haz laporan

download haz laporan

of 18

Transcript of haz laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN Untuk mempercepat kemasakan buah menggunakan zat pengatur tumbuh dan menentukan besarnya konsentrasi zat pengatur tumbuh dan menentukan besarnya konsentrasi zat pengatur tumbuh untuk memacu pematangan buah tertentu.

1.2 DASAR TEORI Etilen adalah zat cair yang tidak berwarna, kental dan manis, mudah larut dalam air, memiliki titik didih relatif tinggi dan titik beku rendah. Senyawa ini sering digunakan sebagai pelarut dan bahan pelunak (pelembut). Pada bidang pertanian etilen digunakan sebagai zat pemasak buah. Etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin, griberelin dan sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Etilen di alam akan berpengaruh apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik. Perlakuan pada buah pisang dan kedondong dengan menggunakan etilen pada konsentrasi yang berbeda akan mempengaruhi proses pemasakan buah. Pemasakan buah ini terlihat dengan adanya struktur warna kuning, buah yang lunak dan aroma yang khas. Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula. Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan yang ditandai dengan perubahan warna, tekstur dan bau buah. Proses sintesis protein terjadi pada proses pematangan seacra alami atau hormonal, dimana protein disintesis secepat dalam proses pematangan. Pematangan buah dan sintesis protein terhambat oleh siklohexamin pada permulaan fase klimatoris setelah siklohexamin hilang, maka sintesis etilen tidak mengalami hambatan. Sintesis ribonukleat juga diperlukan dalam proses

1

pematangan. Etilen akan mempertinggi sintesis RNA pada buah mangga yang hijau. Etilen dapat juga terbentuk karena adanya aktivitas auksin dan etilen mampu menghilangkan aktivitas auksin karena etilen dapat merusak polaritas sel transport, pada kondisi anearob pembentukan etilen terhambat, selain suhu O2 juga berpengaruh pada pembentukan etilen. Laju pembentukan etilen semakin menurun pada suhu di atas 30 0 C dan berhenti pada suhu 40 0 C, sehingga pada penyimpanan buah secara masal dengan kondisi anaerob akan merangsang pembentukan etilen oleh buah tersebut. Etilen yang diproduksi oleh setiap buah memberi efek komulatif dan merangsang buah lain untuk matang lebih cepat. Buah berdasarkan kandungan amilumnya, dibedakan menjadi buah klimaterik dan buah nonklimaterik. Buah klimaterik adalah buah yang banyak mengandung amilum, seperti pisang, mangga, apel dan alpokat yang dapat dipacu kematangannya dengan etilen. Etilen endogen yang dihasilkan oleh buah yang telah matang dengan sendirinya dapat memacu pematangan pada sekumpulan buah yang diperam. Buah nonklimaterik adalah buah yang kandungan amilumnya sedikit, seperti jeruk, anggur, semangka dan nanas. Pemberian etilen pada jenis buah ini dapat memacu laju respirasi, tetapi tidak dapat memacu produksi etilen endogen dan pematangan buah. Proses Klimaterik dan pematangan buah disebabkan adanya perubahan kimia yaitu adanya aktivitas enzim piruvat dekanoksilase yang menyebabkan keanaikan jumlah asetaldehid dan etanol sehingga produksi CO2 meningkat. Etilen yang dihasilkan pada pematangan mangga akan meningkatkan proses respirasinya. Tahap dimana mangga masih dalam kondisi baik yaitu jika sebagian isi sel terdiri dari vakuola. Perubahan fisiologi yang terjadi sealam proses pematangan adalah terjadinya proses respirasi kliamterik, diduga dalam proses pematangan oleh etilen mempengaruhi respirasi klimaterik melalui dua cara, yaitu:

