HASIL DAN PEMBAHASANdimana rataan jumlah limfosit kucing kampung jantan adalah 9.60 ±...
Transcript of HASIL DAN PEMBAHASANdimana rataan jumlah limfosit kucing kampung jantan adalah 9.60 ±...
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah LeukositTotal
Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh
dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan
sel-sel rusak dan abnormal (Kelly 1984; Guyton 1997). Fluktuasi jumlah leukosit
total pada tiap individu cukup besar dan dipengaruhi oleh banyak faktor
(Dellmann & Brown 1989).
Tabel 2 Jumlah leukosit total dan diferensiasi leukosit pada kucing
kampung (Felis domestica)
Nomor Jenis
Kelamin
Leukosit
Total
(×103/µl)
Neutrofil
(×103/µl)
Limfosit
(×103/µl)
Monosit
(/µl)
Eosinofil
(/µl)
Basofil
(/µl)
1 ♀ 14.30 7.72 4.43 1716* 286 143
2 ♀ 10.90 5.09 5.09 542 542 0
3 ♀ 24.80* 6.24 11.44
* 2288
* 416 208
*
4 ♀ 17.20 4.98 10.13*
1374* 515 171
*
5 ♀ 14.70 5.87 7.19 1174* 293 0
6 ♀ 12.60 4.02 6.53 1257* 503 0
7 ♀ 11.50 3.91 6.33 345 576 115
8 ♂ 10.40 2.27**
6.72 828 310 103
9 ♂ 11.00 4.52 5.29 992* 220 0
10 ♂ 11.90 5.96 5.12 596 119 238*
11 ♂ 12.00 3.95 6.94 479 359 0
12 ♂ 11.20 4.59 5.15 560 448 336*
Rata-rata±SD 13.50 ±
4.00
4.93 ±
1.40
6.70 ±
2.12
1012 ±
580
382 ±
141
109 ±
113
Kisaran 10.40 –
24.80
2.27 –
7.72
4.34 –
11.44
345-
2288 119 - 576 0 - 336
Referensi*) 5.50 -
19.50
2.50 -
12.50
1.50 –
7.00 0 - 850 0 - 1500 0 - 143
*diatas nilai interval normal
**dibawah nilai interval normal
*) Jain (1993)
Rataan jumlah leukosit total dan diferensiasi leukosit pada kucing
kampung (Felis domestica) dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil pengamatan
menunjukan rataan jumlah leukosit total sebesar 13.50 ± 4.00 ×103/µl (kisaran
10.40 – 24.80 ×103/µl). Jumlah leukosit total pada kucing normal menurut Jain
(1993) berkisar antara 5.50 – 19.50×103/µl. Secara umum, dari 12 ekor kucing
kampung yang diamati, 11 ekor diantaranya memiliki jumlah leukosit total yang
masih berada dalam interval normal. Sebanyak satu ekor kucing kampung
19
11.30
15.10
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Jantan Betina
Jum
lah l
euko
sit
tota
l
(×1
03/µ
l)
memiliki jumlah leukosit total diatas nilai interval normal (24.80×103/µl; kisaran
nilai interval normal 5.50 – 19.50×103/µl).
Gambar 8 Jumlah leukosit total kucing kampung (Felis domestica)
berdasarkan jenis kelamin.
Apabila diamati berdasarkan jenis kelamin, rataan jumlah leukosit total
pada kucing kampung jantan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kucing
kampung betina(Gambar 8). Rataan jumlah leukosit total pada kucing kampung
betina adalah 15.10 ± 4.80×103/µl (kisaran 10.90 – 24.80×10
3/µl), dan pada
kucing kampung jantan sebesar 11.30 ± 0.70×103/µl (kisaran 10.40 –
12.00×103/µl).
Jumlah leukosit total pada penelitian ini menunjukan hasil yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Triastuty (2006), dimana rataan jumlah leukosit total pada kucing kampung betina
adalah 10.27 ± 3.79×103/µl dan kucing kampung jantan 10.13 ± 4.24×10
3/µl.
Triastuty (2006) melakukan penelitian pada kucing kampung yang dipelihara,
sedangkan pada pengamatan ini menggunakan kucing kampung yang tidak
dipelihara (hidup liar). Jumlah leukosit total di dalam sirkulasi darah pada
umumnya dipengaruhi oleh jumlah neutrofil atau limfosit di dalam sirkulasi darah
(Schalm 2010).
