HDR.doc

20
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH di RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners (P3N) Stase Keperawatan Jiwa oleh: Christina Novarin, S. Kep. NIM 102311101073

Transcript of HDR.doc

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH di RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners (P3N)

Stase Keperawatan Jiwa

oleh:

Christina Novarin, S. Kep.

NIM 102311101073KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JEMBER

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Jl. Kalimantan No.37 Kampus Bumi Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450 JemberLAPORAN PENDAHULUANPASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

1.1 Diagnosis Keperawatan

Harga Diri Rendah

1.2 Tinjauan Teori1.2.1 Pengertian

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat & Akemat, 2007). Harga diri rendah kronis adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri atau kemampuan diri dalam waktu yang lama (Carpenito, 204).

1.2.2 Rentang Respon

Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Aktualisasi diriKonsep Diri PositifHarga Diri RendahKerancuan IdentitasDepersonalisasi

Gambar 1. Rentang Respon Konsep Diri1.2.3 Perilaku yang Berhubungan dengan Harga Diri Rendah

Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah, antara lain:

a. Mengeritik diri sendiri dan/atau orang lain

b. Penurunan produktivitas

c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain

d. Gangguan dalam berhubungan

e. Rasa diri penting yang berlebihan

f. Perasaan tidak mampu

g. Rasa bersalah

h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan

i. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri

j. Ketegangan peran yang dirasakan.

k. Pandangan hidup yang pesimis

l. Keluhan fisik

m. Penolakan terhadap kemampuan personaln. Menarik diri secara sosial

o. Penyalahgunaan zat (Stuart & Sundeen, 1995, Keliat & Kemat, 2007).

Selain tandan dan gejala tersebut, seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani melawan lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah (Keliat & Kemat, 2007).

1.2.4 Faktor Predisposisi dan Presipitasi

a. Faktor Predisposisi

Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah antara lain: penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak relaistik (Stuart& Sundeen, 1995).

b. Faktor Presipitasi

Stressor pencetus mungkin dapat ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal:1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.

2. Ketegangan peran b.d peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:

a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri.b) Transisi Peran Situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c) Transisi peran sehat-sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh: kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik b.d tumbuh kembang normal, prosedur medis dan keperawatan.

1.2.5 Clinical Pathways

1.2.6 Pengkajian yang diperlukan pada pasien dengan harga diri rendahFormat Pengkajian Pasien Harga Diri Rendah

a. Keluhan utama: Pasien merasa enggan untuk keluar rumah dan takut jika melihat kaca.

b. Pengalaman masa lalau yang tidak menyenangkan: Kecelakaan dan amputasi.

c. Konsep diri: 1) Gambaran diri

2) Ideal diri

3) Harga diri

4) Identitas

5) Peran diri

Jelaskan:

Masalah Keperawatan:

d. Alam Perasaan[ ] Sedih

[ ] Putus asa

[ ] Ketakutan

[ ] Gembira berlebihan

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

e. Interaksi selama wawancara

[ ] Bermusuhan

[ ] Tidak kooperatif

[ ] Mudah tersinggung

[ ] Kontak mata kurang

[ ] Defensif

[ ] Curiga

Jelaskan:

Masalah Keperawatan:

f. Penampilan

Jelaskan:

Masalah Keperawatan:

1.3 Penentuan Diagnosis

a. Batasan Karakteristik1) Harga Diri Rendah Kronik

Batasan Karakteristik:a) Bergantung pada pendapat orang lain

b) Menilai diri sendiri tidak mampu melakukan apapun

c) Membesar-besarkan umpan balik negatif mengani diri

d) Ekspresi bersalah

e) Ekspresi malu

f) Ragu-ragu dalam bertindak

g) Mencari persetujuan/jaminan secara berlebihan

h) Sedikit kontak mata

i) Pasif

j) Tidak asertif

k) Penolakan positif feedback terhadap dirinya sendiri

l) Sering merasa gagal

m) Ragu untuk mencoba hal-hal/situasi baru.

n) Pengungkapan diri yang negatif.

b. Tanda Mayor

1) Pengungkapan diri yang negatif

2) Ekspresi rasa bersalah/malu

3) Evaluasi diri karena tidak dapat menangani kejadian

4) Menjauhi rasionalisasi/menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negatif mengenai diri

5) Ragu untuk mencoba hal-hal atau situasi baru.

c. Tanda Minor

1) Sering kurang berhasil dalam kerja atau kejadian hidup lainnya,

2) Penyelesaian diri berlebihan, bergantung pada pendapat orang lain.

