Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan...

52
Hasbullah Thabrany Agenda Jaminan Sosial Majalah Digital | https://smara.id | Edisi 1 November 2018 JKN dalam Bahaya? Aneka Usulan Atasi Kurang Dana BPJS

Transcript of Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan...

Page 1: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Hasbullah ThabranyAgenda Jaminan Sosial

Majalah Digital | https://smara.id | Edisi 1 November 2018

JKN dalam Bahaya?

Aneka Usulan Atasi Kurang Dana BPJS

Page 2: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Sudah seberapa berhasilkah kita diet kantong kresek?

Page 3: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

1Smara.id|No 1 Tahun 2018

Page 4: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI ini dikenal luas sebagai salah satu penggagas dan konseptor UU Sistem Jaminan Sosial Nasional. Baru-baru ini ia mengambil langkah penting dalam per-jalanan hidupnya : menjadi calon legislatif. Ia terdaf-tar sebagai caleg PDI Perjuangan di Dapil VI Jabar nomor urut 5. Kami mewancarainya seputar “kurang dana” yang dialami BPJS dan juga tentunya bebera-pa rencananya terkait implementasi jaminan sosial.

Lebih Dekat dengan Prof. Hasbullah Thabrany

JKN Jangan Karam

Seturut kehebohan kurang dana yang dialami BPJS, tak ada salahnya kita mengingat kembali ten-tang prinsip, nilai dan konsesus tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi sederhana seandainya pada awal 2017 dilakukan kenaikan iuran. Sebagai informasi, ula-san khusus tidak selalu disajikan pada tiap edisi.

TILIKAN30-50

ULASAN KHUSUS

8 - 29

MENU UTAMA

Pernak-PernikInfografis | Jendala | Rintisan

Smara, nama majalah ini. Dicomot dari kata dalam bahasa sanseker-ta. Artinya: mengingat. Majalah ini didedikasikan untuk menjadi ruang presentasi bagi individu dengan gagasan atau aktivitasnya. Menu utama Smara adalah Tilikan, yakni wawancara dengan individu-indi-vidu dari berbagai kalangan. Selamat membaca.

Boy S. Alamsyah, Kepala Penyunting

Alamat Redaksi: Jl Bumi Pratama IX Blok N Nomor 14, BHP, Jaktim Tlp: 021-8403253. [email protected] htpps://smara.id

DARI REDAKSI

Smara.id | No 1 Tahun 20182

Page 5: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Halau Galau via Konseling Daring

Mendapat teman curhat yang profesional. Be-

gitu janji riliv.co, sebuah aplikasi layanan konseling

psikologi yang digawangi Maxi (CEO) dan Audi (COO).

Idenya bernas. Menjawab celah kultural berupa

keengganan sebagian kalangan untuk menemui

psikolog dan kebutuhan personal un-

tuk mendapat layanan konseling yang

profesional.

Sebagaimana kekuatan banyak

starup lainnya, riliv.co menawarkan solu-

si dari sisi waktu (fleksibel) dan ekonomi (paket harga

yang lebih murah). Model layanan dapat diakses den-

gan cara membeli paket layanan. Paket dasarnya Rp

100.000 (1x sesi @ 1 jam) hingga Rp 77.000 (12x sesi,

berlaku selama 4 bulan, dibayar sekaligus di awal Rp

924.000,-).

Layanan ini menjanjikan Anda akan mendapat

psikolog yang cocok dan juga teknik konseling yang

paling efektif sesuai kepribadian dan karakter Anda.

Rintisan

3Smara.id|No 1 Tahun 2018

Page 6: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Smara.id | No 1 Tahun 20184

Page 7: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Menjalani dengan hati ketika dunia di

luar sana terobsesi pada yang serba

cepat, serba praktis, serba murah.

Sabu, NTT

5Smara.id|No 1 Tahun 2018

Page 8: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Smara.id | No 1 Tahun 20186

Page 9: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

aminan Keseha-

tan Nasional ( JKN)

namanya. Usianya

baru 4 tahun. Meski

masih belia, cobaan-

nya sudah bejibun.

Yang ramai di permukaan

soal kurang dana. Defisit,

istilah yang lebih sering di-

pakai. Kurang dana ini sebe-

narnya bukan sama sekali tak

diprediksi. Dan, sumbernya

juga sudah sama diketahui:

besaran iuran yang tak men-

cukupi karena di bawah per-

hitungan aktuarianya.

Tapi, selain besaran iuran,

ada juga pekerjaan rumah

lainnya: tingkat kepatuhan

peserta membayar iuran.

Dari kalangan kementerian

keuangan, narasinya selalu

sama: efisiensi dan fraud.

Juga soal kompensasi yang

diterima dokter dan tenaga

perawat.

Itu semua bukan soal yang

maha pelik. Selama semua

nya melihatnya sebagai se-

buah sistem sosial yang dia-

manatkan konstitusi, niscaya

berbagai masalah bisa di-

urai.

Yang super pelik itu ada-

lah ketika melihat JKN de

ngan logika pasar industri

kesehatan konvensional. Nis

caya JKN dianggap absurd.

Dianggap sistem yang tak

logis.

Ketika BPJS selaku pelak-

sananya didera berbagai

kesulitan dan kerumitan,

persis di situlah narasi un-

tuk membonsai JKN diam-

diam disemai.

Ya, JKN saat ini jelas masih

butuh perbaikan dari ber-

bagai sisi. BPJS perlu ber-

strategi di tengah berbagai

keterbatasannya. Tapi, men-

gubur JKN harusnya bukan

pilihan.

Alasannya sederhana sa-

ja: JKN merupakan ladang

menyemai ulang kegotong

royongan. Gotong royong,

kata Bung Karno, adalah

saripati Pancasila.

Gotong royong ala JKN

telah mendisrupsi logika

pasar kesehatan nasional.

Kini, semua bisa berobat,

semua ikut urunan biayan-

ya. Banyak yang senang,

ada pula yang meradang.

Bagaimana dengan Anda?

(*)

J

7Ulasan Khusus: BPJS

Page 10: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Ketika berbicara ten-

tang BPJS Keseha-

tan, ada baiknya kembali

mengingat semangat pokok Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN). Ini penting un-

tuk memilah usulan yang ingin memperkuat JKN

dan usulan yang ingin membonsainnya.

Bagaimanapun, jaminan sosial ini meru-

pakan amanat konstitusi. Lantas,

apa sih maunya JKN?

Smara.id | No 1 Tahun 20188

MENGINGAT LAGI

Page 11: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

JKN merupakan amanat konstitusi.

UUD 45 Pasal 28 (H) ayat 3 menyatakan, “Setiap

orang berhak atas jaminan sosial yang memungkin-

kan pengembangan dirinya secara utuh sebagai ma-

nusia yang bermartabat”.

JKN juga merupakan manifestasi negara kese

jahteraan sebagaimana diamanatkan pembukaan

UUD 45 yang menyatakan salah satu tujuan negara

Indonesia adalah, “untuk melindungi segenap bang-

sa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum...”

JKN bagian dari Jaminan Sosial Nasional

Jaminan sosial terhadap warga diatur lebih lanjut

dalam UU Sistem Jaminan Sosial Nasional N0 40 Ta-

hun 2004. Agar jaminan sosial ini dinikmati seluruh

warga maka program jaminan sosial bersifat wajib

agar bisa mencakup seluruh penduduk yang pen-

capaiannya dilakukan secara bertahap.

Selain kesehatan, UU SJSN juga mengamanatkan

jaminan sosial hari tua, kematian, pensiun dan ke-

celakan kerja.

Jaminan sosial dilaksanakan dengan prinsip-prin-

sip sebagai berikut: (a) kegotongroyongan; (2) nirla-

ba; (3)kehati-hatian; (4)portabilitas; (5) peserta wajib;

(6) dana amanat; (7) hasil dana pengolahan diguna-

kan untuk pengembangan program dan untuk sebe-

sar-besarnya kepentingan peserta.

Penduduk Wajib Jadi Peserta

Seluruh penduduk bersifat wajib menjadi peserta

JKN. Konsesusnya, pekerja penerima upah yang kini

telah menikmati jaminan kesehatan melalui pem-

beri kerjanya atau membeli asuransi kesehatan ko

mersial diberi kesempatan bermigrasi setiap waktu

sampai dengan bulan September 2019.

9Ulasan Khusus: BPJS

Page 12: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Perkembangan Jumlah Peserta BPJS

0

50

100

150

200

250

Th 2018*Th 2017Th 2016Th 2015Th 2014

133,3156,8

187,9171,9

203,3

juta

*Per 1 Oktober 2018 | Sumber: BPJS Kesehatan

Prinsip pembiayaannya: asuransi sosial

Semua peserta wajib membayar iuran. Ini meru-

pakan wujud kegotongroyongan di mana yang kaya

membantu yang miskin, yang sehat membantu yang

sakit.

