hedonik ku

11
3.2 Pembahasaan Pada praktikum yang diadakan tanggal 21 April 2012 dilakukan penerimaan. Uji penerimaan adalahpengujian yang menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau qualitas suatu bahan yang menyeb menyenangi. Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kes yang berhubungan dengan kesukaan Uji penerimaan ada dua macam ya Hedonik dan uji Mutu Hedonik . Kelebihan dari uji penerimaan ini adalah tidak diharuskan menggunaka panelis yang berpengalaman, tidak ada sampel pembanding dan tidak mengingat sampel pembanding. Jadi, ujipenerimaan lebih subjektif daripada pembedaan (Soekarto, 1985). Menerut Soekarto (1985) tanggapan senang atau suka sangat be pribadi. Oleh karena itu,kesan seseorang tak dapat sebagaipetunjuk tentangpenerimaan suatu komoditi. Tujuan uji penerimaanadalah untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensorik tertentu dapat diter masyarakat.Oleh karena itu,tanggapan senang atau suka harus pula diperoleh dari sekelompok orang yang dapat mewakili pendapat umum a mewakili suatu populasi masyarakat tertentu. Dalam kelompok uji penerimaa termasuk ujikesukaan (hedonik) dan uji mutu hedonik. Skala nilai yang dig dapat berupanilai numerik dengan keterangan verbalnya, atau keterangan verbalnya sajadengan kolom yang dapat diberi tanda oleh panelis. dapat dinilai dalamarah vertikal atau horizontal (Kartika, 1988). Berikut ini adalah pembahasaan dari hasil uji penerimaan yan lakukan pada tanggal 21 April 2012: 3.2.1 Uji Hedonik/Uji Kesukaan Salah satu uji sensoris yang sering dilakukan adalah uji kesukaan kesukaan pada dasarnya merupakan pengujian yang panelisnya mengemukakan responnya yang berupasenang tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji. Pengujian ini umumnya digunakan untuk mengkaji rea konsumen terhadap suatubahan.Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi suka atau tidak suka, disamping itu juga mengemukaka tingkat kesukaannya. Tingkat kesukaan disebut juga skala hedoni

Transcript of hedonik ku

3.2 Pembahasaan Pada praktikum yang diadakan tanggal 21 April 2012 dilakukan uji penerimaan. Uji penerimaan adalah pengujian yang menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau qualitas suatu bahan yang menyebabkan orang menyenangi. Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan yang berhubungan dengan kesukaan Uji penerimaan ada dua macam yaitu uji Hedonik dan uji Mutu Hedonik. Kelebihan dari uji penerimaan ini adalah tidak diharuskan menggunakan panelis yang berpengalaman, tidak ada sampel pembanding dan tidak perlu mengingat sampel pembanding. Jadi, ujipenerimaan lebih subjektif daripada uji pembedaan (Soekarto, 1985). Menerut Soekarto (1985) tanggapan senang atau suka sangat bersifat pribadi. Oleh karena itu, kesan seseorang tak dapat sebagai petunjuk tentangpenerimaan suatu komoditi. Tujuan uji penerimaan adalah untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat.Oleh karena itu, tanggapan senang atau suka harus pula diperoleh dari sekelompok orang yang dapat mewakili pendapat umum atau mewakili suatu populasi masyarakat tertentu. Dalam kelompok uji penerimaan ini termasuk ujikesukaan (hedonik) dan uji mutu hedonik. Skala nilai yang digunakan dapat berupanilai numerik dengan keterangan verbalnya, atau keterangan verbalnya sajadengan kolom yang dapat diberi tanda oleh panelis. Skala nilai dapat dinilai dalamarah vertikal atau horizontal (Kartika, 1988). Berikut ini adalah pembahasaan dari hasil uji penerimaan yang kami lakukan pada tanggal 21 April 2012: 3.2.1 Uji Hedonik/Uji Kesukaan Salah satu uji sensoris yang sering dilakukan adalah uji kesukaan. Uji kesukaan pada dasarnya merupakan pengujian yang panelisnya

