HEMATOCHEZIA

17
Putri Yekti Budiasih 1410029001 Pembimbing : dr. Santi Rini Sp. BA SMF ILMU BEDAH RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

description

HEMATOCHEZIA

Transcript of HEMATOCHEZIA

  • Putri Yekti Budiasih1410029001

    Pembimbing :dr. Santi Rini Sp. BA

    SMF ILMU BEDAHRSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIESAMARINDA

  • Penyakit diare yang disertai dengan keluarnya darah berwarna merah segar pada saat buang air besar, tidak menutup kemungkinan itu merupakan gejala hematochezia atau pendarahan saluran cema. Dalam stadium lanjut, hematochezia bisa menyebabkan kematian. Penyebab utama hematochezia adalah kelainan bawaan pada lambung (garter) bagian atas. Hematochezia juga bisa disebabkan karena diverticle meckel, polyp pada usus besar, dan juga karma adanya puntiran (volvulus) pada usus. Penyakit ini banyak dialami anak-anak dan juga BBL. Tidak jarang menjadi penyebab kematian. Karena penderita kehabisan darah. Meskipun tidak bisa dipastikan berapa lama waktu penderita hematochezia mampu bertahan.

  • Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz.3 Hematochezia diartikan sebagai darah segar atau berwarna merah maroon yang keluar melalui anus dan merupakan manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah. Namun, perdarahan dari saluran pencernaan bagian atas yang masif juga dapat menimbulkan hematochezia.1,3Hematochezia adalah bagian dari kotoran merah cerah, darah dari rektum, juga disebut thusly (darah merah per rektum). Hal ini dibedakan dari melena, yang kotoran dengan darah yang telah diubah oleh flora usus dan muncul hitam/tinggal. Hematochezia umumnya dikaitkan dengan perdarahan gastrointestinal yang lebih rendah.Hematochezia adalah buang air besar darah merah segar dari saluran cerna bagian bawah (SCBB). Pseudomelena adalah buang air besar berwarna hitam, tapi penyebab perdarahan berasal dari saluran cerna bagian bawah disebabkan darah terlalu lama di usus. Pseudohematokezia adalah buang air besar merah segar tapi disebabkan oleh perdarahan masif dari SCBA, dimana darah yang keluar tidak sempat bercampur dengan asam lambung. Saluran cerna bagian bawah (SCBB) meliputi jejunum distal dibawah ligamenturn TReitz, ileum, kolon, rektum dan anus.

  • Perdarahan divertikel kolonDivertikel adalah kantong yang terjadi karena penonjolan kearah luar usus melalui lapisan otot. Proses terbentuknya divertikel berhubungan dengan kebiasaan makan pasien.

  • AngiodisplasiaAngiodisplasia (vascularectasis) diklasifikasikan sebagai penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah secara bertahap atau kronis. Lima puluh empat persen dari angiodisplasia kronis menyebabkan perdarahan di dalam usus. Arteriovenous Malformation1AVM dilaporkan sebagai sumber perdarahan saluran cerna bagian bawah pada 3-40% pasien. AVMs biasanya kelainan kongenital dan ditemukan di usus pada 1-2% dari spesimen autopsi. AVMs adalah suatu kelainan pada mukosa dan submukosa pembuluh darah memiliki komunikasi langsung antara arteri dan vena tanpa campur tangan kapiler. Kolitis Kolitis merupakan istilah yang menunjukkan adanya proses peradangan atau inflamasi pada kolon. Kolitis sering diawali dengan infeksi, toksin, produk bakteri, yang terjadi pada individu yang rentan.

  • Penyakit perianalContohnya adalah hemoroid dan fissura ani, biasanya menimbulkan perdarahan dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan feces. Polip dan karsinoma kadang menimbulkan perdarahan yang mirip dengan yang disebabkan oleh hemoroid.Neoplasia kolonBaik tumor ganas dan jinak di usus bisa mirip divertikulosis, dan kebanyakan terjadi pada usia tua.Neoplasma jarang menyebabkan perdarahan masif. Perdarahan bisa berupa sebentar-sebentar, atau kebanyakan kasus adalah perdarahan tersembunyi (occult blood). Divertikulum Meckel7Divertikulum Meckel adalah suatu kelainan bawaan, yang merupakan suatu kantung (divertikula) yang menonjol dari dinding usus halus. Divertikula bisa mengandung jaringan lambung maupun jaringan pankreas. .

  • Penyebab utama perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah diverticulosis, malformasi arteri vena (AVM), dan kolitis iskemik.1 Dari keseluruhan perdarahan saluran cerna, 20%nya adalah perdarahan saluran cerna bagian bawah , dan biasanya tidak lebih berat dari perdarahan saluran cerna bagian atas. Perdarahan SCBB ini biasanya terjadi pada orang tua berusia antara 63-77 tahun.1 Sebanyak 80% biasanya berhenti secara spontan.1 Dalam dekade terakhir , kasus perdarahan saluran cerna meningkat secara signifikan. Mortalitas akibat perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah 3,6 %, sementara tingkat mortalitas akibat perdarahan saluran cerna bagian atas adalah 3,57%.3Pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang dirawat di rumah sakit memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi, yaitu sebanyak 23% dibandingkan pasien yang rawat jalan, hanya sebesar 3.6%.1

  • Perdarahan akut :a.Sinkop : takikardia, kepala pusing,melayangb.Syok : - tekanan darah turun (sistolik< 90 mmHg atau turun > 30 mmHg dari semula) - takikardi, nadi cepat (> 100x/mnt) denyut kecil, lemah atau tidak teraba.c. muka (kulit, mukosa) pucatd. akral dingin e.berkurangnya pembentukan air kemih.berkurangnya aliran darah ke otak (bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan syok) Perdarahan Kronik:Akibat kehilangan darah kronik: a. anemia def.Feb. palpitasic. lemasd. sesak napase. anoreksiaf. insomnia.

