Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

22
Haruskah Begini Nasib Pendidikan di Kota Pematangsiantar Banyak yang harus dilakukan, tapi tidak semua orang yang mau mendengarkannya. Rabu, 03 Agustus 2011 Surat yang dikirimkan ke Pihak DPR dan Kepala Sekolah SD50 PENDIDIKAN MURNI ATAU MURNI BISNIS KELUHAN ORANG TUA SISWA YANG MENGALAMI DISKRIMINASI DAN KETIDAKADILAN DALAM MENYEKOLAHKAN ANAK Yang Terhormat, DPR RI DI Tempat Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Julfer Townson Aritonang Umur : 40 Tahun Pekerjaan : Pendeta Alamat : Jl.Mataram I No.32 P.Siantar Menyampaikan surat perrmohonan sehubungan dengan pembunuhan karakter terhadap anak kami: Nama : Daniel Townson Aritonang Umur : 8 Tahun Status : Siswa kelas 3D SD Sultan Agung Alamat : Jl.Mataram I No.32 P.Siantar Yang mana anak kami tersebut telah mengalami ketidakadilan dan juga diperlakukan secara diskriminatif, yang mengakibatkan

description

good

Transcript of Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

Page 1: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

Haruskah Begini Nasib Pendidikan di Kota Pematangsiantar Banyak yang harus dilakukan, tapi tidak semua orang yang mau mendengarkannya.

Rabu, 03 Agustus 2011

Surat yang dikirimkan ke Pihak DPR dan Kepala Sekolah SD50

PENDIDIKAN MURNI ATAU MURNI BISNIS

KELUHAN ORANG TUA SISWA YANG MENGALAMI DISKRIMINASI DAN KETIDAKADILAN DALAM MENYEKOLAHKAN ANAK

Yang Terhormat, DPR RIDI Tempat

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:            Nama               : Julfer Townson Aritonang            Umur                : 40 Tahun            Pekerjaan         : Pendeta            Alamat             : Jl.Mataram I No.32 P.SiantarMenyampaikan surat perrmohonan sehubungan dengan pembunuhan karakter terhadap anak kami:            Nama               : Daniel Townson Aritonang            Umur                : 8 Tahun             Status               : Siswa kelas 3D SD Sultan Agung            Alamat             : Jl.Mataram I No.32 P.Siantar

Yang mana anak kami tersebut telah mengalami ketidakadilan dan juga diperlakukan secara diskriminatif, yang mengakibatkan anak kami  tidak naik ke kelas empat di SD YP Sultan Agung yang beralamat di JL.Surabaya No.19 P.Siantar Sumatera Utara. Adapun hal yang mendorong kami untuk menyampaikan ini adalah adanya dampak/ akibat psikologi yang cukup besar dan merusak,serta melukai  jiwa & kepribadian anak kami,sebagai berikut:

     Telah meninggalkan rasa  trauma yang sangat mendalam, seperti rasa malu untuk bertemu dengan teman sekelasnya,takut datang kesekolah sultan agung, bahkan untuk lewat dari jalan Surabayapun (dimana sekolah itu berada) ia sudah tidak berani.

     Perasaan minder kepada kakaknya yang masih satu kelas,karena merasa telah gagal dan kalah.

     Berontak dan mudah marah kepada orang tua karena menganggap tidak ada pembelaan kepada dirinya.

Page 2: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

     Dan rasa trauma ini semakin parah saat menjelang tahun ajaran baru dalam tahun 2011/2012,dimana sudah seharusnnya ia masuk sekolah,tapi baginya belum ada kepastian. Karna jika sekolah di kelas empat belum ada dasarnya, dan jika tetap dikelas tiga hal itu justru menambah rasa luka dijiwanya.

Demikianlah surat permohonan ini kami sampaikan,semoga anak kami dapat terbantu untuk mendapatkan  perlindungan hukum dan  bantuan hukum serta demi mendapatkan kepastian hukum, sebagai anak Indonesia dan warga negara Indonesia. Dan untuk melengkapi permohonan ini,turut kami lampirkan kronologis dan beberapa data dan nilai sebagai alat untuk dijadikan bahan pertimbangan & perbandingan.

P.Siantar 01Agustus 2011.

 dto

(Pdt.Julfer.Aritonang)

SURAT PERMOHONAN MENITIPKAN ANAK DEMI MENDAPATKAN HAK BELAJAR

Yang Terhormat, Bapak Kepala sekolah SD 50DI Tempat

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:            Nama               : Julfer Townson Aritonang            Umur                : 40 Tahun            Pekerjaan         : Pendeta            Alamat             : Jl.Mataram I No.32 P.SiantarMenyampaikan surat perrmohonan bantuan status dan pemulihan psikologi anak kami:            Nama               : Daniel Townson Aritonang            Umur                : 8 Tahun             Status               : Siswa kelas 3D SD Sultan Agung            Alamat             : Jl.Mataram I No.32 P.Siantar

Yang mana anak kami tersebut kiranya dapat dibantu dan diterima sebagai seorang siswa titipan kaena telah mengalami  ketidakadilan dan juga diperlakukan secara diskriminatif, yang mengakibatkan anak kami  tidak naik ke kelas empat di SD YP Sultan Agung yang beralamat di JL.Surabaya No.19 P.Siantar Sumatera Utara. Adapun tujuan  kami menintipkan anak kami di sekolah yang bapak pimpin adalah dikarenakan,  anak kami telah  di perlakuan secara diskriminatif dan tidakadil,yang menimbulkan hal-hal sebagai berikut:

     Telah meninggalkan rasa  trauma yang sangat mendalam, seperti rasa malu untuk bertemu dengan teman sekelasnya,takut datang kesekolah sultan agung, bahkan untuk lewat dari jalan Surabayapun (dimana sekolah itu berada) ia sudah tidak berani.

