hbis.files. file · Web viewModel sinektik ini merupakan strategi pengajaran yang baik...
Click here to load reader
Transcript of hbis.files. file · Web viewModel sinektik ini merupakan strategi pengajaran yang baik...
MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK DAN PENGELOLAAN KELAS
0leh:Drs. H. Bustamam Ismail
Maman FaturrahmanSri Yuyun
Tugas PaikemDosen : DR.Fakhruddin Arbah, MPd.
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM
JAKARTA TAHUN 20101
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Memasuki milenium ketiga, lembaga pendidikan dihadapkan pada tantangan
yang sangat krusial, berkaitan dengan penyiapan dan pengembangan sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam masyarakat global, yang
diwarnai oleh ketatnya kompetisi dan revolusi informasi sebagai dampak dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
pribadipribadi anggota masyarakat yang mandiri. Pribadi yang mandiri adalah pribadi
yang secara mandiri mampu berpikir, menemukan dan menciptakan sesuatu yang
baru, melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar
dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain pendidikan dapat
dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia
dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada (Sagala, 2005:3), melainkan juga
mampu melakukan perubahan dan menciptakan sesuatu yang baru. Kemandirian ini
terbentuk melalui kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif yang
mewujudkan kreativitas. Sumber daya manusia seperti itu sungguh diperlukan oleh
bangsa kita dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis,
menjunjung tinggi supremasi hukum, egalitarian, dan religius.
Suatu pendekatan baru yang menarik dalam mengembangkan kreativitas
telah dirancang oleh Gordon dengan nama sinektik. Model sinektik ini merupakan
strategi pengajaran yang baik sekali untuk mengembangkan kemampuan kreatif
dalam menulis (Joyce dan Weil, 1980:182). Dalam proses pengajaran bahasa,
pengembangan dimensi kreativitas sangat penting dan dapat dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan berbahasa. Kreativitas merupakan hal yang penting dan menjadi
salah satu ciri manusia yang berkualitas. Munandar (1992:46) mengatakan bahwa
kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk
mencapai hal itu, perlulah sikap dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini.
2
Hasil-hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengajaran beberapa bidang
studi dengan model sinektik cukup berhasil. Hasil-hasil penelitian tersebut antara
lain: (1) hasil penelitian yang dilakukan Heavilin di Indiana (1982) menunjukkan
bahwa perkuliahan English 104 (komposisi) yang berorientasi sinektik lebih berhasil
meningkatkan sikap positif terhadap mata kuliah 104 daripada sebelumnya; (2) hasil
penelitian yang dilakukan oleh Dodd di Maine (1988) menunjukkan bahwa para guru
yang diajar melalui program pelatihan yang berbasis sinektik meningkat
kemampuannya khususnya dalam perilaku kognitif (pelatihan dilakukan selama 8
bulan terhadap 12 guru); (3) hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad
Mulyadiprana (1997:81) menunjukkan bahwa penerapan model sinektik dalam
mengembangkan kreativitas siswa terbukti secara menyakinkan lebih efektif
daripada model pembelajaran konvensional, baik dalam mengembangkan
keterampilan berpikir maupun dalam meningkatkan prestasi belajar.
Model pembelajaran sinektik ini tampaknya belum banyak diterapkan dalam
ilmu-ilmu sosial (termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia). Oleh karena itu,
model pembelajaran sinektik ini perlu dicoba untuk diuji efektivitasnya dalam
meningkatkan kreativitas menulis pada siswa kelas I SMP. Apakah penerapan
model pembelajaran sinektik dapat meningkatkan prestasi siswa.
2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan ruang lingkup masalah seperti yang telah dituangkan di atas,
maka masalah pokok penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Apakah model
sinektik yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil
pembelajaran? Pertanyaan itu dirinci lagi seperti berikut.
a. Aspek-aspek manakah yang dapat ditingkatkan dengan penerapan model
sinektik?
b. Mengkaji aspek-aspek yang dapat ditingkatkan dengan penerapan model
sinektik.
c. Mengkaji aspek-aspek yang berpengaruh terhadap peningkatan kreativitas
siswa dalam menulis.
3
BAB. IIMODEL SINEKTIK DAN PENGELOLAAN KELAS.
A. Pengertian Model Sinektik
1. Kata sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsur-
unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda
2. Model Sinektik dapat dipahami sebagai strategi mempertemukan berbagai
macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu
pandangan baru (Gordon,1980:168).