Jumlah leukosit total dipengaruhi oleh beberapa faktor fisiologis, seperti
jenis ras, kebuntingan, musim, sedikit dipengaruhi jenis kelamin, dan sangat
dipengaruhi oleh umur hewan. Jumlah leukosit total akan meningkat pada masa
kebuntingan. Faktor umur juga sangat berpengaruh, dimana hewan yang berumur
20
muda akan memiliki jumlah leukosit total yang lebih tinggi dibandingkan dengan
hewan dewasa. Seiring dengan bertambahnya umur, jumlah leukosit total akan
semakin stabil. Hal ini disebabkan karena organ pembentuk sel darah, seperti
limpa dan sumsum tulang akan terus berkembang seiring bertambahnya umur
hewan (Jain 1993).
Berbeda dengan eritrosit yang sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin,
jumlah leukosit total tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Alasan utama
keberadaan leukosit dalam darah adalah karena sel-sel darah putih ini diangkut
dari sumsum tulang atau jaringan limfoid ke area tubuh yang memerlukan. Dalam
proses pembentukannya, jenis kelamin tidak menjadi faktor penginduksi
pertumbuhan, melainkan adanya faktor lain seperti penyakit infeksius. Penyakit
infeksius akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan, diferensiasi, dan akhirnya
pembentukan leukosit jenis spesifik yang diperlukan untuk menghadapi infeksi
tersebut (Guyton 1997).
Hasil pengamatan secara umum menunjukkan bahwa rataan jumlah leukosit
total pada kucing kampung masih berada dalam interval normal. Namun
demikian, secara individu terdapat satu ekor kucing dengan jumlah leukosit total
diatas nilai interval normal (leukositosis). Respon leukosit yang tinggi
merefleksikan adanya suatu proses fisiologis (leukositosis fisiologis) atau adanya
proses patologis atau penyakit di dalam sistem atau organ lain (leukositosis
patologis) (Dellmann & Brown 1989).
Leukositosis fisiologis terjadi akibat adanya aktifitas psikologis dan/atau
fisik. Keadaan ini sering terjadi pada kondisi stres (akut). Apabila hewan
mengalami stres, tubuh akan melepaskan hormon kortisol dan epineprin. Hormon
kortisol akan merangsang sumsum tulang untuk melepaskan neutrofil matang,
sehingga jumlah neutrofil di dalam sirkulasi darah meningkat. Hormon epineprin
bekerja dengan meningkatkan sirkulasi darah dan limfe serta menyebabkan
demarginasi leukosit dari dinding pembuluh darah (Jain 1993).
Leukositosis patologis timbul sebagai respon terhadap adanya penyakit.
Peningkatan jumlah leukosit total yang nyata terutama terjadi pada kondisi infeksi
lokal oleh bakteri piogenik, misalnya pada piometra dan abses (Hoffbrand et al.
2006). Leukositosis yang disertai dengan meningkatnya jumlah neutrofil
21
(neutrofilia), limfosit (limfositosis) dan monosit (monositosis) dapat dijumpai
pada inflamasi yang bersifat kronis (Jain 1993; Stockham & Scott 2008).
Jumlah Neutrofil
Neutrofil merupakan garis pertahanan tubuh pertama (first line of defense)
terhadap infeksi bakteri (Junqueira & Caneiro 2005). Fungsi utama neutrofil
adalah menghancurkan bahan asing melalui proses fagositosis, yaitu kemotaksis
dengan cara sel bermigrasi menuju agen patogen atau perlekatan oleh sel dan
penghancuran agen patogen oleh enzim lisosim (Abbas et al. 2010).
Tabel 2 memperlihatkan rataan jumlah neutrofil sebesar 4.93 ±
1.40×103/µl (kisaran 2.27 - 7.72×10
3/µl), dengan nilai relatif berkisar antara 22-
54%. Menurut Jain (1993), jumlah neutrofil pada kucing normal berkisar antara
2.50 - 12.50×103/µl, sedangkan menurut Wassmuth et al. (2011) antara 2.32 -
10.01×103/µl, dengan nilai relatif menurut Effendi (2003) berkisar antara 60-70%.
Gambar 9 Jumlah neutrofil kucing kampung (Felis domestica)
berdasarkan jenis kelamin.
