hema3

17
MAKALAH HEMATOLOGI II PEMERIKSAAN PENYARING HEMOSTASIS Disusun oleh : 1. Handini Wahu Yan M A1!".!#.!1# ". Has$i Pu$%i Ha&sa%i A1!".!#.!"! '. Ilha( Ro(adhona A1!".!#.!"1 ). In$an A%u( Nu*%ahini A1!".!#.!"" +. I%a D,i Pan*es$u A1!".!#.!"' -. a$u Pa%(a,a$i A1!".!#.!") AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL S/RAKARTA "!1) KATA PENGANTAR

Transcript of hema3

MAKALAH HEMATOLOGI IIPEMERIKSAAN PENYARING HEMOSTASIS

Disusun oleh :1. Handini Wahyu Yan M

A102.09.0192. Hasti Putri Hapsari

A102.09.0203. Ilham Romadhona

A102.09.0214. Intan Arum Nugrahini

A102.09.0225. Ira Dwi Pangestu

A102.09.0236. Jatu Parmawati

A102.09.024

AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Pemeriksaan Penyaring Hemostasis.Makalah ini berisikan tentang informasi atau yang lebih khususnya membahas tentang Pemeriksaan Penyaring Hemostasis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harap demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Surakarta, September 2014PenyusunBAB IPENDAHULUANHemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah perdarahan. Bilamana terdapat luka pada pembuluh darah, segara akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah ke pembuluh darah yang terluka berkurang. Kemudian trombosit akan berkumpul dan melekat pada bagian pembuluh darah yang terluka untuk membentuk sumbat trombosit. Faktor pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk benang-benang fibrin yang akan membuat sumbat trombosit menjadi non permeabel sehingga perdarahan dapat dihentikan.Ada tiga proses hemostasis, yang pertama Fase Vaskuler merupakan akibat dari adanya trauma pada pembuluh darah maka respon yng pertama kali adalah respon dari vaskuler atau kapiler yaitu terjadinya kontraksi dari kapiler disertai dengan extravasasi dari pembuluh darah yang akan memberikan tekanan pada kapiler tersebut ( adanya timbunan darah disekitar kapiler ). Yang kedua, Fase Platelet merupakan fase yang mana pada saat terjadi pengecilan lumen kapiler ( vasokonstriksi ) dan extravasasi ada darah yang melalui permukaan kasar 9 jaringan kolagen ) dengan akibatnya trombosit. Akibat dari bertemunya trombosit dengan permukaan kasar maka trombosit tersebut akan mengalami adhesi serta agregasi. Setelah terjadi adhesi maka dengan pengaruh ATP akan terjadilah agregasi yaitu saling melekat dan desintegrasi sehingga terbentuklah suatu masa yang melekat. Peristiwa trombosit yang mulai pecah atau lepas lepas hingga menjadi suatu massa yang melekat disebut Viscous Metamorposis. Akibat dari terjadinya semua proses ini maka terjadilah sumbatan baru kemudian terjadi fase yang ketiga. Yang ketiga, Fase Koagulasi yang terdiri dari tiga state yaitu pembentukan protrombinase atau protrombin aktivator, perubahan protrombin menjadi trombin dan perubahan fibrinogen menjadi fibrin.

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit, dan faktor pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi hemostasis adalah faktor ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh darah dan keadaan otot.Pedarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit, ataupun sistem pembekuan darah. Bila gejala perdarahan merupakan kalainan bawaan, hampir selalu penyebabnya adalah salah satu dari ketiga faktor tersebut diatas kecuali penyakit Von Willebrand. Sedangkan pada kelainan perdarahan yang didapat, penyebabnya mungkin bersifat multipel. Oleh karena itu pemeriksaan penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan vasculer, trombosit, dan koagulasi.Biasanya pemeriksaan hemostasis dilakukan sebelum operasi. Beberapa klinisi membutuhkan pemerikasaan hemostasis untuk semua penderita pre operasi, tetapi ada juga membatasi hanya pada penderita dengan gangguan hemostasis. Yang paling penting adalah anamnesis riwayat perdarahan. Walaupun hasil pemeriksaan penyaring normal, pemeriksaan hemostasis yang lengkap perlu dikerjakan jika ada riwayat perdarahan.

