Helastrin Hutagaol- JURNAL

download Helastrin Hutagaol- JURNAL

of 9

Transcript of Helastrin Hutagaol- JURNAL

universitas negeri medan JURNAL PENELITIAN

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA BAKU DENGAN BAIK DAN BENAR DALAM ACARA LAUNCHING DAN BEDAH BUKU KETIKA MALAM MERAYAP LEBIH DALAMHelastrin Hutagaol409121035

2012

Penggunaan Bahasa Indonesia Dengan (Helastrin Hutagaol)

PENDIDIKAN FISIKA A 2009

Page 1

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA BAKU DENGAN BAIK DAN BENAR DALAM ACARA LAUNCHING DAN BEDAH BUKU KETIKA MALAM MERAYAP LEBIH DALAM

Helastrin Hutagaol Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan

ABSTRAK Penelitian ini merupakan pengamatan terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam acara launching dan bedah buku Ketika Malam Merayap Lebih Dalam . Tujuan penelitian ini mendeskripsikan tingkat penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar khususnya di dunia pendidikan. Permasalahan utama yang dibahas adalah bagaimanakah ketepatan penggunaan bahasa Indonesia baku lisan pembicara dan audiens pada saat acara berlangsung. Penelitian ini menggunakan metode simak atau penyimakan terhadap penggunaan bahasa. Sampel yang diselidiki sebanyak 8 orang dengan rincian 2 orang pembawa acara, 2 orang pemberi kata sambutan, 1 orang moderator dan 3 orang pembicara. Pengumpulan data dilakukan menggunakan observasi terhadap komunikasi lisan pembawa acara, pemberi kata sambutan, moderator dan pembicara. Hasil penelitian menunjukkan: (1) penggunaan bahasa Indonesia lisan di acara launching dan bedah buku Ketika Malam Merayap Lebih Dalam belum baik dan benar (2) bahasa non-baku yang muncul selama acara berlangsung lebih dipengaruhi oleh pelafalan yang diwarnai bahasa daerah atau dialek. Kata Kunci : bahasa baku , baik, benar PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Bahasa memungkinkan kita berhubungan dengan manusia lain hingga melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Jadi, bahasa tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan baku dalam penggunaannya. Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas, khususnya di kalangan pendidikan. Meskipun sudah sering didengar, ternyata belum semua orang memahami makna Pergunakanlah Bahasa Indonesia Baku dan Non-baku dengan Baik dan Benar. Sebab dalam prakteknya masih sering terjadi penyimpangan dalam pemakaian bahasa baku dan non-baku ini. Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan situasi dan tempat. Ragam bahasa baku Penggunaan Bahasa Indonesia Dengan (Helastrin Hutagaol) Page 2

dipakai pada situasi resmi, ilmiah. Ragam bahasa non baku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, di pasar, tulisan pribadi, dan buku harian. Gejala seperti ini dapat diamati dalam acara penggunaan bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar di acara launching dan bedah buku Ketika Malam Merayap Lebih Dalam . Permasalahan utama yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah ketepatan penggunaan bahasa Indonesia baku lisan pembicara dan audiens pada saat acara berlangsung. Sebelum diadakan penelitian, dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) bagaimanakah ketepatan penggunaan bahasa Indonesia lisan selama acara berlangsung?, (2) Apa sajakah yang melatarbelakangi penggunaan bahasa lisan baku maupun non-baku oleh pembicara dan audiens?. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketepatan bahasa yang digunakan oleh pembawa acara, pemberi kata sambutan, moderator, dan pembicara serta mengidentifikasikan hal-hal yang melatarbelakangi mereka dalam menggunakan bahasa lisan baku maupun nonbaku oleh pembicara dan audiens selama acara launching dan bedah buku Ketika Malam Merayap Lebih Dalam berlangsung. Bahasa Indonesia baku dan non-baku mempunyai kode atau ciri bahasa dan fungsi pemakaian yang berbeda. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan, Yus Rusyana berpengertian bahwa bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima, dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih luas (1984: 104). Suharianto berpengertian bahwa bahasa non-standar atau bahasa tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23). Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut: 1. Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek. Contoh: kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan /keterampilan Dia mengontrak rumah di Kebayoran - Dia ngontrak rumah di Kebayoran. Mobil paman saya baru- Paman saya mobilnya baru. (bahasa baku- bahasa tidak baku)2. Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi

bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata. Contoh: Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu. Kuliah sudah berjalan dengan baik.