     Perasaan minder kepada kakaknya yang masih satu kelas,karena merasa telah gagal dan kalah.

Page 3: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

     Berontak dan mudah marah kepada orang tua karena menganggap tidak ada pembelaan kepada dirinya.

     Dan rasa trauma ini semakin parah saat menjelang tahun ajaran baru dalam tahun 2011/2012,dimana sudah seharusnnya ia masuk sekolah,tapi baginya belum ada kepastian. Karna jika sekolah di kelas empat belum ada dasarnya, dan jika tetap dikelas tiga hal itu justru menambah rasa luka dijiwanya.

Demikianlah surat permohonan ini kami sampaikan,semoga anak kami dapat terbantu untuk mendapatkan  kesembuhan jiwa dan  ketenangan jiwa  serta demi mendapatkan hak belajar sebagai seorang siswa sekolah dasar dan sebagai anak Indonesia. Atas bantuan pihak sekolah kami sampaikan banyak terimakasih,dan untuk melengkapi permohonan ini,turut kami lampirkan kronologis dan beberapa data dan nilai sebagai alat untuk dijadikan bahan pertimbangan & perbandingan dalam mendidik anak kami.

P.Siantar 18juli 2011.

dto

(Pdt.Julfer.Aritonang)Diposkan oleh maranatha di 10:11 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Link ke posting ini Lokasi: Kota Pematangsiantar, Indonesia

Selasa, 02 Agustus 2011

Informasi yang perlu diketahui

Page 5: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

Baca selengkapnya » Diposkan oleh maranatha di 07:01 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Link ke posting ini

Senin, 01 Agustus 2011

YP Sultan Agung telah mengakibatkan Kerugian terhadap banyak Anak

Disamping itu perlakuan pihak sekolah YP Sultan Agung telah mengakibatkan kerugian yang besar baik kepada anak kami, kepada kami sebagai orang tua, kepada masyarakat kota P.Siantar dan juga kerugian yang besar bagi dunia dan lembaga pendidikan di Negeri ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan hal-hal sebagai berikut:

Page 6: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

I.Kerugian  anak:

9.      DISKRIMIANTIF & TIDAK ADILBahwa wali kelas 3D telah bersikap diskriminatif & tidak adil terhadap anak kami yang membuatnya tinggal kelas, meskipun mampu baik secara nilai maupun prilaku, namun disisi lain menaikkan anak lain (erik,fernando dll) yang memiliki kemampuan dibawah anak kami. Hal ini dapat dibuktikan dari data laporan nilai dimana anak kami tidak pernah berada pada peringkat terakhir, (kecuali peringkat hasil ujian semester genap yang memang sudah dikondisikan). Penilain ini juga dapat dibuktikan dengan menguji langsung anak kami dengan beberapa anak khususnya dikelas 3D SD YP Sultan Agung secara jujur dan transparan.

10.      MERUSAK PSIKOLOGI ANAKBahwa wali kelas 3D telah merusak psikologi anak kami yaitu dengan cara melakukan  diskriminasi dan juga pembunuhan karakter, serta telah meninggalkan rasa  trauma yang sangat mendalam, seperti rasa malu untuk bertemu dengan teman sekelasnya,takut datang kesekolah sultan agung, bahkan untuk lewat dari jalan Surabayapun ia tidak berani. Perasaan minder kepada kakaknya yang masih satu kelas,karena merasa telah gagal dan kalah, berontak dan mudah marah kepada orang tua karena menganggap tidak ada pembelaan kepada dirinya.

Dan rasa trauma ini semakin parah saat menjelang tahun ajaran baru dalam tahun 2011/2012,dimana sudah seharusnnya ia masuk sekolah,tapi baginya belum ada kepastian. Jika kami masukkan sekolah dikelas empat belum ada dasarnya, dan jika tetap dikelas tiga hal itu justru menambah rasa luka dijiwanya karena anak kami tidak siap menerima dan menjalaninya.

11.      MEREKAYASA NILAIBahwa wali kelas 3D telah merekayasa nilai anak kami, sebab bagaimana mungkin anak kami dinilai tidak mampu dan buruk dalam membaca,menulis, mendengarkan, dan berbicara, untuk bidang study bahasa Indonesia, sementara dapat dibuktikan secara langsung bahwa anak kami sangat pasih dalam membaca,berbicara,juga sangat baik dalam menulis serta  sangat   paham dan mengerti saat mendengarkan untuk seorang anak kelas 3 SD.