BAB IIPEMBAHASANPemeriksaan faal hemosatasis adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui faal hemostatis serta kelainan yang terjadi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari riwayat perdarahan abnormal, mencari kelainan yang mengganggu faal hemostatis, riwayat pemakaian obat, riwayat perdarahan dalam keluarga. Adapun indikasi pemeriksaan faal hemostasis adalah sebgai berikut :

1. Persiapan operasi

Jenis pemeriksaan yang dilakukan tergantung dari jenis oprasinya, semakin besar operasinya makin banyak pemeriksaannya.

2. Untuk diagnosa penyakit penyakit perdarahan

3. Pada pengobatan dengan obat obat antikoagulansia

Misalnya obat obat golongan heparin, obat obat golongan coumarine, dan sebagainya.

Pemeriksaan faal hemostatis sangat penting dalam mendiagnosis diatesis hemoragik. Pemeriksaan ini terdiri atas :A. Tes penyaring meliputi :1. Percobaan pembendungan

2. Masa perdarahan

3. Hitung trombosit

4. Masa protombin plasma (Prothrombin Time, PT)

5. Masa tromboplastin partial teraktivasi (Activated partial thromboplastin time, APTT)

6. Masa trombin (Thrombin time, TT)7. Pemeriksaan Penyaring Untuk Faktor XIII

8. Clotting TimeB.Tes khusus meliputi :

1. Tes faal trombosit

2. Tes Ristocetin3. Pengukuran faktor spesifik (faktor pembekuan)

4. Pengukuran alpha-2 antiplasminC. Pra Analitik

1. AntikoagulanUntuk pemeriksaan koagulasi antikoagulan yang dipakai adalah natrium sitrat 0,109 M dengan perbandingan 9 bagian darah dan 1 bagian natrium sitrat.Untuk hitung trombosit antikoagulan yang dipakai adalah Na2EDTA.Jika dipakai darah kapiler, maka tetes darah pertama harus dibuang.2. PenampungUntuk mencegah terjadinya aktivasi factor pembekuan, dianjurkan memakai penampung dari plastic atau gelas yang telah dilapisi silicon.3. Semprit dan JarumDianjurkan memakai semprit plastic dan jarum yang cukup besar. Paling kecil nomor 20.4. Cara pengambilan darahPada waktu pengambilan darah, harus dihindari masuknya tromboplastin jaringan. Yang dianjurkan adalah pengambilan darah dengan memakai 2 semprit. Setelah darah dihisap dengan semprit pertama, tanpa mencabut jarum, semprit pertama dilepas lalu pasang semprit kedua. Darah semprit pertama tidak dipakai untuk pemeriksaan koagulasi, sebab dikhawatirkan sudah tercemar oleh tromboplastin jaringan.5. KontrolSetiap kali mengerjakan pemeriksaan koagulasi, sebaiknya diperiksa juga satu kontrol normal dan satu kontrol abnormal. Selain tersedia secara komersial, kontrol normal juga dapat dibuat sendiri dengan mencampurkan plasma yang berasal dari 10 sampai 20 orang sehat, yang terdiri atas pria dan wanita yang tidak memakai kontrasepsi hormonal. Plasma yang dipakai sebagai kontrol tidak boleh ikterik, lipemik, maupun hemolisis.6. Penyimpanan dan pegiriman bahan Pemeriksaan koagulasi sebaiknya segera dikerjakan, karena beberapa faktor pembekuan bersifat labil. Bila tidak dapat diselesaikan dalam waktu 4 jam setelah pengambilan darah, plasma disimpan dalam tempat plastik tertutup dan dalam keadaan beku. Untuk pemeriksaan APTT dan assay faktor VIII atau IX, bahan yang dikirim adalah plasma citrat dalam tempat plastik bertutup dan diberi pendingin, tetapi untuk PT dan agregasi trombosit jangan diberi pendingin karena suhu dingin dapat mengaktifkan F VII tetapi menghambat agregasi trombosit.7. Penyimpanan bahanPemeriksaan faal hemostasis menggunakan sistim penyimpanan kedap udara yang memerlukan tabung sitrat ( PT, aPTT, TT ), satu tabung EDTA ( hitung trombosit dan apusan darah tepi dari ujung jari. Hal hal yang harus diperhatikan antara lain :