Penggunaan Bahasa Indonesia Dengan (Helastrin Hutagaol)

Page 3

3. Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat. Contoh: Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya penipu.4. Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis

secara jelas dan tetap di dalam kalimat. Contoh: Bacalah buku itu sampai selesai! Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri? Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.5. Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan

secara jelas dan tetap dalam kalimat. Contoh: Saya bertemu dengan adiknya kemarin. Ia benci sekali kepada orang itu.6. Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku

ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat. Contoh: Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat. Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi. Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.7. Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku

ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. Contoh: Saya anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini. Aku engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu. Saya Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.8. Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa

Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat. Contoh: Surat Anda sudah saya baca. Kiriman buku sudah dia terima.9. Fungsi gramatikal (subyek, predikat, obyek sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia

baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Contoh: Kepala Kantor pergi keluar negeri. Rumah orang itu bagus.10.

Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara

jelas dan tetap sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku di dalam kalimat. Contoh: Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Penggunaan Bahasa Indonesia Dengan (Helastrin Hutagaol) Page 4

Sebelum analisis data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguhsungguh.11.

Kosakata sebagai bahagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau

diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Contoh: mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silakan.12.

Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan

tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.13.

Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan

Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 64). 14. Pemakaian konstruksi sintensis. tahu, mereka - dia orang (bahasa baku-bahasa tidak baku). Ciri-ciri bahasa Indonesia baku secara umum sama antara lisan dan tulis. Gleason mengemukakan bahwa Struktur bahasa lisan menunjukkan kesamaan di dalam berbagai hal dengan struktur bahasa tulis (SyafiI, 1984 : 42). Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri lafal dialek setempat atau lafal daerah. Contoh: (bahasa baku- bahasa tidak baku) atap/ atep, menggunakan/ menggaken, pendidikan/ pendidian, kalaw/ kalo, habis/ abis, dengan/ dengen, subuh/ subueh, senin/ senen, mantap / mantep, pergi/ pigi, hilang/ ilang, dalam/ dalem, cantik sekali/ cantik banget, lurus saja/ lempeng saja, masih kacau/ masih sembraut, uang/ duit, tidak mudah/ enggak gampang, diikat dengan kawat/ diikat sama kawat, bagaimana kabarnya/ gimana kabarnya. Bahasa Indonesia baku dipakai di dalam beberapa konteks. Pertama, dalam komunikasi resmi, yaitu dalam surat-menyurat resmi atau dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi. Kedua, dalam wacana teknis, yaitu dalam laporan resmi dan karangan ilmiah berupa makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan hasil penelitian. Ketiga, pembicaraan di depan umum, yaitu ceramah, kuliah, khotbah. Keempat, pembicaraan dengan orang yang dihormati, yaitu atasan Contoh: anaknya - dia punya anak, membersihkan - bikin bersih, memberitahukan - kasih

Penggunaan Bahasa Indonesia Dengan (Helastrin Hutagaol)

