HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA BARAT
description
Transcript of HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI JAWA BARAT
Permasalahan dan Tantangan Utama Pembangunan Daerah Jawa Barat
Permasalahan• Ketergantungan ekspor dan manufaktur Jawa Barat
terhadap perekonomian dunia• Masih rendahnya tingkat pencapaian pendidikan• Korupsi dan penyalahgunaan wewenang• Kurangnya koordinasi dan sinergitas vertikal maupun
horizontal di tingkat pengambil kebijakan pembangunan• Kesenjangan antara kebijakan yang berpihak pada
keadilan jender pada semua aspek pembangunan: KDRT, traficking, kurangnya kaum pria ikut dalam KB, dll
2
Permasalahan dan Tantangan Utama
Tantangan : • Peningkatan investasi• Stabilitas keamanan dan kepastian hUuum• Akses pasar, pengauatan persaingan dalam negeri• Meningkatkan kunjungan wisata (20 mendatang)• Diperlukan peminpin yang berpengalaman• Aparatur• Penyelenggaraan managemen yang efektif dan efisien• Birokrasi belum banyak mengalami perubahan
TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI
0
10
20
30
40
50
60
70
80TINGKAT KESADARAN HUKUM
Series1
TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
Curas Curat Curi R2/4 Aniyaya Penipuan Penggelapan
TINGKAT KRIMINALITAS TAHUN 2008
Terpidana
Penyelesaian
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
2004 2005 2006 2007
Jumlah Pelanggaran Perda di Jawa Barat Tahun 2004 – 2007
Kesadaran hukum masyarakat terhadap peraturan perda meningkatsejalan dengan cukup efektifnya sosialisasi peraturan daerah, sejakproses legislasi, sosialisasi hingga penerapannya.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
JTP JPTP JTP JPTP JTP JPTP JTP JPTP
2004 2005 2006 2007
Ketertiban Umum
Unjuk rasa
Kenakalan Remaja
Pemogokan
Narkotika
JUMLAH
Gambar 2.2 Data Gangguan Trantibum Di Jawa Barat Tahun 2004 - 2007
sepanjang tahun 2003-2008, muncul dari penyalahgunaan penggunaan narkoba
Tingkat pelayanan Publik dan demokrasi
Kesadaran Hukum• Peningkatan disiplin mengalami kenaikan 50 % dari tahun
sebelumnya : pengawasan dan sosialisasi• Akuntabilitas anggran mengalami perbaikan 75 % : pengawasan
dan kontrol sistem• Kenyamanan dan pelayanan mengalami kenaikan 60 %:
kesadaran akan tugas dan fungsi• Pemenuhan kebutuhan sarana& prasarana menaik 70 %: proses
administrasi dan birokrasi• Kenyamanan&pelayanan kepada masyarakat 60 % perubahan
birokrasi, kedisiplinan aparatur• Pengurangan korupsi membaik 50 % : pengawasan, kesadaran,
kejelasan hokum•
Indeks KriminalitasRata-rata meningkat disebabkan:
• Krisis global• Pencurian roda 2 meningkat, meningkatnya jumlah roda 2• Kesadaran hukum yang masih rendah
TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Prosentase APK Prosentase APM Prosentase angka melanjutkan
Prosentase sarana memadai
Prosentase penerima beasiswa
%Program WAJAR Pendidikan Dasar
Series1
• Program Wajib Belajar Pendidikan dasar• Prosentase APK 88,90• Prosentase APM 79,00 • Prosentase angka melanjutkan
80,00• Prosentase sarana memadai 60,00• Prosentase penerima beasiswa 70
,00• Rasio rombel ruang kelas 1,35
0
200
400
600
800
1000
1200
KAT Penyandang cacat Tuna Sosial Anak nakal korban narkotik (ANKN)
Wanita Rawan Sosial Ekonomio
Orang
Pelayanan Sosial
Series1
Tingkat Pelayanan Publik dan DemokrasiPelayanan Publik
Tahun Sebelumnya Tahun BerjalanPersentase Jumlah kasus korupsi yangtertangani dibandingkan dengan yangdilaporkan
86,21% 100%
Keterangan Jumlah perkara korupsi yang masuk keKejaksaan Tinggi (2008) = 58
Jumlah perkara korupsi yang sudah diputusoleh Pengadilan Tinggi (2008) = 50
Sumber: Jabar Dalam Angka, 2008
Jumlah perkara korupsi yang masuk keKejaksaan Tinggi (2008) = 88
Jumlah perkara korupsi yang sudah diputus olehPengadilan Tinggi (2008) = 88
Sumber: Jabar Dalam Angka, 2009Presentase aparat yang berijazahminimal S1
31,00% 29,87%
Keterangan • Jumlah total = 12.948 orang, terdiri dari:• S3 0,08% • S2 5,16 %• S1 31,00 %• D4 0,46%• D3 11,92 %• D2 1,12 %• D1 2,57%• SLTA 37,45 %• SLTP 4,03 %• SD 6,22 %.