3) Buruknya penampilan tubuh (kontak mata, postur, gerakan).4) Tidak asertif/pasif.

5) Keragu-raguan.

6) Mencari jaminan secara keseluruhan

1.4 Perumusan Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan: Harga Diri Rendah Kronik

1.5 Rencana Tindakan Keperawatan

1.5.1 Tujuan Keperawatan Pada Pasiena) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

c) Pasien dapat memilih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan.

d) Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan.e) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah di latih sesuai dengan jadwal.1.5.2 Tindakan Keperawatan Pada Pasiena) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Perawat dapat melakukan hal-hal berikut:1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan di rumah sakit, dan di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.

2) Beri pujian yang realistis dan hindarkan penilaian yang negatif.b) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut:

1) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat digunakan saat ini.2) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhaap kemampuan diri yang dapat diungkapkan pasien.

3) Perlihatkan respons yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif.

c) Membantu pasien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari.

2) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan mandiri atau dengan bantuan minimal.

d) Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut:

1) Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan.

2) Bersama pasien, peragakan kegiatan yang dietetapkan.

3) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.

e) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.

1) Beri kesemapatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.

2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.

3) Tingkatkan kegiatan pasien sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan.

4) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.

5) Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.

1.5.3 Tujuan Keperawatan Pada Keluargaa) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien.

b) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanan kemampuan yang masih dimiliki pasien.

c) Eluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

d) Keluarga mampu menilai perkembnagan perubahan kemampuan pasien.

1.5.4 Tindakan Keperawatan Pada Keluarga

a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.

b) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami pasien.

c) Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuna yang dimiliki pasien dan puji pasien atas kemampuannya.

d) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.

e) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah seperti perawat yang telah di demonstrasikan sebelumnya.f) Bantu keluarga menyusun renana kegiatan pasien di rumah.

1.5.5 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TAK untuk pasien harga diri rendah adalah TAK stimulasi persepsi yang terdiri dari dua hal berikut:

a. Sesi I: mengidentifikasi ha positif diri.

b. Sesi II: melatih positif diri.

1.6 Daftar Pustaka

1. Carpenito, Lynda Juall & Moyet. 2004. Handbook of Nursing diagnosisi 10th. Ed.USA: Lippincott Williams & Wilkins Inc.

2. Keliat, Budi Anna & Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

3. Stuart, Gail Wiscarz & Sandra J. Sundeen. 1995. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. 3/E. Mosby Year Book IncSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAHPertemuan 1

Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

a. Berpenampilan tidak rapi, bajunya kumal tampak kurang memperhatikan kebersihan diri.

b. Tidak berani menatap lawan bicara

c. Berjalan lambat

d. Nada suara lemah dan pelan

e. Lebih banyak menunduk

f. Pasien mengatakan dirinya bodoh dan tidak mampu membantu orang lain.

2. Diagnosis Keperawatan

Harga Diri Rendah

3. Tujuan

a. Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.

b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.

c. Pasien dapat memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih.

d. Pasien mampu melatih kemampuan yang sudah dipilih.

e. Pasien dapat menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana latihan.

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya dengan perawat.b. Diskusikan kemampuan pasien.

c. Bantu pasien menilai kemampuan yang masih bisa digunakan.

d. Bantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih.

e. Latih kemampuan yang sudah dipilih.

f. Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)ORIENTASI1. Salam Terapeutik

Selamat pagi?

2. Memperkenalkan Diri

Nama saya perawat Nova, Mas boleh memanggil saya Nova (sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan). Nama Mas siapa? Dan ingin dipanggil dengan sebutan apa?

3. Membuka Pembicaraan dengan Topik Umum

Apakah saya mengganggu T? Apa yang sedang M lakukan hari ini?

4. Evaluasi/ Validasi Kontrak

Bagaimana kabar T hari ini? T nampak segar ya hari ini.a. Topik : Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan? Setelah itu kita nilai kegiatan mana yang masih dapat dilakukan di rumah sakit. Setelah itu kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk dilatih. Bagaimana apa T bersedia?b. Tempat : T mau di mana kita berbincang-bincang, bagaimana bila di ruang tamu?

c. Waktu : Mau berapa lama kita berbincang-bincang saat ini? Bagaimana bila 20 menit?KERJA

T, apa saja kemampuan yang T miliki?