Jika diamati berdasarkan jenis kelamin, jumlah neutrofil diantara kedua
jenis kelamin cenderung hampir sama (Gambar 9). Jumlah netrofil pada kucing
jantan yaitu 4.26 ± 1.33×103/µl (kisaran 2.27 - 5.96×10
3/µl), sedangkan pada
kucing betina sebesar 5.40 ± 1.34×103/µl (kisaran 3.91 - 7.72×10
3/µl). Nilai ini
masih berada dalam kisaran normal menurut Wassmuth et al. (2011), yaitu 2.32 –
10.01×103/µl.
Jumlah neutrofil di dalam sirkulasi darah dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut yaitu keseimbangan permintaan jaringan ekstravaskular,
4.26
5.40
0
1
2
3
4
5
6
Jantan Betina
Jum
lah n
eutr
ofi
l
(×1
03/µ
l)
22
tingkat granulopoiesis, laju pelepasan darah dari sumsum tulang, masa hidup di
dalam sirkulasi darah, laju aliran sirkulasi darah dan tingkat aktivitas sumsum
tulang (Jain 1993).
Keadaan dimana jumlah neutrofil meningkat diatas nilai interval normal
disebut sebagai neutrofilia. Neutrofilia dapat disebabkan karena adanya infeksi,
peradangan, atau stres. Peradangan atau infeksi akan menstimulasi pengeluaran
neutrofil untuk menghancurkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Kondisi
stres akibat adanya kortisol juga mempengaruhi pelepasan neutrofil dari sumsum
tulang (Samuelson 2007).
Sebaliknya, keadaan dimana jumlah neutrofil lebih rendah dari nilai
interval normal disebut sebagai neutropenia. Kondisi neutropenia jarang terjadi.
Neutropenia dapat terjadi karena meningkatnya penggunaan neutrofil oleh
jaringan, proses penghancuran neutrofil yang berlebihan, menurunnya fungsi
sumsum tulang, dan terganggunya pendistribusian neutrofil (Schalm 2010). Meyer
et al. (1992) dan Macer (2003) mengemukakan bahwa penurunan jumlah neutrofil
di dalam sirkulasi darah dapat terjadi akibat adanya infeksi bakteri, terutama
bakteri gram negatif. Endotoksin yang dihasilkan bakteri tersebut akan
menyebabkan neutrofil bermigrasi dalam jumlah yang besar ke jaringan, dan
sumsum tulang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
neutrofil sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah neutrofil di dalam
sirkulasi darah.
Hasil pengamatan secara umum menunjukkan bahwa rataan jumlah
neutrofil pada kucing kampung masih berada dalam kisaran normal. Namun
demikian, secara individu terdapat satu ekor kucing dengan jumlah neutrofil
dibawah nilai interval normal yaitu 2,27×103/µl. Jumlah neutrofil tersebut lebih
rendah 9,2 % dari nilai normal. Rendahnya jumlah neutrofil di dalam sirkulasi
darah harus jadi perhatian, terutama jika disertai pula dengan jumlah leukosit total
yang rendah. Jumlah neutrofil yang rendah mengindikasikan kucing tersebut
beresiko rentan terhadap adanya infeksi. Namun demikian, jumlah neutrofil pada
kucing tersebut lebih besar dari 1500/ul, masih berada jauh diatas “jumlah
neutrofil dengan kategori memiliki resiko rentan terhadap infeksi (< 1500
leukosit/ul)”.
23
5.84
7.31
0
2
4
6
8
Jantan Betina
Jum
lah l
imfo
sit
(×1
03/µ
l)
Jumlah Limfosit
Limfosit memiliki diameter berkisar antara 8 - 12 µm. Sitoplasma
berwarna biru pucat, inti berbentuk bulat hingga oval, lebih sering berbentuk tidak
beraturan, serta berisi vakuola kecil dan granula azurofilik (Abbas et al 2010).
Tabel 2 memperlihatkan rataan jumlah limfosit pada kucing kampung
adalah 6.70 ± 2.12×103/µl (kisaran 4.43 – 11.44×10
3/µl). Menurut Jain (1993),
kisaran jumlah limfosit kucing normal berkisar antara 1.50 - 7.00 ×103/µl, dan
menurut Wassmuth et al. (2011) antara 1.10 - 6.00×103/µl.