mengemukakan responnya yang berupa senang tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji. Pengujian ini umumnya digunakan untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap suatu bahan. Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi suka atau tidak suka, disamping itu juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat kesukaan disebut juga skala hedonik. Skala

hedonik ditransformasi ke dalam skala numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik tersebut dapat dilakukan analisa statistik. Terdapat 7 tingkatan skala untuk uji hedonik ini yaitu sangat suka [7], suka [6], agak suka [5], biasa [4], agak tidak suka [3], tidak suka [2], dan sangat tidak suka [1]. Pada praktikum tanggal 21 April 2012 praktikum uji hedonik untuk paramenter aroma, rasa dan penampakan roti diikuti oleh 28 panelis. Panelis. Pengujian uji hedonik ini menggunakan sampel, yaitu 3 roti tawar dengan berbagai merek tyang telah diberi kode masing-masing. Roti yang digunakan adalah roti Singapure, roti tawar Michelle, dan roti Holland. Para penelis diharuskan memberi kesan dengan menggunakan skala uji hedonik pada ketiga sampel uji tersebut. Berikut adalah pembahasaan yang kami buat dengan menganalisis tabel :

a. Rasa Roti Pada praktikum uji hedonik dengan parameter rasa didapatkan hasil bahwa panelis lebih menyukai rasa Roti Michelle (853) dengan jumlah respon kesukaan 168 dengan nilai rata-rata 5,82 dibandingkan dengan roti Holland (875) dan roti Singapore (916). Pada hasil rata-rata uji hedonik tersebut, pada roti Singapore (916) didapatkan rata-rata nilai 5,11 dan pada roti Holland (875) didapatkan rata-rata nilai 5,04. Hal ini menunjukan bahwa roti Michelle memiliki rasa yang khas

dibandingkan roti yang lainnya. Pada pengujian hedonik dengan parameter rasa didapatkan tabel sidik ragam sperti berikut:Sumber Keseragaman Perlakuan Kelompok Galat Total Derajat Bebas (dB) 2 27 54 83 Jumlah Kuadrat (JK) 10.57 48.99 88.76 148.32 Kuadrat Total (KT) 5.29 1.81 1.64 3.22* 1.10* Fhitung 1% 4.98 2.03 5% 3.15 1.59 Ftabel

Tabel 5. Tabel sidik ragam analisis uji hedonik parameter Rasa

Dari data yang kami dapat, bahwa Fhitung perlakuan yang kami dapat aalah 3,22. Bila dibandingkan dengan Tabel Harga Nisbah F terendah untuk menyatakan beda nyata pada tingkat kepercayaan 5% dan 1%, dapat dinyatakan bahwa dinyatakan bahwa hasil Fhitung perlakuan memiliki nialai yang lebih besar dibandingkan Ftabel 5% yaitu sebesar 3,15 , namun Fhitung perlakuan memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan Ftabel 1% yaitu sebesar 4,98. Sehingga hasil dari Fhitung perlakuan hanya mendapatkan satu bintang. Hal ini dapat dinyatakan bahwa, rasa dari roti Singapure, roti tawar Michelle, dan roti Holland dapat dikatakan berbeda nyata pada parameter rasa. Sedangkan pada Fhitung kelompok didapatkan nilai Fhitung adalah 1,10. Bila dibandingkan dengan Tabel Harga Nisbah F terendah untuk menyatakan beda nyata pada tingkat kepercayaan 5% dan 1%, dapat dinyatakan bahwa hasil Fhitung perlakuan memiliki nialai yang lebih besar dibandingkan Ftabel 5% yaitu sebesar 1,59, namun Fhitung perlakuan memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan Ftabel 1% yaitu sebesar 2,03. Dapat dinyatakan bahwa panelis memiliki parameter rasa berbeda nyata untuk percobaan uji hedonik dari ketiga sampel roti tawar.

