Hasil Diskusi 3 Pemicu Tentang Hemodinamik D1

5
Hasil diskusi 3 pemicu tentang hemodinamik D1 Kelompok III D1: Anik Istiyani Chika G N Dhoni S Dhea Nanda Untuk mencegah timbulnya tromboembolus adalah dengan pemberian antitrombotik, trombolitik, atau anti koagulan Fraktur dapat mengalami statis aliran darah karena fraktur merupakan trauma langsung yang terjadi pada pembuluh darah. trauma ini dapat mengakibatkan cedera endotel dan mengakibatkan statis atau lambatnya aliran darah. statis aliran darah ini akan menjadi faktor predisposisi untuk terjadinya thrombosis. trombosis yang terbentuk ini akan menghilangkan pengaruh pompa vena perifer, meningkatkan stagnasi dan pengumpulan darah di ekstremitas bawah. sehingga dapat menyebabkan penumpukan trombosit dan fibrin, yang mencetuskan perkembangan thrombosis terutama di pembuluh darah vena. (Smeltzer & Bare, 2000) Perbedaan antara arteri yang normal dan arteri yang tidak normal. Arteri yang normal adalah arteri yang mempunyai lumen yang luas dan darah dapat mengalir tanpa hambatan. Sedangkan arteri yang tidak normal atau mengalami gangguan, terdapat hambatan pada aliran darah dan lumennya akan lebih kecil atau sama sekali tertutup misalnya karena atherosclerosis akibat LDL yang meningkat. Hal ini akan mengakibatkan ACS atau Akut Coroner Syndrome. Sumber ; Black , 2014 Trombus yang menetap atau tidak terlepas akan mengalami perubahan , benda-benda yang membentuk trombus akan robek, dan fibrin menghilang. Fibrin yang menghilang ini akan berubah menjadi fibrin yang lebih halus yang disebut fibrinogen . Massa fibrinogen yang lebih halus inilah yang disebut massa homogen. Sumber; Smeltzer and Bare, 2006. Penanganan aneurisma terutama pada aorta dapat dilakukan dengan cara melakukan tindakan operasi dan pemberian obat-