12.      MERENCANAKAN & MENGKONDISIKAN TINGGAL KELASBahwa wali kelas 3D sengaja mengkondisikan dan merencanakan untuk anak kami tinggal kelas,dengan cara menjatuhkan atau mengurangi  nilai bidang study yang diajarkannnya sebanyak 8 poin (Bahasa Indonesia: membaca,menulis,berbicara, dan mendengarkan), dari nilai 7 menjadi nilai  5 untuk setiap klasifikasinya. Bahkan ada banyak kesengajaan penulisan dan penjumlahan nilai, dalam laporan formatif yang tidak sama dengan hasil nilai yang sebenarnya  untuk memberi kesan bodoh pada anak kami sekaligus untuk menjatuhkan nilai rata-rata ataupun peringkat anak kami. Formatif 1 = 125,5 seharusnya 131,5 & Nilai Rangking 93 seharusnya 99

II.Kerugian orang tua:

13.      MERAMPAS HAK MENDIDIK

Page 7: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

Bahwa pihak sekolah telah merampas hak kami sebagai orang tua, dengan tidak pernah  mengkomunikasikan baik secara lisan maupun tertulis adanya anak didik ( anak kami ) yang berpotensi untuk tinggal kelas jauh sebelum keputusan itu kami terima. Tidak pernah ada pembicaraan yang melibatkan kami sebagai orang tua demi mengantisipasi dan mencari solusi agar  anak kami tidak  tinggal kelas.

Bahkan tidak pernah ada pemberitahuan tentang hal tersebut sampai kami menerima hasil raport kenaikan kelas. Pihak sekolah telah mengkebiri hak asasi kami sebagai orang tua untuk terlibat langsung dan aktif bagi kemajuan dan masa depan pendidikan anak kami. Pengalaman seperti ini pun pernah di alami oleh seorang bapak (Bapak seregar) yang anaknya juga tdak naik kelas.Akibat memikirkan persoalan ini kami (istri) sampai stress,karena sudah tidak tahu harus berbuat apa.

14.      SENTIMEN PRIBADI DAN TIDAK SIAP DIKRITISIBahwa wali kelas 3D telah menjadikan ketidak senangan secara pribadi kepada kami, yang bermula pada awal tahun ajaran 2010/2011, saat anak kami dikelas tiga, dimana semua anak sudah mendapatkan buku pelajaran,kecuali anak kami. Meskipun kami memintanya berkali-kali tapi belum juga mendapatkannya dengan alasan buku belum ada,(sementara kami tahu bahwa buku sudah ada dikantor guru), malahan wali kelas bersikap cuek,kurang perduli dan  ditanggapi dengan berkata kepada anak kami; kalau orang tuanya cerewet! 

Karena kegiatan belajar mengajar sudah berlangsung satu bulan dan anak kami belum mendapat buku, akhirnya kami sebagai orang tua berinisiatif untuk meminta langsung ke kantor sekolah dan kami pun mendapatkan buku tersebut. Dan sejak saat itu anak kami mendapat tekanan secara psikologis dengan perkataan yang tidak pantas seperti: “longor kamu, bodoh kamu dll”.

Bahkan tangannya pernah dipukul dengan pengaris dan setiap kali mendapatkan perlakukan seperti itu, anak kami pasti memberitahukan kepada kami, namun diakhir laporan tersebut, anak kami  selalu meminta agar tidak menegur si oknum guru tersebut,karena takut akan lebih dimarahi lagi..! Tentu saja situasi seperti ini adalah hal yang tidak sehat saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, terlebih dengan usia anak kami yang kurang dari delapan tahun pada saat itu.

15.      MENYALAH GUNAKAN OTORITAS DEMI BALAS DENDAMBahwa wali kelas 3D telah sengaja melakukan balas dendam dengan cara menyalahgunakan otoritasnya sebagai wali kelas 3D dan juga sebagai guru bidang study Bahasa Indonesia yaitu dengan  mengunakan kata-kata yang tidak mendidik untuk mengintimidasi, perbuatan fisik untuk  menyakiti, dan rekayasa nilai yang mengakibatkan  tinggal kelas yang berdampak pada  pembunuhan karakter dan semangat belajar anak kami.

16.      MOTIFASI SALAH & SPIRIT YANG MENYIMPANGBahwa pihak sekolah dan wali kelas 3D  telah memiliki spirit yang lemah dan motifasi yang salah,  dengan menjadikan tinggal kelas sebagai alat hukuman untuk menghukum, dimana sudah seharusnya hal itu dilakukan karena mau mendidik anak didik agar lebih termotifasi. Hal itu terbukti dari tidak adanya keinginan/kemauan mereka  untuk membicarakan kepada kami jauh sebelum keputusan tersebut kami terima.

Page 8: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

Disamping itu tinggal kelas adalah hal yang sudah tidak relevan dengan program pemerintah “wajib belajar 9 tahun”. Jelas pihak sekolah dan wali kelas lebih memilih dan menjadikan tinggal kelas sebagai jalan pintas dan mudah bagi mereka dalam mendidik anak didik, dari pada melakukan  bimbingan dengan sabar,memberi motivasi dan semangat belajar melalui pendekatan yang lebih baik dan bijaksana.

III.Kerugian masyarakat & dunia pendidikan:

17.      KURANG PROFESIONALBahwa pihak sekolah  tidak profesional juga tidak memiliki standar pendidikan karena terbukti bahwa sekolah  tersebut banyak melakukan kesalahan-kesalahan dalam menjumlah nilai di dalam laporan nilai, dimana sudah seharusnya hal ini harus dilakuan secara hati-hati karena mempengaruhi peringkat dan naik tidaknya anak didik. Ketidak profesionalan inipun dapat terlihat dari lembar soal ujian bidang study yang diujikan khususnya bahasa Indonesia pada nomor soal : 17,29,34,50 dimana antara pertanyaan dan jawaban yang disediakan tidak mempunyai hubungan, mengambang dan juga kurang spesifik, (apalagi untuk anak kelas tiga SD).

