eritrosit dan leukosit = sel /mm3 * Perhitungan Jumlah eritrosit ayam dari kotak = ( 5000) ( 708) = 3.400.000 sel/ mm3 Jumlah leukosit ayam : 1636 L Jumlah leukosit = 1/ 64 X 160 X10 = 25 L = (25) (1636) = 40.900 sel/ mm3 25 = 708 E Jumlah eritrosit = E / 80 X 4000 X100 = 5000 E

B. Pembahasan Beragam hewan vertebrata, baik yang hidup di perairan seperti ikan, maupun yang hidup di daratan seperti unggas, reptilia dan mamalia, dapat dikatakan memiliki komposisi darah yang hampir sama. Darah hewan tersebut terdiri atas cairan plasma kurang lebih 55 %, komponen primer cairan tersebut adalah air, dan komponen seluler ( sel sel darah) yang berada dalam plasma kurang lebih 45 %. Sel-sel darah terdiri atas eritrosit, leukosit, trombosit (Yuwono, 2001). Perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit pada burung merpati menggunakan haemocytometer. Berdasarkan percobaan di atas diperoleh jumlah eritrosit dan

leukosit burung merpati. Jumlah eritrosit burung merpati yang diperoleh dengan menggunakan rumus 5000 E yaitu dari kelompok 2 adalah 1.125.000 sel /mm3, kelompok 3; 550.000 sel/mm3 dan kelompok 5; 495.000 sel/ mm3, dan jumlah leukosit burung merpati yang diperoleh dengan menggunakan rumus 25 L yaitu kelompok 2 sebesar 31.500 sel/mm3, kelompok 3 sebesar 123.900 sel/mm3, dan kelompok 5 26.000 sel/mm3. Menurut Moyle (2000) jumlah eritrosit burung sebesar 4.000.000 sel/mm3. Menurut Lagler et al (1977) dan Moyle (2000) jumlah leukosit berkisar antara 20.000 150.000 sel/mm3 berbeda-beda dalam kelompok burung. Berdasarkan data di atas jelas bahwa terdapat perbedaan jumlah eritrosit dengan data pustaka. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan dalam pelaksanaan prosedur dari proses pengencerannya sampai proses perhitungan dengan menggunakan bilik hitung haemocytometer. Berdasarkan hasil yang diperoleh terjadi penyimpangan, hal ini disebabkan karena adanya kesalahan prosedur pelaksanaan, kurang telitinya praktikan menghitung jumlah sel darah, dan mungkin dipengaruhi kondisi burung itu sendiri, apakah dalam keadaan sakit atau sehat dan keadaan patologisnya (Dukes, 1955).

Jumlah eritrosit dalam darah burung beragam dari satu spesies ke spesies lain dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, kondisi lingkungan, habitat, iklim, jenis kelamin dan makanan yang dimakan. Jumlah leukosit yang dipengaruhi oleh faktor patologis yang terjadi di dalam tubuh dan akan meningkat bila terjadi infeksi yaitu pada saat sel leukosit diperlukan untuk memfagositosis benda benda yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit melindungi tubuh dengan menimbulkan peradangan di tempat yang terkena infeksi, memfagositosis mikroba, merusak toksin, dan memproduksi antibodi (Mitchell, 1956). Ukuran kecil memungkinkan jumlah eritrosit yang lebih banyak dalam ruangan tertentu. Jumlah eritrosit berhubungan dengan

sedikit banyaknya oksigen yang harus diikatnya. Menurut Soetrisno (1989) jumlah leukosit juga dapat dipengaruhi oleh infeksi, kehamilan, keracunan bakteri, dan infeksi oleh virus. Sebagian besar vertebrata memiliki eritrosit berbentuk lonjong yang berinti, tapi pada mamalia, dalam perkembangannya inti itu lenyap dan eritrosit berbentuk cawan yang bikonkaf. Bentuk dmikian memiliki permukaan yang lebih luas daripada bentuk bundar yang volumenya sama, dan permukaan yang lebih luas ini mempermudah lewatnya gas dan zat lain melalui membran plasma. Jumlah eritrosit paling banyak dibanding dengan unsur unsur sel darah lainnya (Ville et al, 1988). Eritrosit bersifat fleksibel dan sifat ini memungkinkan eritrosit beradaptasi terhadap bentuk ireguler dan garis papiler kecil, sehingga memungkinkan perubahan yang besar pada bentuk sel bila eritrosit melewati kapiler (Junqueira dan Canneiro, 1980). Eritrosit yang telah masak mengandung banyak hemoglobin. Bentuk eritrosit pada mamalia, burung dan ikan berbeda-beda. Pada Mamalia sel darah merahnya tidak mempunyai inti dan juga tidak memiliki organela lain. Sel darah merah vertebrata

selain Mamalia, ikan, amphibi, reptil dan burung memiliki inti dan bentuknya secara umum oval (Yuwono, 2001). Leukosit memiliki bentuk khas yaitu memiliki sitoplasma, nukleus dan organela yang semuanya bersifat bergerak dalam keadaan tertentu. Jumlah leukosit jauh di bawah eritrosit dan bervariasi tergantung dari jenis hewannya. Fluktuasi dari jumlah leukosit pada tiap indivudu cukup besar pada kondisi tertentu seperti stress, umur, aktivitas fisiologis (Dellmann dan Brown, 1989). Leukosit bisa tersuspensi dalam larutan darah mereka berbentuk sferis tapi mampu mengubah menjadi seperti amoeba bila menemukan substrat padat. Terdapat variasi kuantitatif dalam sel- sel darah putih tergantung umur dan keadaan kesehatan ( Junqueiro dan Canneiro, 1980).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jumlah eritrosit pada ikan Nilagift dari kelompok 2 adalah 1.125.000 sel/mm3, kelompok 3 adalah 550.000 sel/mm3 dan kelompok 5 adalah 495.000 sel/mm3. Sedangkan jumlah leukosit Nilagift dari kelompok 2 sebesar 31.5000 sel/mm3, kelompok 3 sebesar 123.900 sel/mm3 dan kelompok 5 sebesar 26.000 sel/mm3. Jumlah eritrositnya berbeda beda dengan pustaka yang besarnya 4.000.000 sel/mm3. 2. Jumlah eritrosit dan leukosit pada ayam dari kelompok 1 sebesar 3.540.000 sel/mm3 ; 40.900 sel/mm3 dan kelompok4 sebesar 1.120.000 sel/mm3 ; 40.900 sel/mm3. 3. Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yaitu umur, jenis kelamin, spesies, iklim, kondisi lingkungan dan lain-lain. 4. Bentuk eritrosit pada vertebrata kecuali Mamalia adalah oval tidak berinti dan leukosit berinti dan bersifat motil.

DAFTAR REFERENSI

Dellmann, H. D. And Brown, E. M. 1989. Teks histologi Veteriner I. UI Press, Jakarta. Dukes, H. H. 1955. The Physiology of Domestic Animals. Comstock Publishing Associates, New york. Junqueira, U. C. dan Canneiro. 1980. Histologi Dasar. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Moyle, Peter. B. And Joseph, J. Cech. 2000. Fishes : An Introduction to Ichthyology fourth edition. Prentice Hall Inc, London. Mitchell, P. H. 1956. General Physiology. Mc Graw Hill Book Co, New York. Soetrisno, 1989. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan UNSOED, Purwokerto. Ville, C. A, Walker, W, and Barnes, R. D. 1988. Zoologi Umum Edisi 6. Penerbit Erlangga, jakarta. Yuwono, E. 2001. Buku Ajar Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.