b. Aroma Roti Pada praktikum uji hedonik dengan parameter aroma didapatkan hasil bahwa aroma Roti Michelle (702) lebih disukai dibandingkan roti Holland (510) karena memiliki jumlah respon kesan tertinggi, yaitu dan roti Singapore (308). Hal tersebut dapat dilihat pada hasil rata-rata uji hedonik tersebut, pada roti Singapore (308) didapatkan jumlah respon kesukaan134 dengan rata-rata nilai 4,79 dan pada roti Holland (510) didapatkan jumlah respon kesukaan 130 denagn rata-rata nilai 4,64. Sedangkan roti Michelle (702) didapatkan jumlah respon kesukaan 168 dengan rata-rata nilai terbesar, yaitu 6,00. Dapat dinyatakan bahwa aroma roti Michelle memiliki aroma khas dan para panelis lebih menyuakai aroma roti Michelle dibandingkan aroma roti yang lain.

Pada pengujian hedonik dengan parameter aroma didapatkan tabel sidik ragam sperti berikut:sumber keseragaman Perlakuan Kelompok Galat Total Derajat Bebas (dB) 2 27 54 83 Jumlah Kuadrat (JK) 31.14 29.62 99.52 160.29 Kuadrat Total (KT) 15.57 1.10 1.84 8.45** 0.6 Ftabel

Fhitung1% 4.98 2.03 5% 3.15 1.59

Tabel 5. Tabel sidik ragam analisis uji hedonik parameter Aroma

Dari data yang kami dapat, bahwa Fhitung perlakuan mendatkan nilai 8,45 untuk parameter aroma. Bila dibandingkan dengan Tabel Harga Nisbah F terendah untuk menyatakan beda nyata pada tingkat kepercayaan 5% dan 1%, dapat dinyatakan bahwa Fhitung perlakuan memiliki nilai yang lebih besar, yaitu 8,45 dibandingkan dengan Ftabel 1% yaitu 4,98 dan 5% yaitu 3,15. Sehingga pada Fhitung perlakuan diberi dua bintang. Dari pernyataan tersebut bahwa aroma dari Roti Michelle (702), roti Holland (510) dan roti Singapore (308) dapat dikatakan berbeda sangat nyata pada parameter aroma. Sedangkan pada Fhitung kelompok didapatkan nilai Fhitung adalah 0,6. Bila dibandingkan dengan Tabel Harga Nisbah F terendah untuk menyatakan beda nyata pada tingkat kepercayaan 5% dan 1%, dapat dinyatakan bahwa hasil Fhitung perlakuan memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan Ftabel 5%. Dapat dinyatakan bahwa para panelis memiliki parameter aroma yang sama dengan panelis lain dalam melakukan uji hedonik dari ketiga sampel roti tawar.

c. Penampakan Roti Pada uji hedonik dengan parameter penampakan didapatkan hasil bahwa penampakan roti Holland (623) lebih disukai oleh para panelis dibandingkan dengan penampakan roti Michelle (723) dan roti Singapore (914). Hal tersebut dapat dilihat pada hasil rata-rata uji

hedonik tersebut, pada roti Singapore (914) didapatkan nilai respon kesan hedonik 128 dengan rata-rata nilai 4,57 dan pada roti Michelle (723) didapatkan nilai respon kesan hedonik 147 dengan rata-rata nilai 5,25. Sedangkan roti Holland (623) didapatkan nilai respon kesan hedonik 155 dengan rata-rata nilai terbesar, yaitu 5,54. Dapat dinyatakan bahwa penampakan roti Holland lebih disukai oleh para panelis dibandingkan merek roti lain. Pada pengujian hedonik dengan parameter penampakan didapatkan tabel sidik ragam sperti berikut: Sumber Keseragaman Perlakuan Kelompok Galat Total Derajat Bebas (dB) 2 27 54 83 Jumlah Kuadrat (JK) 13.74 53.48 85.60 152.81 Kuadrat Total (KT) 6.87 4.33* 1.98 1.25* 1.59 Fhitung 1% 4.98 2.03 5% 3.15 1.59 Ftabel