Sumber: Jabar dalam Angka, 2008
• Jumlah total = 361.052 orang, terdiri dari:• S3 2 orang (0,00 %)• S2 469 orang (0,13%)• S1 50 943 orang (14,11%)• D4 821 orang (0,23%)• D3 26 236 (7,27%)• D2 23 739 (6,57%)• D1 9 691 (2,68%)• SLTA 211 989 (58,71%)• SLTP 17 328 (4,80 %) • SD 19.834 (5,49 %).
Sumber: Jabar dalam Angka, 2009Persentase jumlah kabupaten/ kota yangmemiliki peraturan daerah pelayanansatu atap
42,31% 61,53%
Keterangan Jumlah kab/kota yang memiliki PPTSP (PusatPelayanan Terpadu Satu Pintu) adalah 11 kab/kotadari 26 kab/kota di Jabar, yakni: Kota Cimahi, Bandung, Banjar, Kabupaten Indramayu, Sukabumi, Kuningan, Sumedang, Purwakarta, Tasikmalaya, Ciamis, dan Bekasi.Sumber: RKPD 2009
Jumlah kab/kota yang memiliki PPTSP (PusatPelayanan Terpadu Satu Pintu) adalah 16 kab/kotadari 26 kab/kota di Jabar, yakni: KabupatenIndramayu,Majalengka, Kuningan,Cirebon, Sumedang, Kota Banjar, Ciamis, Kota Tasikmalaya, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, KabupatenBekasi, Kabupaten Purwakarta, dan KabupatenSubang.
Sumber: RKPD 2010
LanjutanDemokrasi
Tahun Sebelumnya Tahun Berjalan
Gender Development Index (GDI) 60,8 61,4
Keterangan Data tahun 2006Sumber: BPS dan Kementerian NegaraPemberdayaan Perempuan, 2008
Data tahun 2007Sumber: BPS dan KementerianNegara Pemberdayaan Perempuan,2008
Gender Empowerment Meassurement(GEM)
54,4 55,3
Keterangan Data tahun 2006Sumber: BPS dan Kementerian NegaraPemberdayaan Perempuan, 2008
Data tahun 2007Sumber: BPS dan KementerianNegara Pemberdayaan Perempuan,2008
Tingkat partisipasi politik masyarakatdalam Pemilihan Kepala DaerahProvinsi
67,31% Tidak ada Pilgub tahun 2009
Keterangan Pilgub 2008Sumber: KPUD Jabar
Tingkat partisipasi politik masyarakatdalam Pemilihan Kepala DaerahKabupaten/Kota
Rata-rata 70% Selama tahun 2009 tidak adapemilihan kepala daerahkabupaten/kota di Jabar karena adaPemilu 2009
Keterangan Sumber: RKPD 2009
Tingkat partisipasi politik masyarakatdalam Pilpres
75,2% 76,61%
Keterangan Pilpres 2004Sumber: KPU
Pilpres 2009Sumber: KPU
Tingkat partisipasi politik masyarakatdalam PiLeg
95% 73,11%
Keterangan PiLeg 2004Sumber: KPU
PiLeg 2009Sumber: KPU
Analisis Relevansi dan Efektivitas Indikator I
• Tingkat Pelayanan Publik– Seluruh tolok ukur pada indikator tingkat pelayanan publik
menunjukkan peningkatan capaian.– Pada tolok ukur penanganan kasus korupsi, data BPS
menunjukkan terjadi peningkatan persentase dalam penanganan kasus korupsi di Jawa Barat. Tapi, dilihat dari jumlah kasus korupsi yang masuk ke Kejaksaan Tinggi menunjukan peningkatan antara tahun 2008-2009, sebesar 30 kasus. Hal ini dapat mengindikasikan beberapa hal, antara lain:
• Terjadi peningkatan penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang tergolong kasus korupsi
• Peningkatan kesadaran hukum untuk melaporkan kasus korupsi• Peningkatan kinerja penanganan kasus korupsi oleh lembaga-lembaga
penegak hukum
Lanjutan
– Pada tolok ukur tingkat pendidikan aparat, menunjukkan terjadinya penurunan persentase sebesar 1,13%. Meskipun demikian, jumlah aparat secara keseluruhan menunjukkan kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa:
• Rekrutmen CPNS untuk lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat masih tetap berlangsung
• Sudah ada upaya meningkatkan kualitas SDM dari sisi pendidikan formal, sehingga jumlah aparat berpendidikan S1 sudah berkurang
– Pada tolok ukur pelayanan terpadu, ditanyakan persentase daerah kabupaten/kota yang telah memiliki perda tentang pelayanan satu atap. Data mengenai hal ini tidak terdapat, sehingga yang digunakan adalah proksi daerah yang telah memiliki pelayanan terpadu satu pintu (PPTSP). Data tahun 2008-2009 menunjukan terjadinya peningkatan jumlah kabupaten/kota yang memiliki PPTSP. Hal ini disebabkan oleh:
• Kesadaran daerah kabupaten/kota untuk membentuk PPTSP dalam rangka memperbaiki kualitas pelayanan perizinan sekaligus meningkatkan investasi di daerah
• Sudah adanya kepastian dasar hukum mengenai regulasi dan bentuk organisasi PPTSP sehingga kabupaten/kota tidak ragu lagi untuk membentuk PPTSP
Lanjutan
• Demokrasi– Seluruh tolok ukur pada indikator demokrasi menunjukkan
tingkat capaian yang beragam, ada sub indikator yang mengalami peningkatan tapi ada juga yang menurun.
– Pada tolok ukur Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerment Measurement (GEM), terjadi kenaikan capaian indeks. Hal ini mengindikasikan bahwa:
• Sudah ada upaya untuk meningkatkan kesetaraan jender, khususnya dengan memperluas ruang partisipasi bagi perempuan dalam bidang politik dan pemerintahan
• Dibandingkan dengan capaian IPM/HDI Jabar yang masih lebih tinggi dibandingkan GDI menunjukkan bahwa kesenjangan jender masih menjadi masalah di Jabar
• Peningkatan capaian GDI dan GEM banyak disumbang oleh meningkatnya jumlah perempuan yang menduduki posisi struktural di lingkungan politik dan pemerintahan di Jabar, misalnya dalam hal peningkatan jumlah anggota DPRD perempuan, pejabat birokrasi dari kalangan perempuan, dll
• Masalah-masalah kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran hak perempuan masih memerlukan penanganan afirmatif untuk meningkatkan capaian GDI dan GEM di masa mendatang
Lanjutan
– Pada tolok ukur tingkat partisipasi politik dalam pemilihan kepala daerah provinsi, Jawa Barat baru satu kali menyelenggarakan pemilihan gubernur dan wakil gubernur secara langsung yakni pada tahun 2008. Tingkat partisipasi sebesar 67,31% dalam Pilgub tidak terlampau tinggi, diduga penyebabnya adalah kejenuhan masyarakat akibat terlampau seringnya frekuensi pemilihan secara langsung dilakukan sejak tahun 2004 hingga 2008. Selama rentang waktu tersebut juga berlangsung pemilihan kepala daerah kabupaten/kota secara langsung, sehingga antusiasme publik untuk memberikan suara dalam Pilgub tidak terlampau besar. Meskipun demikian, Pilgub berlangsung dengan relatif aman dan demokratis tanpa menimbulkan konflik yang destruktif.
Lanjutan
– Pada tolok ukur tingkat partisipasi politik dalam pemilihan kepala daerah kabupaten/kota, juga menunjukkan capaian yang moderat sekira 70% untuk 26 pilbup/pilwalkot yang berlangsung di Jabar selama periode 2005-2008. Bila dilihat dari tingkat partisipasi per kabupaten/kota sangat variatif. Di Kabupaten Garut, tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilihan Bupati Garut pada tahun 2008 adalah sebesar 65,7%. Jumlah ini tidak jauh berbeda dengan hasil Pemilihan Bupati Kuningan pada tahun 2008 sebesar 67%. Di Kabupaten Ciamis, pemilihan bupati ditandai dengan tingkat partisipasi pemilih yang cukup tinggi sebesar 73,21%, seperti juga di Kota Bandung, partisipasi pemilih dalam Pemilihan Walikota Bandung tahun 2008 adalah sebesar 73,5%. Di Kabupaten Majalengka yang menyelenggarakan pemilihan bupati dan wakil bupati pada tahun 2008, tingkat partisipasi pemilih mencapai 73,34%. Jumlah ini relatif tinggi dibandingkan dengan partisipasi pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Bekasi pada tahun 2007 yang hanya diikuti oleh 52,86% pemilih. Tingginya jumlah masyarakat yang tidak memberikan suara (golput) juga tampak pada Pilkada Kota Bogor yang berjumlah 35,99% dari keseluruhan jumlah pemilih yang terdaftar. Demikian pula jumlah golput dalam Pemilihan Bupati Cianjur tahun 2006 cukup tinggi.