Meski demikian, untuk penduduk miskin, iuran-

nya akan dibayari oleh pemerintah. Iuran ditentukan

berdasarkan upah/penghasian.

Untuk pekerja upahan, iuran ditarik oleh pemberi

kerja dan sebagian diantaranya juga ditanggung

oleh pemberi kerja. Untuk pekerja bukan penerima

upah, besarannya ditentukan berdasarkan nominal

tertentu.

Prinsip layanannya: Ekuitas

Layanan kesehatan perorangan yang dijamin ada-

lah semua layanan atas indikasi medis mencakup

upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitasi.

Maknanya: (1) pencakupan layanan meliputi se-

mua penyakit, termasuk pengobatan penyakit berat

yang biaya layanannya mahal dan; (2) Layanan me-

dis diberikan secara setara tidak membedakan be-

sar iuran yang dibayarkan peserta.

Smara.id | No 1 Tahun 201810

Page 13: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Semua peserta wajib membayar

iuran. Ini merupakan wujud kego-

tongroyongan di mana yang kaya

membantu yang miskin, yang sehat

membantu yang sakit.

Pelaksananya BPJSK

Pelayanan kesehatan terintegrasi dalam BPJS

Kesehatan secara nasional, tidak lagi terpisah-pisah

menurut tempat tinggal atau tempat bekerja. BPJS

bersifat nirlaba dan bertanggung jawab langsung

kepada presiden.

Providernya Faskes Pemerintah & Swasta

BPJS selaku pelaksana JKN membeli layanan kese

hatan yang diproduksi fasilitas kesehatan milik

pemerintah maupun swasta.

Konsensus Pembayaran Manfaat: Prospektif

Pembayaran manfaat layanan kesehatan dilaku-

kan berdasarkan prinsip prospektif, yakni model

kapitasi (berdasarkan jumlah peserta untuk FKTP)

dan kelompok diagnosa penyakit (INA-CBGs) untuk

FKTL. Besaran nominalnya dinegoisasikan dengan

asosiasi terkait dan paling lama tiap dua tahun di-

lakukan penyesuaian.

Konsesus Iuran: Berimbang

Besaran iuran dihitung dengan memperhatikan kese

imbangan dengan pengeluaran untuk pembayaran

layanan. Karena itu kalkulasi besaran iuran harus: (1)

cukup untuk membayar layanan kesehatan; (2) cukup

membiayai dana operasional BPJS secara baik; (3)

ketersediaan dana cadangan untuk mengatasi situ-

asi ketika terjadi lonjakan klaim yang tinggi; (4) keter

sediaan dana pengembangan

program dan peningkatan man-

faat; (5) mampu memupuk dana

amanat agar BPJS dapat mem-

bayar layanan kesehatan sesuai

harga keekonomian. Yang ter

akhir ini penting karena menjadi

stimulus agar ada pemerataan

faskes yang diinisiasi swasta.

11Ulasan Khusus: BPJS

Page 14: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Konsekuensi

Dari paparan di atas ada empat pesan kunci: pen-

cakupan seluruh penduduk, pendanaan utama ber-

sumber dari iuran, pencakupan layanan sesuai indi-

kasi medis dan pembayaran manfaat berdasarkan

harga keekonomian.

Penentuan iuran dan cakupan manfaat merupakan

domain pemerintah. Ketika pemerintah belum mau

menetapkan iuran yang sesuai dengan perhitungan

manfaat maka menjadi kewajiban pemerintah untuk

menyiapkan sumber dana penggantinya (suntikan

dana dari APBN). (*)

FKTP: Fasilitas Kesehatan Tingkat PertamaFKTL: Fasilitas Kesehatan Tingkat LanjutINA-CBGs: Indonesia Case Base Groups.Faskes: fasilitas kesehatanNakes: tenaga kesehatan

daftar singkatan

Disarikan dari Peta Jalan Menuju JKN 2012-2019 dan sumber lainnya

Smara.id | No 1 Tahun 201812

Page 15: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Kategori Peserta dan Besaran Iuran

PesertaIuran Saat Ini Nilai Aktuaria (2015)

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

PBI APBN 25.500 36.000

PPU 5% dari upah

PBPU 80.000 51.000 25.500 80.000 63.000 53.000

BP 80.000 51.000 25.500 80.000 63.000 53.000

PBI APBD 25.500 36.000

• Peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran), iurannya dibayar oleh pemerintah;

• Peserta Pekerja 0Penerima Upah (PPU) pegawai negeri/pemerin-tah, pembagian bebannya: 3% pemberi kerja dan 2% oleh peserta; untuk PPU pegawai swasta proporsinya: 4%-1%.Untuk kelas 1 mak-simal patokan upah tertinggi (Rp 8 juta), untuk kelas 2 (Rp 4 juta);

• Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) & Bukan PeKerja (BP) ditetap-kan menurut nominal tertentu;

Dalam skema JKN, iuran merupakan sumber

utama pendanaan. Besaran iuran diten-

tukan secara berkala maksimal dua tahun

sekali. Terakhir, kenaikkan iuran terjadi pada 2016.

Hanya saja, ketika itu besarannya dinilai tak sesuai

nilai aktuaria.

Sumber: Perpres 19 /2016, Perpres 28/2016 dan BPJS

13Ulasan Khusus: BPJS

Pilah-PilihNaikkan Iuran

Page 16: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Menaikkan Iuran PBPU

Peserta kategori ini dianggap pantas dinaik-

kan iurannya karena, pertama, banyak peserta

dari kate gori ini teridentifikasi sebagai peserta

berpenyakit berat. Akibatnya, klaim dari kelom-

pok ini sangat tinggi, melebihi klaim dari peserta

PBI yang secara nominal jauh lebih banyak jum-

Peserta*Jumlah

(juta)RKAT 2017

(triliun)

Pendapatan iuran (triliun)

Kepatuhan mem-bayar iuran (%)**

PBI APBN 92,38 25,50 25,36 99.45

PBI APBD 20,31 4,64 5,21 112.24

PPU - PN 16,67 14,66 13,82 94.28

PPU - BU 28,22 28,71 21,49 74.96

PBPU 25,40 10,38 6,72 64.69

BP 5,00 1,80 1,65 91.73Jumlah 187,98 85,69 74,25 86.85

* PBI (penerima bantuan iuran); PPU-PN (pekerja penerima upah - penyelenggara negara); PPU-BU (PPU badan usaha); PBPU (peserta bukan penerima upah), BP (bukan pekerja).

** Berdasarkan persentase antara RKAT 2017 dengan re-alisasi pendapatan yang diterima BPJS Kesehatan.

Sumber: Laporan BPJS Kesehatan 2017Keterangan

Pendapatan Iuran 2017 Menurut Kategori Peserta

Usulan umumnya, iuran untuk semua kategori pe-

serta dinaikkan sesuai nilai akturia terbarunya. Tapi,

lantaran opsi ini dinilai tak realistis di tahun pemilu,

muncul beberapa alternatif usulan yang dirangkum

dari berbagai sumber berikut ini.

Menaikkan Iuran Peserta PBI

Iuran PBI diusulkan dinaikkan sesuai nilai akturianya

(Rp36.000,-). Tapi, ini adalah perhitungan tahun 2015

lalu. Jadi sangat mungkin nilainya kini lebih besar

dari angka tersebut.

Smara.id | No 1 Tahun 201814

Page 17: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

lah pesertanya.

Kedua, sebagian peserta di kategori ini merupa-

kan pekerja profesional seperti akuntan, konsultan,

pengacara yang diasumsikan memiliki pendapatan

tinggi.

Meski demikian, sebagian peserta kategori ini ter

identifikasi dari keluarga miskin atau pekerja infor-

mal yang pendapatannya tak menentu atau ditentu-

kan musim tanam (petani, misalnya).

Karena itu, perlu ada pendataan ulang untuk me-

mastikan peserta yang berhak migrasi menjadi pe-

serta PBI.

Menaikkan Iuran PPU

Peserta kategori ini membayar iuran sebesar 5%

dari dari upah/gaji mereka dengan batasan patokan

upah tertingginya sebesar Rp 8 juta. Usulannya yang

menyeruak adalah menaikkan patokan upah ini, ka-

takanlah hingga Rp 30 juta.

Kenaikan ini diperlukan agar mencerminkan sema

ngat kegotongroyongan dan keadilan. Dengan pato-

kan saat ini, beban iuran peserta yang upahnya Rp

8 juta sama besarnya dengan mereka yang upahnya

Rp 30 juta. (*)

Ada posisi bahwa iuran itu underprice (terlalu ren-dah), kalau kita bicara dalam konteks jangka pan-jang .

Semakin bertambah peserta, namun iurannya ja-raknya tidak teratasi, maka biaya akan meningkat. Jadi, ada masalah yang lebih serius ke depan dengan iuran ini, defisit akan semakin hebat.