18.  MEMAKAI STANDAR PENILAIAN YANG SEMPITBahwa pihak sekolah telah memakai standar yang sempit dalam memberikan penilaian khususnya untuk bidang study bahasa Indonesia yang diajarkan oleh wali kelas 3D. Hal ini sangat jelas terlihat dalam memberi nilai untuk menulis 5 – membaca 5 – berbicara 5 - mendengarkan 5,  sementara ujian semester genap adalah pilihan berganda..! Karena jika penilaian tersebut bersumber dari penilaian dari proses belajar mengajar sepanjang tahun, maka sudah seharusnya nilai minimal anak kami untuk bidang study bahasa Indonesia adalah nilai 7.

Hal ini dapat terlihat dari laporan nilai bulanan, formatif, semester ganjil dan juga dari kemampuan anak kami dalam berbicara,membaca, mendengarkan dan menulis.

19.  KELALAIAN & KEGAGALANBahwa pihak sekolah telah lalai untuk melihat dan   memperhatikan secara teliti dan cermat, atau telah sengaja untuk tidak mau perduli,  kemungkinan adanya anak didiknya yang berpotensi untuk tinggal kelas, jauh sebelum keputusan tersebut dibuat. 

Disisi lain ini dengan banyaknya anak didik yang  tidak naik adalah bukti nyata  bahwa YP Sultan Agung telah gagal dalam mencerdaskan dan meningkatkan prestasi anak didik serta bukti bahwa mereka  tidak siap bersaing dengan sekolah swasta lainnya yang jauh lebih berkwalitas Khususnya di kota P.Siantar, dalam mendapatkan murid baru,sehingga harus menutupinya dengan murid yang tinggal kelas.

20.  MENGESAMPINGKAN FAKTOR PERILAKU/KARAKTERBahwa pihak sekolah telah mengesampingkan faktor psikologi dan perilaku dalam membuat keputusan kenaikan kelas. Sangat nyata dan jelas pihak sekolah  sangat tidak mengerti dan   tidak memahami proses dalam mendidik, karena pihak sekolah  hanya menjadikan factor nilai/angka sebagai barometer/standar kenaikan kelas, dan mengabaikan factor psikologi dan factor penting dalam berperilaku seperti: “kedisiplinan,kerajinan,kerjasama,kerapian,kesopanan,kebersihan, ketaatan,semangat,bersosialisasi dan lain-lain ”.

Page 9: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

Dan perlu kami sampaikan bahwa selama ini anak kami tidak pernah memiliki catatan perilaku yang menyimpang, itu dapat terlihat dari laporan penilaian “pengembangan diri dan kebiasaan”   yang mendapat nilai baik (B).

21.  ADANYA INDIKASI-INDIKASI JAHAT*Sangat jelas bahwa ada indikasi  dari pihak YP Sultan agung untuk mengambil keuntungan, dari tidak naiknya anak kami kekelas empat, karena itu berarti kami sebagai orang tua akan mengeluarkan dana untuk setahun lagi sebagai biaya pendidikan untuk kelas dan pelajaran yang sama.

*Bagi kami sebagai orang tua hal ini adalah suatu penipuan terencana, karena dari uang sekolah saja, pihak yayasan akan mendapatkan Rp.180.000 X 12 Bulan = Rp. 2.160.000,  Belum lagi pembelian buku tulis yang dibeli dari YP Sultan Agung (buku tulis berlogo YP Sultan agung). Juga masih ada dana yang harus dikeluarkan untuk pembelian buku pelajaran tertentu,seperti LKS (lembar kerja siswa) yang memang dijual di sekolah.

*Kondisi ini pun adalah antisipasi untuk menampung/menyediakan bangku bagi murid pindahan dari sekolah lain karena ada kemungkinan sebagian anak yang tingal kelas akan pindah. Sudah jelas pihak sekolah akan mendapatkan dana beberapa juta dari uang pendaftaran murid baru/pindahan.

*Dari informasi yang kami dengar untuk tingkat SD saja di YP Sultan Agung terdapat beberapa anak ( sekitar 15 orang ) yang tidak mengalami kenaikan kelas. Jadi bila dihitung ada puluhan juta rupiah yang YP Sultan Agung akan dapatkan hanya dari tidak naiknya anak didik mereka. Ini berarti bahwa lembaga pendidkan sudah dijadikan sebagai sarana berdagang demi mendapatkan keuntungan vinansial semata.