a. Tabung sitrat harus mengandung 0,5 cc anticoagulant yang harus ditambah dengan 4,5 cc darah.

b. Uji pembekuan harus dilakukan segera setelah pengambilan darah. Nilai aPTT khususnya dapat memanjang semu akibat keterlambatan pemeriksaan. Jangka waktu penyimpanan :

Penyimpanan pada suhu kamar pemeriksaan harus dilakukan pada waktu 2 jam.

Penyimpanan pada suhu 40C pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu 12 jam.

c. Bila pemeriksaan aPTT tidak dilakukan dalam waktu 12 jam atau lebih, darah yang telah diberi anticoagulant dapat dipusingkan dan plasmanya dibekukan untuk pemeriksaan selanjutnya.

d. Hitung trombosit dapat dilakukan setelah disimpan pada 40C selama 24 jam. Jumlah trombosit dapat meningkat palsu pada penderita dengan jumlah sel darah putih yang sangat tinggi atau poikilositosis sel darah merah yang berat.

D. Analitik 1. Percobaan pembendungan ( Rumple leed )

Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan dinding kapiler darah dengan cara mengenakan pembendungan pada vena, sehingga tekanan darah di dalam kapiler meningkat. Dinding kapiler yang kurang kuat akan menyebabkan darah keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak titik-titik merah kecil pada permukaan kulit, titk itu disebut dengan petekia.Untuk melakukan percobaan ini mula-mula dilakukan pembendungan pada lengan atas dengan memasang tensimeter pada pertengahan antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan itu dipertahankan selama 10 menit. Jika percobaan ini dilakukan sebagai lanjutan masa perdarahan, cukup dipertahankan selama 5 menit. Setelah waktunya tercapai bendungan dilepaskan dan ditunggu sampai tanda-tanda stasis darah lenyap. Kemudian diperiksa adanya petekia di kulit lengan bawah bagian voler, pada daerah garis tengah 5 cm kira-kira 4 cm dari lipat siku.Pada orang normal tidak atau tidak sama sekali didapatkan petekia. Hasil positif bila terdapat lebih dari 10 petekia. Seandainya di daerah tersebut tidak ada petekia tetapi jauh di distal ada, hasil percobaan ini positif juga.Jika pada waktu dilakukan pemeriksaan masa perdarahan sudah terjadi petekie, berarti percobaan pembendungan sudah positif hasilnya dan tidak perlu dilakukan sendiri. Pada penderita yang telah terjadi purpura secara spontan, percobaan ini juga tidak perlu dilakukan.

Walaupun percobaan pembendungan ini dimaksudkan unntuk mmengukur ketahanan kapiler, hasil tes ini ikut dipengaruhi juga oleh jumlah dan fungsi trombosit. Trombositopenia sendiri dapat menyebabkan percobaan ini barhasil positif.2. Masa perdarahanPemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan vascular dan trombosit untuk menghentikan perdarahan.