Fami Idris, Direktur BPJS, pada RDP Komisi IX DPR-17 September 2018

15Ulasan Khusus: BPJS

Page 18: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

A B C D balai/klinik

14,71 65,05 74,86 13,70 2,23juta juta juta juta juta

juta

150,23 20,29juta juta

Rawat InapRawat Jalan

Menurut Kelas Rumah Sakit

Jumlah Klaim Sejak 26 Oktober 2016*

*Diakses dari inacbgs.kemkes.go.id pada 3 November Pkl 08.45 WIB

170,52Menurut data daring INA-CBGs, sejak 26 Oktober 2016 lalu ada 165,9 juta klaim pero-rangan peserta untuk rawat jalan dan rawat inap di 2.449 faskes.

.

Keluhan terhadap layanan JKN seperti sudah jadi cerita sehari-hari. Tapi, nyatanya, tak sedikit juga yang merasa terbantu dan

tertolong berkat adanya JKN.

Jika mengacu pada semangat JKN, tantangan ke depannya ada-lah meningkatkan kualitas layanan, bukannya mengutak-atik agar

layanan dikurangi atau peserta dibatasi.

0

50

100

150

200

250

Rawat Inap Poli Rawat Jalan RS FKTP

Th 2017Th 2016Th 2015 Th 2014

66,8 100,6 120,9 150,3

49,3

39,8

64,4

21,3

8,7

7,6

6,3

4,2

juta

640,2juta

Jumlah kunjungan

di FKTP dan poli RS

dan kasus rawat inap

di RS selama pe-

riode 2014-2017

Pemanfaatan Layanan Kesehatan BPJS

Sumber: BPJS

Yang Sudah Tertolong, Banyak Loh ...

Smara.id | No 1 Tahun 201816

Page 19: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Suntikan Dana APBN

Ini dianggap usulan yang ideal. Logikanya, jika pemerintah enggan mem-beratkan peserta dan tetap mengharapkan BPJS tidak mengurangi manfaat laya nan yang diterima peser-ta maka wajar pemerintah yang turun tangan.

Modelnya sederhana: alokasi dana APBN se-cara pasti dalam kisaran Rp 20 triliun hingga Rp 30 triliun dalam beberapa ta-hun mendatang. Targetnya, keuangan BJS kuat hingga tak mengikis kepercayaan publik terhadap JKN.

Jadi, tak perlu ada heboh-heboh lagi ketika BPJS alami kekurangan dana. Ini, tentu saja, dibarengi de ngan me-

naikan pembayaran manfaat kepada faskes dan atau na-kes.

Sin Tax

Usulan ini merupakan va-riasi dari kebijakan talangan pemerintah yang menutup kekurangan dana BPJS dari pajak rokok. Usulan ekstrim nya, mengubah alokasi pajak rokok 100% untuk kesehatan (dengan kata lain hak pemda diambil dan mengalokasikan keseluruhannya untuk BPJS saja.

Pilihan lainnya, mengge-ber cukai rokok sehingga tak menganggu jatah pemda. Mengikuti logika pajak rokok sebagai pajak hukuman ka-rena menimbulkan penyakit, ada usulan agar pajak serupa

Selain menaikan iuran, juga menyeruak se-

jumlah usulan lain. Intinya, menggali sum-

ber dana dari pemerintah (APBN) dan juga pe-

serta.

17Ulasan Khusus: BPJS

Page 20: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

diterapkan pada kelompok makanan lain yang diang-gap pemicu penyakit de-generatif.

Misal saja makanan ber-natrium tinggi atau men-gandung kadar gula tinggi, makanan bernatrium ting-gi dan kadar gula tinggi. Kedua jenis makanan ini menjadi salah satu pemicu makin besarnya penyakit katastropik seperti jantung, ginjal, diabetes dan lainnya.

Urun Biaya

Usulan ini lebih menga-rah pada penambahan be-ban kepada peserta jika

mendapat layanan tertentu. BPJS, misalnya, pernah me-wacanakan kemungkinan ini dengan sasaran peserta yang menderita penyakit berat seperti jantung, ginjal, kanker dan lainnya.

Jika diaplikasikan me-mang seperti “mengkhi-anati” semangat JKN yang menginginkan layanan pen-gobatan semesta (semua warga dilayani, semua indi-kasi medis ditanggung).

Urun biaya ini secara regu lasi dimungkinkan pada pe-layanan medis yang diduga memiliki peluang terjadinya moral hazzard.(**)

Smara.id | No 1 Tahun 201818

Page 21: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Pesan dasarnya begini:

Pemerintah harus realis-

tis. Jika tak mau menaik-

kan iuran (secara berkala)

dan atau menunjukkan ke-

mauan politiknya dalam

bentuk suntikan dana pasti

dari APBN maka jangan juga

berharap adanya layanan

semesta. Karena itu, risiko

nya harus diterima. Salah

satunya, banyaknya warga

menjadi miskin ketika diri

nya atau keluarganya harus

menjalani pengobatan pen-

yakit-penyakit berat.

Pemangkasan layanan

dapat dilakukan melalui

satu dari dua pendekatan

berikut ini atau mengkom-

binasikannya.

Memangkas Peserta

Layanan kesehatan JKN

dibatasi untuk peserta dari

kalangan keluarga tidak

Argumen dasar dari usulan-usulan pe-

mangkasan layanan sederhana saja: Jangan

besar pasak dari tiang.

mampu. Dengan kata lain,

JKN direduksi menjadi KIS.

Konsekuensinya, warga

yang dinilai mampu harus

mengakses layanan ke se-

hatan dari pembiayaan

sendiri (out of pocket), ter-

masuk membeli dari asur-

ansi komersial.

Memangkas Manfaat

Layanan kesehatan tetap

mencakup semua warga.

Namun, tak semua pengo-

batan sesuai indikasi medis

ditanggung JKN.

Yang eks trim, JKN tidak

menanggung pengobatan

untuk penyakit berat atau

peserta melakukan urun

biaya. Yang lebih moderat,

pengobatan penyakit be-

rat ditanggung sampai taraf

tertentu. Misalnya hanya

kemotrapi pada tingkat per-

tama.(*)

19Ulasan Khusus: BPJS

JKN (Mau)Dibonsai?

Page 22: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Untuk menutup kekurangan dana yang dialami BPJS

pada tahun 2018 ini, pemerintah memilih mengeluarkan

bauran kebijakan selain tetap mengucurkan suntikan

dana sebesar Rp 4,9 triliun.

Mantra baurannya menyasar pada efisiensi, perbai-

kan mekanisme keuangan dan mengurangi fraud (ke-

curangan):

• Mengalokasikan dana dari pajak rokok sebesar 75%

dari 50% dana pajak rokok yang diterima daerah.

• Melaksanakan kebijakan pembelian strategis dalam

melakukan pembayaran ke FKTL atau RS rujukan dan

memperbaiki manajemen kapitasi faskes primer.

• Mitigasi fraud yang di lakukan faskes dalam menga-

jukan klaim.

• Perbaikan sistem rujuk balik.

• Optimasi PMK 209/2017 terkait dana opersional BPJS.

• Optimasi PMK 217/2017 tentang penyelesaian tung-

gakan Jamkesda oleh pemda melalui pemotongan

dana bagi hasil.

• Sinergitas dengan penyelenggara jaminan sosial lain-

nya seperti BPJS kesehatan, Asabri dan Jasa Raharja.

Smara.id | No 1 Tahun 201820

Bauran KebijakanPemerintah

Page 23: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Tarif borongan. Ini

istilah informal

yang merujuk pada

pembayaran layanan ber-

basis kapitasi di FKTP dan

Indonesia Case Base Groups

(INA-CBGs) di FKTL. Ka-

pitasi dan INA-CBGs meru-

pakan model pembayaran

yang bersifat prospektif.

Dalam kasus kapitasi,

misalnya, pembayaran di-

dasarkan jumlah peserta

yang terdaftar di FKTP,

tanpa memandang tinda-

kan medis yang dilaku-

kan. Menurut Permenkes

No 52/2017, besarannya

dipengaruhi jumlah dok-

ter dan dokter gigi yang

dimiliki FKTP, rentangnya

antara Rp 3000 sd Rp 8.000

(puskesmas), Rp 8.000 – Rp

10.000 (klinik pratama) dan

Rp 10.000 (RS tipe D).

Untuk INA-CBGs, besar

tarif didasarkan pengelom-

pokan diagnosis penyakit

dan prosedur. Besarannya

dipengaruhi tipe dan klaster

rumah sakit dan juga pen-

gelompokkan faskes menu-

rut wilayah.

Sebagai ilustrasi (men-

gacu pada PMK No52/2017),

pencangkokan hati (berat)

di RS kelas A pemerintah,

tarifnya untuk kelas 3 Rp

127,439,300. Sementara un-

tuk kasus yang sama di RS

swasta kelas A di regional

yang sama (regional 1), tar-

ifnya sedikit lebih mahal (Rp

131,262,500).