Berdasarkan Tabel 2, dari 12 ekor kucing kampung yang diamati,
sebanyak 10 ekor memiliki jumlah limfosit yang berada dalam interval normal
menurut Jain (1993). Sebanyak dua ekor lainnya memiliki jumlah limfosit diatas
nilai interval normal (masing-masing sebesar 11.44 ×103/µl dan 10.13×10
3/µl).
Gambar 10 Jumlah limfosit kucing kampung (Felis domestica)
berdasarkan jenis kelamin.
Gambar 10 memperlihatkan rataan jumlah limfosit kucing kampung jantan
lebih rendah dibandingkan dengan kucing kampung betina, masing-masing
sebesar 5.84 ± 0.91×103/µl(kisaran 5.15 - 6.94 ×10
3/µl) dan 7.31 ± 2.58 ×10
3/µl
(kisaran 4.43 - 11.44×103/µl). Hasil penelitian yang dilakukan Triastuty (2006)
menunjukkan hasil yang berbeda, dimana rataan jumlah limfosit kucing kampung
jantan adalah 9.60 ± 4.01×103/µl, dan pada kucing kampung betina sebesar 9.57 ±
3.48×103/µl.
Hasil pengamatan secara umum menunjukkan bahwa rataan jumlah
limfosit pada kucing kampung masih berada dalam interval normal menurut Jain
(1993). Namun demikian, secara individu ditemukan dua ekor kucing kampung
pengamatan memiliki jumlah limfosit diatas nilai interval normal (limfositosis).
Tingginya jumlah limfosit tersebut diikuti pula dengan jumlah leukosit total yang
24
tinggi dan jumlah neutrofil yang cenderung berada pada nilai interval “normal
atas” (Tabel 2).
Limfositosis merupakan keadaan dimana jumlah limfosit di dalam
sirkulasi darah meningkat diatas nilai interval normal. Peningkatan jumlah
limfosit dapat terjadi pada kondisi fisiologis maupun patologis. Kausa limfositosis
fisiologis meliputi exercise, stres fisik maupun emosi, excitement (pada kucing),
dan kondisi takut (Jain 1993).
Limfositosis fisiologis sering terjadi terutama pada hewan muda dan
bersifat sementara. Kucing berumur muda cenderung memiliki jumlah limfosit
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kucing dewasa. Kucing berumur
muda masih sangat responsif terhadap rasa senang dan rasa takut, dimana hal ini
cenderung akan mengakibatkan terjadinya limfositosis fisiologis. Selain itu,
kucing yang berumur muda masih memiliki timus, dimana menjelang dewasa
kelamin timus berangsur-angsur mengecil namun sisa timus akan tetap ada sampai
tua. Timus berfungsi untuk menghasilkan limfosit sehingga secara tidak langsung
jumlah limfosit akan lebih besar dibandingkan dengan kucing dewasa (Schalm
2010).
Limfositosis patologis bersifat persisten. Limfositosis patologis terjadi
akibat adanya stimulasi antigenik (misalnya peradangan kronis, vaksinasi).
Limfositosis patologis merupakan gambaran umum penyakit inflamasi yang
bersifat kronis. Biasanya disertai pula dengan neutrofilia dan monositosis
(Stockham and Scott 2008).
Jumlah Monosit
Monosit merupakan jenis leukosit dengan ukuran paling besar
dibandingkan dengan jenis leukosit lainnya (Haen 1995). Menurut Dellmann &
Eurell (2006), monosit merupakan prekursor makrofag jaringan yang memiliki
inti pleomorfik, yaitu intinya bisa terlihat panjang, berbentuk tidak teratur, padat,
berlekuk, berbentuk seperti tapal kuda, dan kadang agak berlobus.
25
691
1242.29
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Jantan Betina
Jum
lah m
ono
sit
(/µ
l)
Gambar 11 Jumlah monosit kucing kampung (Felis domestica)
berdasarkan jenis kelamin.
Rataan jumlah monosit kucing kampung hasil pengamatan bisa dilihat
pada Tabel 2. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rataan jumlah monosit pada
kucing kampung adalah 1012±580/µl. Jumlah monosit pada kucing normal
berkisar antara 0 - 850/µl (Jain 1993), dan menurut Wassmuth et al. (2011) antara
46 – 678/µl. Berdasarkan Gambar 11, rataan jumlah monosit pada kucing
kampung betina dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah monosit kucing
kampung jantan, masing-masing yaitu 1242.29 ± 662.78/µl dan 691± 212.43/µl.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebanyak enam ekor kucing dari
12 ekor kucing kampung yang diamati memiliki jumlah monosit diatas nilai
interval normal (monositosis). Sebanyak satu ekor dengan jumlah monosit 992/µl
dan lima ekor lainnya dengan jumlah monosit lebih dari 1000/µl (Tabel 2).