Prinsip pemeriksaan ini adalah menentukan lamanya perdarahan pada luka yang mengenai kapiler. Terdapat 2 macam cara yaitu cara Ivy dan Duke.Pada cara Ivy, mula-mula dipasang tensimeter dengan tekanan 40 mmHg pada lengan atas. Setalah dilakukan tindakan antisepsis dengan kapas alkohol, kulit lengan bawah bagian voler diregangkan lalu dilakukan tusukan denagn lancet sedalam 3mm. Stopwatch dijalankan waktu darah keluar. Setiap 30 detik darah dihisap dengan kertas saring. Setelah darah tidak keluar lagi, stopwatch dihentikan. Nilai normal berkisar antara 1-6 menit..Pada cara duke, mula-mula dilakukan tindakan antisepsis pada anak daun telinga. Dengan lancet, dilakukan tususkan pada tepi anak daun telinga. Stopwatch dijalankan waktu darah keluar. Setiap 30 detik, darah dapat dihisap dengan kertas saring. Setelah darah tidak keluar lagi, stopwatch dihentikan. Nilai normal berkiasar antara 1-3 menit. Cara Duke sebaiknya dipakai untuk bayi dan anak kecil dimana sukar atau tidak mungkin dilakukan pembendungan.Pemeriksaan masa perdarahan merupakan suatu tes yang kurang memuaskan karena tidak dapat dilakukan standarisasi tusukan baik mengenai dalamnya, panjangnya, lokalisasinya maupun arahnya sehingga korelasi antara hasil tes ini dan keadaan klinik tidak begitu baik. Perbedaan suhu kulit juga dapat mempengaruhi hasil tes ini.

Pada pemeriksaan ini tusukan harus cukup dalam, sehingga salah satu bercak darah pada kertas saring mempunyai diameter 5 mm atau lebih. Masa perdarahan yang kurang dari 1 menit juga disebabkan tusukan yang kurang dalam. Dalam hal seperti ini, percobaan dianggap batal dan perlu diulang.

Hasil pemeriksaan menurut cara Ivy lebih dapat dipercaya daripada cara Duke, karena pada cara Duke tidak dilakukan pembendungan sehingga mekanisme hemostatis kurang dapat dinilai. Apabila pada cara Ivy perdarahan berlangsung lebih dari 10 menit dan hal ini diduga karena tertusuknya vena, perlu dilakukan pemeriksaan ulang pada lengan yang lain. Kalau hasilnya tetap lebih dari 10 menit, hal ini membuktikan adanya suatu kelainan dalam mekanisme hemostatis. Tindakan selanjutnya adalah mencari letak kelainan hemostatis dengan mengerjakan pemeriksaan-pemeriksaan lain.3. Hitung trombositHitung trombosit dapat dilakukan dengan cara langsung dan tak langsung. Cara langsung dapat dilakukan dengan cara manual, semi otomatik, dan otomatik.

Pada cara manual, mula-mula darah diencerkan dengan larutan pengencer lalu diisikan ke dalam kamar hitung dan jumlah trombosit dihitung dibawah mikroskop. Untuk larutan pengencer yang dipakai larutan Rees Ecker atau larutan amonium oksalat 1%. Cara manual mempunyai ketelitian dan ketepatan yang kurang baik, karena trombosit kecil sekali sehingga sukar dibedakan dari kotoran kecil. Lagi pula trombosit mudah pecah dan cenderung saling melekat membentuk gumpalan serta mudah melekat pada permukaan asing. Oleh karena itu alat-alat yang dipakai harus betul-betul bersih dan larutan pengencer harus disaring terlebih dahulu. Sebagai bahan pemeriksaan dipakai darah dengan anticoagulant sodium ethylendiamine tetraacetate yang masih dalam batas waktu yang diijinkan artinya tidak lebih dari 3 jam setelah pengambilan darah.

Pada cara semi otomatik dan otomatik dipakai alat electronic particle counter sehingga ketelitiannya lebih baik daripada cara manual. Akan tetapi cara ini masih mempunyai kelemahan, karena trombosit yang besar (giant trombocyte) atau beberapa trombosit yang menggumpal tidak ikut terhitung, sehingga jumlah trombosit yang dihitung menjadi lebih rendah.