Tabel 6. Tabel sidik ragam analisis uji hedonik parameter penampakan

Dari data yang kami dapat, bahwa Fhitung perlakuan mendatkan nilai 4,33 untuk parameter penampakan. Bila dibandingkan dengan Tabel Harga Nisbah F terendah untuk menyatakan beda nyata pada tingkat kepercayaan 5% dan 1%, dapat dinyatakan bahwa dinyatakan bahwa hasil Fhitung perlakuan memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan Ftabel 5% yaitu sebesar 3,15 , namun Fhitung perlakuan memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan Ftabel 1% yaitu sebesar 4,98. Sehingga hasil dari Fhitung perlakuan hanya mendapatkan satu bintang. Hal ini dapat dinyatakan bahwa, penampakan dari roti Singapure, roti tawar Michelle, dan roti Holland dapat dikatakan berbeda nyata pada

parameter penampakan. Sedangkan pada Fhitung kelompok didapatkan nilai Fhitung adalah 1,25. Bila dibandingkan dengan Tabel Harga Nisbah F terendah untuk menyatakan beda nyata pada tingkat kepercayaan 5% dan 1%, dapat dinyatakan bahwa hasil Fhitung perlakuan memiliki nialai yang lebih

besar dibandingkan Ftabel 5% yaitu sebesar 1,59, namun Fhitung perlakuan memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan Ftabel 1% yaitu sebesar 2,03. Dapat dinyatakan bahwa panelis memiliki parameter penampakan berbeda nyata untuk percobaan uji hedonik dari ketiga sampel roti tawar. 3.2.2 Uji Mutu Hedonik Uji mutu hedonik berbeda dengan uji kesukaan, uji mutu hedonik tidak menyatakan suka atau tidak suka melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruk suatu sampel. Kesan baik buruk ini disebut kesan mutu hedonik. Kesan mutu hedonik lebih lebih spesifik dari pada sekedar kesan suka atau tidak suka. Mutu hedonic dapat bersifat umum, yaitu baik atau buruk dan bersifat spesifik seperti empuk-keras daging, pulen keras untuk nasi, renyah untuk mentimun ( Setyaningsih Dwi, 2010) Pada uji mutu hedonik didikuti oleh 28 panelis. Pada uji mutu hedonik ini digunakan 3 merk teh dalam pengujian yaitu teh botol, teh poci, dan teh tongdji. Berdasarkan hasil dari tabel rekapitulasi data pada uji mutu hedonik teh dengan parameter rasa sepet dengan jumlah panelis 28 panelis, panelis lebih banyak menyukai teh yang bermerk teh poci dengan kode 230 dengan jumlah nilai respon kesan kesukaan 106 dengan nilai rata-rata 3,79 dibandingkan dengan teh yang bermerk Teh Botol dengan nilai kesukaan 103 dengan nilai rata-rata 3,63. Teh yang paling tidak disukai ke 28 panelis yaitu teh dengan merk Tongdji dengan nilai respon kesan kesukaan 62 dengan nilai rata-rata 2,21. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa dari segi parameter rasa sepet, 28 panelis lebih menyukai teh merk poci dibandingkan dengan teh botol dan teh tongdji. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa teh Poci memiliki rasa sepet yang khas dan rasa sepet yang dimilikioleh teh Poci lebih disukai oleh panelis dibandingkan dengan teh lain. Setelah diketahui jumlah respon kesukaan 28 panelis terhadap 3 merk teh maka dapat dilakukan analisis dengan sidik ragam untuk mengetahui nyata tidaknya perbedaan ketiga teh tersebut. Setelah dilakukan perhitungan maka diperolehlah skala numerik analisis sidik ragam dengan jumlah Y1 dari ketiga teh sebesar 271, jumlah dari kuadrat Y1 1759 dan YI2