Page 5

dengan bawahan di dalam kantor, siswa dan guru di kelas atau di sekolah, guru dan kepala sekolah di pertemuan-pertemuan resmi, mahasiswa dan dosen di ruang perkuliahan. Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia baku. Pemakaian bahasa Indonesia non-baku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi pemakaian dan ciri bahasa Indonesia non-baku. Harimurti Kridalaksana memperjelas bahwa adanya bahasa baku atau bahasa standar dan bahasa non-baku atau bahasa non-standar bukan berarti bahwa bahasa baku atau bahasa standar lebih baik, lebih benar daripada bahasa non-baku atau bahasa non-standar. Bukan itu permasalahannya. Kita memakai bahasa secara betul atau baik bila kita menggunakan bahasa baku sesuai dengan fungsinya. Demikian juga, kita mempergunakan bahasa secara betul atau baik bila kita mempergunakan bahasa non-baku atau bahasa non-standar sesuai dengan fungsinya. Kita menggunakan bahasa secara salah atau tidak benar bila kita menggunakan bahasa standar untuk fungsi bahasa non-standar. Oleh karena itu, memakai bahasa baku tidak dengan sendirinya berarti memakai bahasa yang baik dan benar. Bahasa baku tidak sama dengan bahasa yang baik dan benar (1981 : 19). METODE PENELITIAN Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan metode simak atau penyimakan, yaitu metode pengumpulan data dengan jalan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:2). Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar di acara Launching dan Bedah Buku Ketika Malam Merayap Lebih Dalam , yaitu teknik sadap. Artinya, dalam mendapatkan data peneliti mengadakan penyimakan pemakaian bahasa lisan pembawa acara, pemberi kata sambutan, moderator dan pembicara selama acara berlangsung. Adapun teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap (TSBLC). Kegiatan penyadapan itu dilakukan dengan teknik simak bebas libat cakap (TSBLC). Dalam teknik ini peneliti tidak terlibat dalam dialog dan konversasi. Jadi, peneliti tidak ikut berbicara. Peneliti tidak bertindak sebagai pembicara yang berhadapan dengan mitra wicaranya, tetapi hanya sebagai pemerhati. Selain TSBLC, digunakan teknik catat dan teknik rekam untuk mengumpulkan data. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Bahasa Indonesia Dengan (Helastrin Hutagaol)

Page 6

Hasil pengamatan tentang penggunaan bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar dalam acara Launching dan Bedah Buku Ketika Malam Merayap Lebih Dalam dapat disajikan sebagai berikut. Data 1. Konteks Pa : Komunikasi lisan pembawa acara dengan audiens, pemberi kata sambutan, moderator, dan pembicara. : Kita masukin penampilan dari ...sampek... mengucapkan sambutan dari abangda bener-bener membuat Keterangan : Pa singkatan dari pembawa acara. Bahasa yang digunakan pembawa acara dalam mengisi acara ini terlihat masih dibumbui dengan bahasa non-baku. Bahasa non-baku yang diucapkan pembawa acara lebih dipengaruhi oleh pelafalan yang sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek. Kata-kata non-baku seperti yang disajikan di atas sebenarnya dapat diucapkan dalam bahasa baku antara lain masukin- persilahkan, sampek- sampai, abangda- kakanda, dan bener-bener- benar-benar Data 2. Konteks : Komunikasi lisan pemberi kata sambutan dengan audiens Puji syukur kita panjatkan Akhir kata Pks (b) : serem ama ingin aja Keterangan : Pks singkatan dari pemberi kata sambutan. Pks (a) adalah perwakilan dari PR III UNIMED, Bapak Rahmadsyah. Pks (b) adalah perwakilan dari UKM Pers. Bahasa yang digunakan pemberi kata sambutan dalam memberi sambutan terlihat masih dibumbui dengan bahasa non-baku. Bahasa non-baku yang diucapkan pemberi kata sambutan lebih dipengaruhi oleh pelafalan yang sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek. Kata-kata non-baku seperti yang disajikan di atas sebenarnya dapat diucapkan dalam bahasa baku antara lain ijinkanlah mewakili- ijinkan saya mewakili, panjatkan- haturkan, akhir kata- sekian, seremseram, ama- sama, dan aja- saja. Data 3. Konteks : Komunikasi lisan moderator dengan pembicara dan audiens. Page 7 Pks (a) : Ijinkanlah mewakili

Penggunaan Bahasa Indonesia Dengan (Helastrin Hutagaol)

Md

: Apa sih, Selamat pagi menjelang siang : Md adalah singkatan dari moderator.

Keterangan

Bahasa yang digunakan moderator dalam memberi sambutan terlihat masih dibumbui dengan bahasa non-baku. Bahasa non-baku yang diucapkan pemberi kata sambutan lebih dipengaruhi oleh pelafalan yang sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek. Selain itu, tersirat asumsi pada audiens bahwa semakin tidak benar bahasa seseorang sewaktu berbicara, berarti semakin akrab hubungan orang tersebut dengan lawan bicaranya. Jadi, terlihat moderator sengaja menggunakan bahasa non-baku agar suasana acara menjadi lebih santai. Kata-kata nonbaku seperti yang disajikan di atas sebenarnya dapat diucapkan dalam bahasa baku. Kata apa sih- sebaiknya diucapkan dengan kata apa saja, dan kalimat selamat pagi menjelang siang diucapkan cukup dengan kata selamat pagi saja. Data 4. Konteks : Komunikasi lisan pembicara dengan audiens. Pb (a) : yang pertama, yang kedua Pb (b) : gak boleh lagi Saya tak sabar karna memang bikin Rektor marah ngapain lagi gak kekgitu Keterangan malah dia yang tewas kalo dianggap baru ampat Ada juga menampakkan

: Pb singkatan dari pembicara. Pb (a) adalah Bapak Hdiwanuddin Nasution.