Meski demikian, juga ada

tarif non-kapitasi seperti

penggunaan ambulans atau

layanan rujuk balikmisalnya.

Juga ada tarif non-INA CBGs

untuk layanan seperti obat

kemoterapi, petscan atau

CAPD, misalnya.

21Ulasan Khusus: BPJS

MenyoalTarif Borongan

Page 24: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Sejak awal, tarif borongan ini

sudah jadi polemik. Model pem-

bayaran prospektif memang ung-

gul dalam mengontrol kendali

biaya dan mutu, termasuk untuk

meminimalisasi fraud. Tapi, di sisi

lain, dianggap membatasi ruang

dokter dalam menetapkan tinda-

kan medis, termasuk dalam pe-

nentuan obat yang diberikan.

Dari sisi ekonomi, kapitasi dan

INA-CBGs dianggap merugikan

faskes dan tenaga medis karena

nilai tarifnya di bawah tarif rumah

sakit. Meski begitu, beberapa

studi menunjukkan ada variasi

soal ini.

Dumaris (2005), misalnya,

dalam penelitiannya di RS Budi

Asih Jakarta menemukan, 72,9%

kasus rawat jalan yang diteliti me-

miliki selisih positif yang berarti

tarif RS lebih kecil dari tarif yang

ditetapkan INA-CBGs. Tarif hemo-

dialisa, misalnya, 100% selisihnya

positif, sementara untuk kasus

klinik gigi 92% diantaranya ber-

selisih negatif.

Sebaliknya, temuan Muslimah

dkk (2017) dalam penelitiannya di

RS Bethesda Yogyakarta menun-

jukkan tarif INA-CBGs tidak men-

cukupi untuk biaya perawatan

pasien stroke iskemik baik yang

rawat inap maupun rawat jalan.

Para pendukung tarif boro

Smara.id | No 1 Tahun 201822

Page 25: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

ngan menyebutkan, pola pem-

bayaran ini menuntut peruba-

han cara pandang. Perbandingan

harus dilakukan secara agregat

(pendapatan operasional RS se-

cara keseluruhan) dengan jum-

lah klaim yang diajukan. Sebab,

tarif INA-CBGs masih menerap-

kan sistem subsidi silang antar

kelompok diagnosis penyakit.

Kunci bagi faskes untuk dapat

laba adalah efisiensi. Misal saja

penggunaan obat generik dan

atau penanganan pasien yang

tepat. Sebab dalam sistem tarif

borongan, kalkulasi biaya dian-

daikan untuk jangka waktu ter

tentu.

Jika faskes mampu memu-

langkan pasien di bawah batas

waktu yang ditetapkan, misalnya,

faskes akan mendapat untung.

Ini salah satu celah yang me-

mungkinkan terjadinya fraud.

Dalam kasus lain, sering ter-

dengar pasien tidak mendapat

obat dalam jumlah memadai

hingga jadwal kontrol berikutnya

atau terpaksa membeli sendiri.

Ini utamanya pada obat-obat

yang tak masuk dalam fornas

dan karenanya tak bisa diklaim

oleh faskes.

Masalanya, meski faskes bisa

untung, belum tentu itu meng

alir ke tenaga kesehatan. Dus,

ini soal tentang penetapan ke-

layakan renumerasi bagi dokter,

perawat, staf dan manajemen di

faskes. Selain itu, juga ada isu

soal penetapan tarif INA-CBGs

yang dianggap kurang setara

antar kelompok spesialis.

Merespon masukan dari para

dokter, Kemenkes terus men-

gevaluasi dan mengubah pene

tapan tarif borongan ini agar

sesuai/mendekati harga keeko-

nomian.

Tapi, jangan abaikan pula

adanya dorongan dari sebagian

kalangan untuk kembali pada

sistem retrospeksi, pembayaran

berdasarkan jasa medis yang di-

lakukan (fee for service).

Seperti disebut di atas, ala-

sannya tak sekadar ekonomis,

tapi juga klinis. Dokter merasa

terkekang untuk memberi pen-

gobatan yang optimal karena

ada berbagai pembatasan dari

mulai obat hingga peralatan.

Karena posisi pemerintah

tetap akan tetap mempertahan-

kan pola tarif borongan, maka

perbaikan formula (besaran tarif

dan atau pengelompokan diag-

nosa) jadi penting. Bagaimana-

pun, aspirasi faskes dan tenaga

medis harus di dengar karena

mereka pilar penting dalam me-

nentukan keberhasilan JKN (*)

23Ulasan Khusus: BPJS

Page 26: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Kenaikan (Penurunan) Aset Neto DJS (triliun)

2014 2015 2016 2017

Pendapatan Iuran 40.72 52.78 67.40 74.24

Beban Jamkes 41.29 56.31 67.25 84.44

Selisih -0.57 -3.53 0.15 -10.2

Pendapatan Iuran dan Beban Jamkes (triliun)

Sumber: Laporan BPJS Kesehatan

Seberapa besar kurang dana yang dialami BPJS se-

laku pelaksana JKN?

Jika mengacu pada laporan Pendapatan dan Be-

ban Dana Jaminan Sosial, pendapatan iuran selalu lebih

rendah dari pengeluaran untuk membayar layanan, kecuali

pada 2016.

Sumber: Laporan BPJS Kesehatan

2014 2015 2016 2017

Pendapatan Total 41.51 53.04 67.58 74.62

Beban Total 44.82 61.41 73.0 92.82

Selisih -3,31 -8.37 -6.32 -10.2

Kumulatif -3.31 -11.68 -17.99 -36.20

Kurang Dana, Seberapa banyak?

Secara kumulatif, selisih aset neto DJS negatif sebesar

Rp Rp 36,2 triliun. (suntikan dana dari pemerintah tidak hi-

tung dalam pos pendapatan di luar iuran). Total suntikan

dana pemerintah 2014-2016 ke BPJS yang diteruskan ke

DJS sebesar Rp12,3 triliun, jelas jauh dari cukup.

Smara.id | No 1 Tahun 201824

Page 27: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

25Ulasan Khusus: BPJS

Page 28: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Seperti kata pepatah, nasi sudah jadi bubur. Dana

Jaminan Sosial alami kurang dana. Tapi, tetap tak

ada salahnya untuk membuat simulasi pendapatan

dan beban BPJS seandainya pada tahun 2017 diber-

lakukan kenaikkan iuran peserta dengan besaran/

formula yang mengikuti usulan sejumlah kalangan.

Utak-Atik Iuran BPJS

Smara membuat simu-

lasi sederhana terhadap

pendapatan dan beban

Dana Jaminan Sosial (DJS) tahun

2017 jika besaran iuran dinaik-

kan. Dalam hal ini, penerimaan

yang berasal dana suntikan dari

pemerintah yang tercatat dalam

laporan keuangan tidak diserta-

kan.

Kondisi pertamanya diandai-

kan seluruh iuran BPJS naik ser-

turut nilai aktuaria (Kondisi 1).

Hasilnya, DJS masih meng ala-

mi kurang dana sebesar Rp 2,4

triliun. Nilai ini jauh di bawah pe-

nurunan aset neto riil yang men-

capai Rp 18,2 triliun (total peneri-

maan – total beban).

Dengan semangat keadilan,

iuran PBPU disesuaikan dari

perhitungan nominal menjadi

persentase dari upah/pendapa-

tan sepertinya hal PPU. Hasilnya,

kurang dana yang dialami lebih

rendah sedikit dari kondisi 1. Per-

sisnya menjadi Rp 2,1 triliun.

Kondisi 1 dan 2 bisa lebih baik

Smara.id | No 1 Tahun 201826

Page 29: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

(berimbang atau surplus) jika

tingkat kepatuhan peserta bisa

ditingkatkan. Terutama sekali

untuk kategori PBPU (“tingkat

kepatuhan”-nya 64%) dan PPU

Badan usaha (74%).

Kondisi yang mencukupi

terjadi kalau prinsip “yang

kaya bantu yang miskin,

yang sehat bantu yang sakit”

diimplementasikan dengan

menyesuaikan batas pato-

27Ulasan Khusus: BPJS

Page 30: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

kan upah tertinggi baik di PBPU

maupun PPU (Kondisi 3). Jika ini

dilakukan, akan ada kelebihan

dana sebesar Rp 15,64 triliun.

Secara rerata, nominal iuran

sebesar Rp 300 ribu (kelas 1) dan

Rp 150 ribu (kelas 2) untuk PPU/

PBPU tetap jauh lebih rendah

dan lebih berdaya jamin (men-

dapat pengobatan penuh sesuai

indikasi medis) dibandingkan

jika membeli asuransi komersial.

Nilai plusnya, bisa membantu

orang lain, entah itu tetangga,

kerabat atau warga lainnya tak

dikenalnya.