2

1. Etilen mempengaruhi permeabilitas membran, sehingga permeabilitas sel menjadi besar, hal tersebut mengakibatkan proses pelunakan sehingga metabolisme respirasi dipercepat. 2. Selama klimaterik, kandungan protein meningkat dan diduga etilen lebih merangsang sintesis protein pada saat itu. Protein yang terbentuk akan terlihat dalam proses pematangan dan proses klimaterik mengalami peningkatan enzim-enzim respirasi. Zat pengatur tumbuh (ZPT) disamping berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman juga mempunyai beberapa kegunaan yang lain. Salah satu diantaranya adalah untuk memacu pemasakan buah. Etilen merupakan ZPT yang sering digunakan untuk memacu pemasakan buah. Dengan kadar yang cukup tinggi etilen dapat mempercepat proses pemasakan buah apabila diberi pada buah yang telah masak fisiologi. Pemacuan pemasakan ini terjadi akibat proses pemecahan amilum menjadi gula,

pembentukan buah dan pembentukan aroma, berlangsung lebih cepat dengan adanya penambahan etilen dari luar. Buah yang sedikit mengandung amilum kurang menunjukkan respon terhadap penggunaan etilen. Etilen merupakan senyawa carbon sederhana yang tidak jenuh, bentuk gas, memiliki sifat fisiologis yang luas pada aspek pertumbuhan, perkembangan dan penuaan tanaman. Etilen mempunyai rumus kimia CH=CH2 dengan berat molekul 28,05. Selama bertahun-tahun etilen dikenal sebagai hormone yang dapat memacu pematangan buah. Namun ternyata kemudian dilaporkan bahwa tidak semua buah memberikan respon terhadap etilen. Buah yang merespon terhadap etilen menunjukkan adanya peningkatan laju respirasi yang terjadi sebelum fase pematangan. Hal ini dikenal sebagai respirasi klimaterik. Buah yang banyak mengandung amilum, seperti pisang,apel,apukat,dan mangga,pada umumnya mengalami respirasi klimaterik sehingga dapat dipicu kematangannya dengan etilen. Bahkan etilen endogen yang dihasilkan oleh buah buah yang telah matang dengan sendirinya pun dapat memacu pematangan pada sekumpulan buah yang diperam.

3

Buah non klimaterik, seperti jeruk, anggur,semangka, dan nanas, pemberian etilen dapat juga meningkatkan laju respirasi. Akan tetapi, perlakuan ini tidak memacu produksi etilen endogen dan pematangan buah.(Tim mata kuliah fisiologi tumbuhan, 2011). Buah pisang terutama yang matang, memiliki beberapa kandungan seperti protein,lemak karbohidrat, kalsium,fosfor serat,beberapa vitamin(A,B1,B2 dan C) zat besi dan niacin.kandungan mimeralnya yang menonjol adalah kalium (Wirakusumah,Emma S 1977).

4

BAB II METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat

a. Gelas ukur b. Batang pengaduk c. Becker glass d. Kertas Koran e. Karet gelang f. Tempat untuk menyimpan buah

2.1.2 Bahan Buah pisang dan kedondong yang telah masak fisiologis, ether dan aquades.

2.2 Cara Kerja 1. Siapkan satu sisir buah pisang dan kedondong yang telah masak fisiolagis dan toples.

2. Timbang karbir 200 gram.

5

3. Masukkan karbit kedalam toples yang telah berisi air.

4. Masukkan buah pisang dan kedondong kedalam larutan ether selama lima menit.

5. Setelah itu buah pisang ditiriskan dan dikeringkan /anginkan.

6. Setelah permukaan buah kering,bungkus buah tersebut dengan kertas Koran.

6

7. letakkan buah-buah yang telah dibungkus tersebut pada tempat penyimpanan.

8. lakukan pengamatan 2 hari setelah buah disimpan dan catat perubahan yang terjadi pada masing2 buah.

7

BAB III HASIL PENGAMATAN 3.1 Hasil Pengamatan

Hari I

100 ppm Warna : hijau Bau : tidak berbau

200 ppm Warna : hijau Bau : tidak berbau

300 ppm Warna : hijau Bau : mentah

Tekstur : keras II Warna : hijau Bau : tidak berbau

Tekstur : keras Warna : hijau Bau : tidak berbau

Tekstur : keras Warna : hijau Bau : tiak berbau

Tekstur : keras III Warna : agak kuning Bau : tidak berabau

Tekstur : keras Warna : agak kuning Bau : tiak berbau

Tekstur : keras Warna : agak kuning Bau : tidak berabau

Tekstur :agak lunak

Tekstur :agak lunak

Tekstur :agak lunak

Hasil pengamatan yang di peroleh pada hari ke-3 kelompok 1,2 dengan perlakuan 100gr etilen kedondong 4 matang semua pisang 4 matang semua kelompok 3,4 dengan perlakuan 200gr etilen kedondong 4 matang semua pisang 4 matang semua kelompok 5,6 dengan perlakuan 300gr etilen kedondong 4 matang semua pisang 4 matang semua