Lanjutan
– Pada tolok ukur tingkat partisipasi politik dalam pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden, menunjukan capaian yang berbeda. Untuk tingkat partisipasi dalam pemilihan presiden menunjukkan peningkatan yang tidak terlampau signifikan antara Pilpres 2004 dan Pilpres 2009, yakni hanya sebesar 1,41%. Kenaikan ini disebabkan oleh pembaharuan data pemilih yang paralel dengan peningkatan jumlah penduduk di Jawa Barat.Sementara itu, tingkat partisipasi dalam Pemilihan Legislatif tahun 2004 dan 2009 menunjukan penurunan yang drastis, sebesar 21,89%. Hal ini disebabkan oleh:
• Permasalahan yang terjadi dalam pendataan pemilih , yang menyebabkan banyak calon pemilih tidak terdaftar dan tidak dapat memberikan suaranya
• Kejenuhan masyarakat terhadap event pemilihan, sehingga menimbulkan apatisme atau keenganan untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Legislatif 2009
21
Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia
Indikator II
Pendidikan•Angka Partisipasi Murni•Rata-rata nilai akhir•Angka Putus Sekolah •Angka melek aksara 15 tahun keatas•Persentase jumlah guru yang layak mengajar
Angka Partisipasi Sekolah dengan indikator Angka Partisipasi Kasar SD
Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa pada tingkat SD, nilai APK Jawa Barat menunjukkan angka di atas 100%,
Kecenderungan Angka Melek Huruf di Propinsi Jawa Barat Tahun 1990, 2000 – 2007
93.0393.19
93.5 93.6
93.96
94.51
95.48
93.79
92
93
93
94
94
95
95
96
96
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber: BPS Propinsi Jawa Barat
Presentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun ke atas
Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang DitamatkanDi Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 – 2007
Tingkat Pendidikan 2003 2004 2005 2006 2007
1. Tidak pernah Sekolah 5,09 5,07 5,18 4,95 5,38
2. Tidak Tamat SD 21,67 21,66 21,80 21,66 22,02
3. Tamat SD 39,56 38,00 37,75 37,59 36,02
4. SLTP/SMP 15,09 16,77 16,77 15,96 15,60
5. SLTA/ 14,61 15,30 15,40 15,79 16,22
6. AK/Diploma 1,72 1,60 1,54 1,97 2,13
7. Sarjana 1,71 1,60 1,58 2,07 2,63
Jumlah 100 100 100 100 100
Sumber: Suseda 2003 - 2007
TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Prosentase APK Prosentase APM Prosentase angka melanjutkan
Prosentase sarana memadai
Prosentase penerima beasiswa
%Program WAJAR Pendidikan Dasar
Series1
Kesehatan
• Umur Harapan Hidup (UHH)• Angka Kematian Bayi (AKB)• Angka Kematian Ibu (AKI)• Prevalensi Gizi buruk (%)• Prevalensi Gizi kurang (%)• Persentase tenaga kesehatan
perpenduduk
UMUR HARAPAN HIDUP (UHH) Jawa Barat
Tahun 2000 – 2007 berdasarkan proyeksi BPS Sensus 1990 Susenas 1995
Angka Kematian Bayi (AKB)
• Tahun 2000 45,69 per 1000 kelahiran hidup• Tahun 2005 menjadi 43,40 per 1000 kelahiran hidup. • Tahun 2006 sebanyak 3.580 dari 818.338 kelahiran
hidup• Tahun 2007 sebanyak 4.388 dari 822.481 kelahiran
hidup Terjadi peningkatan dari tahun 2006 ke 2007
pendidikan ibu
Angka Kematian Ibu (AKI)
• Data terakhir tahun 2003 321.15 kematian saat melahirkan (60.87%), waktu nifas (30.43%), dan waktu hamil (8.7%) karena perdarahan, infeksi dan eklampsia
• Masalah: ketidaktersediaan data sistem pelaporan• Penting untuk memperhatikan pendidikan ibu suseda
2007 % wanita yang selesai wajar diknas 67.7% dan suseda 2005 % wanita menikah di usia < 16 tahun 28.85%
Status Gizi Balita Tahun 1999-2001 dan 2004-2007