Tapi, harus diakui, kondisi 2

dan 3 cukup kompleks untuk di-

implementasikan. Faktor akurasi

data untuk mengetahui besa-

ran pendapatan peserta PBPU

dan juga keberatan dari pemberi

kerja (khususnya dari badan us-

aha untuk PPU) maupun peserta

mandiri (PBPU).

Selain itu, peningkatan pato-

kan upah tertinggi untuk me-

nentukan besaran iuran juga

akan mendorong korporasi yang

masih menerapkan kebijakan

asuransi ganda (BPJS dan swas-

ta) akan beralih sepenuhnya ke

BPJS saja. Ini tentu saja kondisi

yang tak diharapkan bagi pelaku

asuransi komersial.

Yang paling ‘realistis’ adalah

pemerintah memberikan sunti-

kan dana (kondisi 4) jika merasa

kenaikan iuran bakal memberat-

kan peserta. Besaran Rp 30 triliun

per tahun akan memberi ruang

bagi BPJS dan sekaligus memas-

tikan tidak ada pemangkasan

layanan sebagaimana dimaui

Presiden Jokowi.

Kondisi 4 dan lebih-lebih

kondisi 3 memungkinkan adanya

perbaikan tarif borongan (kapi-

tasi dan INA CBGs) yang sesuai

atau mendekati nilai keekono-

mian. Dengan begitu, keberlang-

sungan JKN juga terjaga (*)

Smara.id | No 1 Tahun 201828

Page 31: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

” kalimat ini selalu diselip-

kan Ustad Asep menjelang

akhir ceramahnya. Pesan dia

sederhana.

Ia mengajak jamaahnya

menjadi peserta BPJS dan

rajin bayar iuran. Karena hal

itu bisa dianggap sebagai

bentuk sedekah, membantu

orang lain. Termasuk mem-

bantu dirinya yang didiagno-

sa dokter mengalami pem-

bengkakan jantung.

Narasi Ustad Asep mere-

fleksikan prinsip dasar JKN:

yang kaya bantu yang miskin,

yang sehat bantu yang sa

kit. Ia menyentuh jamaahnya

dengan bahasa yang dipaha-

mi bersama: sedekah. Untuk

audiens lainnya, tentu perlu

disesuaikan lagi pesannya.

JKN sebenarnya berada

dalam momen yang tepat.

Lebih dari sebelumnya, kini

semangat berbagi/meno-

long orang lain menjadi hal

diinginkan. Meski tak bermak-

sud riya, ada perasaan bangga

ketika seseorang ikut berdo-

nasi. Misal saja melalui akubisa.

com atau layanan luring lain-

nya.

Dan, inilah yang menja-

di tantangan BPJS ke depan:

bagaimana membuat orang

merasa bangga menjadi pe-

serta JKN; bagaimana peserta

merasa bangga karena rajin

membayar iuran.

Saat ini harus diakui, asosiasi

yang melekat pada JKN relatif

minor: layanan gratisan dan la

yanan bermutu rendah. Sebagai

pasien, peserta JKN tak pelak

merasa infrerior. Asuransi sosial

harusnya bisa jadi modal untuk

menbangun asosiasi yang lebih

positif terhadap JKN.

Ini mungkin bukan soal

mendesak di tengah berbagai

persoalan terkait kurang dana.

Tapi, terlalu riskan untuk dia-

baikan. (*)

“Ibu-ibu, ngiringan BPJS. tong telat mayar

na. Etang-etang sedekah . Silih bantuan. Al-

hamdullilah pisan, ka angge ku abdi mah,”

Memoles Narasi JKN

29Ulasan Khusus: BPJS

Page 32: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

LEBIH DEKAT DENGAN

Smara.id | No 1 Tahun 201830

Page 33: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Namanya sempat ramai diperbincangkan pub-

lik pada 2016 ketika merilis temuan survei ten-

tang rokok. Pokok kehebohannya berpangkal

dari temuan bahwa sebagian besar responden dalam

penelitiannya mengaku akan berhenti merokok jika

harga rokok sudah menyentuh Rp 50 ribu.

Dia adalah Hasbullah Thabrany, putera asli Betawi

kelahiran 1954 silam. Guru Besar Fakultas Kesehatan

Masyarakat UI ini dikenal luas sebagai penggagas dan

pembela pelaksanaan jaminan sosial di Indonesia.

Dari awal, ia telah mengusulkan model asuransi sosial

sebagai fondasinya sebagaimana diterapkan di ban-

yak negara Eropa Barat, dan bukannya mengacu pada

Amerika Serikat (sebelum adanya Obamacare) yang

bertumpu asuransi komersial.

Ia juga termasuk yang gigih mengusulkan agar Badan

Pelaksana Jaminan Sosial merupakan lembaga nirla-

ba dan bukan BUMN.

Terkait pencalonan, pilihannya berlabuh di PDIP seper-

ti meneruskan tali hubunaan yang pernah dilakoninya

ketika menyusun RUU SJSN ketika Megawati menjadi

presiden.

Di PDIP, dirinya ditempatkan di dapil 6 Jabar. Urutan

5. Dua teratasnya adalah petahana. “Ya, saya usaha

saja,” ujarnya mengomentari peluangnya terpiilih.

Di temui di kediamannya di bilangan Condet, Jakarta

Timur, Prof Hasbullah memaparkan sejumlah panda

ngannya tentang JKN dan juga jaminan sosial lainnya.

Hasil wawancara tersebut disajikan dalam tiga tulisan

terpisah.

31Wawancara:Hasbullah Thabrany

Page 34: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Menyusul ramainya pembicaraan soal kurang dana BPJS, muncul berbagai usulan untuk meng atasinya. Di antara berbagai usulan tersebut, ada yang bisa dianggap ingin mereduksi sema ngat sistem jaminan sosial, entah itu membatasi peserta JKN atau membatasi layanan kesehatan yang diberikan. Bagaimana tanggapan Prof?

Banyak orang yang modelnya hanya ngomong

berdasarkan sudut pandang masing-masing. Mere-

ka tidak melihat kepentingan jangka panjangnya

se perti apa, tak juga memahami konsekuensi (dari

usulannya). Banyak yang melihat sesuatu dari kepen

tingan jangka pendeknya saja. Bahkan, walaupun

tak paham duduk persoalannya, tapi tetap ngomong

saja. Celakanya, tak sedikit akademisi juga tak pa-

ham konteksnya, tapi tetap ngomong.

Jadi, tidak heran banyak omongan tidak berba-

sis pada masalah yang sebenarnya. Usulannya juga

tak berbasis pada sebuah konsep yang mendasa-

ri visi dan misi UUD kita. Nah, ini tantangan di ne-

gara yang baru berdemokrasi. Negara demokrasi

itu membutuhkan tingkat kecerdasan tertentu dari

masyarakatnya. Tapi karena belum terpenuhi, ya

akhirnya seperti ini, he he he ...

JKN Perlu Diperkuat

Prof. Hasbullah Thabrany:

Smara.id | No 1 Tahun 201832

Page 35: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Jadi begini, masalah defisit itu bukan karena

cakupan (layanannya) terlalu luas, bukan masalah

karena semua orang dihimpun. Masalahnya, sejak

awal iuran yang ditetapkan tidak mencukupi. Dan,

masalah ini sudah di ketahui oleh sebagian pejabat

pemerintah di Kemenkes, Kemenkeu ataupun BPJS.

Cuma saja, ini jadi masalah politik. Tak heran kalau

banyak orang yang asal bicara saja, yang penting

bisa tersebar omongannya itu. Bisa jadi seperti Anda

bilang tadi, memang ada orang yang ingin meng-

hancurkan (JKN). Mungkin saja ada yang seperti itu.

Nggak suka. Tapi yang jelas, masalahnya dari awal

iurannya memang kurang.

Ilustrasinya seperti ini. Misal saja kita mau makan

di warung padang. Ada 10 orang yang mau ikutan.

Sudah kita hitung-hitung supaya pada kenyang tiap

orang patungan Rp 50 ribu. Tapi kemudian ada yang

bilang Rp 30 ribu saja. Sudah pasti nggak semuanya

kebagian. Sederhana saja, duitnya jadi tidak cukup.

Nah, masalahnya di situ saja sebenarnya.

Jadi, masalahnya ada di pemerintah ya?

Betul. Political will-nya pemerintah bukannya tidak

ada. Tapi menurut saya, sorry to say, pemerintah

kurang objektif. Political will-nya tinggi karena ingin

seluruh rakyat dijamin, tapi harusnya objektif juga

berapa dana yang dibutuhkan untuk itu. Dengan duit

yang cuman segitu tapi mau semua, ya jelas tidak

bisa. Ini nggak realistis.