Pada cara tak langsung yang pertama dilakukan yaitu ujung jari didesinfeksi dengan alkohol dan biarkar kering, selanjutnya teteskan satu tetes besar larutan magnesium sulfat 14 % diatas ujung jari yang sudah didesinfeksi. Tusuklah ujung jari tersebut dengan lancet melalui tetesan ma larutan magnesium sulfat 14 %, setelah jumlah darah keluar kurang lebih seperempat jumlah magnesium sulfat 14 % campurlah darah tersebut. Buatlah sedian apusan darah dengan pewarnaan wright atau giemza, , jumlah trombosit pada sediaan hapus dibandingkan jumlah trombosit dengan jumlah eritrosit kemudian jumlah mutlaknya dapat diperhitungkan dari jumlah mutlak eritrosit.

Karena sukarnya dihitung, penilaian semi kuantitatif tentang jumlah trombosit dalam sediaan hapus darah sangat besar artinya sebagai pemeriksaan penyaringan. Pada sediaan hapus darah tepi, selain dapat dilakukan penilaian semi kuantitatif, juga dapat diperiksa morfologi trombosit serta kelainan hematologi lain. Bila sediaan hapus dibuat langsung dari darah tanpa antikoagulan, maka trombosit cenderung membentuk gumpalan. Jika berarti membentuk gumpalan berarti tedapat gangguan fungsi trombosit.

Dalam keadaan normal jumlah trombosit sangat dipengaruhi oleh cara menghitungnya dan berkisar antar 150.000 400.000 per l darah.

Pada umumnya, jika morfologi dan fungsi trombosit normal, perdarahan tidak terjadi jika jumlah lebih dari 100.00/l. Jika fungsi trombosit normal, pasien dengan jumlah trombosit diatas 50.000/l tidak mengalami perdarahan kecualai terjadi trauma atau operasi. Jumlah trombosit kurang dari 50.000/l digolongkan trombositopenia berat dan perdarahan spontan akan terjadi jika jumlah trombosit kurang dari 20.000/l.4. Masa protombin plasma (plasma Prothrombin Time, PPT)Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan VII, X, V, protrombin dan fibrinogen. Selain itu juga dapat dipakai untuk memantau efek antikoagulan oral karena golongan obat tersebut menghambat pembentukan faktor pembekuan protrombin, VII, IX, dan X. Perubahan faktor V dan VII akan memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari nilai normal.

Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma yang diinkubasi pada suhu 37C, ditambahkan reagen tromboplastin jaringan dan ion kalsium.

CaraKerjapemeriksaan ini sebagai berikut :

a. Pembuatan Plasma

1) Kedalam tabung sentrifuge masukkan 0,5 ml Na. Citrat 3,8 %.

2) Darah vena 4,5 ml masukkan ke dalam tabung yang berisi Na, Citrat tadi dan campur baik-baik.

3) putar pda sentrifuge selama 20 menit pada 3000 rpm

4) Pisahkan plasma yang terjadi, masukkan kedalam tabung dan kalau plasma tidak segera diperiksa masukkan kedalam lemari es.

b. PembuatanLarutanTromboplastine

1) Masukkan 5 ml larutan NaCl 0,9 % dalam tabung lalu ditambah dengan 1 ampul Brain Thromboplastine.

2) Larutan siap digunakan untuk pemeriksaan.c. Pemeriksaan PPT

1) Masukkan tabung reaksi 10 x 200 mm ke dalam waterbath.

2) Masukkan 0,1 ml plasma kedalam tabung tadi dan tunggu sampai plasma bersuhu 37C.

3) Tambahkan 0,1 ml Thromboplastine dan campur.

4) Kepada campuran tadi tambahkan larutan CaCl20,25 M. Jalankan Stop Watch tepat pada waktu larutan CaCl2tercampur dengan plasma.

5) Biarkan selama 10 detik, kemudian dicoba apakah sudah ada fibrin dengan memancinnya berkali-kali dengan kaitan logam / ose.