8

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pemasakan Buah Kami melakukan Praktikum pemasakan buah ini menggunakan buah

pisang dan kedondong sebagai objek untuk melihat pengaruh etilen dalam pemasakan buah. Etilen yang digunakan yaitu 100 ppm, 200 ppm dan 300 ppm.pada perlakuan pertama kami menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan pada acara praktikum kali ini,kemudian toples di isi dengan air lalu masukkan karbit sebanyak 200gr di tunggu sampai larutan tersebut tidak mendidih lagi /encer kemudian masukkan buah pisang dan kedondong kedalam larutan yang telah dicampur dengan karbit tersebut, lalu diamkan selama lima menit setelah itu kami mengambil buah-buah tersebut dari dalam toples kemudian

dikeringkan,setelah dikeringkan kami membungkus buah-buah tersebut dengan kertas koran . kelompok kami melakukan pengamatan pisang 4 dan kedondong 4 dengan perlakuan 200gr etilen. Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan, ternyata buah pisang dan kedondong pada etilen ,200ppm, pematangannya sama dengan kelompok lain yang menggunakan etilen 100ppm,300ppm pada hari ke- 3 warna dan baunyapun juga sama. Pemasakan buah terlihat dengan adanya buah yang menjadi lunak dan warna yang kuning. Etilen merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu

kamar berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahanperubahan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian. Menurut Abidin (1985) etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Di alam etilen akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik. klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah tertentu dimana selama proses itu terjadi pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses pematangan buah, buah menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak

9

selama pematangan buah, sehingga disebut buah klimaterik. Bila pola respirasi berbeda karena setelah CO2 dihasilkan tidak meningkat tetapi turun secara perlahan, buah tersebut digolongkan non klimaterik . Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula (Kusumo,1990). Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan buah dimana ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur buah dan bau pada buah atau terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi klimaterik klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil. Penguraian hidrolitik klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan mengakibatkan perubahan warna. Bagian profirin pada molekul klorofil dapat mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan hilang. Lunaknya buah disebabkan oleh adanya perombakan photopektin yang tidak larut. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis. Pengelompokkan pengaruh etilen dalam fisiologi tanaman antara lain mendukung terbentuknya bulu-bulu akar, mendukung respirasi klimaterik dan pematangan buah, menstimulasi perkecambahan, mendukung terjadinya

abscission pada daun, mendukung adanya flower fading dalam proses persarian anggrek, mendukung proses pembuangan pada nenas, menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral, mendukung epinast, menghambat

perpanjangan batang dan akar pada beberapa spesies tanaman walaupun etilen ini dapat menstimulasi perpanjangan batang, koleoptil dan mesokotil pada tanaman tertentu, menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar

dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal (Wereing dan Philips, 1970). Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula (Kusumo, 1990). Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan buah dimana ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur buah dan bau pada buah atau

10

terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi klimaterik, klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil. Penguraian hidrolitik klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan mengakibatkan perubahan warna. Bagian profirin pada molekul klorofil dapat mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan hilang. Lunaknya buah disebabkan oleh adanya perombakan photopektin yang tidak larut. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis (Fantastico, 1986). Proses pematangan buah meliputi dua proses yaitu : 1. Etilen mempengaruhi permeabilitas membran sehingga daya permeabilitas menjadi lebih besar 2. Kandungan protein meningkat karena etilen telah merangsang sintesis protein. Protein yang terbentuk terlibat dalam proses pematangan buah karena akan meningkatkan enzim yang menyebabkan respirasi klimakterik (Wereing dan Philips, 1970).

