HASIL DISKUSI KELOMPOK 1

11
HASIL DISKUSI KELOMPOK 1 BOGOR, 17 JUNI 2014

description

HASIL DISKUSI KELOMPOK 1. Bogor, 17 Juni 2014. Terima kasih . d an selamat berdiskusi . - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of HASIL DISKUSI KELOMPOK 1

HASIL DISKUSI KELOMPOK 1

BOGOR, 17 JUNI 2014

NO.

MENU DEKONHAMBATAN /

POTENSI HAMBATAN

TINDAK LANJUT

PEMBAGIAN PERAN

DINKES BINFAR PIHAK LAIN

1 Sampling Alat Kesehatan dan PKRT

1. Tidak ada laboratorium uji pembanding (hanya sukofindo)2. Pencairan pendanaan (LS)3. Sample yang diambil tidak mewakili seluruh sarana dan tidak adanya standar cara pengambilan sample4. Tumpang tindihnya sampling antara pusat dan daerah5. Besarnya biaya sampling6. Waktu pengujian sample yang tidak pasti

1. Perlunya MoU antara Pusat dengan lab uji2. Sampling yang dilakukan pusat tidak hanya di kota tapi sampai ke remote area dan standarisasi kriteria serta tata cara sampling. Perbaharui juklak dan juknis sampling alkes dan PKRT3. Perlunya koordinasi antara pusat dan daerah terkait rencana sampling

Dit. Bina Prodis Alkes

Lab uji

NO.

MENU DEKONHAMBATAN /

POTENSI HAMBATAN

TINDAK LANJUT

PEMBAGIAN PERAN

DINKES BINFAR PIHAK LAIN

2 Peningkatan Kemampuan SDM dalam implementasi sistem elektronik pada Binwasdal Alkes & PKRT

-(belum ada kendala)

-

3 Monitoring & Evaluasi Sarana Produksi Alkes dan PKRT

1. Luasnya wilayah dan terbatasnya biaya sehingga monev yang dilakukan kurang representatif

2. Sebagian besar propinsi tidak memilih menu ini

3. Sarana produksi kurang kooperatif

1. Perlu dikeluarkan surat edaran dari pusat terkait kegiatan ini

Dit Bina Prodis Alkes

Aspaki

NO.

MENU DEKONHAMBATAN /

POTENSI HAMBATAN

TINDAK LANJUT

PEMBAGIAN PERAN

DINKES BINFAR PIHAK LAIN

4 Monitoring dan evaluasi saran distribusi alkes

1. Dibatasinya anggaran dekon untuk perjadin

2. Daftar tilik tidak update

1. Updating daftar tilik

Konsekuensi pemberian rekomendasi thd sarana

Dit Bina Prodis Alkes

5 Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian dalam pelayanan kesehatan era JKN

1. Minimnya tenaga apoteker dan TTK di fasyankes dasar2. Apoteker belum menjadi tenaga kesehatan strategis

1. Perjuangkan tenaga apoteker di KemenPAN melaluiadvokasi stakeholder terkait (BKD)

Advokasi ke BKD

Dit bina Yanfar (Advokasi ke BKN)

KemenPAN

6 Pemantauan penggunaan obat dalam pelaksanaan JKN di PKM dan RS

1. Juknis tatacara pemantauan obat sedang disusun

1. Melatih petugas propinsi dlm pemantauan obat (TOT)2. SE kpd RS terkait pemantauan obat3. Koordinasi dengan unit utama lain (BUK)

Dit. Bina Yanfar

NO.

MENU DEKONHAMBATAN /

POTENSI HAMBATAN

TINDAK LANJUT

PEMBAGIAN PERAN

DINKES BINFAR PIHAK LAIN

7 Pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan POR dg metode CBIA

1. Biaya media pendukung CBIA (sampel obat) yang tidak sedikit

1. Tingkatkan koordinasi dg promkes

Koordinasi ke promkes s/d PKM

Dit Bina Yanfar koodinasi dg Promkes

PromkesKader PKKBPOM

8 Advokasi implementasi FORNAS kpd stakeholder dan prescriber di faskes milik pemerintah

1. Persepsi prescriber di RS dg IDI dan IDAI belum sepaham thd obat2 dlm FORNAS

1. Koordinasi dg stakeholder tekait, organisasi profesi dan perguruan tinggi2. Dibuat juknis evidence based obat FORNAS

Advokasi stakeholder terkait

Menyusun NSPK scr berkala terkait FORNAS

Organisasi profesi (IAI, IDI, IDAI)PT

9 Rakonas Program Kefarmasian dan Alkes

1. Adanya pembatasan undangan bagi propinsi

1. Dilihat tren program kefarmasian dlm menetapkan undangan2. Perlu diperhitungkan kembali untuk biaya pelaksanaan pd daerah tertentu

NO.