6) Hentikan stop watch pada saat terdapat benang fibrin. Lamanya waktu terbentuknya benang fibrin disebutMasaProtrombinplasma

PT adalah uji koagulasi yang paling sering dilakukan. Reagen untuk PT adalah tromboplastin jaringan dan kalsium klorida. Apabila ditambahkan ke plasma yang mengandung sitrat, reagen-reagen ini akan menggantikan faktor jaringan untuk mengaktifkan faktor X dengan keberadaan faktor VII tanpa melibatkan trombosit atau prokoagulan jalur intrinsik. Untuk mendapatkan hasil PT normal, plasma harus mengandung paling sedikit 100 mg/dL fibrinogen dan faktor VII, X, V, dan protrombin 10%. Pemanjangan PT dapat terjadi karena defisiensi faktor koagulasi multipel, terapi antikoagulan oral, penyakit hati,defisiensi vitamin K, dan defisiensi faktor jalur bersama. Hasil dari protrombin dapat dilaporkan dalam bentuk (1) waktu dalam detik, (2) prosentase aktivitas normal, dan (3) jika digunakan untuk memonitor obat-obatan jenis coumarin (misal : warfarin coumadin) dlam bentuk INR. Detik menunjukkan lama yang dibutuhkan sample darah untuk melakukan pembekuan zat penambah bahan kimia. Untuk memperoleh suatu tingkat kontrol, juga menguji sample normal darah yang diketahui dengan tekhnik yang sama. Setiap laboratorium perlu membuat tingkat kontrol karena banyak variabel lingkungan yang dapat mengubah PT dalam waktu beberapa detik jika sample darah kekurangan protrombin atau faktor-faktor pembekuan lain yang mempengaruhi uji, maka PT pasien dalam detik.akan lebih tinggi dibandingkan PT kontrol dalam beberapa detik. Pertambahan waktu selalu berarti penurunan prosentase aktivitas dan demikian pula sebaliknya. Hal ini berlaku karena dengan berkurangnya aktivitas pembekuan darah, maka darah akan memerlukan waktu lebih lama untuk membeku.

Syarat yang harus dilakukan dalam pemeriksaan PPT antara lain: antikoagulan yang dipakai adalah Na Sitrat 3,8%, mengontrol alat, reagen, suhu, bahan pemeriksaan PPT, tabung yang digunakan tabung khusus pemeriksaaan PPT yaitu tabung plastik sekali pakai, jika menggunakan tabung kaca pencucuian harus bersih tidak boleh ada sisa sabun/detergent, sedangkan untuk penanganan sampel, sampel harus segera diperiksa dalam waktu 2 jam.

Hasil pemeriksaan ini dipengaruhi oleh kepekaan tromboplastin yangh dipakai oleh teknik pemeriksaan. Karena itu pemeriksaan ini harus dilakukan duplo dan disertai kontrol dengan plasma normal.

Nilai normal tergantung dari reagen, cara pemeriksaan dan alat, dan alat yang digunakan. Sebaiknya tiap laboratorium mempunyai nilai normal yang ditetapkan sendiri dan berlaku untuk laboratorium tersebut.

Jika hasil PT memanjang maka penyebabnya mungkin kekurangan faktor-faktor pembekuan di jalur ekstrinsik dan bersama atau adnya inhibitor. Untuk membedakan hal ini, pemeriksaan diulang sekali lagi dengan menggunakan campuran plasma penderita dan plasma kiontrol dengan perbandingan 1:1. Bila ada inhibitor, masa protombin plasma tetap memanjang.

Selain dilaporkan dalam detik, hasil PT juga dilaporkan dalam rasio, aktivitas protombin dan indeks. Rasio yaitu perbandingan antara PT penderita dengan PT kontrol. Aktivitas protombin dapat ditentukan dengan menentukan dengan menggunakan kurva standart dan dinyatakan dalam %.