Tahun Status Gizi Balita ( % )Lebih Baik Kurang Buruk
1999 23.33 54,45 17,26 4,96
2000 4,84 81,46 12,88 0,79
2001 1,91 85,27 11,7 1,32
2004 2,59 84,06 11,94 1,41
2005 1,83 85,75 11,41 1,01
2006 1,62 86,36 11,52 1.09
2007 2.03 85,23 11,15 1,13
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2007
Obesitas perlu diwaspadai kecenderungan kasus meningkat sehubungan dengan gaya hidup faktor resiko penyakit sirkulasi darah dan penyakit degeneratif
Tenaga Kesehatan• Tenaga medis (dokter umum, dokter gigi)• Tenaga keperawatan (perawat, bidan)• Tenaga kefarmasian (apoteker, analisis farmasi,
asisten apoteker)• Tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog,
entomolog, mikrobiologi, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan, sanitarian)
• Tenaga gizi• Tenaga keteknisan fisik• Tenaga keteknisan medis• Tenaga sanitasi
Dokter Umum
• 2007 rasio 1:2.592.733• Target Indonesia Sehat 2010 rasio
dokter per 100.000 penduduk adalah 40• Rata-rata 2-3 dokter umum bekerja di
puskesmas penyebaran belum merata masih ada puskesmas yang belum ada dokter
Dokter Gigi
• 2006 rasio 1:6.247.550• 2007 seorang dokter gigi untuk 2-3
puskesmas dan penyebarannya belum merata
• Target Indonesia Sehat 2010 rasio dokter gigi per 100.000 penduduk adalah 11
Tenaga Keperawatan
• Rasio 1:1.072.763• 2007 setiap puskesmas mempunyai 6-7
bidan dan penyebarannya belum merata• Target Indonesia Sehat 2010 rasio
bidan per 100.000 penduduk adalah 100 dan rasio perawat per 100.000 penduduk adalah 117.5
Keluarga Berencana• Indikator keberhasilan program Keluarga Berencana
pencapaian cakupan KB Aktif, peserta KB Baru terhadap pasangan usia subur(PUS) dan persentase peserta KB Aktif Metode Kontrasepsi Efetif Terpilih (MKET).
• Pencapaian KB Baru pada tahun 2006 sebesar 12,72%, cakupan ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2005 (10,66%).
• "Tahun 2003 hingga 2004, peserta KB aktif Jawa Barat mencapai 60,42 persen, tahun 2005 62,84 persen dan tahun 62,88 persen,“
• Peserta Keluarga Berencana (KB) Aktif sepanjang tahun 2008 mencapai 6.223.986 orang atau naik sebesar 107 persen dari target 5.906.260 orang keberhasilan program Kesatuan Gerak PKK-KB Kesehatan tahun 2008.
Keluarga Berencana
• "Berdasarkan data Suseda Jabar, tahun 2003 TFR Jabar sebesar 2,54, tahun 2004 sebesar 2,53 tahun 2006 sebesar 2,39 dan tahun 2007 mencapai 2,30,”
Laju Pertumbuhan PendudukDi Provinsi Jawa Barat Selama Kurun Waktu 2002-2007
• Jumlah penduduk meningkat sekitar 17, 35 % dari penduduk Indonesia
• Puncaknya diperkirakan pada tahun 2030 ahli demografi 2015-2030 “golden period bagi Indonesia, penduduk provinsi mencapai nilai tertinggi
38
Data Pembangunan Ekonomi Jawa Barat 2004-2008
Uraian2004 2005 2006 2007 2008
LPE (%) 4.77 5.62 6.01 6.22 5.6
Laju Inflasi (%) 7.56 18.51 6.15 5.22 11.1
Kontribusi Manufaktur (%) 41.88 44.46 45.24 44.38 47.32
Kontribusi Ekspor (%) 49.29 48.29 45.85 43.98 39.23
Pendapatan Riil Per kapita (Rupiah) 5.940.000 6.080.000 6.380.000 6.250.200 7.101.000
Nilai Tukar Petani (%) 117.1 113.1 115.5 116.8 96.94
Pertumbuhan Realisasi PMA (%) 32.07 26.14 -31.71 109.28
Pertumbuhan Realisasi PMDN (%) 29.87 29.17 -0.78 25.72
39
Sumber: BPS dan berbagai sumber lain
Note: Data output UMKM dan Status serta kondisi jalan di Jawa Barat belum lengkap terkumpul. Data pendapatan perkapita tidak ikut dihitung dalam penghitungan indeks outcome.
