hasil

3
Interferensi gelombang adalah perpaduan dua gelombang atau lebih pada suatu daerah tertentu pada saat yang bersamaan. Salah satu alat yang digunakan untuk mengindentifikasi pola interferensi tersebut adalah interferometer. Salah satu jenis interferometer tersebut adalah Interferometer Michelson. Pada percobaan Interferometer Michelson dilakukan dengan meletakkan secara tegak lurus posisi Movable Mirror dan Adjustable Mirror yang ditengahi oleh split. Dengan posisi demikian, akan terjadi perbedaan lintasan yang diakibatkan oleh pola reflektansi dan tranmisivitas split dari cahaya yang masuk melewati lensa 1,8 nm. Selanjutnya, perbedaan lintasan ini akan menyebabkan adanya beda fase dan penguatan fase (yang biasa disebut sebagai interferensi) yang selanjutnya menyebabkan munculnya pola-pola pada cincin. Prinsip dari percobaan interferometer Michelson yang telah dilakukan, yaitu seberkas cahaya monokromatik yang dipisahkan di suatu titik tertentu sehingga masing-masing berkas dibuat melewati dua panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan kembali melalui pantulan dari dua cermin yang letaknya saling tegak lurus dengan titik pembagi berkas tersebut. Setelah berkas cahaya monokromatik tersebut disatukan maka akan didapat pola interferensi akibat penggabungan dua gelombang cahaya tersebut. Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika panjang lintasan dirubah dengan diperpanjang maka yang akan terjadi adalah pola-pola cincin akan masuk ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih panjang akan mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran beda panjang lintasan gelombang cahaya mencapai λ maka akan terjadi interferensi konstruktif yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh λ/4 yang sama artinya dengan berkas menempuh lintasan λ/2 maka akan terlihat pola gelap.

description

HASIL

Transcript of hasil

Page 1: hasil

Interferensi gelombang adalah perpaduan dua gelombang atau lebih pada suatu daerah

tertentu pada saat yang bersamaan. Salah satu alat yang digunakan untuk mengindentifikasi

pola interferensi tersebut adalah interferometer. Salah satu jenis interferometer tersebut

adalah Interferometer Michelson.

Pada percobaan Interferometer Michelson dilakukan dengan meletakkan secara tegak

lurus posisi Movable Mirror dan Adjustable Mirror yang ditengahi oleh split. Dengan posisi

demikian, akan terjadi perbedaan lintasan yang diakibatkan oleh pola reflektansi dan

tranmisivitas split dari cahaya yang masuk melewati lensa 1,8 nm. Selanjutnya, perbedaan

lintasan ini akan menyebabkan adanya beda fase dan penguatan fase (yang biasa disebut

sebagai interferensi) yang selanjutnya menyebabkan munculnya pola-pola pada cincin.

Prinsip dari percobaan interferometer Michelson yang telah dilakukan, yaitu seberkas

cahaya monokromatik yang dipisahkan di suatu titik tertentu sehingga masing-masing berkas

dibuat melewati dua panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan kembali melalui

pantulan dari dua cermin yang letaknya saling tegak lurus dengan titik pembagi berkas

tersebut. Setelah berkas cahaya monokromatik tersebut disatukan maka akan didapat pola

interferensi akibat penggabungan dua gelombang cahaya tersebut. Pola interferensi itu terjadi

karena adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang

telah disatukan tersebut. Jika panjang lintasan dirubah dengan diperpanjang maka yang akan

terjadi adalah pola-pola cincin akan masuk ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih panjang

akan mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran beda panjang

lintasan gelombang cahaya mencapai λ maka akan terjadi interferensi konstruktif yaitu

terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh λ/4 yang sama artinya dengan

berkas menempuh lintasan λ/2 maka akan terlihat pola gelap.

Page 2: hasil

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah mengkalibrasi

interferometer Michelson dengan cara mengatur posisi laser, beam splitter, kedua cermin dan

lensa agar sinar laser yang melewati semua peralatan tersebut tepat segaris. Kemudian

mencari pola interferensi dengan cara menggeser-geser salah satu cermin sampai dihasilkan

pola gelap terang (cincin) pada layar. Kalibrasi mikrometer ini bertujuan untuk menentukan

nilai 1 skala micrometer (d) pada alat belum tentu sama dengan pergeseran cermin (movable

mirror) sebesar 1μm. Kalibrasi mikrometer dilakukan dengan menggeser movable mirror  tiap

1mm, hingga mencapai 25 pergeseran skala mikrometer. Akibat pergeseran skala mikrometer

maka pada layar akan nampak perubahan jumlah cincin. Sehingga dari transisi cincin yang

terhitung dapat ditentukan nilai tiap skala mikrometer dengan menganggap nilai panjang

gelombang laser He-Ne adalah 632,8nm. Hasil dari kalibrasi micrometer tersebut kemudian

digunakan sebagai nilai patokan untuk perhitungan selanjutnya yaitu penentuan nilai panjang

gelombang laser.

Dalam eksperimen ini, dilakukan pengamatan terhadap dua variable, yaitu

pengamatan terhadap penambahan jumlah cincin dan pengamatan terhadap

pergeseran Movable mirror dari titik acuan awal perhitungan. Pergeseran pada Movable

mirror  tersebut dilakukan dalam orde mikrometer. Sehingga guna kehati-hatian dalam

mendapatkan data yang valid, selain melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap

mikrometer pada interferometer, praktikan juga melakukan perhitungan matematis terhadap

penentuan nilai yang pasti dan pengkalibrasian titik awalnya.

Dari data yang diperoleh, didapatkan bahwa penambahan dan banyaknya jumlah

cincin (N) berbanding lurus dengan pergeseran Movable mirror yang dilakukan. Hal ini

dapat terlihat dari semakin besarnya nilai N (banyaknya cincin), maka nilai dm (jarak

pergeseran Movable mirror terhadap titik acuan) juga menunjukkan angka yang semakin

besar.

Page 3: hasil

Misalnya saat N=25, pergeseran Movable mirror (dm) memberikan angka 1,6.10-6 m.

Sedangkan saat N=30, pergeseran Movable mirror (dm) memberikan angka 4,7.10-6 m; saat

N=35, pergeseran Movable mirror (dm) bernilai 6,4.10-6 m; dan demikian seterusnya hingga

N=50, pergeseran Movable mirror (dm) menunjukkan angka 1,08.10-6 m.

Untuk menentukan panjang gelombang dalam percobaan ini menggunakan persamaan :

Dari percobaan Interferometer Michelson didapatkan nilai panjang gelombang laser He-Ne

adalah 613 nm. Secara teori, panjang gelombang laser He-Ne adalah 632,86 nm. Adanya

selisih ini disebabkan kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan praktikum. Terutama

saat mengkalibrasi interferometer.