Bahasa yang digunakan pembicara dalam mengungkapkan makalahnya terlihat masih dibumbui dengan bahasa non-baku. Bahasa non-baku yang diucapkan pembicara lebih dipengaruhi oleh pelafalan yang sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek. Kata-kata non-baku seperti yang disajikan di atas sebenarnya dapat diucapkan dalam bahasa baku. Contoh: gaktidak, karna- karena, bikin- membuat, ngapain- untuk apa, gak kekgitu- tidak begitu, tak- tidak, malah- bahkan, kalo- kalau, ampat- empat, dan menampakkan- memperlihatkan. Kalimat nonbaku seperti yang pertama, yang kedua juga sebaiknya diucapkan cukup dengan kata pertama, kedua saja tanpa didahului kata yang. Dari keseluruhan data ini terlihat bahwa penggunaan bahasa Indonesia lisan di acara launching dan bedah buku Ketika Malam Merayap Lebih Dalam masih tidak baik dan benar. Padahal acara ini melibatkan pembicaraan di depan umum dan dikategorikan sebagai situasi resmi dan ilmiah. Namun, masih diwarnai dengan penggunaan bahasa Indonesia non-baku. Pada situasi formal, pembawa acara, pemberi kata sambutan, moderator, dan pembicara Penggunaan Bahasa Indonesia Dengan (Helastrin Hutagaol) Page 8

terkadang menggunakan bahasa santai, ringkas, dan kurang memperhatikan struktur kalimat yang benar. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Penggunaan bahasa Indonesia lisan di acara launching dan bedah buku Ketika Malam Merayap Lebih Dalam tidak baik dan benar. Pada kajian-kajian pustaka terdahulu dikemukakan bahwa Ragam bahasa baku dipakai pada situasi resmi, ilmiah. Ragam bahasa non baku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, di pasar, tulisan pribadi, dan buku harian. Namun dalam penelitian ini, ternyata pada situasi formal, pembawa acara, pemberi kata sambutan, moderator, dan pembicara terkadang menggunakan bahasa santai, ringkas, dan kurang memperhatikan struktur kalimat yang benar. Selain itu, ditemukan hal yang mengakibatkan penggunaan bahasa Indonesia baku menjadi tidak tepat dan benar, yaitu bahasa non-baku yang muncul selama acara berlangsung lebih dipengaruhi oleh pelafalan yang diwarnai bahasa daerah atau dialek. Berdasarkan hasil pengkajian dalam penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut. Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan situasi dan tempat. Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman dan kesadaran dalam menggunakan bahasa Indonesia baku dan non-baku dengan baik dan benar. Pada situasi informal sebaiknya digunakan bahasa santai dan ringkas. Sebaliknya, dalam situasi formal digunakan bahasa yang resmi, lengkap, dan terstruktur.

DAFTAR PUSTAKA

Barus, Sanggup, dkk. 2012. Bahasa Indonesia Pengembang Kepribadian. Medan: UNIMED. Sri Handayani, Atiqa Sabardila. 2005. Variasi Bahasa Lisan Penjual Dan Pembeli Di Pasar Gede Kota Surakarta. Jurnal Penelitian Humaniora, volume 6, nomor 1, halaman 85 98. Digilib. 2009. Analisis Bahasa Baku Dan Non Baku Dalam Bahasa Indonesia (Universitas Sumatra Utara). http://anaksastra.blogspot.com/2009/03/analisis-bahasa-baku-dan-non-bakudalam.html. (22 April 2012)

Penggunaan Bahasa Indonesia Dengan (Helastrin Hutagaol)

Page 9