Perlu kami sampaikan selama anak kami sekolah di sultan agung bahwa pihak sekolah dalam setiap tahunnya selalu menaikan uang sekolah

22.  SENGAJA MENGABAIKAN FAKTA  & DATA LAPORAN NILAIBahwa pihak sekolah sengaja mengabaikan fakta dan laporan nilai yang cukup baik, bahkan sangat baik jika hanya untuk standar kenaikan kelas saja. Ini dapat dibuktikan dengan hal-hal sbb:

a.Dari laporan nilai yang masuk sepanjang tahun ini, nilai anak kami bukanlah peringkat yang terakhir dikelasnya yaitu rangking 35/45 (kecuali laporan nilai ujian semester genap yang memang sudah direkayasa dan dikondisikan oleh wali kelas 3D).

b.Bahkan kami memiliki laporan nilai bahwa anak kami cukup mampu belajar meskipun pada usia yang masih sangat muda,terbukti pada waktu dia dikelas 1 SD di Manado khususnya untuk  bidang study bahasa Indonesia seperti membaca menulis,berbicara dan mendengarkan adalah sangat pasih, sehingga waktu penerimaan nilai raport baik semester ganjil dan semester genap mendapat rangking 2 dengan nilai rata-rata 8 sementara kakaknya rangking 1 (Karena mereka satu kelas).

c.Jika seandainya ada penurunan prestasi belajar , mengapa tidak pernah ada komunikasi dari wali kelas, apalagi jika penurunan itu telah berpotensi untuk membuat anak kami tdak naik kelas...! Bahkan keputusan ini baru kami dapatkan pada saat penerimaan laporan nilai

Page 10: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

kenaikan kelas, dimana sudah seharusnya hal itu dikonsultasikan kepada kami sebagai orang tua,jauh sebelum keputusan itu dibuat.

d.Kami bersedia secara transparan dan jujur untuk anak kami  diuji kembali  bersama seluruh anak kelas tiga, untuk membuktikan bahwa anak kami bukan rangking terakhir, atau jika anak kami dianggap tidak mampu mengikuti standar kenaikan kelas di SD kelas 3D, maka dapat dipastikan kalau anak kami bukan satu-satunya siswa yang tidak mampu mengikuti standar tersebut.

Kami tidak bisa bayangkan betapa hancurnya dunia pendidikan yang dikelola dengan cara seperti itu . Dan ini sangat kontradiksi dengan apa yang sedang diperjuangkan pemerintah,  lembaga-lembaga/para praktisi pendidikan pada umumnya. Sementara disisi lain pemerintah  justru sedang berusaha meningkatkan kwalitas  pendidik melalui sertifikasi,bantuan opersional sekolah dan sarana prasarana lainnya demi mencerdasan dan mensejahterakan anak bangsa.

Karena  begitu pentingnya memulihkan kembali semangat belajar anak kami,dan juga melihat dampak psikologi yang timbul dari  tidak naiknya anak kami tersebut, kami menyampaikan permohonan ini, dengan harapan agar kami dan juga setiap anak didik di bangsa  ini mendapatkan haknya sebagaimana mestinya dan dunia serta lembaga pendidikan berjalan sesuai visi dan misi pendidikan.

Perlu kami sampaikan bahwa kami pun sudah mencoba mengkomunikasikan masalah ini kepada Dinas pendidikan dan pengajaran kota P.Siantar, namun pihak sekolah tetap pada keputusannya

Demikianlah surat permohonan ini kami sampaikan,semoga kami dan anak kami dapat terbantu untuk mendapatkan  perlindungan hukum dan  bantuan hukum serta demi mendapatkan kepastian hukum, sebagai masyarakat dan warga negara Indonesia. Akhirnya kami sampaikan banyak terimakasih semoga Tuhan Yang Maha Esa  memberkati kita semua dan jayalah pendidikan Indonesia.

Cat. Turut kami lampirkan beberapa data dan nilai sebagai bahan untuk dijadikan bahan pertimbangan/pembanding oleh Komisi pendidikan DPRD yang terhormat.

P.Siantar,18 juli 2011,

dto

1.Julfer Townson Aritonang2.Yemima Manalu

bersambung...... Diposkan oleh maranatha di 10:56 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Link ke posting ini Lokasi: Kota Pematangsiantar, Indonesia

Page 11: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

Minggu, 31 Juli 2011

Keluhan Orangtua Siswa dalam Menyekolahkan Anak di Sultan Agung Pematangsiantar

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:            Nama               : Julfer Townson Aritonang            Umur                : 40 Tahun            Pekerjaan         : Pendeta            Alamat             : Jl.Mataram I No.32 P.SiantarMenyampaikan surat perrmohonan sehubungan dengan  anak kami:            Nama               : Daniel Townson Aritonang            Umur                : 8 Tahun             Status               : Siswa kelas 3D SD Sultan Agung            Alamat             : Jl.Mataram I No.32 P.Siantar

Yang mana anak kami tersebut tidak naik kekelas empat di SD YP Sultan Agung yang beralamat di JL.Surabaya No.19 P.Siantar Sumatera Utara, sehingga kami mempertanyakan apa yang menjadi dasar dari keputusan itu. Perlu kami sampaikan, bahwa kami sudah mencoba mengkomunikasikan masalah ini kepada guru,kepala sekolah , dan pihak pengelola YP Sultan Agung, sebanyak beberapa kali pertemuan. Adapun kronologisnya adalah sebagai berikut.

1.      Pada tgl. 18 juni 2011,saat menerima raport kenaikan kelas, kami sebagai orang tua (istri) sangat terkejut ketika melihat bahwa anak kami tidak naik kekelas empat.  Langsung pada saat itu juga kami mempertanyakan apa alasan pihak sekolah (wali kelas) tidak menaikan anak kami! Spontan dengan sikap enteng dijawab oleh wali kelas “itu hasil keputusan rapat”.