Pemeriksaan PT juga sering dipakai untuk memantau efek pemberian antikoagulan oral. Pemberian kepekaan reagen tromboplastin yang dipakai dan perbedaan cara pelaporan menimbulkan kesulitan bila pemantauan dikerjakan di laboratorium yang berbeda-beda. Untuk mengatasi masalah tersebut ICTH (International Comittee on Thrombosis and Haemostasis) dan ICSH (International Comitte for Standardization in Haematology) menganjurkan agar tromboplastin jaringan yang akan digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu terhadap tromboplastin rujukan untuk mendapatkan ISI (International Sensitivity Index). Juga dianjurkan agar hasil pemeriksaan PT dilaporkansecara seragam dengan menggunakan INR (International Normalized Ratio), yaitu rasio yang dipangkatkan dengan ISI dari reagens tromboplastin yang digunakan.5. Masa tromboplastin partial teraktivasi (Activated partial thromboplastin time, APTT)Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melaui jalur intrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan XII, prekalikrein, kininogen, XI, IX, VIII, X, V, protombin dan fibrinogen.

Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma ditambahkan reagens tromboplastin parsial dan aktivator serta ion kalsium pada suhu 370C. reagen tromboplastin parsial adalah fosfolipid sebagai pengganti platelet factor 3. Pada pemeriksaan APTT sampel yang digunakan adalah darah vena. Anticoagulant yang dipakai adalah sodium sitrat 3,2% atau 3,8% dengan perbandingan 9 : 1 ( 9 bagian darah : 1 bagian darah ), kemudian sampel darah disentrifuge 3000 rpm selama 15 menit. Penampung yang digunakan tidak boleh menggunakan bahan yang mampu menginduksi aktivasi seperti gelas. Sebaliknya dipakai penampung gelas berlapis silikon atau plastik.

Cara kerja :

a. Reagen APTT 100 ul + 100 ul plasma dimasukkan kedalam tabung 1

b. Masukkan 200 ul larutan CaCl2 ke dalam tabung 2

c. Inkubasi tabung 1 dan 2 selama 5 menit pada inkubator yang bersuhu 37Cd. Ambil 100ul CaCl2 pada tabung 2, masukkan ke dalam tabung 1, jalankan stopwatch, aduk, amati hingga terjadi bekuan ( jendalan ) Nilai normal tergantung dari reagens, cara pemeriksaan dan alat yang dipakai. Juga dianjurkan agar tiap laboratorium menentukan nilai normalnya sendiri. Hasilnya memanjang bila terdapat kekurangan faktor pembekuan dijalur intrinsik dan bersama atau bila terdapat inhibitor. Sama seperti PT, untuk membedakan hal ini dilakukan pemeriksaan ulang terhadap campuran plasma penderita dan plasma kontrol dengan perbandinagn 1:1. Bila hasilnya tetap memanjang, berarti ada inhibitor. Pada hemofilia A maupun hemofilia B, APTT akan memanjang, tetapi pemeriksaan ini tidak dapat membedakan kedua kelainan tersebut.

Pemeriksaan ini juga dipakai untuk memnatau pemberian heparin. Dosis heparin diatur sampai APTT mencapai 1,5-2,5 kali nilai kontrol. 6. Masa trombin (Thrombin time, TT)Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan pada suhu 37C bila ke dalam plasma ditambahkan reagens thrombin.

Nilai normal tergantung dari kadar thrombin yang dipakai. Hasil TT dipengaruhi oleh kadar dan fungsi fibrinogen serta ada tidaknya inhibitor. Hasilnya memanjang bila kadar fibrinogen kurang dari 100 mg/dl atau fungsi fibrinogen abnormal atau bila terdapat inhibitor thrombin seperti heparin atau FDP (Fibrinogen degradation product).Bila TT memanjang, pemeriksaan diulang sekali lagi dengan menggunakan campuran plasma penderita dan plasma control dengan perbandingan 1:1 untuk mengetahui adanya tidaknya inhibitor.