Tapi, ini juga karena masyarakatnya kita tidak mau

membayar iuran yang realistis. Malah maunya gratis,

tak usah bayar. Karena (pejabat) pemerintah meng-

inginkan dukungan masyarakat atau tidak ingin

menimbulkan rekasi dari masyarkat, akhirnya diikuti

saja. Maunya populis, akhirnya ya begini. Political

will-nya ada, tapi tidak realistis.

Apa mungkin karena masukan ke presiden tak

Political will pemerintah tinggi tapi tidak realistis

Masalahnya, sejak awal iurannya tidak mencukupi

33Wawancara:Hasbullah Thabrany

Page 36: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

memadai atau tidak tepat?

Kalau menurut saya, masukan yang diberikan

mungkin banyak. Tapi, mungkin juga ada yang mem-

belokkan, saya tidak tahu persisnya seperti apa.

Saya tidak tahu apa Presiden paham tentang (JKN)

ini. Dia punya pengalaman di Solo, mungkin dulu

cukup, tapi bisa jadi dia tak paham konteksnya saat

ini. Ini wajar saja sebenarnya karena dia bukan orang

ke sehatan.

Orang kesehatan pun belum tentu paham. Menkes

pun belum tentu menguasai seluruhnya. Ini bukan

cuma urusan kesehatan, tapi juga urusan ekonomi,

urusan sistem. Saya kira masalahnya ada di situ.

Masalah komunikasinya yang jadi problem besar.

Seandainya nanti terpilih jadi legislator, isu ke-bijakan apa yang mau diperjuangkan?

Karena masalahnya di komunikasi, ada ketidaksa-

maan pemahaman terhadap informasi, maka saya

akan mendorong pembuatan regulasi yang clear,

yang detil. Kita akan ramai dalam membuat dan

membahas RUU itu, tapi selepas itu, orang yang

melaksanakannya bisa jalan.

Seandainya terpilih, saya akan dorong revisi UU

agar urusan iuran menjadi jelas, tidak gampang di-

kutak-katik. Kita akan hitung dari awal kebutuhan-

nya berapa. Nah, kelirunya saat ini, besar iuran tak

masuk dalam UU, hanya di perpres. Masalahnya,

yang menyusun perpres bisa jadi tidak paham kon-

teksnya, tidak paham sejarahnya dan hanya melihat

kepentingan sesaat saja. Akibatnya, jadi begini terus.

Capek.

Kalau masuk dalam UU, besaran iuran bisa stag-nan atau nanti diatur dengan memperhatikan in-flasi?

Tentu saja dibuatnya tidak begitu. Ada skema. Mi

salnya, iuran 6% tanpa batas upah tertinggi. Seka-

Smara.id | No 1 Tahun 201834

Page 37: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

rang kan masih ada batas. Dengan begitu bisa meng-

hasilkan dana yang cukup. Dan, tiap tahun disesuai-

kan minimal 10%-12% di atas inflasi karena laju biaya

kesehatan selalu lebih tinggi dari laju inflasi.

Jadi, Insya Allah, menjadi lebih jelas. Sekali kita

menetapkan iuran yang memadai, ke depannya

akan terus cukup. Tidak seperti sekarang ini, tiap ta-

hun (ribut) begini-begini melulu.

Dalam upaya mengejar harga keekonomian, di mana titik berhentinya?

Harga keekonomian itu dinamis, jadi tiap tahun

akan ada penyesuaian. Tapi, kita bisa pagari dalam

UU hingga fluktuasinya tidak membuat masalah

yang besar. Jika diandaikan, ya seperti tarif pener-

bangan. Ada batas bawah dan batas atasnya. Fluk-

tuasi iurannya ada dalam koridor tersebut.

Yang mengherankan sebenarnya, kalau untuk uru-

san subsidi BBM bisa tidak berdebat. Subsidi BBM,

listrik dan gas itu mencapai Rp 157 triliun. Setuju tuh

35Wawancara:Hasbullah Thabrany

Page 38: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

DPR. Giliran untuk JKN/BPJS, ada defisit Rp 13 trili-

un saja tidak mau ambil dari cukai rokok. Aneh, kan?

Tapi, ya, ini karena sudah jadi masalah politik, bukan

masalah teknis lagi.

Di beberapa kesempatan, Prof menyebut dokter dan perawat sudah jadi korban politisasi JKN. Seandainya nanti terpilih, apa rencana isu-kebi-jakan yang mau diperjuangkan untuk menaikan posisi tawar mereka?

Saya sih sederhana saja. Kita buat sistem yang

adil. Pasien kita lindungi karena itu hak warga nega-

ra. Apapun yang kita lakukan dalam sebuah negara

selalu mengacu pada UUD dan UUD 45 menyatakan

warga negara berhak atas layanan kesehatan.

Tapi, untuk mendapatkan pelayanan yang keseha-

tan yang baik, para pelakunya – dokter, perawat –

harus juga dibayar dengan memadai. Kalau sudah

bayarannya memadai, ya, jangan ‘nakal-nakal’.

Dan, pasien juga harus diberi pemahaman, untuk

mendapat layanan yang memadai ya ada ongko-

snya. Pasien punya kewajiban yang harus dipenuhi

jangan hanya mau haknya saja. Untuk itu, saya akan

ajukan UU baru soal perlindungan pasien dan tena-

ga kesehatan.

Oh, itu digabung dalam satu UU?

Ya, kita akan ga-

bung, tidak bisa satu-

satu. Pasien terlindungi

kalau tenaga kesehatannya terjamin (kesejahteraan-

nya). Kalau nakes tidak terlindungi atau tidak bagus

kesejahteraannya, pasiennya pasti tidak terlindungi.

Nah, ini yang belum diatur rapih. Dengan cara ini, In-

sya Allah, akan jalan.

Tapi semua pihak harus paham, setiap usaha, se-

Saya akan ajukan UU baru soal perlindungan pasien

dan tenaga kesehatan.

Smara.id | No 1 Tahun 201836

Page 39: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

tiap kualitas ada biayanya. Saya sudah hitung-hi-

tung, kita sanggup tanggung biaya itu sama-sama.

Hanya saja karena orang tidak melihat potensinya,

ya pikirannya jadi selalu merasa tidak bakal sang-

gup.

Beberapa waktu lalu Prof sempat mengusulkan suntikan dana sekitar Rp 20 triliun – Rp 30 triliun untuk menambal keuangan BPJS jika secara poli-tis menaikan iuran itu tak memungkinkan. Itu da-nanya berasal dari APBN semua?

Ya, full dari APBN. Persoalan APBN mengambill

dari mana, sumbernya banyak kok. Modelnya, ada

alokasi dana sepertinya untuk pendidikan.

Ilustrasi seperti ini. Subsidi untuk gas elpiji itu 70

triliun. Apa semuanya dipakai sama orang miskin itu

gas? Tidak, kan. Banyak juga sama pedagang. Jadi

kita harus pandai hitung-hitungan, dong.

Katakanlah, ternyata tidak ada sumber dana baru.

Kita tinggal lihat saja, mana (subsidi) yang perlu,

mana yang tidak (perlu).

Yang kedua, memangnya pajak kita sudah opti-

mal? Masih banyak tidak bayar pajak. Kalaupun ba-

yar, juga masih ada yang ngakalin mengisinya agar

bayar pajaknya tidak be-

sar.

Terkait pajak ini, di segmen PBPU kan ada kalangan profesional seperti pengacara, no-taris, konsultan atau lainnya. Ada usulan agar peserta kateogri ini tar-ifnya diubah dari nominal menjadi persentase dari pendapatan/upah.Tapi ini, mengandaikan ada lintas data dengan dirjen pajak.

kalau di-link ke pajak itu benar sekali. Di nega-

ra-negara sudah berjalan program seperti JKN, pu

Kalau dokter dan perawat tidak terlindungi atau tidak bagus

kesejahteraannya, pasien-nya pasti tidak terlindungi.

37Wawancara:Hasbullah Thabrany

Page 40: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

ngutan iurannya dijadikan satu dengan pajak, jadi

pengkontrolan juga lebih mudah.

Saya sudah pernah sampaikan hal ini ke Dirjen

Pajak, tapi sepertinya masih susah. Masing-ma

sing pihak masih berkutat dengan kepentingannya

sendiri-sendiri, entah itu Dirjen Pajak, BPJS atau

juga dirjen di Kemenkes. Kita belum duduk bersama

membicarakan kepentingan bersama, kepentingan

negara. Antar BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenaga

kerjaan saja belum nyambung. Seperti saya bilang,

ini salah satu konsekuensi bernegara di negara yang

demokrasinya belum matang.

Kalau peserta PBPU memang ada yang kaya,

harusnya kita tetapkan tarif yang berani. Misal saja

Rp 250 ribu. Dengan harga seperti itu dan cakupan

layanan yang sangat luas akan tetap jauh lebih mu-

rah dibandingkan beli asuransi komersial. Tapi, nanti

takut ribut lagi. Ya, harusnya tidak apa-apa, kalau

untuk yang kaya.