Pola leukogram pada keenam kucing kampung dengan kondisi
monositosis bervariasi. Ditemukan beberapa macam pola leukogram, yaitu
1) monositosis yang disertai dengan leukositosis, limfositosis, dan jumlah
neutrofil pada nilai interval “normal atas” (1 ekor); 2) monositosis yang disertai
dengan jumlah leukosit total pada nilai interval “normal atas” dan limfositosis
(1 ekor); 3) monositosis disertai dengan jumlah leukosit total dan limfosit pada
nilai interval “normal atas” (1 ekor); 4) monositosis yang disertai dengan jumlah
leukosit total dan jumlah neutrofil pada nilai interval “normal atas” (1 ekor);
5) monositosis tanpa disertai dengan perubahan pada jumlah leukosit total,
jumlah limfosit dan jumlah neutrofil (1 ekor); dan 6) monositosis yang disertai
dengan jumlah limfosit yang cenderung pada nilai interval “normal atas”.
26
Menurut Schalm (2010), monositosis merupakan kondisi dimana jumlah
monosit tinggi di dalam sirkulasi darah diatas nilai interval normal. Monositosis
bisa terjadi sebagai respons terhadap peradangan. Kondisi monositosis disebabkan
karena meningkatnya produksi di dalam sumsum tulang (karena tidak ada
cadangan monosit di dalam sumsum tulang), baik pada infeksi akut maupun
kronis. Monositosis pada hewan anjing merupakan bagian dari stres leukogram.
Beberapa faktor sebagai kausa monositosis diantaranya yaitu semua proses yang
merangsang keadaan netrofilia, glukokortikoid, respons imun,dan infeksi kronis.
Jumlah Eosinofil
Eosinofil berdiameter antara 12-17 µm (Young et al. 2006), memiliki
nukleus polimorfik yang sedikit padat dan bersegmen (Dellmann & Eurell 2006).
Eosinofil merupakan sel utama kedua dari sistem mieloid. Sel ini tidak seefisien
neutrofil dalam memfagosit (Tizard 1988), tetapi lebih selektif dibandingkan
dengan neutrofil (Effendi 2003). Eosinofil berfungsi sebagai detoksikasi protein
sebelum dapat menyebabkan kerusakan dalam tubuh. Sel ini masuk ke dalam
darah dalam jumlah besar bila ada benda asing masuk (Bijanti 2005).
Tabel 2 memperlihatkan rataan jumlah eosinofil kucing kampung. Rataan
jumlah eosinofil pada kucing kampung pengamatan adalah 382 ± 141/µl (kisaran
119 – 576/ µl). Menurut Jain (1993), kisaran jumlah eosinofil pada kucing normal
berkisa antara 0 - 1500/µl dan menurut Wassmuth et al. (2011) antara 100-600/µl.
Gambar 12 Jumlah eosinofil kucing kampung (Felis domestica)
berdasarkan jenis kelamin.
291.20
447.29
0
100
200
300
400
500
Jantan Betina
Jum
lah e
osi
no
fil
(/µ
l)
27
Jika diamati terhadap jenis kelamin, rataan jumlah eosinofil pada kucing
kampung betina lebih tinggi dibandingkan dengan kucing kampung jantan,
masing-masing 447.29± 118.34/µl (betina, dengan kisaran 286-576/µl) dan
291.20 ± 126.75/µl (jantan, dengan kisaran 119-448/µl). Secara umum, jumlah
eosinofil pada ke-12 ekor kucing kampung pengamatan masih dalam nilai interval
normal.
Menurut Schalm (2010), peningkatan jumlah eosinofil di dalam sirkulasi
darah diatas nilai interval normal disebut sebagai eosinofilia. Eosinofilia bisa
terjadi karena meningkatnya produksi dalam sumsum tulang, meningkatnya
pelepasan cadangan dari sumsum tulang, redistribusi sel-sel dari pool marginal,
daya hidup intravaskuler diperpanjang. Beberapa kausa eosinofilia diantaranya
adalah penyakit parasitik (ektoparasit, endoparasit) dan respons alergik
(alergen).