2.      Kemudian pada hari senin tgl. 20 juni 2011,kami menemui kepala sekolah SD Sultan Agung, di sekolah untuk mempertanyakan mengapa anak kami tinggal kelas. Kepala sekolah menjawab; karena nilai sumatifnya rendah. Kemudian kami tanyakan mengapa tidak pernah di beritahu kalau anak kami akan tinggal kelas! Kepala sekolah menjawab; “mungkin nilai di semester genap turun”. Kemudian kami bertanya bisa kami lihat rekap nilainya? Jawabanya, sama wali kelas! Kapan kami bisa dapat? Tunggu pada waktu masuk sekolah!

3.      Pada hari rabu tgl.22 juni 2011,kami pergi kerumah kepala sekolah karena saat kami temui disekolah tidak ada,(sekolah sedang libur) di simpang tigabolon untuk mengantarkan surat keberatan kami.

     4.      Pada hari senin tgl.27 juni 2011,kami kembali kerumah kepala sekolah untuk menanyakan

tanggapan pihak sekolah atas surat keberatan yang kami sudah sampaikan. Jawaban yang kami dapatkan adalah bahwa keputusan itu tidak bisa dirubah lagi karena sudah menjadi keputusan rapat sekolah.

5.      Pada hari senin tgl.27 juni 2011, kami langsung menyampaikan persoalan ini kepada pihak yayasan yaitu kepada pak Aken dirumahnya jalan mataram dua. Kemudian kami diminta untuk datang pada besok harinya untuk membicarakan persoalan ini di sekolah.

Page 12: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

5.      Pada hari selasa tgl.28 juni 2011, kami bertemu di kantor yayasan dengan pihak yayasan,kepala sekolah,wali kelas 3D dan  beberapa guru yang lainnya. Dalam pertemuan itu kami mempertanyakan apa dasar dari tidak naiknya anak kami kekelas empat. Sambil menunjukkan rekap nilai, pihak sekolah berkata; karena anak bapak memang mendapat nilai yang rendah dikelasnya. Lalu kami meminta hasil rekap nilai tersebut untuk dapat kami pelajari,tapi dijawab oleh salah seorang dari mereka (ibu Lidiya),bahwa kami tidak ada hak untuk meminta/mendapatkan rekap nilai tersebut.

Kami pun mempertanyakan mengapa tidak pernah ada pemberitahuan  kepada kami sebagai orang tua kalau anak kami tidak akan naik  kelas atau mengapa tidak pernah ada pembicaraan dari pihak sekolah kalau anak kami  telah berpotensi untuk tidak naik kelas! Ketua yayasan   menjawab kalau wali kelasnya telah lalai dalam hal itu, dan berterimakasih kepada kami  karena telah memberikan masukan yang baik, dan berjanji dikemudian hari akan membuat pemberitahuan tertulis untuk anak yang akan tinggal kelas minimal sampai tiga kali sebelum keputusan tidak naik kelas  itu dibuat. Namun ketika kami meminta untuk anak kami dinaikan kekelas empat, pihak sekolah menjawab tidak bisa!

6.      Pada hari yang sama setelah kami keluar dari ruangan kantor tersebut,kami pun meminta bantuan seorang teman (bapak sihombing) untuk membicarakan agar pihak sekolah mengembalikan hak anak kami dimana anak kami sudah trauma untuk sekolah di sultan agung. Pimpinan yayasan menjawab tidak bisa karena hasil nilai sudah dikirim ke Dinas Pendidikan dan Pengajaran kota P.Siantar. Kami pun meminta bagaimana kalau yayasan mengutus kepala sekolah bersama-sama dengan kami ke dinas pendidikan untuk memperbaiki nilai tersebut. Tapi ketua yayasan berkata tidak bisa, karena mereka harus membicarakan hal itu dengan pihak sekolah, dan kami diminta untuk datang kembali pada hari jumat.

Sementara menunggu hari jumat,kami pun menyampaikan persoalan ini kepada ketua dewan pendidikan kota P.Siantar (Bapak Armaya siregar), dan beliau berjanji untuk menindaklanjuti persoalan kesekolah sultan agung.

7.      Pada hari Jumat tgl.01 Juli 2011 kami datang kembali untuk menanyakan bagaimana hasil rapat mereka. Ketua yayasan menjawab bahwa mereka tidak dapat memenuhi permintaan kami, karena jika anak kami dinaikkan bagaimana dengan anak yang lain yang juga tidak naik kelas!

Setelah mendengar itu kami mengajukan dan memberikan data tentang laporan nilai anak kami, yang membuktikan bahwa anak kami memiliki nilai yang cukup baik untuk naik kelas,baik dari sisi peringkat/rangking, dari sisi perilaku,pengembangan diri dan kebiasaan dengan  nilai yang baik (B). Mendengar dan menerima data tersebut, ketua yayasan meminta kami untuk datang beberapa hari lagi (pada hari senin) karena mereka akan rapat kembali,dan  beliau berkata untuk kami  langsung bertemu dengan bagian humas sekolah, karena ketua yayasan ada urusan ke Medan.

Meskipun pihak yayasan menawarkan untuk  membantu anak kami dalam pembayaran uang sekolah sebanyak Rp.100.000,/bulan kami tetap tidak bisa menerima keputusan tersebut. Sambil menunggu hari yang dimaksud saya pun pergi ke Dinas pendidikan dan pengajaran untuk menanyakan hasil nilai anak kami yang sudah dikirim oleh pihak sekolah Sultan Agung. Jawaban dari Dinas pendidikan dan pengajaran (Ibu R.Sinaga kasi kurikulum SD) adalah bahwa tidak pernah ada masuk laporan nilai kenaikan kelas dari sultan agung. Dan ia heran mengapa pihak sultan agung menyampaikan informasi seperti itu.    