Outcome dan Trend Propinsi (dalam %)
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008
Outcome Pembangunan Ekonomi 44.120 41.702 39.151 26.302 47.884
Trend -5.480 -6.117 -32.820 85.247
40
Sumber: data diolah
41
Tingkat Pembangunan Ekonomi Propinsi Jawa Barat (dalam %)
Indikator III
-40,000
-20,000
0,000
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
2004 2005 2006 2007 2008
Outcome Pembangunan Ekonomi Trend
Analisis Relevansi dan Efektifitas
Pertumbuhan ekonomi jawa Barat terus mengalami peningkatan hingga tahun 2007 dan melambat pada tahun 2008 terutama karena hantaman krisis global terhadap Indonesia sedangkan peran pertumbuhan Jawa barat terhadap Nasional sangat signifikan sehingga efeknya sangat terasa.
Kontribusi manufakturing terhadap PDRB makin meningkat kecuali pada tahun 2007 karena melemahnya industri terkait pasca kenaikan 2 kali harga BBM akibat dihapuskannya sebagian subsidi
Laju inflasi yang menurun dari tahun 2004-2007 kembali menjadi dua digit pada tahun 2008 karena pengaruhi lanjutan dari 2 kali kenaikan harga (BBM) di tahun 2007 dan naiknya harga elpiji serta adanya program konversi minyak tanah ke elpiji.
Kontribusi Ekspor melemah terus hingga tahun 2008 karena banyak faktor: menurunnya permintaan luar negeri, makin pesatnya kegiatan sektor-sektor jasa dan sunset clause dari beberapa komoditi ekspor utama Jawa Barat seperti tekstil dan produk tekstil.
Nilai Tukar Pertanian terus membaik karena makin terarahnya program program pembangunan pertanian dan peningkatan produksi yang signifikan, namun pada tahun 2008 kembali turun karena adanya masalah distribusi dari input pertanian seperti krisis pupuk dan turunnya harga-harga internasional komoditi pertanian.
Nilai realisasi investasi PMA dan PMDN sama hal-nya dengan kasus kontribusi manufaktur dan ekspor turun tajam pada tahun 2007 karena distorsi dari makin beratnya biaya produksi yang didorong oleh kenaikan harga BBM serta tingkat ketidakpastian regulasi investasi, dengan adanya kebijakan UU Penanaman modal yang baru dan cenderung lebih berpihak pada pemilik modal makan tahun 2008 realisasi investasi kembali meningkat.
.
43
Tingkat Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup
Indikator IV
Belum dilakukan karena ketersediaan data
44
Tingkat Kesejahteraan Sosial
Indikator IV
•Tingkat Kemiskinan•Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
45
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi, Maret 2007 – Maret 2008
Tingkat Pengangguran Terbuka Jawa Barat
• Tingkat pengangguran terbuka (TPT) 2004 di Jawa Barat adalah 12,25%
• Tingkat pengangguran terbuka (TPT) 2005 di Jawa Barat adalah 11,91%
• Tingkat pengangguran terbuka (TPT) 2006 di Jawa Barat adalah 10,95%
• Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Barat adalah 13,08% dari jumlah angkatan kerja (data bulan Agustus tahun 2007)
• Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Barat turun menjadi 12,28% (data bulan Februari tahun 2008)
46
0
200
400
600
800
1000
1200
KAT Penyandang cacat Tuna Sosial Anak nakal korban narkotik (ANKN)
Wanita Rawan Sosial Ekonomio
Orang
Pelayanan Sosial
Series1
KesimpulanCapaian dari hasil kinerja pembangunan Jawa Barat secara umum memperlihatkan relevansi terhadapsasaran/pembangunan nasional khususnya pada:– Aspek Tingkat Pelayanan publik dan demokrasi
dan Pembangunan Ekonomi, namun secaraefektifitas memang tidak terlalu signifikan.
– Aspek Kesejahteraan sosial dan Sumber dayaAlam Lingkungan, relevansi serta efektifitasterhadap tujuan pembangunan nasional relatifbelum menunjukkan hasil yang baik.
49
Terima Kasih