description

universitas indonesia_fik

Transcript of Hasil Diskusi 3 Pemicu Tentang Hemodinamik D1

Hasil diskusi 3 pemicu tentang hemodinamik D1Kelompok III D1:Anik IstiyaniChika G NDhoni SDhea NandaUntuk mencegah timbulnya tromboembolus adalah dengan pemberian antitrombotik, trombolitik, atau anti koagulanFraktur dapat mengalami statis aliran darah karena fraktur merupakan trauma langsung yang terjadi pada pembuluh darah. trauma ini dapat mengakibatkan cedera endotel dan mengakibatkan statis atau lambatnya aliran darah. statis aliran darah ini akan menjadi faktor predisposisi untuk terjadinya thrombosis. trombosis yang terbentuk ini akan menghilangkan pengaruh pompa vena perifer, meningkatkan stagnasi dan pengumpulan darah di ekstremitas bawah. sehingga dapat menyebabkan penumpukan trombosit dan fibrin, yang mencetuskan perkembangan thrombosis terutama di pembuluh darah vena. (Smeltzer & Bare, 2000)Perbedaan antara arteri yang normal dan arteri yang tidak normal. Arteri yang normal adalah arteri yang mempunyai lumen yang luas dan darah dapat mengalir tanpa hambatan. Sedangkan arteri yang tidak normal atau mengalami gangguan, terdapat hambatan pada aliran darah dan lumennya akan lebih kecil atau sama sekali tertutup misalnya karena atherosclerosis akibat LDL yang meningkat. Hal ini akan mengakibatkan ACS atau Akut Coroner Syndrome. Sumber ; Black , 2014Trombus yang menetap atau tidak terlepas akan mengalami perubahan , benda-benda yang membentuk trombus akan robek, dan fibrin menghilang. Fibrin yang menghilang ini akan berubah menjadi fibrin yang lebih halus yang disebut fibrinogen . Massa fibrinogen yang lebih halus inilah yang disebut massa homogen. Sumber; Smeltzer and Bare, 2006.Penanganan aneurisma terutama pada aorta dapat dilakukan dengan cara melakukan tindakan operasi dan pemberian obat-obattan untuk mencegah agar aneurisma pada aorta tidak pecah dan mengalami perdarahan. obat yang diberikan terutama obat-obattan yang dapat menurunkan tekanan darah dan obat antikoagulan contoh obatnya nimopidin untuk mencegah spasme pada pembuluh darah. ada beberapa hal juga yang dapat mengurangi terjadinya aneurisma misalnya menghindari penggunaan obat-obattan aspirin, menghindari minum minuman alkohol, menghindari merokok dan banyak minum air putih (http://www.jevuska.com/2014/02/27/stroke-hemoragik/)Penatalaksanaan Oedema yaitu dengan cara mengatasi edema pada malnutrisi adalah denganperbaikan gizi, namun tergantung dari seberapa buruk status gizi yang diderita pasien. gizi yang diberikan terutama harus tinggi protein untuk meningkatkan albumin pasien.Sebagai contoh pada kasus Sirosis Hepatis, dimana akan terjadi Asites. Asites adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan akumulasi cairan di rongga perut. Penyebabnya yaitu rendahnya kadar albumin dalam darah dan hipertensi portal. Pertama, rendahnya kadar albumin dalam darah menyebabkan perubahan tekanan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya pertukaran cairan, yang memungkinkan cairan keluar dari pembuluh darah. Kedua, asites dapat disebabkan oleh hipertensi portal, yang mengarah pada peningkatan tekanan di dalam cabang-cabang vena porta yang melalui hati. Darah yang tidak dapat mengalir melalui hati karena terjadi peningkatan tekanan akhirnya akan bocor ke rongga perut dan menyebabkan asites. Asites yang berat dapat menyebabkan peningkatan berat dan tekanan rongga perut, serta dapat terjadi pernafasan yang pendek.Untuk mengatasi edema pada sirosis hepatis:1. Diet rendah natrium atau diuretik untuk mengurangi cairan yang terakumulasi dalam tubuh.2. Obat untuk mengurangi gatal.3. Obat-obatan yang dapat membantu mengurangi hipertensi portal.4. Pengurangan cairan yang menumpuk di perut (ascites).5. Dieuretik6. Parasentesis7. Pintas Portosistemik Intrahepatik Transjugular8. Transplantasi HatiGagal Jantung kanan (Right-sided failure), kegagalan jantung kanan disebabkan oleh penyakit pada jantung kanan sehingga tidak dapat memompakan darah yang memadai, sehingga menyebabkan aliran balik menuju atrium kanan dan sirkulasi vena. Kemacetan di vena pada sirkulasi sistemik ini menyebabkan edema perifer, hepatomegali, splenomegali, distensi vena jugularis, kongesti vaskuler pada GI. Penyebab utama gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Kegagalan jantung kiri sebagai akibat dari kongesti paru dan peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru (pulmonary hypertension). Pulmonary hypertension yang kronis menyebabkan jantung kanan membesar dan terjadi kegagalan memompa darah. Cor pulmonale juga dapat menyebabkan kegagalan jantung kanan.Untuk mengatasi edema pada gagal jantung kanan ada beberapa cara:1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat farmakologi seperti Glikosida jantung.Digitalis, Terapi vasodilator3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi antidiuretik. Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal. Penggunaan harus hati hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia., diit, Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema. Terakhir istirahat4. Intervensi keperawatannya: Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam. dan terapkan terapi diuretic. Pertahakan pasien duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang akan dilakukan oleh pasienNefrotik sindrom, bengkaknya jaringan dikarenakan oleh akumulasi cairan pada ruang antar jaringan. Hal ini dikarenakan kehilangan plasma protein (albumin) dan akibat dari osmosis cairan dari darah.Untuk mengatasiEdema pada sindrom nefrotik: Diet pada pasien dengan sindrom nefrotik harus menyediakan energi yang cukup (kalori) dan asupan protein yang cukup (1-2 g / kg / hari). Tambahan protein diet adalah tidak ada nilai terbukti. Diet tanpa garam ditambahkan akan membantu untuk membatasi kelebihan cairan. Ada pembatasan aktivitas tidak untuk pasien dengan sindrom nefrotik. Jika ada hipertensi, dapat ditambahkan obat antihipertensi.Penatalaksanaan edemaTerapi edema harus mencakup terapi penyebab yang mendasarinya yang reversibel (jika memungkinkan). Pengurangan asupan sodium harus dilakukan untuk meminimalisasi retensi air. tidak semua pasien edema memerlukan terapi farmakologis ,pada beberapa pasien terapi non farmakologis sangat efektif seperti pengurangan asupan natrium (yakni kurang dari jumlah yang diekskresikan oleh ginjal) dan menaikkan kaki diatas level dari atrium kiri. Tetapi pada kondisi tertentu diuretic harus diberikan bersamaan dengan terapi non farmakologis. Pemilihan obat dan dosis akan sangat tergantung pada penyakit yang mendasari, berat-ringannya penyakit dan urgensi dari penyakitnya. Efek diuretic berbeda berdasarkan tempat kerjanya pada ginjal. Klasifikasi diuretic berdasarkan tempat kerja :1. Diuretik yang bekerja pada tubulus proksimalis2. Diuretic yang bekerja pada loop of henle3. Diuretic yang bekerja pada tubulus kontortus distal4. Diuretic yang bekerja pada cortical collecting tubulePrinsip terapi edema1. Penanganan penyakit yang mendasari2. Mengurangi asupan natrium dan air, baik dari diet maupun intravena3. Meningkatkan pengeluaran natrium dan air : Diuretik, hanya sebagai terapi paliatif,bukan kuratif, Tirah baring, lokal pressure4. Hindari faktor yang memperburuk penyakit dasar, diuresis yang berlebihan menyebabkan pengurangan volume plasma,hipotensi,perfusi yang inadekuat, sehinggga diuretic harus diberikan dengan hati-hati. Sumber : Brunner & Suddarth (2002)Petekie pada umumnya karena kelainan trombosit, bisa ditemui pada pasien yang menderita penyakit demam berdarah. Untuk ekimosis bisa dijumpai pada pasien dengan Idiopatik Trombositopeni Purpura (ITP), kemudian Ada beberapa penyakit yg disebabkan oleh purpura, yaitu: Purpura Senilis, ini terjadi karena jaringan penyokong pembuluh darah yg mengalami perburukan, dan tidak efektif, yg terjadi seiring proses penuaan. Purpura alergik atau Purpura anafilaktoid, ini contoh penyakit purpura yg di akibatkan oleh kerusakan imunologik pada pembuluh darah, ditandai dengan perdarahan petekie pada bagian tubuh yang tergantung dan juga mengenai bokong. Purpura Henoch-Schonlein, suatu jenis purpura pada perdarahan mukosa, gejala-gejala saluran cerna, dan artritis. Purpura Trombositopenik Idiopatik (ITP), contoh purpura yg terjadi pada gangguan autoimun yg bergantung pada antibodi manusia, paling sering mengenai unsur-unsur darah, terutama trombosit dan eritrosit