9.      Pada hari senin tgl.04 Juli 2011, kami bertemu dengan humas sultan agung dikantornya, dan jawabanya adalah bahwa sekolah tetap pada keputusannya karena jika dinaikkan

Page 13: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

bagaimana dengan anak yang lainya yang tidak naik kelas. Kami bertanya  apakah kasus semua anak yang tinggal kelas sama? Dan karena bagian humas bukan pengambil keputusan, kami pun segera meninggalkan ruangan tersebut.

  10. Pada hari senin tgl.11 juli 2011,kamipun menyampaikan  masalah ini ke Dinas Pendidikan

dan pengajaran kota P.Siantar. Sambil menyerahkan surat dan beberapa berkas,anak kamipun langsung diuji oleh pihak dinas pendidikan dan pengajaran (Bapak Uga - kasub) baik dalam hal membaca,menulis dan juga berhitung, dan anak kami mampu melakukan semua permintaan tersebut. Dan bapak uga memberi pernyataan kalau anak kami sangat mampu,dan tidak ada masalah.

Adapun alasan kami sebagai orang tua dari: Nama: Daniel Townson Aritonang Umur: 8 Tahun, Status: Siswa kelas 3D SD Sultan Agung Alamat : Jl.Mataram I No.32 P.Siantar menyampaikan keluhan/permohonana ini  adalah untuk  meminta perlindungan hukum juga bantuan hukum serta demi mendapatkan kepastian hukum,  karena hal-hal yang kami alami sebagai berikut:

1.      Pada poin 1 dimana wali kelas menjawab dan menanggapi pertanyan kami secara enteng, meremehkan,  bersikap sangat dingin dan menunjukkan  sikap dimana orang tua tidak penting dan tidak perlu terlibat dalam pendidikan anaknya. Sungguh sebuah sikap yang sangat kejam, menghina dan mendiskreditkan status kami sebagai orang tua bahkan telah merampas hak kami sebagai orang tua dalam membantu pendidikan anak kami. Sangat jelas sikap wali kelas tidak memiliki niat untuk membicarakan apa yang menjadi persoalan anak kami. Dari sikap wali kelas tersebut membuktikan bahwa tinggal kelas adalah masalah yang kecil,biasa dan sepele      

2.      Pada poin 2 kepala sekolah hanya sekedar menjawab,tidak bertangung jawab, juga bersikap angkuh terhadap kami sebagai orang tua dan sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang pendidik dan pemimpin di dalam dunia pendidikan.

3.      Pada poin 3&4 saat berada dirumah kepala sekolah pertemuan tanpa komunikasi yang efektif, tidak   ramah, serta tidak ingin mendengarkan apa yang menjadi maksud kedatangan kami. Kami merasa dibuat  seperti seorang musuh,berharap untuk kami segera keluar dan angkat kaki,pembicaraan hanya bersikap basa-basi, bahkan saat kami masih berbicara kepala sekolah memotong pembicaraan dengan berkata; jam sudah malam perjalanan kalian cukup jauh. Sungguh kami dibuat seperti  seorang pengemis yang datang untuk meminta-minta sedekah,padahal kami datang untuk meminta hak kami dikembalikan.  

4.      Pada poin 5 kami harus berkali-kali mencari ketua yayasan dari tempat yang satu ketempat yang lain,seperti mencari seorang pejabat tinggi, begitu sulit untuk menemukannya. Saat bertemupun kami tidak dipersilahkan masuk kerumahnya, bahkan juga tidak turun dari mobil pribadinya, sama sekali tidak ada sikap saling menghargai sesama warga negara. Dia melihat diri kami begitu kecil dan melihat dirinya begitu besar karena meskipun kami sudah menjelaskan bahwa kami adalah orang tua dari siswa disekolah sultan agung, dia tetap saja berbicara dari dalam mobilnya Sangat nyata kami diperlakukan bukan sebagai mitra dalam pendidikan anak, tapi seperti kariawan dengan majikan, tidak selevel secara status sosial, padahal sangat jelas   kami datang adalah untuk membicarakan kepentingan pendidikan dan bukan untuk meminta pekerjaan apalagi minta uang atau meminta makan.

5.      Pada poin 6 pihak sekolah tidak melakukan usaha dan upaya apapun selain menjatuhkan hukuman tidak naik kelas ,ketika mereka   mengetahui nilai anak kami yang rendah pada semester genap, dan juga tidak memberi kesempatan apapun untuk

Page 14: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

anak kami memperbaiki nilai. Mereka menganggap kami seperti orang yang bodoh, tidak mengerti apa-apa, dan menjadikan kami pada posisi yang tidak mempunyai hak apa-apa atas pendidikan anak kami,mereka bersikap bahwa pendidikan adalah monopoli mereka dan tidak membutuhkan peran yang lain termasuk peran kami sebagai orang tua.

Sangat jelas terlihat ada kesepakatan diantara mereka untuk tetap mempertahankan keputusan yang salah yang telah mereka buat. Karena meski mengakui kesalahan yang mereka perbuat (seperti tidak adanya pemberitahuan) tapi mereka tidak mau melakukan perbaikan atas keputusan yang sudah sangat merugikan kami terlebih kerugian bagi anak kami,dan hanya menjadikan kasus ini sebagai pelajaran berharga bagi pihak sekolah dan itu berarti anak kami hanya sebagai kelinci percobaan saja.