Bagus, apa ada lagi selain itu? Kita buat daftarnya ya bersama.

Apa ada lagi kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan?

Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya Wah, bagus sekali ternyata T memiliki banyak kemampuan dan kegiatan yang bisa dilakukan.

T, dari sekian banyak kemampuan ini, yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit?

Bagus T sudah memilih 3 kegiatan yang bisa dilakukan. Sekarang coba T pilih salah satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.Baik, yang nomor satu ya, merapikan tempat tidur? Kalau begitu bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita lihat tempat tidur T! Coba lihat, sudah rapi apa belum tempat tidur T?

Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus, sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kit amulai dari arah atsa, ya bagus.Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut. Bagus.

T sudah merapikan temat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakan dengan sebelum dirapikan. Bagus.

Coba T lakukan dan jangan lupa memberikan tanda di kertas daftar kegiatan, tulis M (Mandiri) kalau T dilakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau T melakukan dengan dibantu, dan tulis T (tidak) kalau T tidak melakukan (perawat memberi kertas berisi daftar kegiatan atau harian).

TERMINASI

1. Evaluasi Perasaan Klien Setelah Berbincang-bincang

Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat tidur?2. Evaluasi Isi Materi yang Sudah Dibicarakan pada Pertemuan Ini

Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan yan dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur dan T sudah mempraktikkan dengan baik sekali.3. Tindak LanjutNah, kemampuan ini dapat dilakukan di rumah setelah pulang. Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. T mau berapa kali sehari merapikan tempat tidur?

Bagus, dua kali ya pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat, jam 4 sore?4. Kontrak untuk Pertemuan yang Akan Datang

a. Topik : Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan tempat tidur?Ya, bagus. Cuci piring.b. Tempat : Kalau begitu besok kita ketemu lagi ya T, di dapur ruangan, bagaimana?

c. Waktu : Bagus, kita ketemua lagi besok setelah makan pagi ya? Sampai jumpa T.Patofisiologi:

Perubahan penampilan sekunder akibat: kehilangan bagian tubuh, kehilangan fungsi tubuh, bentuk badan berubah (trauma, pembedahan,cacat lahir).

Situasional (personal, lingkungan)

Tidak terpenuhunya kebutuhan ketergantungan.

Kurangnya umpan balik positif.

Perasaan diabaikan sekunder akibat: kematian orang terdekat; penculikan/terbunuhnya anak; perpisahan dari orang yang terdekat.

Perasaan gagal sekunder akibat: tidak bekerja, masalah finansial, kehilangan pekerjaan atau ketidakmampuan bekera, masalah hubungan, masalah perkawinan, perpisahan, orang tua tiri, saudara ipar, peningkatan/penurunan BB, sindrom premenstruasi.

Kegagalan di sekolah

Riwayat ketidakefektifan hubungan dnegan orang tua sendiri

Riwayat penyalahgunaan hubungan

Harapan tidak realistis dari diri sendiri

Penghargaan yang tidak realistis dari orang tua oleh anak.

Penolakan orang tua

Hukuman yang tidak konsisten

Perasaan tidak berdaya dan/atau kegagalan sekunder akibat institusionalisasi.

Riwayat berbagai kegagalan.

Gangguan Persepsi

Penilaian negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri.

Gangguan Harga Diri

Maturasional (bayi/usia bermain/prasekolah)

Kurangnya stimulasi atau kedekatan

Perpisahan dari orang tua/orang terdekat

Evaluasi negatif yang terus menerus oleh orang tua.

Ketidakadekuatan dukungan orang tua.

Ketidakmampuan untuk mempercayai orang terdekat.

Usia Sekolah

Kegagalan mencapai tingkat target peringkat.

Kehilangan kelompok sebaya

Umpan negative berulang

Remaja

Kehilangan kemandirian dan autonomi sekunder

Gangguan hubungan teman sebaya

Masalah pelajaran di sekolah

Kehilangan orang terdekat

Usia baya

Perubahan terjkait dengan penuaan

Lansia

Kehilangan (orang, fungsi, financial, pensiuanan)

Harga diri (self esteem)

(Axis 1)

Rendah/low

(Axis 3)

actual (Axis 7)

kronik

(Axis 6)

Individual

(Axis 2)

N/A

(Axis 4)

N/A

(Axis 5)