Untuk membedakan apakah TT yang memanjang karena adanya heparin, fibrinogen abnormal atau FDP, dilakukan pemeriksaan masa reptilase. Reptilase berasal dari bisa ular Aneistrodon Rhodostoma. Apabila TT yang memanjang disebabkan oleh heparin maka masa reptilase akan memberikan hasil normal, sedangkan fibrinogen abnormal atau FDP akan menyebabkan masa reptilase memanjang.7. Pemeriksaan Penyaring Untuk Faktor XIII

Pemeriksaan ini dimasukkan dalam pemeriksaan penyaring, karena baik PT, APTT, maupun TT tidak menguji factor XIII, sehingga adanya defisiensi F XIII tidak dapat di deteksi dengan PT, APTT, maupun TT.

Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai kemampuan factor XIII dalam menstabilkan fibrin.

Prinsipnya F XIII mengubah fibrin soluble menjadi fibrin stabil karena terbentuknya ikatan cross link. Bila tidak ada F XIII, ikatan dalam molekul fibrin akan dihancurkan oleh urea 5M atau monokhlorasetat 1%. Cara pemeriksaannya adalah dengan memasukkan bekuan fibrin ke dalam larutan urea 5M atau asam monokhloroasetat 1%, kemudian setelah 24 jam stabilitas bekuan dinilai. Bila factor XIII cukup, setelah 24 jam bekuan fibrin tetap stabil dalam larutan urea 5M. jika terdapat defisiensi factor XIII bekuan akan larut kembali dalam waktu 2-3 jam.8. Clotting timeClotting Timeadalah waktu yang di perlukan darah untuk membeku atau waktu yang di perlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya pembekuan. Hal ini menunjukkan seberapa baik platelet berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk pembekuan darah.Trombin waktu membandingkan tingkat pasien pembentukan gumpalan dengan sampel dari normal plasma dikumpulkan. Trombin yang ditambahkan pada sampel plasma. Jika plasma tidak segera membeku, itu berarti kekurangan (fibrinogen kuantitatif) atau cacat kualitatif (fibrinogen disfungsional). Jika seorang pasien yang menerima heparin( substansi yang berasal dari bisa ular reptilas)e disebut digunakan bukan trombin. Reptilase memiliki tindakan yang mirip dengan trombin tetapi tidak seperti trombin tidak dihambat oleh heparin. Trombin waktu dapat diperpanjang oleh: heparin, produk degradasi fibrin, antikoagulan lupus.

Dalam bidang tes koagulasi,Clotting timeadalah salah satu yang paling prosedural sederhana. Setelah membebaskan plasma dari seluruh darah dengan sentrifugasi, Trombin yang ditambahkan pada sampel plasma. bekuan ini terbentuk dan terdeteksi optikal atau mekanis dengan alat koagulasi. Waktu antara penambahan trombin dan pembentukan gumpalan dicatat sebagaiClotting time.

E. Post Analitik

1. Memerhatikan dalam validasi penulisan hasil pemeriksaan

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah perdarahan. Bilamana terdapat luka pada pembuluh darah, segara akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah ke pembuluh darah yang terluka berkurang. Kemudian trombosit akan berkumpul dan melekat pada bagian pembuluh darah yang terluka untuk membentuk sumbat trombosit. Faktor pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk benang-benang fibrin yang akan membuat sumbat trombosit menjadi non permeabel sehingga perdarahan dapat dihentikan. Pemeriksaan faal hemostatis sangat penting dalam mendiagnosis diatesis hemoragik.Pemeriksaan ini terdiri atas Tes penyaring meliputi :

1. Percobaan pembendungan

2. Masa perdarahan

3. Hitung trombosit

4. Masa protombin plasma (Prothrombin Time, PT)

5. Masa tromboplastin partial teraktivasi (Activated partial thromboplastin time, APTT)

6. Masa trombin (Thrombin time, TT)7. Pemeriksaan Penyaring Untuk Faktor XIII

8. Clotting Time