MENU DEKON

HAMBATAN / POTENSI

HAMBATANTINDAK LANJUT

PEMBAGIAN PERAN

DINKES BINFAR PIHAK LAIN

10 Perencanaan dan Evaluasi DAK sub bidang pelayanan kefarmasian

1. Tumpang tindih dengan perencanaan daerah

11 Advokasi pelaksanaan SAI program kefarmasian dan alkes

Masing-masing propinsi mempunyai masalah terkait dengan perencanaan anggaran dan Aset BMN

Evaluasi bentuk kegiatan

12 Pemutahiran data kefarmasian dan alkes TK Propinsi

1. Terlalu banyak nya data yang diminta2. Belum ada kesatuan pelaporan dari unit es 2

1. Agar data yang diminta difokuskan2. Pengambilan data satu pintu dan koordinasi antar unit es2

Koordinasi internal

NO.

MENU DEKON

HAMBATAN / POTENSI

HAMBATANTINDAK LANJUT

PEMBAGIAN PERAN

DINKES BINFAR PIHAK LAIN

13 Sosialisasi e-licensing bagi industri farmasi, IOT, PBF, industri kosmetik/makanan

1. SDM kurang mendukung2. Infrastruktur kurang memadai3. Belum jelasnya potisioning PTSP

Advokasi ke Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

Sosialisasi ke asosiasi sarana

Koordinasi internal

14 Sosialisasi e-report PBF

1. Apoteker penanggungjawab PBF sering berubah/pindah2. Komunikasi di sistem e-report kurang responsif

1. Meningkatkan peran propinsi dalam pelaporan PBF2. Koordinasi sistem pelaporan dengan BPOM

Sosialisasi intensif

1.Memperbaiki sistem komunikasi2.Koordinasi dg BPOM

BPOM

15 Penerapan pengembangan software SIPNAP

1. SDM kurang mendukung2. Infrastruktur kurang memadai3. Aplikasi kurang userfriendly

1. Memperbaiki sistem aplikasi2. Advokasi provinsi kepada unit layanan ttg kepatuhan pelaporan

NO.

MENU DEKON

HAMBATAN / POTENSI HAMBATAN

TINDAK LANJUT

PEMBAGIAN PERAN

DINKES BINFAR PIHAK LAIN

16 Pembekalan CDOB untuk nakes dan penanggungjawab teknis sarana distribusi obat

1. CDOB merupakan hal baru2. SDM Kab/Kota beragam dan belum semua terpapar CDOB3. Banyaknya PBF merasa kesulitan melaksanakan CDOB

1. Sosialisasi berjenjang2. Koordinasi dengan stakeholder terkait

1. Advokasi2. Koordinasi dg BPOM

Pembinaan CDOB kpd sarana

BPOM

17 Sosialisasi MJAS

1. Tumpah tindih kegiatan dengan BPOM2. Kurangnya sosialisasi dalam pembagian kewenangan

1. Sosialisasi dalam pembagian kewenangan

Pembinaan Koordinasi dengan BPOM

18 Biaya pengelolaan dan pengemasan kembali obat

1. Kurang jelasnya juknis pelaksanaan pertanggungjawaban anggaran2. Kurangnya komitmen kab/kota3. Biaya kegiatan hanya untuk obat program

1. Perjelas juknis2. Biaya kegiatan tidak dibatasi hanya untuk obat program

Dit. Bina Oblik

NO.

MENU DEKON

HAMBATAN / POTENSI HAMBATAN

TINDAK LANJUT

PEMBAGIAN PERAN

DINKES BINFAR PIHAK LAIN

19 Monitoring ketersediaan obat dan vaksin

1. Pelaporan belum tepat waktu dan belum lengkap

1. Advokasi kepada kab/kota

Advokasi kab/kota

Advokasi propinsi

Instalasi farmasi prop/kabkota

20 Harmonisasi & integrasi RKO dan implementasi pengelolaan obat satu pintu

Kurangnya koordinasi dengan pemegang program di kab/kota

Pembentukan Tim Pengelolaan Obat Terpadu (TPOT)

Buat SK TPOT

Perbaharui pedoman TPOT

Stakeholder terkait

21 Penerapan e-logistic & e-catalog

1. Kurang luasnya peserta yang dilibatkan2. Kurangnya tenaga farmasi bersertifikat pengadaan3. Panitia pengadaan yang diundang kurang mengerti tentang obat4. Peserta kegiatan dengan fokus yang berbeda

1. Mendata ulang peserta kegiatan sosialisasi2. Perlunya tenaga kefarmasian mengikuti sertifikasi pengadaan

Advokasi tenaga kefarmasian dlm pelatihan sertifikasi pengadaan

Koordinasi dgn LKPP

1. LKPP2. Penyedia

NO.

MENU DEKON

HAMBATAN / POTENSI HAMBATAN

TINDAK LANJUT

PEMBAGIAN PERAN

DINKES BINFAR PIHAK LAIN

22 Pembekalan tenaga kefarmasian dalam pengelolaan vaksin IF Kab/Kota

1. Kurangnya koordinasi dengan program

1.Meningkatkan koordinasi dengan program2. Membuat peraturan/persyaratan pengelola vaksin harus tenaga kefarmasian

Koordinasi dengan program

Koordinasi dengan P2PL

P2PL

Terima kasih.dan selamat berdiskusi...