Sebaliknya, kondisi menurunnya jumlah eosinofil dalam sirkulasi di
bawah nilai interval normal disebut sebagai eosinopenia. Eosinopenia terjadi
karena menurunnya pelepasan dari sumsum tulang, adanya lisis intravaskuler,
meningkatnya migrasi ke dalam jaringan. Kondisi eosinopenia biasa terlihat pada
stres leukogram. Namun demikian, relevansi klinis keadaan eosinopenia sangat
sedikit (Stockham & Scott 2008).
Menurut Chastain & Ganjam (1986), eosinopenia dapat terjadi karena
hewan mengalami infeksi atau peradangan akut, atau hewan mengalami stres. Saat
terjadi infeksi atau peradangan akut, keadaan tersebut akan memicu dilepaskannya
kortikosteroid dan catecholamine. Jumlah kortikosteroid yang berlebih dalam
tubuh merupakan faktor utama terjadinya eosinopenia.
Jumlah Basofil
Basofil merupakan jenis leukosit granulosit dengan jumlah yang paling
sedikit, berkisar antara 0.5 – 1.5%, dari jumlah leukosit total. Basofil memiliki
granula yang homogen, memiliki rER (rough endoplasmic reticulum),
mitokondria, dan kompleks golgi (Dellmann & Eurell 2006).
Rataan jumlah basofil pada kucing kampung hasil pengamatan dapat
dilihat pada Tabel 2. Hasil pengamatan menunjukkan rataan jumlah basofil
28
sebesar 109 ± 113/µl (kisaran 0 - 336/µl). Menurut Jain (1993) dan Wassmuth et
al. (2011), jumlah basofil kucing normal berkisar antara 0 – 143/µl.
Gambar 13 Jumlah basofil kucing kampung (Felis domestica)
berdasarkan jenis kelamin.
Gambar 13 memperlihatkan perbandingan antara rataan jumlah basofil
pada kucing jantan dan kucing betina. Rataan jumlah basofil pada kucing
kampung jantan sebesar 135.40 ± 148.73/µl (kisaran 0-336/µl), sedangkan pada
kucing kampung betina sebesar 91 ± 89.64 (kisaran 0-208/µl).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebanyak empat ekor kucing dari
12 ekor kucing yang diamati memiliki jumlah basofil diatas nilai interval normal
(basofilia), dengan peningkatan masing-masing sebesar 19.58%, 45.45%, 66.43,
dan 134.97% (Tabel 2). Pola leukogram pada keempat kucing kampung tersebut
bervariasi. Sebanyak satu ekor kucing, peningkatan jumlah basofil tersebut
disertai dengan leukositosis, limfositosis, dan monositosis; satu ekor kucing
lainnya disertai dengan limfositosis dan monositosis; dan dua ekor kucing sisanya
menunjukkan bahwa peningkatan jumlah basofil tidak disertai dengan perubahan
pada jumlah leukosit total maupun jenis leukosit lainnya.
Keadaan dengan jumlah basofil di dalam sirkulasi darah melebihi nilai
interval normal disebut sebagai basofilia. Jumlah basofil cenderung meningkat di
dalam darah perifer pada keadaan dimana terdapat juga eosinofilia. Beberapa
kausa basofilia diantaranya reaksi hipersensitifitas terhadap parasit dan allergen
(Schalm 2010). Nordenson (2002) dan Schalm (2010) melaporkan bahwa
basofilia dapat terjadi akibat respon tubuh terhadap infeksi virus, ektoparsit,
alergi atau peradangan, dan myeloid leukemia.
135.40
91
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Jantan Betina
Jum
lah b
aso
fil
(/µ
l)
29
Sebaliknya, penurunan jumlah basofil di dalam sirkulasi darah dibawah
nilai interval normal disebut sebagai basopenia. Basopenia merupakan suatu
kondisi yang sulit untuk dideteksi karena jumlah basofil di dalam sirkulasi darah
sangat sedikit. Menurut Schalm (2010), jumlah basofil sangat sedikit di dalam
sirkulasi darah perifer, terutama pada hewan anjing dan kucing. Keadaan
basopenia pada hewan anjing dan kucing tidak memiliki relevansi klinis.