6.      Pada poin 7 pihak sekolah sangat jelas melakukan kebohongan, meremehkan dan tidak menghormati,juga mau melemparkan tanggung jawab kepada pemerintah (dalam hal ini kepada dinas pendidikan),dimana mereka berkata kalau nilai sudah dikirim ke dinas pendidikan kota P.Siantar,bahkan kepada orang tua yang lain yang anaknya juga tinggal kelas (bapak siregar/sara), pihak sekolah menyampaikan bahwa nilai sudah dikirim ke Medan, untuk menutupi kesalahan-kesalahan  yang mereka telah perbuat.

Mereka secara sadar berbohong dan menyampaikan informasi yang menyesatkan untuk memanipulasi serta berniat mengaburkan persoalan yang sebenarnya. Dan juga sangat nyata kami diperlakukan seperti bola yang ditendang kesana kemari dengan menyampaikan alasan yang berbeda-beda karena  awalnya mereka bilang sudah keputusan rapat, mempertimbangkan anak yang lain,dan karena nilai sudah dikirim. Mereka juga sengaja mengulur-ulur waktu dan akibatnya status pendidikan anak kami jadi mengambang.

7.      Pada poin 8 pihak sekolah menghina kami,memandang rendah, dengan menawarkkan subsidi uang sekolah sebanyak Rp.100.000,/bulan. Tentu saja hal itu kami tolak mentah-mentah karena kami datang bukan untuk meminta bantuan tapi  untuk mencari keadilan agar hak anak kami dikembalikan! Sangat nyata mereka  memperlakukan kami sebagai orang kecil, mereka bersikap semua bisa diselesaikan dengan uang.

Tentu  ini adalah suatu  penghinaan,dimana kami meminta hak anak kami tapi yang ditawarkan justru uang. Apakah karena kami rakyat biasa, orang kecil dan  dianggap tidak berdaya secara materi lalu mereka bisa berbuat semena-mena hanya karena mereka punya harta,koneksi dan status social yang tinggi?

Dalam satu sisi pihak sekolah  mengakui kesalahan yang mereka perbuat, tapi disisi lain kami melihat ada ketakutan terhadap penilaian masyarakat dan dampak yang ditimbulkan demi  memenuhi permintaan kami! Ini adalah indikasi bahwa pihak sekolah tidak punya dasar yang kuat saat membuat anak didik mereka tinggal kelas. Dan kami yakin ada indikasi jahat yang terselubung yaitu ingin mendapatkan keuntungan finansial melalui pembayaran uang sekolah,pembelian buku,dan juga cara kotor untuk mempertahankan dan mendapatkan anak didik yang baru meski stok lama (kurang lebih 14 anak),atau untuk membuang secara halus beberapa anak didik, (karena sebagian orang tua akan memindahkan anak mereka).

8.      Pada poin 9 kami begitu direndahkan, dengan hanya mendelegasikan masalah ini hanya kepada seorang pegawai humas yang jelas bukan seorang pembuat keputusan ,membuktikan bahwa pihak sekolah ingin melepas tanggung jawab dan sedang berusaha bersembunyi dari kesalahan yang mereka telah perbuat. Pada sisi yang lain pihak sekolah menilai masalah yang menimpa anak kami adalah hal yang kecil dan sepele. Padahal ini adalah masalah yang sangat penting  dan sangat besar karena masalah ini sudah mempengaruhi psikologi anak kami, dimana pihak sekolah  telah melakukan pembunuhan karakter serta pembunuhan semangat belajar seorang anak yang masih berusia delapan

Page 15: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

tahun.  

bersambung........ Diposkan oleh maranatha di 19:10 2 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Link ke posting ini Lokasi: Kota Pematangsiantar, Indonesia

Dimanakah nasib anak-anak didik asuhan Y.P Sultan Agung Pematangsiantar

Diposkan oleh maranatha di 10:29 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Link ke posting ini Lokasi: Kota Pematangsiantar, Indonesia

Jumat, 29 Juli 2011

Menyingkap Bobroknya Pendidikan di Y.P Sultan Agung Pematangsiantar

Siapa yang tidak mengenal Ki Haja Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889 - 1959) beliau menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: "Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya"

Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

Di sekolah Y.P Sultan Agung Pematangsiantar ....(tunggu berita kelanjutannya) Diposkan oleh maranatha di 23:24 3 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Link ke posting ini Lokasi: Kota Pematangsiantar, Indonesia Beranda

Page 16: Haruskah Begini Nasib Pendidikan Di Kota Pematangsiantar

Langganan: Entri (Atom)

Arsip Koran

Arsip Blog

▼   2011 (6) o ▼   Agustus (3)

Surat yang dikirimkan ke Pihak DPR dan Kepala Seko... Informasi yang perlu diketahui YP Sultan Agung telah mengakibatkan Kerugian terha...

o ►   Juli (3) Keluhan Orangtua Siswa dalam Menyekolahkan Anak di... Dimanakah nasib anak-anak didik asuhan Y.P Sultan ... Menyingkap Bobroknya Pendidikan di Y.P Sultan Agu...

Mengenai Saya

maranatha Lihat profil lengkapku

Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.