3. Model Pembelajaran Sinektik. Menurut Joyce, Weil, dan Calhoun (2000:135)
semua model mengajar mengandung unsur model berikut: a. orientasi model,
b. urutan kegiatan (syntax), c. sistem sosial (social system), d prinsip reaksi
(principle of reaction),
Dalam hal ini model pembelajaran sinektik juga harus mencakup semua
unsur tersebut.
a. Orientasi Model,
Istilah sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsur-
unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda yang tampaknya tidak relevan.
Menurut William J.J. Gordon (1980:168), sinektik berarti strategi mempertemukan
berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu
pandangan baru. Selanjutnya Model Sinektik yang ditemukan dan dirancang oleh
William JJ Gordon ini berorientasi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
ekspresi kreatif, empati dan wawasan dalam hubungan sosial.
b. Rangkaian Kegiatan
Unsur kegiatan atau sintaksis merujuk pada rincian atau tahapan kegiatan
model sehingga fase-fase kegiatan model tersebut teridentifikasi dengan jelas.
Unsur kedua pembangun model sinektik ini adalah proses belajar mengajar sebagai
struktur model pembelajaran.
Ada dua strategi dari model pembelajaran sinektik, yaitu strategi
pembelajaran untuk menciptakan sesuatu yang baru (creating something new) dan
4
strategi pembelajaran untuk melazimkan terhadap sesuatu yang masih asing
(making the strange familiar). Kedua strategi dari model pembelajaran sinektik dapat
dilihat pada tabel berikut.
c. Sistem Sosial
Sistem sosial menandakan hubungan yang terjalin antara guru dan siswa,
termasuk norma atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan untuk
pelaksanaan model. Model ini menuntut agar antara guru dan siswa terdapat
hubungan yang kooperatif di mana guru menjalankan dwifungsi sebagai pemrakarsa
dan pengontrol aktivitas siswa pada setiap tahap. Selain itu guru menjadi fasilitator
bagi kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.
d. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi bermakna sikap dan perilaku guru untuk menanggapi dan
merespon bagaimana siswa memproses informasi, menggunakannya sesuai
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Tugas penting yang diemban guru pada tahap
ini adalah menangkap kesiapan siswa menerima informasi baru dan aktivitas mental
baru untuk dipahami dan diterapkan.
B. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
a. Menurut Winataputra (2003), menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah
serangkaian kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku
siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak
diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosoi-
emosional yang positif , serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang
produktif dan efektif.
b. Akhmad Sudrajat (akhmadsudrajat.wordpress.com), menyatakan bahwa:
“Pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan
rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas,
5
pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu,
penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan
orang (peserta didik) dan fasilitas”.
c.. Dan menurut Winzer (Winataputra, 1003: 9.9) menyatakan bahwa pengelolaan
kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas
agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencapai tujuan akademis dan sosial.
d. Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah
kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas
yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan
maksimal. Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (management)
lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan
barang/ fasilitas. Kegiatan guru tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan
fasilitas yang berada di dalam kelas yang diperlukan dalam proses pembelajaran
diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan kelas (cahaya,
temperatur udara, ventilasi) dll.
2. Penataan Ruang Kelas
Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat
menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan
pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran.
Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Ada beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas
menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
a. Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak
mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang
guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat
memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
6
b. Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil
barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar
tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak
dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
c. Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang
perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja
kelompok.
d. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan
kepadatan kelas.
e. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang
menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan
menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
f. Yang harus diperhatikan dalam pengaturan ruangan
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak
duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk
membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan
ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut Conny Semawan,dkk.
(udhiezx.wordpress: 3) yaitu. 1)Ukuran bentuk kelas,2) Bentuk serta ukuran bangku
dan meja,3).Jumlah siswa dalam kelas, 4) Jumlah siswa dalam setiap kelompok,
5).Jumlah kelompok dalam kelas, 6) Komposisi siswa dalam kelompok (seperti
siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).
7
F. Tempat Duduk Siswa
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa
dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah
formal.tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat
duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat
panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman
dan dapat belajar dengan tenang.
Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan bermacam-macam, ada yang satu
tempat duduk dapat di duduki oleh seorang siswa, dan satu tempat yang diduduki
oleh beberapa orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah di ubah-ubah
formasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Untuk
ukuran tempat dudukpun sebaiknya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga
mudah untuk diubah-ubah dan juga harus disesuaikan dengan ukuran bentuk kelas.