11

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Makin tinggi konsentrasi etilen maka makin cepat proses pematangan buah tertentu 2. Perendaman buah dalam etilen dengan konsentrasi yang cukup tinggi dapat mempercepat proses pematangan buah 3. Selama proses pematangan terjadi perubahan warna, tekstur, bau dan rasa. 4. Etilen mempengaruhi permeabilitas membran sehingga daya permeabilitas menjadi lebih besar

12

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung. Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuhan Tanaman. Yasaguna, Jakarta. Tim Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan,2011.Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.Universitas Muhammadiyah Jember. Wereing, D.F and I. D.J. Phillips. 1970. The Control of Growth and Differentation in Plants. Pergamon Press, New York.

13

Lampiran PEMASAKAN BUAH Etilen adalah zat cair yang tidak berwarna, kental dan manis, mudah larut dalam air, memiliki titik didih relatif tinggi dan titik beku rendah. Senyawa ini sering digunakan sebagai pelarut dan bahan pelunak (pelembut). Pada bidang pertanian etilen digunakan sebagai zat pemasak buah. Etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin, griberelin dan sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Etilen di alam akan berpengaruh apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik. Perlakuan pada buah mangga dengan menggunakan etilen pada konsentrasi yang berbeda akan mempengaruhi proses pemasakan buah. Pemasakan buah ini terlihat dengan adanya struktur warna kuning, buah yang lunak dan aroma yang khas. Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula. Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan yang ditandai dengan perubahan warna, tekstur dan bau buah. Proses sintesis protein terjadi pada proses pematangan seacra alami atau hormonal, dimana protein disintesis secepat dalam proses pematangan. Pematangan buah dan sintesis protein terhambat oleh siklohexamin pada permulaan fase klimatoris setelah siklohexamin hilang, maka sintesis etilen tidak mengalami hambatan. Sintesis ribonukleat juga diperlukan dalam proses pematangan. Etilen akan mempertinggi sintesis RNA pada buah mangga yang hijau. Etilen dapat juga terbentuk karena adanya aktivitas auksin dan etilen mampu menghilangkan aktivitas auksin karena etilen dapat merusak polaritas sel

14

transport, pada kondisi anearob pembentukan etilen terhambat, selain suhu O2 juga berpengaruh pada pembentukan etilen. Laju pembentukan etilen semakin menurun pada suhu di atas 30 0 C dan berhenti pada suhu 40 0 C, sehingga pada penyimpanan buah secara masal dengan kondisi anaerob akan merangsang pembentukan etilen oleh buah tersebut. Etilen yang diproduksi oleh setiap buah memberi efek komulatif dan merangsang buah lain untuk matang lebih cepat. Buah berdasarkan kandungan amilumnya, dibedakan menjadi buah klimaterik dan buah nonklimaterik. Buah klimaterik adalah buah yang banyak mengandung amilum, seperti pisang, mangga, apel dan alpokat yang dapat dipacu kematangannya dengan etilen. Etilen endogen yang dihasilkan oleh buah yang telah matang dengan sendirinya dapat memacu pematangan pada sekumpulan buah yang diperam. Buah nonklimaterik adalah buah yang kandungan amilumnya sedikit, seperti jeruk, anggur, semangka dan nanas. Pemberian etilen pada jenis buah ini dapat memacu laju respirasi, tetapi tidak dapat memacu produksi etilen endogen dan pematangan buah. Proses Klimaterik dan pematangan buah disebabkan adanya perubahan kimia yaitu adanya aktivitas enzim piruvat dekanoksilase yang menyebabkan keanaikan jumlah asetaldehid dan etanol sehingga produksi CO2 meningkat. Etilen yang dihasilkan pada pematangan mangga akan meningkatkan proses respirasinya. Tahap dimana mangga masih dalam kondisi baik yaitu jika sebagian isi sel terdiri dari vakuola. Perubahan fisiologi yang terjadi sealam proses pematangan adalah terjadinya proses respirasi kliamterik, diduga dalam proses pematangan oleh etilen mempengaruhi respirasi klimaterik melalui dua cara, yaitu: 1. Etilen mempengaruhi permeabilitas membran, sehingga permeabilitas sel menjadi besar, hal tersebut mengakibatkan proses pelunakan sehingga metabolisme respirasi dipercepat. 2. Selama klimaterik, kandungan protein meningkat dan diduga etilen lebih merangsang sintesis protein pada saat itu. Protein yang terbentuk akan