Nah, yang harus dipastikan juga, jangan sampai

mereka yang bekerja tapi daftarnya sebagai PBPU.

Ngakalin. Gini, Anda bujangan dan gajinya Rp 8 juta.

Kalau bayar iuran kan kenanya Rp 400 ribu. Yang

nggak jujur kayak gini, ada juga, loh.

Bagaimana dengan usulan untuk membuka pos lain berupa iuran sukarela di samping iuran wajib, utamanya untuk segmen PBPU jika iurann-ya masih berbasis nominal tertentu seperti seka-rang?

Kalau saya bilang, itu tidak bisa dihitung sebagai

iuran. Di Indonesia ini, sorry to say, yang namanya

iuran sukarela nggak pernah jalan.

Kan, kalau di tingkat RT kita juga bayar iuran su-karela seperti itu?

Hm, memangnya di RT pada bayar semua? Ayolah,

Smara.id | No 1 Tahun 201838

Page 41: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

nggak jalan juga itu (iurannya). Jangankan itu. Zakat

saja yang sifatnya wajib dan ada ancamannya di

akhirat nanti, nggak jalan juga. Saya tadi baca, dana

zakat, infaq dan sedekah yang dikumpukan Baznas

tahun lalu hanya Rp 6 triliun.

Banyak organisasi privat yang mengumpulkan ZIS juga...

Coba saja dikumpulkan

semua. Saya yakin nggak

akan sampai Rp 20 triliun.

Instrumen yang namanya

sumbangan tidak akan

memadai.

Bagaimana dengan usulan agar UU tentang ke sehatan yang saat ini tersebar di kodifikasi?

Problemnya, jika dilakukan kodifikasi maka akan

menjadi UU profesi yang kompleks. Dalam 10 ke

depan tidak akan kelar-kelar. KUHP saja tidak beres-

beres.

Jadi, kalau menurut saya, tidak perlu ada kodifika-

si, yang dibutuhkan hanya merevisi beberapa pasal

di sejumlah UU seperti UU Praktek Kedokteran, UU

Kesehatan dan juga UU BPJS.

Revisi perlu dilakukan karena pada waktu penyu-

sunan tak diiringi dengan kajian yang cukup anta-

ra satu UU dengan UU lainnya. Jadi, itu saja perlu

dibereskan.

Terkait UU BPJS, ada yang prioritas perlu direvisi?

Yang pertama terkait pemisahan antara aset Dana

Jaminan Sosial dengan aset BPJS. Menurut saya ini

hal tidak benar. Saat ini, kan dipisah. Jadi, ada uang

BPJS. Kesannya itu haknya pegawai BPJS dan ada

uang DJS. Itu semua uangnya kita (baca:peserta). Ini

juga menunjukkan adanya ketidaksinkronan.

Dalam UU SJSN, DJS itu merupakan dana ama

Dengan iuran Rp 250 ribu dan dengan cakupan layanan

yang jauh lebih luas, tetap akan lebih murah ketim-

bang beli asuransi komersial

39Wawancara:Hasbullah Thabrany

Page 42: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

nat, tetapi di UU BPJS diganti namanya DJS. Sebab

waktu itu ada orang yang masih memaksakan visi

BUMN. Mereka belum legowo BPJS itu nggak boleh

jadi BUMN. Tapi, ini masalah teknislah.

Juga soal akal-akalan aturan. Misalnya, soal pem-

batasan umur untuk jadi dewan pengawas atau di-

reksi hanya maksimal 60 tahun. Akibatnya, orang-

orang yang berpengalaman malah tidak bisa masuk.

Ini hanya contoh saja. Lah, wapres saja bisa 78 ta-

hun, masa untuk mengawasi direksi BPJS tidak bisa

(di atas 60 tahun)? (*)

Nama Lengkap:

Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, DR.PH.

Tempat, Tanggal Lahir

Jakarta, 1954

Pendidikan:

• Master (1990) dan Doktor (1995) pada bidang Administrasi dan Kebi-

jakan Kesehatan, University of California, Berkeley, 1995

• Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1980

Beberapa Posisi yang pernah dijabat:

• Guru Besar di Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

• Peneliti pada Center for Health Economics and Policy Studies.

• ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Asuransi Kesehatan.

• Ketua Ikatan Ekonomi Kesehatan Indonesia.

• Anggota Majelis Pakar Kesehatan Masyarakat Ikatan Ahli Keseha-

tan Masyarakat (2016-2019).

• Anggota Dewan Pakar IDI (2015-2018).

• Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI (2004 – 2008).

• Ketua dan Pendiri Perhimpunan Ahli Manajamen Jaminan dan Asu

ransi Kesehatan Indonesia (1998 – 2010).

Smara.id | No 1 Tahun 201840

Page 43: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Tak sedikit dokter mengeluhkan model pemba-yaran INA-CGBs. Fokus keluhannya pada dua hal: tarifnya terlalu rendah dan juga mengambil oto-nomi klinis. Dokter jadi terbatas dalam melaku-kan tindakan medis. Menurut Prof?

Sebenarnya hal ini terjadi karena masing-ma

sing pihak melihat dari sudut pandang kepenting

an sendiri-sendiri. Kalau kita mau objektif, pangkal

soalnya karena iurannya memang tidak cukup se

hingga mau berdampak pada tak tercapainya harga

keekonomian pada tarif INA-CBGs.

Kalau ditelisik lebih lanjut, sebenarnya ada juga

tarif di INA-CBGs yang sudah bagus. Tapi, yang su-

dah dapat yang bagus ini biasanya diam saja. Yang

mempersoalkan ini adalah (mereka) yang tarifnya

tidak bagus. Tapi secara keseluruhan memang ba

nyak yang masih kurang besaran tarifnya, bahkan

Tarif Borongan Harusnya Tak Bermasalah

Prof. Hasbullah Thabrany:

41Wawancara:Hasbullah Thabrany

Page 44: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

amat kurang.

Sebenarnya cara lihatnya begini. Berapa uang

yang terkumpul untuk bayar dokter dan rumah sakit,

berapa sebelumnya dibayarkan untuk orang yang

sama. Ini namanya total harga manajemen keseha-

tan yang sudah kita kumpulkan dari survei dan data

lainnya. Ternyata, uang yang ada di JKN saat ini

cuma seperempat dari

yang dibutuhkan.

Jadi, kesalahannya ka-

rena iurannya terlalu ke-

cil. Dan, ini salah satunya

juga karena cara pemo-

tongan iurannya yang

tidak tepat. Pemerintah,

misalnya, hanya mene tapkan iuran pegawai negeri

dari gaji pokok, tidak memperhitungkan renumerasi

sacara keseluruhan.

Akibatnya, filosofi gotong royong di mana yang

berpenghasilan tinggi mensubsidi mereka yang

berpenghasilan rendah tidak terjadi. Ini terjadi ka-

rena ada intervensi politik, entah dari penguasa atau

pengusaha. Yang jadi korbannya rakyat.

Kalau dokter tidak dibayar memadai, sudah pasti

pelayanannya tidak akan benar. Dokter pasti akan

terbelenggu dengan jumlah uang itu, dia tak bisa

memberi semua yang diperlukan pasien. Itu sudah

pasti. Dan, ini yang tidak dipahami banyak kalangan.

Usulan yang mengemuka, kembali ke model fee for service. Bagaimana tanggapannya?

Kalau fee for service itu (hitungan) secara ekonomi.

(Model) ini justru lebih mudah diakalin akhirnya jus

tru dana JKN-nya (akan) makin tidak cukup. Ini bu-

kan sekadar berdasarkan teori ekonomi kesehatan

tetapi juga berdasarkan pengalaman.

Kalau model pembayarannya fee for service, tidak

Secara keseluruhan me-mang banyak tarif INA-

CBGs yang masih kurang, bahkan amat kurang

Smara.id | No 1 Tahun 201842

Page 45: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

bakal efisien. Akan terjadi macam-macam. Defisitnya

juga akan lebih dalam.

Bagaimana dengan komentar ketua IDI di DPR beberapa waktu lalu yang menyebutkan INA-CB-Gs itu model yang didesain konsultan untuk JKN-nya Malaysia, tapi akhirnya bahkan tak dipakai.

Iya, betul. tapi jangan dilihat INA-CBGs-nya Ma-

laysia tak dipakai. Tetapi mesti lihat konsep besar

nya. INA-CBGs itu bayar borongan. yang harusnya

tidak ada masalah. Di Jerman diterapkan, Di Amerika

Serikat diterapkan, di Australia diterapkan. Kuncinya

ada pada cara menghitung (tarifnya).

Nah, masalah

di Indonesia kan

menghitungnya

yang tidak benar.

Ibarat bikin baju,

tidak masalah kan

kalau kainnya dari

India atau Ameri-

ka Serikat. Yang

penting kan diukurnya pas sesuai ukuran badan kita.