Sebenarnya banyak macam posisi tempat duduk yang bias digunakan di dalam
kelas seperti berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan
sebagainga. Biasanya posisi tempat duduk berjejer kebelakang digunakandalam
kelas dengan metode belajar ceramah. Dan untuk metode diskusi dapat
menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan. Dan sebagai alternatif
penataan tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan bentuk
pembelajaran kooperatif, maka menurut Lie (2007: 52) ada beberapa model
penataan bangku yang biasa digunakan dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya
seperti:
Meja tapal kuda, siswa bekelompok di ujung meja
Meja Panjang
Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja dll.
Dan masih ada beberapa bentuk posisi tempat duduk yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran kooperatif ini.
8
BAB IIIPenutup
A. Kesimpulan
1. Kata sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsur-
unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda
2. Model Pembelajaran Sinektik. Menggabungkan semua model mengajar yang
bisa dikembangkan sebagai inovatis dan kreatif.
3. Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan
untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses
pembelajaran yang kondusif dan maksimal. (cahaya, temperatur udara,
ventilasi) dll.
4. Penataan Ruang Kelas, Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim
kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk
itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya, selama
proses pembelajaran. Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan
antar siswa.
5. Tempat Duduk Siswa, Tempat duduk mempengaruhi proses pembelajaran
siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar,
bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka
siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
9
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S., Arsjad, M.G., dan Riwan, S.H., (1988). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Akhadiah, M.K., S. (1998). Pengembangan Kemampuan Bernalar, Kreativitas, dan Budaya tulis Melalui Jalur Pendidikan dalam Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia.
Akhmad Sudrajat. 2008. Teknik Pengelolaan Kelas. http://akhmadsudrajat.wordpress.com.
Anita Lie. 2007. Cooperative Learning (Memperaktikan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: PT Grasindo
Dahlan, M. D. (1990). Model-model Mengajar. Bandung: Diponegoro.
Dodd, J. (1988). A Detailed Study of the Learning Behaviors of In-Service Teachers Learning to Use Two New Models of Teaching. (Online). Tersedia: http://www.Us.gov. (5 September 2001).
Feldhusen, J.F. dan D.J. Treffinger. (1986). Creative Thinking and Problem Solving in Gifted Education. Iowa: Kendall/Hunt Publ. Co.
Frankel, J.R. & Wallen, N.E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Toronto: McGraw – Hill Inc.
Joyce, B. dan Weil, M. (1980). Models of Teaching. Second Edition. Englewood New Jersey: Prentice-Hall,Inc.
Joyce, B. dan Weil, M. dan Calhoun, E. (2000). Models of Teaching. Boston-London: Allyn and Bacon.
Munandar, S.C.U. (1985). Pengembangan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.
Munandar, S.C.U. (1992). Mengembangkan Anak Berbakat. Jakarta: Depdikbud.Munandar, S.C.U. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreativitas dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta..Tilaar, H.A.R. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.
Udin S. Winataputra. 2003. Srategi Belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional http://udhiexz.wordpress.com/2008/05/27/pengelolaan-kelas
10
Epa Muhopilah*)) adalah mahasiswa tingkat IV pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP-Universitas Kuningan. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah seminar Ilmu Manajemen, yang disampaikan oleh Bapak Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd. dan Bapak Akhmad Sudrajat, M.Pd.
Web Sites
Authentic Assessment: a briefing. http://home.ecn.ab.ca/~ljp/edarticles/assessment.htm
Classroom routines. http://www.ioe.ac.uk/multigrade/practical_advice.htm
Cooperative learning. http://www.jigsaw.org/ and http://www.co-operation.org
Guidelines for Portfolio Assessment in Teaching English by Judy Kemp and Debby
Toperoff. http://www.etni.org.il/ministry/portfolio
Managing group work and cooperative learning. http://www.tlc.eku.edu/tips_cooperative_learning.htm
Multigrade Teacher Training Materials. http://www.ioe.ac.uk/multigrade/teacher_training.htm
Positive Discipline. http://www.positivediscipline.com Quality Education for Every Student. This is a good Web site for explaining portfolio
assessment. http://www.pgcps.org/~elc/portfolio.html UNICEF Teachers Talking about Learning. http://www.unicef.org/teachers
11