15

terlihat dalam proses pematangan dan proses klimaterik mengalami peningkatan enzim-enzim respirasi. Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian. Menurut Abidin (1985) etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Di alam etilen akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik. Klimaterik merupakan suatu fase yang banyak sekali perubahan yang berlangsung (Zimmermar, 1961). Klimaterik juga diartikan sebagai suatu keadaan auto stimulation dalam buah sehingga buah menjadi matang yang disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi (Hall, 1984). Klimaterik merupakan fase peralihan dari proses pertumbuhan menjadi layu, meningkatnya respirasi tergantung pada jumlah etilen yang dihasilkan serta meningkatnya sintesis protein dan RNA (Heddy, 1989). Dapat disimpulkan bahwa klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah tertentu dimana selama proses itu terjadi pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses pematangan buah, buah menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah, sehingga disebut buah klimaterik. Bila pola respirasi berbeda karena setelah CO2 dihasilkan tidak meningkat tetapi turun secara perlahan, buah tersebut digolongkan non klimaterik (Zimmermar,1961). Berdasarkan sifat

klimakteriknya, proses klimakterik dalam buah dapat dibagi dalam 3 tahap yaitu klimakterik menaik, puncak klimakterik dan klimakterik menurun. Buah-buah yang mengalami proses klimakterik diantaranya yaitu tomat, alpokat, mangga, pepaya, peach dan pear karena buah-buahan tersebut menunjukkan adanya peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah. Buah-buah yang mengalami pola berbeda dengan pola diatas diantaranya yaitu ketimun, anggur, limau, semangka, jeruk, nenas dan arbei (Kusumo, 1990). Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula (Kusumo, 1990). Proses pemecahan16

tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan buah dimana ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur buah dan bau pada buah atau terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi klimaterik klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil. Penguraian hidrolitik klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan mengakibatkan perubahan warna. Bagian profirin pada molekul klorofil dapat mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan hilang. Lunaknya buah disebabkan oleh adanya perombakan photopektin yang tidak larut. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis (Fantastico, 1986). Proses pematangan buah meliputi dua proses yaitu : 1. Etilen mempengaruhi permeabilitas membran sehingga daya permeabilitas menjadi lebih besar 2. Kandungan protein meningkat karena etilen telah merangsang sintesis protein. Protein yang terbentuk terlibat dalam proses pematangan buah karena akan meningkatkan enzim yang menyebabkan respirasi klimakterik (Wereing dan Philips, 1970). Hipotesa antara hubungan etilen dan pematangan buah : 1. Pematangan diartikan sebagai perwujudan dari proses mulainya proses kelayuan dimanha antar sel menjadi terganggu. 2. Pematangan diartikan sebagai fase akhir dari proses penguraian substrat dan merupakan proses yang dibutuhkan oleh bahan untuk sintesis enzim spesifik dalam proses layu (Heddy,1989). Pengelompokkan pengaruh etilen dalam fisiologi tanaman antara lain mendukung terbentuknya bulu-bulu akar, mendukung respirasi klimaterik dan pematangan buah, menstimulasi perkecambahan, mendukung terjadinya

abscission pada daun, mendukung adanya flower fading dalam proses persarian anggrek, mendukung proses pembuangan pada nenas, menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral, mendukung epinast, menghambat

perpanjangan batang dan akar pada beberapa spesies tanaman walaupun etilen ini

17

dapat menstimulasi perpanjangan batang, koleoptil dan mesokotil pada tanaman tertentu, menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar

dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal (Wereing dan Philips, 1970). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membahas mekanisme kerja etilen, yaitu : 1. Jangka waktu yang diperlukan bagi etilen untuk menyelesaikan proses pematangan 2. Etilen mempunyai sifat-sifat yang sangat unik di dalam proses pematangan buah dan dalam bagian tanaman lainnya 3. Dalam konsentrasi yang sangat rendah dapat memberikan rangsangan pada aktivitas fisiologi 4. Sensitivitas jaringan tanaman terhadap etilen yang konsentrasinya sangat rendah yang bervariasi sesuai dengan umurnya (Abidin,1981).

18