Nah, ini yang jadi persoalan di kita. (*)

Akibatnya, filosofi gotong royong, di mana

yang berpenghasilan tinggi memsubsidi

mereka yang berpenghasilan rendah, tidak

terjadi. Ini terjadi karena ada intervensi

politik, entah dari penguasa atau pen-

gusaha. Yang jadi korbannya rakyat.

Saya ingin mengembangkan jaminan untuk orang-orang yang kena PHK, jaminan pendapatannya, namanya JPPHK (Jaminan Pendapatan Pe-mutusan Hubungan Kerja) itu bisa

digulirkan, bisa dikembangkan.

Hasbullah Thabrany

43Wawancara:Hasbullah Thabrany

Page 46: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Dalam UU SJSN, tak hanya ada JKN, juga ada Ja-minan Hari Tua, misalnya. Mengapa yang lebih banyak diatur itu kelompok pekerja penerima upah. Bagaimana dengan pekerja bukan pene rima upah?

Ini soal pentahapan saja. Pekerja penerima upah

kita didahulukan karena paling mudah dikondisikan.

Kita paksa majikannya harus bayar. Kalau tidak mau

bayar, kita cabut ijin usahanya. Penerima upah juga

sudah mengerti (hak-haknya). Ada serikat pekerjan-

nya. Mereka bisa tuntut hak-hak nya.

Nah, kalau pekerja informal atau bukan penerima

upah bagaimana kita memaksa mereka? Memungut

iurannya juga susah karena mereka sendiri-sendiri.

Kalau perusahaan yang punya 1000 pekerja, mis-

alnya, gampang mengawasinya. Jadi, soal teknis

saja sebetulnya.

Nah, kalau untuk pekerja bukan penerima upah, adakah bayangan pengimplemetnasiannya?

Kalau menurut saya, JHT itu sifatnya tabungan

wajib. Jadi, cukup pemerintah memberi insentif.

Atau intensif itu diatur dalam UU. Dan, jangan lupa

Jaminan Sosial untuk Semua

Prof. Hasbullah Thabrany:

Smara.id | No 1 Tahun 201844

Page 47: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

beri penjelasan ke masyarakat. Nah, masalahnya

sekarang, komunikasinya lemah. BPJS Ketenagaker-

jaan juga kurang sosialisasi.

Penjelasannya kan bisa begini, misalnya. Jika Anda

menabung di BPJS untuk masa depan Anda, Anda

akan dapat nilai tambah. Mi

salnya, bunganya lebih ting-

gi dari bunga bank. Jika mau

uangnya diiventasikan di sya-

riah, nanti kita sediakan dan

bagi hasilnya lebih tinggi.

Mungkin nanti ada yang bilang, untuk perorangan

kan bisa cara lain, misalnya melalui reksadana?

Kalau yang seperti itu sifatnya tambahan saja,

silahkan saja. Kalau jaminan sosial sifatnya wajib

ikut. Lagi pula, kalau ikut reksadana, belum cukup

duitnya cukup untuk hari tua? Belum lagi risiko dana

hilang karena dibawa kabur manajemen atau salah

kelola.

Nah, kalau BPJS kan punya negara. Mungkin akan

ada yang korup, tapi duitnya tidak akan hilang dan

ada di situ terus. Lagi pula, yang mengawasinya

banyak.

Prof akan mengusulkan hal ini agar dijalankan juga ya?

Ya, karena manusia cenderung mikirnya jangka

pendek, nggak mikir bagaimana nanti hari tuanya.

Kalau tidak diberi insentif, JHT untuk pekerja bukan

penerima upah bakal sulit jalan.

Jaminan sosial lainnya juga ada, Seperti jaminan kematian. Itu akan seperti apa?

Sebenarnya ini asuransi jiwa. jadi, kalau seseorang

meninggal, kan butuh uang untuk proses pen-

guburan atau keperluan-keperluan lain. Jadi, ada

uang dukanya. Tidak banyak tapi cukuplah.

Tapi, di samping itu, juga ada yang namanya jami-

Saya akan mengusulkan diberlakukannya Jaminan Hari Tua untuk pekerja bu-

kan penerima upah

45Wawancara:Hasbullah Thabrany

Page 48: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

nan kecelakaan kerja. Jika seorang pekerja mening-

gal di tempat kerja maka dia akan mendapat dana

kecelakaan kerja. Lokusnya di tempat kerja. Nilainya

bisa sangat besar tergantung besar gaji dan keraji-

nannya membayar iuran.

Bagaimana untuk warga senior?Nah, itu yang salah satu ingin saya perjuangkan

juga. Misi saya mengamalkan surat Al Maun. Jangan

sampai ada orang kelaparan. Jangan sampai ada

orang tidak terpenuhi kebutuh an dasarnya, tidak

terkecuali mereka yang sudah lanjut usia.

Zaman dulu kebutuhan dasar memang hanya ma-

kan. Tapi, zaman sekarang, makanan, pakaian, kese

hatan itu kebutuhan dasar. Jadi, negara bisa mem-

beri jaminan kepada lansia, pertama, jatah bulanan.

Umurnya bisa disesuaikan, 75 tahun, 70 tahun atau

65 tahun, terserah. Tergantung (kesediaan) uangnya.

Kalau lansia sakit, kan sudah ada JKN.

Tapi, masih ada yang belum. Sungguhpun seorang

lansia tak sakit, bisa saja dia tak mampu mengurus

dirinya sendiri. Anaknya tak

ada, sanak familinya tidak

ada. Ya harus diurus dong

sama negara. Ini namanya

jaminan long term care,

Perawatan jangka panjang,

entah di rumah atau di

suatu tempat atau panti jompo, apalah namanya. Ini

memang langkah berikutnya.

Tapi, untuk sampai ke sana, JKN-nya harus beres

dulu. Mungkin 5 – 10 ke depan kita sudah bisa mem-

beri long term care ini.

Bisa juga karena situasi seperti ini. lansia yang

habis kena stroke, menjalani pengobatan lanjutan

di rumah. Mau makan susah, mau pakai baju susah,

anaknya nggak ada. Dia perlu disuapin, memakai-

kan baju, memandikan. Nah, untuk orang membantu

Saya akan memperjuangkan jaminan

sosial bagi lansia, baik dalam bentuk

pemberian uang bulanan dan nantinya

juga yang berbentuk long term care

Smara.id | No 1 Tahun 201846

Page 49: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

lansia ini, (biayanya) dijamin oleh sistem jaminan so-

sial. Dengan begitu, orang-orang tua kita –- bukan

hanya ayah dan ibu kita -– bisa kita manusiakan.

Sekarang kan banyak yang tak terurus. Masa di ne-

gara Pancasila hal seperti ini dibiarkan saja? Ini yang

bikin saya gregetan, (**)

47Wawancara:Hasbullah Thabrany

Page 50: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

Agar Advokasi Kebijakan Jaminan Sosial Lebih Efektif

Mulanya Hasbullah Thabrany

mengaku tak tertarik terjun ke

politik praktis. Tapi pengala-

man menunjukkan, advokasi

akan lebih efektif jika punya

posisi politik.

Isu-kebijakan yang mau

diperjuangkannya tetap sama

seperti selama ini ia lakoni:

mengembangkan jaminan so-

sial, dan tentunya membenahi

implementasi JKN. “Ini isu ke-

bijakan yang sifatnya lintas

batas dapil,” katanya.

Bagaimana yang spesifik un-

tuk Dapil Jabar 6 (Kota Depok

dan Kota Bekasi)? Berikut pa-

paran singkatnya.

Saya inginnya Depok dan

Bekasi mempunyai lingkungan

tempat tinggal yang nyaman.

Polusinya sedikit. Alhamdul-

lilah sudah akan tersambung

dengan LRT. Itu akan mengu-

rangi polusinya. Lahan hijaunya

harus lebih banyak. tempat-

tempat publik harus lebih ban-

yak. Lingkungannya bagus. Ada

tempat olahraga di tiap RW dan

seterusnya. Karena Depok dan

Bekasi sebagai daerah pen-

yangga Jakarta ini, duitnya lebih

banyak dibandingkan banyak

daerah lainnya. Jadi, mungkin-

lah mewujudkannya.

Ya, memang ini wewenang

pemda, sebagai DPR tidak bisa

sampai ke situ. Jadi, yang akan

saya lakukan sebagai wakil

rakyat adalah melakukan ad-

vokasi, konsultasi dan memberi

masukan ke pemdanya agar

bisa menciptakan lingkungan

yang aman, nyaman dan sen-

tosa itu.(**)

Smara.id | No 1 Tahun 201848

Page 51: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi
Page 52: Hasbullah Thabrany - smara.id · Kesehatan Nasional (JKN). Selain merekonstruksi berbagai usulan untuk mengatasi kurang dana BPJS, dalam ulasan ini Smara juga menyajikan simulasi

https://smara.idMajalah Digital