  • 1) cek tanda vital : a.Kesadaranb.Tekanan darahc. Nadid.Pernafasane. Suhu 2) Mata : ada tidaknya anemis3) Turgor kulit menurun4) Ekstremitas : akral dingin, ujung-ujung jari sianotik5)Auskultasi Jantung : irama cepat atau lambat6)Abdomen : teraba massa atau tidak, ukuran hepar, splenomegali.1 Auskultasi : peristaltik usus menurun atau tidak7) Colok dubur : darah (+/-), palpasi massa (+/-), identifikasi feses, dan lakukan tes Guaiac.1

  • KolonoskopiKolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan rectum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160 cm. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi lebih baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%.Urgent ColonoscopyTindakan kolonoskopi yang dilakukan dalam 24 jam setelah episode perdarahan. Pada pasien ini dilakukan persiapan awal yang minim dengan air atau gliserin enema. Flexible SigmiodoskopiDapat menjangkau 65 cm kedalam lumen kolon dan dapat mencapai bagian proksimal dari kolon kiri.1 Dapat digunakan tanpa sedatif dan dengan persiapan enema yang minimal. Lima puluh persen dari kanker kolon dapat terdeteksi dengan menggunakan alat ini.

  • Anoskopi Anoskopi berguna hanya untuk diagnosa perdarahan yang sumbernya adalah di daerah anorectal dan anal canal, termasuk di dalamnya adalah hemoroid interna dan fissura anal.

    Barium EnemaSuatu teknik radiografi dengan menggunakan media kontras barium sulfat kemudian difoto dengan sinar X sehingga akan tampak gambaran usus dan bisa melihat apabila ada kebocoram obstruksi akibat polip atau massa.

    AngiographySalah satu cara visualisasi untuk mendiagnosa kelainan pada pembuluh darah seluruh tubuh dengan menggunakan sinar X. Perdarahan yang bisa dideteksi oleh angiography adalah perdarahan yang masif yaitu sekitar 0,5-1,5 ml/min.1

  • Anamnesis Volume perdarahan, berapa kali mengalami perdarahan, mengenai riwayat penyakit terdahulu, apakah pasien menderita tukak peptik,penyakit hati kronik, kelainan saluran cerna bawah (hemorroid,kolitis, ca). Penting pula mengetahui riwayat penyakit sekarang , beberapa petunjuk misalnya jika pasien mengaku:1Feses terbungkus darah, biasanya menandakan perdarahan akibat hemoroid.Darah bercampur dengan feses, menandakan sumber perdarahan yang lebih proksimal.Diare berdarah, terdapat tenesmus ani, biasanya merupakan gejala Irritable Bowel Disease (IBD).Diare berdarah, demam dan nyeri abdomen ,biasanya adalah pasien dengan kolitisJika terdapat nyeri saat defekasi biasanya adalah hemoroid atau fissura anal.Jika feses berubah ukurannya menjadi bentuk panjang seperti pensil disertai penurunan berat badan biasanya adalah pasien kanker kolon.Perdarahan yang terjadi tanpa disertai nyeri biasanya terjadi pada pasien penyakit divertikular , AVM, atau proctitisApakah terdapat sesak, nyeri dada, lightheadedness, dan kelemahan.

  • Divertikulosis Perdarahan dari divertikulum, tidak nyeri dan tinja berwarna merah marun, perdarahan berhenti spontan dan tidak berulang.

    Angiodisplasia Malformasi vaskular usus yang mengakibatkan kerusakan pembuluh darah.

    Kolitis Iskemia Penurunan aliran darah viseral dan tidak ada kaitannya dengan penyempitan pembuluh darah mesenterik.

    Penyakit perianal Contohnya hemoroid, fisura ani, polip, dan keganasan.

    Neoplasia Kolon Tumor kolon yang jinak atau ganas biasanya terdapat pada usia lanjut dan ditemukannya perdarahan berulang atau darah samar.

  • Resusitasi pemberian cairan kristloid seperti NaCl 0,9% ataupun koloid (menstabilkan hemodinamik)Medikamentosa Pada angiodisplasia, kombinasi estrogen dan progesteron bisa mengurangi perdarahan. IBD cukup dengan obat antiinflamasi.Endoskopi Kolonoskopi (untuk melakukan ablasi dan reseksi polip yang berdarah atau mengendalikan perdarahan yang timbul pada kanker kolon) dan Sigmoidoskopi (mengatasi perdarahan hemoroid internal dengan ligasi maupun tehnik termal)Angiografi terapeutik Embolisasi angiografi pilihan terakhir karena dapat menimbulkan infark kolon sebesar 13-18%.Terapi bedah

  • Greenberger,Norton.Blumberg,Richard.Burakoff,Robert: Current Diagnosis and Treatment Gastroenterology,Hepatology,&Endoscopy. McGraw-Hill,Lange.2009 : 343-351.

    Kasper,Dennis.Braunwald,Eugene.Hauser,Stephen, et al.Harrisons Principles of Internal Medicine, 16th edition.McGraw Hill: 235-238.

    Sudoyo,Aru.Setiyohadi,Bambang.Idrus,Alwi.et al.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4.Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta 2006 : 289-297.

    Syamsi,Rusi Muhaimin.WHO: Penggunaan Klinis Darah.EGC,Jakarta 2004:161.

    Wandono,Hadi. Acta Med Indonesia Vol 39 .October - December 2007

    Malueka,Rusdi Ghazali: Radiologi Diagnostik.Pustaka Cendekia Press,Yogyakarta:2006.

    *