4547 dengan faktor koreksi (FK) 874,3 serta jumlah kuadrat total (JKtotal) 254,7, jumlah kuadrat sampel (JKsampel) 43,16, jumlah kuadrat panelis (JKpanelis) 136, dan jumlah kuadrat galat (JKGalat) 75,54. Sumber Keseragaman Perlakuan Kelompok Galat Total Derajat Bebas (dB) 2 27 54 83 Jumlah Kuadrat (JK) 43.17 136.04 75.50 254.70 Kuadrat Total (KT) 21.58 15.44** 5.04 3.60** 1.40 Fhitung 1% 4.98 2.03 5% 3.15 1.59 Ftabel

Tabel 7. Tabel sidik ragam analisis uji mutu hedonik parameter rasa sepet

Berdasarkan tabel untuk analisis ragam untuk rasa sepet pada the Fhitung perlakuan memiliki nilai 15,44. Jika dibandingkan dengan Ftabel maka Fhitung sampel lebih besar atau di atas dari F table 1% yaitu 4,98 dan 5% yaitu 3,15 sehingga diberi tanda 2 bintang (**). Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa rasa sepet dari teh Poci, teh Botol dan teh Tongdji berbeda sangat nyata dari segi parameter rasa sepet. Sedangkan Fhitung panelis memiliki nilai 3,60 dan juga berada di atas Ftabel 1% yaitu 2,03 dan Ftabel 5% yaitu 1,59 sehingga pada Fhitung panelis juga mendapatkan tanda dua bintang (**). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa panelis memiliki parameter rasa sepet yang berbeda sangat nyata dari pengujian mutu hedonik teh Botol, teh Poci, dan teh Tongdji.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Pada praktikum uji hedonik dengan uji sampel roti dapat disimpulkan bahwa dari segi parameter rasa, dapat disimpulaan bahwa rasa roti Michelle lebih disukai oleh para panelis dibandingkan roti Holland dan roti Singapore. Bila dilihat dari tabel perhitungan sidik ragam rasa roti Michelle, roti Holland dan roti Singapore berbeda nyata. Pada uji hedonik parameter aroma, dapat dinyatakan bahwa aroma roti Michelle lebih disukai oleh para panelis dibandingkan roti Holland dan roti Singapore. Jika dilihat dari penghitungan tabel sidik ragam, disimpulkan bahwa aroma roti Michelle, roti Holland dan roti Singapore berbeda sangat nyata. Pada uji hedonik parameter penampakan, dapay disimpulkan bahwa para apnelis lebih menyukai penampakan roti Holland dibandingkan roti Michelle dan roti Singapore. Bila dilihat dari tabel perhitungan sidik ragam rasa roti Michelle, roti Holland dan roti Singapore berbeda nyata. Pada praktikum uji mutu hedonik dengan uji sampel teh, dapat disimpulkan bahwa dari segi parameter rasa sepet para panelis lebih menyukai rasa sepet teh Poci dibandingkan teh Tongdji dan teh Botol. Jika dilihat pada perhitungan sidik ragam, dapat disimpulkan bahwa rasa sepet yang dimiliki oleh teh Poci, teh Botol dan teh Tongdji berbeda sangat nyata.

4.2 Saran

LAMPIRANTabel Harga Nisbah F terendah untuk menyatakan beda nyata pada tingkat 1%

Tabel 1 Harga Nisbah F terendah untuk menyatakan beda nyata pada tingkat 5%

DAFTAR PUSTAKAKartika, B, dkk. 1988.Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan: PAU Pangan dan Gizi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Soekarto, S. T. 1985.Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bharata Karya Aksara: Jakarta